Anda di halaman 1dari 9

Heri Setiawan

Banyak main, banyak manfaat... sedikit dosa


 Beranda Islam Tugas - Tugas Pemrograman About Me ▼
Minggu, 02 Maret 2014

MAKALAH ZAMAN MEGALITIKUM (Sejarah)


          Sebelum saya naik kelas XI-IPA. Di kelas X pada saat itu belum dijuruskan ke
IPA atau IPS.  Jadi saya pada saat kelas X saya pelajari semua pelajaran IPS, IPA dan
lainnya. Jadi, hari ini saya post-kan tugas dahulu pada saat masih kelas X, dengan
judulnya “MAKALAH ZAMAN MEGALITIKUM” yang dibuat oleh saya dan teman-
teman pada saat itu. Ini dia kawan….. 
 
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt dan dengan rahmat dan karunianya,
Makalah “Zaman Megalithikum” ini dapat kami buat. Sebagai bahan tugas mata pelajaran sejarah
kami dengan harapan dapat diterima secara baik.

Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata pelajaran sejarah. Kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Kami berharap makalah ini biasa bermanfaat bagi semua siswa/i Indonesia

Bandung, 30 Januari 2013

                                                                                                                                     

                                                                                                                                      penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

B.    Rumusan Masalah

C.    Tujuan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A.   Tradisi megalithikum yang ada di Indonesia

B.    Penggolongan Zaman Megalithikum

C.    Benda-Benda Megalitikum yang ada di Purbalingga

D.   Fungsi dari Benda-Benda Peninggalan pada masa   Megalitikum  di Purbalingga

BAB II PENUTUP

A.   Kesimpulan

Lampiran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yang berarti batu. Zaman
Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar, karena pada zaman ini manusia sudah dapat
membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar. Kebudayaan ini
berkembang dari zaman Neolitikum sampai zaman Perunggu. Pada zaman ini manusia sudah
mengenal kepercayaan. Walaupun kepercayaan mereka masih dalam tingkat awal, yaitu
kepercayaan terhadap roh nenek moyang,

Salah satu peninggalan benda pada masa megalitikum ialah di wilayah jawa tengah yang
tepatnya adalah di daerah purbalingga, dimana purbalingga adalah adalah suatu kabupaten di jawa
tengah, terletak kira-kira 100 km di sebelah barat kota yogyakarta. Daerah ini ternyata mempunyai
potensi yang besar dalam bidang kepurbakalaan, terbukti banyaknya peninggalan prasejarah.

Sehingga kabupaten purbalingga adalah salah satu kabupaten yang memiliki benda peninggalan
pada masa megalitikum yang tidak sedikit dan sangat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan tentang
prasejarah. Dengan mengacu pada uraian diatas kelompok kami membuat judul makalah “Fungsi
benda peninggalan megalitik di purbalingga’’

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Tradisi megalithikum yang ada di Indonesia?

2.      Apa saja benda-benda megalitikum yang ada di purbalingga ?

C.     Tujuan Masalah
1.      Untuk Mengetahui Tradisi Megalithikum Di Indonesia.

2.      Untuk mengetahui benda-benda peninggalan megalitik di purbalingga.

3.      Untuk mengetahui apa fungsi dari benda peninggalan megalitik di purbalingga.

BAB II PEMBAHASAN
A.     Tradisi megalithikum yang ada di Indonesia
Bangunan-bangunan megalithikum itu tersebar luas didaerah asia tenggara. disini tradisi
yang berhubungan dengan pendirian bangunan megakithikum ini sekarang sebagian sudah musnah
dan ada yang masih berlangsung. (Poesponogoro.`1992:205)

Menurut peneliti arkeologi terbukti bahwa  pengertian kebudayaan megalitik tidak hanya
dihubungkan dengan penggunaan batu besar, tetapi penggunaan batu kecil pun bahkan kayu
dianggap peninggalan megalitik apabila fungsinya berkaitan dengan pemujaan arwah luhur dan
upacara kesuburan.

Pada zaman Megalithikum (Zaman Batu Besar ) di Indonesia, manusia purba telah mengenal
suatu kepercayaan terhadap kekuatan gaib atau luar biasa diluar kekuatan manusia. Mereka percaya
terhadap hal-hal yang menakutkan atau serba hebat. Selain itu mereka menyembah nenek
moyangnya. Kadang kala kalau melihat pohon besar, tinggi dan rimbun, manusia merasa ngeri.
Manusia purba ini kemudian berkesimpulan bahwa kengerian itu disebabkan pohon itu ada mahluk
halus yang menghuninya. Begitupun terhadap batu besar serta binatang besar yang menakutkan.

Kekuatan alam yang besar seperti petir, topan, banjir dan gunung meletus dianggap
menakutkan dan mengerikan sehingga mereka memujannya. Selain memuja benda-benda dan
binatang yang menakutkan dan dianggap gaib, manusia purba juga menyembah arwah leluhurnya.
Mereka percaya bahwa roh para nenek moyang mereka tinggal di tempat tertentu atau berada di
ketinggian misalnya di atas puncak bukit atau puncak pohon yang tinggi. Untuk tempat turunnya roh
nenek moyang inilah didirikan bangunan megalitik yang pada umumnya dibuat dari batu inti yang
utuh, keudian diberi bentuk atau dipahat sesuai dengan keinginan atau inspirasi. Bangunan megalitik
hampir semuanya berukuran besar

B.     Penggolongan Zaman Megalithikum


Zaman megalithikum dibagi menjadi dua gelombang yaitu :

Dalam garis besarnya dapat dikenal 2 kelompok seperti megalitik tua antara 2500 SM sampai
1500 SM dan megaltik muda dari milenium pertama Sebelum masehi (dikutip dari pusponegoro dan
Notosusanto, 1993:206) lihat dibuku Sejarah kebudayaan indonesia, editor : Budiharto dkk. 2009.
Rajawali Pres.

Baik teori-teori yang terdahulu maupun yang diajukan kemudian oleh Von Heine Geldren
telah diterima oleh sebagian besar para ahli. Pada pembedahan antara megalithikum tua dan
megalithikum muda, Von Heine Geldren memasukkan megalithikum tua kedalam Neolithikum.
Tradisi ini didukung oleh para pemakai bahasa Austronesia yang menghasilkan alat-alat beliung
persegi dan mulai pula membuat benda atau bangunan yang disusun dari batu besar,seperti
dolmen,undak batu,limas (piramid) berundak dan pelinggis. Penelitian lebih lanjut yang bertolak dari
gagasan kosmo-magis mengungkapkan unsure-unsur yang lebih asli lagi seperti antara lain tembok
batu dan jalan batu.

Sementara Pengaruh terhadap perkembangan masyarakat di Indonesia Pada Zaman


megalithikum sangatlah besar Konsepsi pemujaan nenek moyang melahirkan tata cara yang menjaga
tingkah laku masyarakat di dunia fana supaya sesuai dengan tuntutan hidup di dunia akhirat
disamping menambah kesejahteraan di dunia fana. Pada masa ini organisasi masyarakat sudah
teratur. Pengetahuan tentang teknologi yang berguna dan nilai-nilai hidup terus berkembang,antara
lain cara-cara pembiakan ternak,pemilihan benih-benih tanaman dan penemuan alat-alat baru yang
lebih cocok untuk keperluan sehari-hari makin bertambah. Sikap hidup selalu berkisar pada
persoalan-persoalan manusia, bumi, hewan dan tabu. Perkampungan merupakan pusat kehidupan
setelah pola hidup mengembara di tinggalkan sama sekali.

Sementara itu Pendirian candi-candi di Indonesia merupakan refleksi kelanjutan tradisi


megalithikum ini. Tentang gejala-gejala ini Von Heine Geldren telah memberikan pandangannya.
Sebelum itu tak seorang pun mengemukakan pengertian-pengertian yang di tunjukkan pada tradisi
megalithikum, selain dari yang berkisar dari corak dan sifat yang “oud-anheemschoer-
indonesisch,ataupun “prehindoeistisch”Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa tradisi megalithikum
ikut menentukan bentuk-susunan percandian di Indonesia. Tradisi megalithikum telah secara formal
mencampurkan diri dalam seni bangunan maupun seni pahat Jawa-Hindu dan bahwa penggunaan
bangunan berundak yang di hubungkan dengan pemujaan merupakan campuran pandangan
masyarakat Indonesia asli dengan siwaisme (Poesponogoro dan Notosusanto.1992:206-211)

Terdapat Pula Menhir menhir sebagai lambang dari jasa-jasanya kemudian menjadi lambang
dari dirinya. Kenangan dan penghargaan terhadap jasa-jasanya tadi beralih menjadi pemujaan
terhadap dirinya, yang tetap masih dianggap sebagai pelindung masyarakat. Dengan upacar-upacara
tertentu, rohnya dianggap turun kedalam menhir untuk langsung berhubungan dengan para
pemujannya Kalau untuk rohnya di dirikan sebuah menhir, maka untuk raganya disediakan berbagai
kuburan: keranda, kubur batu, pandhusa atau lainnya dan kecuali jasa yang di bawa ke akhirat, maka
dalam kuburannya itu disertakan kepada mayatnya bermacam-macam benda, alat-alat dan
perhiasan, sebagai bekal .Selain itu Roh itu tempatnya jauh disana, biasanya digambarkan di atas
dunia ini, juga diatas gunung.

Guna menunjukkan letak yang ada di atas itu, tidak jarang sebuah menhir didirikan diatas
sebuah bangunan berundak-undak, yang melambangkan tingkatan-tingkatan yang harus dilalui guna
mencapai tempat yang tertinggi. Banyak pula kalanya bahwa menhir itu sudah tidak dinyatakan lagi,
dan bahwa sebagai lambang dari alam pikiran yang demikian itu cukuplah didirikan punden
berundak-undak saja, sedangkan sering pula terjadi bahwa roh nenek moyang itu dinyatakan dalam
patung-patung. .(Soekmono.1973:76-78)

C.     Benda-Benda Megalitikum yang ada di Purbalingga

  Bangunan Berundak

Tinggalan bangunan berundak di temukan sejumlah 6 buah, yaitu situs batur, gampingan,
Karanganyar, Kauman, Tegalsari, dan sura. Bangunan berundak  pada situs – situs tersebut memiliki
cirri yang hamper sama yaitu berundak gasal, berdenah persegi, berpagar dan berpintu serta
memiliki objek utama di undakan teratas. Orientasinya menuju kearah utara ( situs Bature kauman )
dan sisanya ke arah barat atau puncak gunung slamet. Lihatgambar
1.1                                                                                                          

  Menhir

Menhir ialah sebuah batu tegak yang sudah atau belum dikerjakan dan diletakkan dengan
sengaja disuatu tempat untuk memperingati orang yang telah mati.Temuan menhir pada situs – situs
megalitik di Purbalingga sejumlah 71 Orang, yang terbesar adalah 14 situs. Berdasarkan konteks
temuan, menhir tersebut di kelompokan menjadi 3, yaitu menhir yang berada di situs penguburan
sejumlah 53 buah, di situs pemujaan 13 buah, di pemukiman penduduk 5 buah. Menhir di situs
penguburan ditemukan berjajar dengan posisi utara – selatan dan berfungsi sebagai nisan kubur. Di
situs pemujaan berada di konteks dengan punden berundak, lumping batu, batu altar, dan batu
dakon. Sedangkan di pemukiman penduduk tidak memiliki konteks dengan bangunan megalitik
lainnya. Lihat gambar 1. 2

  Lumpang Batu

Di purbalingga di temukan 3 buah lumpang batu yaitu di ditus batu putih, Gempingan, dan karang
anyar. Ketiga lokasi tersebut merupakan lahan pertanian dan berdekatan dengan air. Lumpang batu
merupakan benda yang dianggap sacral.

  Phallus

Phallus di Purbalingga di temukan sebanyak 3 buah, yaitu di situs kemangkon, sura dan bandingan.
Phallus adalah benda peninggalan megalitik yang terbuat dari batu berbentuk lonjong dimana pada
salah satu ujungnya dipahatkan bentuk alat kelamin laki – laki, menurut kepercayaan masyarakat
megalitik, organ tubuh manusia dianggap  memiliki kekuatan gaib dan alat kelamin merupakan objek
yang paling kuat mengandung kekuatan gaib tersebut.

  Kubur Batu

Situs kubur yang di temukan  di purbalingga sebanyak 7 buah. Batas kubur dilakukan dengan
menutup permukaan tanah dengan batas susunan batu. Tanda kubur berupa dua buah menhir yang
ditanam dengan orientasi arah utara – selatan

Dalam budaya megalitik di Indonesia di kenal berbagai system penguburan, antara lain dengan
menggunakan wadah kubur dan tanpa wadah kubur. System penguburan yang digunakan oleh
masyarakat  megalitik di Purbalingga adalah penguburan tanpa wadah dengan tanda kubur berupa
menhir. Lihat gambar 1.3                                                                     

   Batu Dakon

Batu dakon di wilayah Purbalingga di temukan sebanyak 2 buah, yaitu situs kaum dan situs kualitas.
Sampai saat ini dakon tersebut masih di keramatkan dengan pemberian sensasi. Bahkan di situs
kauman, dakon merupakan objek pemujaan utama pada undakan teratas. Penempatan ini
menandakan kesakralan

  Dolmen

Dolmen adalah peninggalan megalitik yang bentuknya menyerupai meja batu yang terdiri dari
bongkahan batu yang di tompangi empat buah batu yang salah satu ujungnya ditanam di bawah
tanah. Di Purbalingga hanya di temukan satu buah. Lihat gambar 1. 4

D.    Fungsi dari Benda-Benda Peninggalan pada masa 


Megalitikum  di Purbalingga

  Punden  Berundak

Fungsi dari bangunan ini adalah sebagai pemujaan roh nenek moyang.

  Menhir
Berdasarkan konteks temuan maka dapat disimpulkan bahwa fungsi menhir di Purbalingga
adalah sebagai tanda kubur dan media pemujaan. Dalam pengertian umum biasanya menhir
dianggap berfungsi untuk menghormati seorang tokoh baik yang masih hidup maupun yang sudah
meninggal

  Lumpang batu

            Lumpang batu pada umumnya merupakan komponen penting dalam masyarakat agraris,
yaitu berfungsi praktis sebagai alat atau wadah menumbuk padi atau  biji – bijian. Dalam konteks
megalitik di Purbalingga benda ini berubah menjadi benda sacral, yaitu sebagai sarana upacara
pemujaan. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa lumping batu berfungsi sebagai symbol dari
suatu pengharapan akan kesuburan bagi hasil pertanian.

  Phallus

Fungsi phallus dikaitkan dengan  fungsi alat reproduksi manusia yaitu sebagai sarana upacara
kesuburan.

  Kubur batu

Sebagai wadah kubur.

  Batu dakon

            Kesakralan dan penempatannya yang berada di dekat air merupakan indicator bahwa benda
ini berfungsi sebagai sarana pemujaan terhadap air pada upacara kesuburan.

  Dolmen

Fungsi dolmen berkait dengan upacara pemujaan sebagai tempat meletakan sesaji.
BAB II PENUTUP

A.     Kesimpulan
            Kabupaten Purbalingga, adalah sebuah kabupaten di provinsi jawa tengah Indonesia.
kabupaten ini terletak kira-kira 100 km dari yogyakarta. Kabupaten Purbalingga merupakan
kabupaten kecil akan tetapi terdapat banyak Peninggalan Megalitikum nya.

            Masyarakat berbudaya megalitikum yang pernah hidup didaerah purbalingga merupakan
masyarakat yang besar. Mereka mendiami wilayah yang cukup besar. Mereka mendiami wilayah
yang cukup luas dengan hidup secara berkelompok atau  memusat di suatu  tempat atau menyebar
didaerah-daerah sampai dilokasi yang cukup terpencil dan jauh dari pusat pemukiman.

            Sementara itu untuk Benda-benda Peninggalan Masa prasejarah Zaman Megalitikum di
Purbalingga terdapat : Batu Tegak (Menhir), Dolem, Batu Dakon, Meja Batu, Lumpang Batu, Arca
Batu, Batu Lonjong.

            Dapat disimpulkan bahwa Benda peninggalan prasejarah dan kegunaanya pada masa
mehgalitikum di purbalingga sangat beraneka ragam. Keseluruhan benda terssebut mempunyai
fungsi yang idak jauh berbeda antara satu dengan yang lain yaitu untuk media penghormatan dan
pemujaan bagi arwah atau roh leluhur (Nenek Moyang).

Heri Setiawan di 05.36
Berbagi

3 komentar:

1.

Super Vegito15 April 2015 02.07

artikelnya bagus gan, smoga artikel saya dapat saling melengkapi


.
MARKIJAR.Com - Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Masa Praaksara dan Masa
Aksara
Balas

2.

Al Fath 145319 April 2015 22.54


sip
Balas

3.

KUMPULAN MAKALAH KAMPUS27 Oktober 2016 00.07

bagus artikelnya apalagi orangnya...hehe


Balas

Tambahkan komentar



Beranda

Lihat versi web


Mengenai Saya

Heri Setiawan 
Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai