Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KEBUDAYAAN ZAMAN MEGALITIKUM

KELOMPOK 4

ANGGOTA :

- Intan Laila Nurfadilah - M. Refi


- Ira Nur Dzuljilah - M Ryhan
- Putri Elisa Pujana
- Shanti Amelia

(Tugas Kelompok Sejarah)

MA AL – MUFASSIR

Jln. Gandasoja No.41 Ds.sukamantri Kec. Paseh Kab. Bandung


KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam saya sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya
makalah ini dapat kami selesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Kami juga bersyukur atas
rizki dan kesehatan yang telah diberikan oleh-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah
ini.

Laporan ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu tugas Sejarah dengan judul “ Zaman
Megalitikum”. Kami mengakui bahwa dalam menyusun makalah ini tidak dapat diselesaikan
tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.Kami menyadari masih banyak kekurangan yang
terdapat dalam laporan hasil observasi ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran dari semua pihak. Semoga laporan ini memberikan informasi bagi dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................
1.3 Tujuan .............................................................................................

BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian zaman Megalitikum........................................................

2.2 Penyebaran kebudayaan Megalitikum..............................................

2.3 Kepercayaaan yang dianut pada Masa Megalitikum........................

2.4 Kehidupan sosial Zaman Megalitikum.............................................

2.5 Peninggalan Zaman Megalitikum.....................................................

2.6 Budaya Megalitikum di Indonesia.....................................................

2.7 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi......................................................

BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................

3.2 Saran..................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yang berarti batu. Zaman
Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar,karena pada zaman ini manusia sudah
dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar. Kebudayaan
ini berkembangdari zaman Neolitikum sampai zaman Perunggu. Pada zaman ini
manusiasudah mengenal kepercayaan. Walaupun kepercayaan mereka masih dalamtingkat
awal, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang.Salah satu peninggalan benda pada masa
megalitikum ialah di wilayah jawa tengah yang tepatnya adalah di daerah purbalingga,
dimana purbalingga adalah suatu kabupaten di jawa tengah, terletak kira-kira 100 km
disebelah barat kota yogyakarta. Daerah ini ternyata mempunyai potensi yang besar dalam
bidang kepurbakalaan, terbukti banyaknya peninggalan prasejarah.Sehingga kabupaten
purbalingga adalah salah satu kabupaten yang memiliki benda peninggalan pada masa
megalitikum yang tidak sedikit dansangat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan tentang
prasejarah. Denganmengacu pada uraian diatas, maka kelompok kami akan membahas
tentang sejarah dan peninggalan-peninggalan sejarah pada zaman megalitikum,khususnya
yang berada di daerah purbalingga.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pengertian sejarah kehidupan megalitikum yang ada diIndonesia?

Bagaimana penyebaran kebudayaan megalitikum di Indonesia ?

Bagaimana kepercayaan yang dianut pada zaman megalitikum ?

Bagaimana kehidupan sosial pada zaman megalitikum ?

Apa saja peninggalan zaman megalitikum ?

1.3 Tujuan
. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

Memperkenalkan sejarah kehidupan manusia pada zaman megalitikum.

Membantu untuk menjelaskan penyebaran kehidupan di zaman megalitikum.

Untuk menjelaskan kepercayaan apa saja yang di anut pada zamanmegalithikum

Menjelaskan kehidupan sosial zaman megalithikum.

Untuk memberikan contoh-contoh peninggalan zaman megalithikum.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Zaman Megalithikum
Kebudayaan megalithikum adalah kebudayaan yang menghasilkan bangunan-bangunan dari
batu besar yang muncul sejak zaman Neolithikum .Megalitikum berasal dari kata mega yang
berarti besar, dan lithos yangberarti batu. Zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman
batu besar,karena pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan
kebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar.kebudayaan ini berkembang dari zaman
Neolitikum sampai zaman Perunggu. Pada zaman ini manusia sudah mengenal
kepercayaan.Walaupun kepercayaan mereka masih dalam tingkat awal, yaitukepercayaan
terhadap roh nenek moyang.Kepercayaan ini muncul karena pengetahuan manusia sudah
mulai meningkat dan berkembang pesat pada zaman logam.

2.2 Penyebaran Kebudayaan Megalithikum


Menurut Von Heine Geldern, kebudayaan Megalithikum menyebar ke indonesia melalui 2
gelombang, yaitu :

1. Megalithikum Tua

menyebar ke Indonesia pada zaman Neolithikum (2500-1500 SM) dibawa oleh pendukung
Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu). Contoh bangunan Megalithikum adalah menhir,
punden berundak-undak,Arca-arca,Statis.

2. Megalithikum Muda

menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu (1000-100 SM) dibawa oleh pendukung
Kebudayaan Dongson (DeutroMelayu). Contoh bangunan megalithnya adalah peti kubur
batu, dolmen,waruga Sarkofagus dan arca-arca dinamis.

Apa yang dinyatakan dalam uraian di atas, dibuktikan denganadanya penemuan bangunan
batu besar seperti kuburan batu pada zaman prasejarah, banyak ditemukan manik-manik, alat-
alat perunggu dan besi.Hasil kebudayaan megalithikum biasanya tidak dikerjakan secara
halus,tetapi hanya diratakan secara kasar dan terutama hanya untuk mendapatkan bentuk
yang diperlukan.

2.3 Kepercayaan Yang Dianut Pada Zaman Megalithikum


Kehidupan Keagamaan Masyarakat Sunda Kuno.Penemuan- penemuan sejumlah
bangunan era Megalitikum mengindikasikan bahwarakyat Sunda kuno cukup religius.
Sebelum pengaruh Hindu dan Buddha tiba di Pulau Jawa, masyarakat Sunda telah mengenal
sejumlah kepercayaan, seperti terhadap leluhur, benda-benda angkasa dan alam seperti
matahari, bulan, pepohonan, sungai, dan lain-lain. Pengenalan terhadap teknik bercocok
tanam (ladang) dan beternak, membuat masyarakat percaya terhadap kekuatan alam. Untuk
mengungkapkan rasa bersyukur atas karunia yang diberikan oleh alam, mereka lalu
melakukan upacara ritual yang dipersembahkan bagi alam. Karena itu, mereka percaya
bahwa alam beserta isinya memiliki kekuatan yang tak bisa dijangkau oleh akal dan pikiran
mereka.

Dalam melaksanakan ritual atau upacara keagamaan, masyarakat prasejarah itu


berkumpul di komplek batu-batu besar (megalit) seperti punden-berundak (bangunan
bertingkat-tingkat untuk pemujaan), menhir(tugu batu sebagai tempat pemujaan), sarkofagus
(bangunan berbentuklesung yang menyerupai peti mati), dolmen (meja batu untuk
menaruhsesaji), atau kuburan batu (lempeng batu yang disusun untuk menguburmayat).
Bangunan-bangunan dari batu ini banyak ditemukan di sepanjang wilayah Jawa bagian barat.
Dibandingkan dengan wilayah Jawa Tengahdan Timur, Jawa Barat paling banyak
meninggalkan bangunan-bangunan megalitik tersebut.

Kehidupan yang serba tergantung kepada alam membuat pola hidup yang bergotong
royong Dalam melakukan persembahan/penyembahan terhadap roh leluhur maupun kekuatan
alam,masyarakat prasejarah ini melakukannya secara bersama-sama. Yangmemimpin upacara
itu adalah mereka yang berusia paling tua atau dituakan oleh masyarakat yang bersangkutan.
Pemimpin inilah yang berhak menentukan kapan acara “sedekah bumi” dan upacara-upacara
religius lainnya dilakukan. Dialah juga yang dipercayai masyarakat dalam hal mengusir roh
jahat, mengobati orang sakit, dan menghukum warganya yang melanggar nilai atau hukum
yang diberlakukan. Pada zaman megalitikum (zaman batu besar) di indonesia, manusia purba
telah mengenal suatu kepercayaan terhadap kekuatan gaib atau luar biasa diluar kekuatan
manusia. Mereka percaya terhadap hal-hal yangmenakutkan atau serba hebat. Selain itu
mereka menyembah nenek moyangnya. Kadang kala kalau melihat pohon besar, tinggi dan
rimbun,manusia merasa ngeri. Manusia purba ini kemudian berkesimpulan bahwa kengerian
itu disebabkan pohon itu ada mahluk halus yang menghuninya.Begitupun terhadap batu besar
serta binatang besar yang menakutkan.Kekuatan alam yang besar seperti petir, topan, banjir
dan gunung meletus dianggap menakutkan dan mengerikan sehingga mereka memujanya.
Selain memuja benda-benda dan binatang yang menakutkan dan dianggap gaib, manusia
purba juga menyembah arwah leluhurnya.Mereka percaya bahwa roh para nenek moyang
mereka tinggal di tempat tertentu atau berada di ketinggian misalnya di atas puncak bukit
atau puncak pohon yang tinggi. Untuk tempat turunnya roh nenek moyanginilah didirikan
bangunan megalitik yang pada umumnya dibuat dari batu inti yang utuh, kemudian diberi
bentuk atau dipahat. Bangunan megalitik hampir semuanya berukuran besar.Penemuan-
penemuan sejumlah bangunan era megalitikum mengindikasikan bahwa rakyat sunda kuno
cukup religius. Sebelum pengaruh hindu dan budha tiba di pulau jawa, masyarakat sunda
telahmengenal alam seperti matahari, bulan, pepohonan, sungai, dan lain sebagainya.
Pengenalan terhadap teknik bercocok tanam (ladang) dan beternak,membuat masyarakat
percaya terhadap kekuatan alam. Untuk mengungkapkan rasa syukur atas karunia yang
diberikan oleh alam,mereka lalu melakukan upacara ritual yang dipersembahkan bagi
alam.Karena itu, mereka percaya bahwa alam beserta isinya memiliki kekuatanyang tak bisa
dijangkau oleh akal dan pikiran mereka.
Dalam melaksanakan ritual atau upacara keagamaan, masyarakat prasejarah itu berkumpul
di komplek batu-batu besar (megalit) seperti punden-berundak (bangunan bertingkat-tingkat
untuk pemujaan), menhir (tugu batu sebagai tempat pemujaan), sarkofagus (bangunan
berbentuk lesung yang menyerupai peti mati), dolmen (meja batu untuk menaruh sesaji), atau
kuburan batu (lempeng batu yang disusun untuk mengubur mayat). Bangunan-bangunan dari
batu ini banyak ditemukan di sepanjang wilayah jawa bagian barat. Dibandingkan dengan
wilayah jawa tengah dantimur, jawa barat paling banyak meninggalkan bangunan-bangunan
megalitik tersebut.

Kehidupan yang serba tergantung kepada alam membuat polahidup yang bergotong-royong.
Dalam melakukan penyembahan terhadaproh leluhur maupun kekuatan alam, masyarakat
prasejarah inimelakukannya secara bersama-sama. Yang memimpin upacara itu
adalahmereka yang berusia paling tua atau dituakan oleh masyarakat yang bersangkutan.
Pemimpin inilah yang berhak menentukan kapan acara “sedekah bumi” dan upacara-upacara
religius lainnya dilakukan. Dialah juga yang dipercayai masyarakat dalam hal mengusir roh
jahat, mengobati orang sakit, dan menghukum warganya yang melanggar nilai atau hukum
yang diberlakukan.Setelah kedatangan orang-orang India, masyarakat sunda kuno mulai
terpengaruh ajaran-ajaran hindu dan buddha. Penemuan sejumlah arca dan batu bercorak
hindu dan buddha (meski dibuat sangat sederhana) menandakan bahwa mereka, terutama
kaum bangsawan mempercayai dan mempraktikkan ajaran-ajaran agama hindu budha. Meski
jarang sekaliditemukan candi yang bercorak Hindu-Buddha, tak dipungkiri bahwa
masyarakat sunda kuno terutama keluarga raja menganut agama-agamadari india itu, yang
kemudian dipadukan dengan kepercayaan nenek-moyang mereka, yaitu sunda wiwitan.

2.4 Kehidupan Sosial Pada Zaman Megalitikum


Pada zaman ini manusia melakukan banyak kegiatan yang menyangkut kehidupannya.
Mereka sudah mepunyai aktifitas seperti berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok
tanam.Kebudayaan megalithikum adalah kebudayaan yang menghasilkan bangunan-
bangunan dari batu besaryang muncul sejak zaman Neolithikum. Kehidupan dalam
masyarakat masa perundagian memperlihatkan rasa solidaritas yang kuat. Peranan solidaritas
ini tertanam dalam hati setiap orang sebagai warisan yang telah berlaku sejak nenek
moyang.

Manusia pendukung dari zaman megalithikum sudah didominasi oleh Homo Sapiens.
Manusia Homo Sapiens ini antara lain berasal dari bangsa Proto Melayu, yaitu sekitar 2000
tahun sebelum masehi, yang juga di dominasi oleh Suku Nias, Dayak, Sasak, Toraja. Adat
kebiasaan dan kepercayaan merupakan pengikat yang kuat dalam mewujudkan sifat itu.
Akibatnya, kebebasan individu agak terbatas karena adanya aturan-atauran yang apabila
dilanggar akan membahayakan masyarakat. Pada masa ini sudah ada kepemimpinan dan
pemujaan kepada sesuatu yang suci diluar diri manusia yang tidak mungkin disaingi serta
berada diluar batas kemampuan manusia.

Ciri-cirinya adalah
1. Manusia sudah dapat membuat dan meninggalkan kebudayaan yang terbuat dari batu-
batu besar.
2. Berkembang dari zaman neolitikum sampai zaman perunggu.
3. Manusia sudah mengenal kepercayaan utamanya animisme.

2.5 Peninggalan Zaman Megalitikum


1.Menhir

Menhir adalah tugu atau batu yang tegak, yang sengaja ditempatkan di suatu tempat untuk
memperingati orang yang sudah meninggal. Batu tegak ini berupa media penghormatan dan
sekaligus lambang bagi orang-orang yang sudah meninggal tersebut.

Menhir adalah batu yang serupa dengan dolmen, merupakan batuan dari periode neolitikum
yang umum ditemukan di perancis, inggris,irlandia, spanyol dan italia. Batu-batu ini
dinamakan juga megalitik (batu besar) dikarenakan ukurannya. Mega dalam bahasa Yunani
artinya besar danlith berarti batu Para arkeolog mempercayai bahwa situs inidigunakan untuk
tujuan religius dan memiliki makna simbolis sebagai sarana penyembahan arwah nenek
moyang.

2. Punden berundak

Punden berundak merupakan bangunan yang di susun secara bertingkat-tingkat yang di


maksudkan untuk melakukan pemujaan terhadap roh nenek moyang, bangunan ini kemudian
menjadi konsep dasar bangunan candi pada masa hindu budha. Struktur dasar punden
berundak ditemukan pada situs-situs purbakala dari periode kebudayaan megalit-neolitikum
pra hindu budha masyarakat austronesia. Bangunan tersebutdianggap sebagai bangunan yang
suci, dan lokasi tempat penemuannya adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lereng
Bukit Hyang di JawaTimur.

3. Kubur batu

Bentuknya mirip seperti bangunan kuburan seperti yang dapat kitalihat saat ini, umumnya
tersusun dari batu yang terdiri dari dua sisi panjang dan dua sisi lebar. Sebagian besar kubur
batu yang di temukan terletak membujur dari arah timur ke barat. Pada masa pra sejarah
ketika kebudayaan megalitikum berkembang bahwa kubur batu merupakansalah satu dari
jenis peninggalan batu-batu besar (megalit). Sedangkansesuai dengan namanya fungsi dari
kubur batu sendiri sebagai tempat penguburan bagi orang-orang yang dihormati di
lingkungan masyarakatyang hidup pada masa megalit. Kubur batu ini sudah dilakukan
pengamanan dengan cara diberi pagar keliling yang terbuat dari kayu dengan ukuran panjang
5,50 meter dan lebar 5 meter. Sedang bagian atasdi beri cungkup seng dengan tiang
penyangga dari kayu dan pondasi semen.

4. Sarkofagus

Sejenis kubur batu tetapi memiliki tutup di atasnya, biasanya antarawadah dan tutup
berukuran sama. Pada dinding muka sarkofagus biasanya diberi ukiran manusia atau binatang
yang dianggap memiliki kekuatan magis. Sarkofagus sering disimpan di atas tanah. Oleh
karena itu sarkofagus seringkali diukir, dihias dan dibuat dengan teliti. Beberapa dibuat untuk
dapat berdiri sendiri, sebagai bagian dari sebuah makam atau beberapa makam sementara
beberapa yang lain dimaksudkan untuk disimpan di ruang bawah tanah. Di mesir kuno,
sarkofagus merupakan lapisan perlindungan bagi mumi keluarga kerajaan.

5. Dolmen

Dolmen merupakan bangunan megalitik yang memiliki banyak bentuk dan fungsi, sebagai
pelinggih roh atau tempat sesaji pada saat upacara. Dolmen biasanya di letakan di tempat-
tempat yang dianggap keramat, atau di tempat pelaksanaan upacara yang ada hubungannya
dengan pemujaan kepada roh leluhur. Dolmen adalah sebuah meja yang terbuat dari batu
yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah
dolmen dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh
binatang buas makakaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu. Hal ini
menunjukan kalau masyarakat pada masa itu meyakini akan adanya sebuah hubungan antara
yang sudah meninggal dengan yang masih hidup,mereka percaya bahwa apabila terjadi
hubungan yang baik akan menghasilkan keharmonisan dan keselarasan bagi kedua belah
pihak.

6. Arca batu

Arca batu banyak di temukan di beberapa tempat di wilayah indonesia, diantaranya pasemah,
sumatra selatan dan sulawesi tenggara.Bentuknya dapat menyerupai binatang atau manusia
dengan ciri negrito. Di pasemah ditemukan arca yang dinamakan batu gajah, yaitu sebongkah
batu besar berbentuk bulat diatasnya terdapat pahatan wajah manusia yang mungkin
merupakan perwujudan dari nenek moyang yang menjadi objek pemujaan.

7. Waruga

Waruga adalah kubur batu yang tidak memiliki tutup, waruga banyak ditemukan di situs
Gilimanuk, Bali. Waruga adalah kubur atau makam leluhur orang minahasa yang terbuat dari
batu dan terdiri dari dua bagian.Bagian atas berbentuk segitiga seperti bubungan rumah dan
bagian bawah berbentuk kotak yang bagian tengahnya ada ruang.

2.6 BUDAYA MEGALITHIKUM DI INDONESIA

1.Pasemah
merupakan wilayah dari Propinsi Sumatera Selatan.Tinggalan megalitik Pasemah muncul
dalam bentuk yang begitu unik, patung-patung dipahat dengan begitu dinamis dan
monumental,yang mencirikan kebebasan sang seniman dalam memahat.

Megalitik Pasemah adalah peninggalan tradisi budaya megalitik di daerah Pasemah


(Sumatera Selatan). Megalitik diwilayah Pasemah muncul dengan bentuk yang unik, langka,
dan mengandung unsur kemegahan serta keagungan yang terwujud dalam bentuk-bentuk
yang sangat monumental. Simbol-simbolyang ingin disampaikan oleh pemahat erat kaitannya
dengan pesan- pesan religius.

Budaya megalitik Pasemah mulai diteliti pertama kali danditulis oleh L. Ullmann dalam
artikelnya Hindoe-belden in binnen landen van Palembang yang dimuat oleh Indich Archief
(1850). Dalam tulisan Ullmann tersebut H. Loffs menyimpulkan bahwa arca-arca tersebut
merupakan peninggalan dari masa Hindu.namun pendapat ini ditentang oleh Van der Hoop
pada tahun 1932,ia menyatakan bahwa peninggalan tersebut dari masa yang lebih tua. Setelah
penelitian Van der Hoop, penelitian tentang megalitikPasemah dilanjutkan oleh peneliti-
peneliti arkeologi, seperti R.P.Soejono, Teguh Asmar, Haris Sukendar, Bagyo Prasetyo,
penelitidari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan peneliti dari Balai Arkeologi Palembang
secara intensif melakukan penelitian diwilayah Pasemah sampai saat ini. Penampilan
peninggalan budayamegalitik Pasemah sangat "sophiscated" dengan tampilnya pahatan-
pahatan yang begitu maju, dan digambarkan alat-alat yangdibuat dari perunggu memberikan
tanda bahwa megalitik Pasemahtelah berkembang dalam arus globalisasi (pertukaran) budaya
yang pesat. Alat-alat perunggu yang dipahat adalah nekara yangmerupakan kebudayaan
Dongson, Vietnam. Temuan peninggalan megalitik di pasemah begitu banyak variasinya,
berdasarkan survei yang dilakukan peneliti Balai Arkeologi Palembang, Budi Wiyanatelah
menemukan 19 situs megalitik baik yang tersebar secaramengelompok maupun sendiri
(1996).

2. Nias

Etnik Nias masih menerapkan beberapa elemen megalitikdalam kehidupannya. Contohnya


Rangkaian kegiatan mendirikan batu besar (dolmen) memperingati kematian seorang
penting di Nias. Upacara lompat batu Nias Rangkaian kegiatan mendirikan batu besar
(dolmen) untukmemperingati kematian seorang penting di Nias (awal abad ke-20).Etnik Nias
masih menerapkan beberapa elemen megalitik dalam kehidupannya. Lompat batu dan kubur
batu masih memperlihatka nelemen-elemen megalitik. Demikian pula ditemukan batu besar
sebagai tempat untuk memecahkan perselisihan.

2. Sumba

Etnik Sumba di Nusa Tenggara Timur juga masih kental menerapkan beberapa elemen
megalitik dalam kegiatan sehari-hari.Kubur batu masih ditemukan di sejumlah
perkampungan. Meja batu juga dipakai sebagai tempat pertemuan adat.

2.7 ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI


Pada bidang teknologi, di samping berusaha menciptakan perkakas untuk keperluan sehari-
hari, kemudian mengalami kemajuan dengan mulaidiciptakannya benda-benda yang bernilai
estitika dan ekonomis. Pada teknologi pembuatan gerabah misalnya, ternyata di samping
membuat untuk keperluan sehari-hari, mulai dilakukan juga pembuatan gerabah yang bernilai
seni dan ekonomis. Keragaman bentuk dan motif hias gerabah Indonesia ini kemudian
memunculkan beberapa kompleks pembuatan gerabah yang sangat menonjol, antara lain
kompleks gerabah Buni, (Bekasi), komplek gerabah Gilimanuk (Bali), dan kompleks gerabah
Kalumpang (Sulawesi Selatan).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada zaman megalitikum di indonesia, manusia purba telahmengenal suatu kepercayaan
terhadap kekuatan gaib atau luar biasadiluar kekuatan manusia. Selain memuja benda-benda
dan binatang yangmenakutkan dan dianggap gaib, manusia purba juga menyembah
arwahleluhurnya.Manusia pendukung dari zaman megalithikum sudah didominasioleh Homo
Sapiens. Kebudayaan Megalithikum menyebar ke indonesiamelalui 2 gelombang, yaitu :

1. Megalithikum Tua menyebar ke Indonesia pada zaman Neolithikum(2500-1500 SM)


dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi(Proto Melayu). Contoh: menhir,
punden berundak-undak, Arca, Statis
2. Megalithikum Muda menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu(1000-100 SM)
dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson (DeutroMelayu). Contoh: peti kubur
batu, dolmen, waruga Sarkofagus danarca-arca dinamis.

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini tentunya banyak sekali kekurangan yang ada. Untuk itu
dibutuhkan sekali saran dan kritik, agar dalam pembuatan makalah berikutnya dapat
diperbaiki dan lebih baik lagi. Bagi para pembaca makalah ini, harusnya kita semua dapat
mengambil pelajaran dari sejarah masa lampau. Karena dengan demikian kita semua dapat
memperbaiki keadaan dan peradaban masa kini.

DAFTAR PUSTAKA

 http://epri-wismark.blogspot.com/
 www.sridianti.com/peninggalan-zaman-megalitikum.html

Anda mungkin juga menyukai