Secara etimologi, megalitikum berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yang
artinya batu.
Oleh karena itu, zaman megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar, di mana
masyarakatnya menggunakan peralatan dari batu yang berukuran besar. Disebut zaman batu
besar karena pada zaman itu manusia sudah dapat membuat kebudayaan yang terbuat dari
batu-batu besar. Kebudayaan ini berkembang dari zaman neolitikum sampai zaman perunggu.
Pada periode ini, setiap bangunan yang didirikan oleh masyarakat sudah mempunyai fungsi
yang jelas.
Budaya megalitikum sendiri lebih mengarah pada sebuah pemujaan terhadap roh leluhur.
Kepercayaan
Sistem kepercayaan yang dianut pada zaman tersebut secara garis besar terbagi
menjadi dua, yaitu animism dan dinamisme.
Pengertian Animisme
Kata animisme berasal dari bahasa Latin, yaitu anima yang berarti ‘roh’. Kepercayaan
animisme adalah kepercayaan kepada makhluk halus dan roh. Paham animisme mempercayai
bahwa setiap benda di bumi ini (seperti laut, gunung, hutan, gua, atau tempat-tempat
tertentu), mempunyai jiwa yang mesti dihormati agar jiwa tersebut tidak mengganggu
manusia, atau bahkan membantu mereka dalam kehidupan ini.
Banyak kepercayaan animisme yang berkembang di masyarakat Nusantara. Contohnya
adalah kepercayaan masyarakat Nias yang meyakini bahwa tikus yang sering keluar masuk
rumah adalah jelmaan dari roh wanita yang meninggal dalam keadaan melahirkan. Atau,
keyakinan bahwa roh orang yang sudah meninggal bisa masuk ke dalam jasad binatang lain,
seperti babi hutan dan harimau. Biasanya, roh tersebut akan membalas dendam terhadap
orang yang pernah menyakitinya ketika hidup.
Pengertian Dinamisme
Perkataan dinamisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu dunamos, sedangkan dalam bahasa
Inggris berarti dynamic dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan arti kekuatan,
daya, atau kekuasaan. Definisi dari dinamisme memiliki arti tentang kepercayaan terhadap
benda-benda di sekitar manusia yang diyakini memiliki kekuatan ghaib.
Dalam Ensiklopedi umum, dijumpai definisi dinamisme sebagai kepercayaan keagamaan
primitif yang ada pada zaman sebelum kedatangan agama Hindu di Indonesia. Dinamisme
disebut juga dengan nama preanimisme, yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda atau
makhluk mempunyai daya dan kekuatan. Maksud dari arti tadi adalah kesaktian dan kekuatan
yang berada dalam zat suatu benda dan diyakini mampu memberikan manfaat atau
marabahaya. Kesaktian itu bisa berasal dari api, batu-batuan, air, pepohonan, binatang, atau
bahkan manusia sendiri.
megalitikum muncul untuk digunakan masyarakat yang hidup pada masa tersebut sebagai alat
peribadatan atau penguburan. Dan dari hasil penelusuran, telah diketahui bahwa peninggalan
zaman megalitikum ini tidak hanya berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan yang bersifat
sakral, banyak sekali peninggalan yang ada hubungannya dengan kebutuhan sehari-hari pun
juga disebut sebagai peninggalam zaman megalitikum, contohnya ada batu tegak yang
berfungsi sebagai batas perkampungan, lalu ada susunan batu-batu besar untuk persawahan,
ada juga lumpang batu yang dipergunakan untuk menumbuk biji-bijian, dan lain-lain.
Kepercayaan terhadap animisme telah berlangsung terus sampai sekarang dan mengalami
proses evolusi yang sangat panjang. Di beberapa suku bangsa di Indonesia kepercayaan
tersebut masih ada walaupun dengan bentuk yang berbeda-beda. Aktivitas masyarakat di
zaman sekarang pun masih ada yang terkait dengan kepercayaan masyarakat megalitikum,
contohnya:
Upacara tertentu yang biasanya dilakukan oleh sesorang yang memiliki keahlian
khusus yang bisa menghubungkan dunia nyata dengan roh halus. Biasanya orang
yang memiliki keahlian tersebut adalah seorang yang berprofesi sebagai dukun
atau kuncen
Banyak anggota masyarakat modern yang masih percaya dengan benda yang
dimiliki oleh masing-masing personal seperti batu akik (cincin) yang diduga bisa
membawa berkah dan zaman dulu mayoritas masyarakat setempat memiliki batu
cincin tersebut.
Mata Pencaharian
Ada sebagian jenis manusia pendukung yang hidup di era megalitikum, antara lain bagaikan
berikut:
Homo Sapiens ini antara lain berasal dari bangsa Proto Melayu, ialah dekat 2000
tahun saat sebelum masehi, yang pula didominasi oleh Suku Nias, Dayak, Sasak,
Toraja.
Homo sapiens (homosapien) atau "manusia cerdas" merupakan fosil manusia purba
yang paling mirip dengan manusia modern. Sejarah persebarannya berawal dari
Afrika sebelum meluas ke belahan dunia lainnya, termasuk Kepulauan Nusantara atau
Indonesia. Berdasarkan catatan Hasnawati dalam buku Sejarah (2020:11), fosil tertua
Homo sapiens paling banyak ditemukan di Afrika. Perihal pendapat ini, peneliti
memanfaatkan teori Out of Afrika (Stringer dan Brauer) dan beberapa bukti
pendukung seperti genetika, linguistik, serta arkeologi.
Teori Multiregional Evolution Model menyatakan bahwa Homo sapiens melahirkan ras-ras
baru. Begitulah yang terjadi di Indonesia karena ternyata ada dua subjenis Homo sapiens,
yakni Homo wajakensis dan Homo floresiensis. Dalam buku Sejarah Indonesia (2014:26),
Amurwani Dwi dan kawan-kawan menjelaskan, Homo wajakensis adalah jenis Homo sapiens
yang ditemukan tahun 1889 oleh B.D. van Rietschoten di Tulungagung, Jawa Timur. Pada
1890, Eugene Dubois menemukan lagi fosil tersebut di lokasi yang sama. Diduga, manusia
cerdas dari Jawa Timur ini mengalami evolusi hingga menjadi sub-ras Melayu Indonesia dan
Austromelanesoid. Penemuan ini memberi pernyataan bahwa Indonesia sejak 40.000 tahun
lalu telah dihuni oleh Homo sapiens.
Jenis ini memiliki ukuran volume otak jauh lebih kecil dari Homo sapiens pada umumnya,
yakni hanya 380 cc. R.P Soejono dan Mike J. Morwood menemukan fosil ini sebanyak 6
individu. Manusia purba tersebut ternyata sudah mengenal alat-alat perlengkapan sederhana
dari bahan batu. Bukan hanya itu, Yuval Noah Harari dalam Sapiens (2011:21) menjabarkan,
Homo sapiens sudah menggunakan bahasa yang akhirnya menyokong penciptaan teknologi
serta penaklukkan dunia.
Hidup kisaran 25.000 sampai 40.000 tahun silam. Sudah memiliki bahasa komunikasi.
Mampu membuat alat-alat sederhana dari bahan batu. Sudah membuat lukisan-lukisan yang
menggambarkan kehidupan.
6. Menggunakan sistem hukum rimba (primus interpercis), yakni memilih yang terkuat
dari yang terkuat.
Perbesar