Anda di halaman 1dari 16

Mengenal

Manusia Purba
Pola
Hunian
POLA HUNIAN
Pola hunian manusia di zaman praaksara memiliki dua ciri khas yaitu, memiliki kedekatan
dengan sumber mata air dan berada di alam terbuka.Pola hunian di zaman praaksara dapat
diidentifikasi melalui letak geografis situs dan kondisi lingkungan di sekitarnya. Contohnya
manusia yang memiliki ketergantungan terhadap kesediaan air.
• Misalnya,pada situs purba di sepanjang sungai Bengawan
Solo(Sambungmacan,Sangiran,Ngawi, Trinil, dan Ngandong). Selain digunakan untuk
bertahan hidup, sumber mata air juga difungsikan sebagai sarana mobilitas dari satu
tempat ke tempat yang lainnya.

Pola Hunian Zaman Berburu dan Meramu hingga Bercocok Tanam


Di zaman praaksara, manusia hidup berpindah-pindah untuk menemukan sumber penghidupan.manusia di zaman praaksara
memiliki ketergantungan yang tinggi pada alam. Akibatnya mereka selalu berpindah-pindah tempat tinggal dan bergantung pada
bahan makanan yang tersedia.Manusia Meganthropus dan Pithecanthropus menjadikan lingkungan sungai, pantai, danau, dan
tempat dengan sumber air lainnya sebagai tempat tinggal. Mereka membuat sekat dan atap dari dedaunan dan beristirahat di
bawah pepohonan besar.Pada masa berburu dan meramu, manusia purba bertempat tinggal di gua ataupun di tepi pantai. Di
zaman ini, mereka selalu berpindah-pindah karena hanya mengenal sistem food gathering.
Food gathering adalah pengumpulan dan penyeleksian bahan makanan. Di zaman tersebut, manusia purba
belum mampu mengusahakan jenis tanaman untuk dijadikan bahan makanan.Barulah pada masa peralihan
Mesolitikum menuju Neolitikum, sistem food gathering berevolusi menuju food producing.Pada sistem food
producing, manusia purba telah memproduksi makanan melalui proses bercocok tanam. Kegiatan tersebut
secara tidak langsung mempengaruhi pola hunian mereka.Manusia purba melakukan kegiatan bercocok
tanam di sekitar tempat tinggalnya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, tanah di sekeliling tempat
tinggal mereka habis. Kondisi itu mengharuskan mereka berpindah dan mencari lahan pertanian baru.
MENGENAL
SISTEM
KEPERCAYAAN
MANUSIA PADA
ZAMAN
PRAAKSARA
Masa Praksara
Masa praaksara adalah masa sebelum manusia mengenal bentuk tulisan. Akan tetapi
manusia praaksara pada zaman Mesolitikum sudah mulai mengenal sistem kepercayaan.
Sistem kepercayaan adalah suatu sistem yang membuat seseorang meyakini sesuatu hingga
mempengaruhi pola pikir dan tingkah lakunya sehari-hari. Sistem kepercayaan tersebut,
pada umumnya dipegang teguh dalam menjalani kehidupan dan dianggap sebagai pedoman
hidup.
sistem kepercayaan manusia zaman praaksara diprediksi ada pada masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat lanjut.Salah satu bukti yang memperkuat keberadaan
sistem kepercayaan manusia zaman praaksara, yakni terdapat lukisan perahu pada nekara
atau gendang besar dari perunggu.Di lukisan tersebut terdapat sebuah gambar kendaraan
yang akan mengantarkan roh nenek moyang ke alam kubur. Dengan demikian dapat
diartikan bahwa pada masa itu manusia purba sudah percaya dengan roh nenek moyang
ADA BEBERAPA SISTEM
KEPERCAYAAN LAIN YANG
ROH
DITERAPKAN PADA MASA TERSEBUT
NENEK ANIMISME
MOYANG
kepercayaan terhadap roh nenek moyang Manusia pada masa itu mulai terbuka dan
hadir saat manusia mengalami mimpi mengerti sebab akibat dari gejala alam yang
dalam tidurnya. Dalam mimpi itu, ia dirasakan. Setelah itu mereka mencari tahu solusi
melihat dirinya ada di tempat yang atas masalah dari gejala alam tersebut. Pada
berbeda dari tubuh jasmaninya.Mereka akhirnya mereka menganggap bahwa penyebab
percaya bahwa tubuh yang ada di tempat gejala atau fenomena tersebut berasal dari roh.
merupakan jiwa yang terlepas dari Mereka percaya roh merupakan penentu dan
jasmani. Dengan demikian setiap ada pengatur alam semesta. Pada sistem kepercayaan
orang yang mati, roh dari orang tersebut ini, manusia pada zaman praaksara menjalani
akan dihormati atau dipuja-puja. ritual seperti pembacaan doa dan pemberian
sesajen.
DINAMISME TOTEMISME MONOISME
Sistem kepercayaan Totemisme merupakan Monoisme adalah
dinamisme adalah keyakinan bahwa kepercayaan terhadap
kepercayaan yang binatang tertentu patut Tuhan Yang Maha Esa.
meyakini keberadaan dipuja karena suci dan Pada sistem
kekuatan gaib atau mistis mempunyai kekuatan kepercayaan ini manusia
di dalam benda-benda gaib di mulai berpikir lebih
tertentu. dalamnya.Biasanya jauh dengan apa yang
binatang yang disembah dialaminya selama
tidak boleh diburu dan hidup.
dimakan.
KEDATANGAN
PROTO
MELAYU DAN
DEUTRO
MELAYU DI
INDONESIA
SEJARAH KEDATANGAN
Melayu Proto atau Melayu Tua adalahPROTO MELAYU
istilah untuk Melayu "gelombang" pertama dari dua "gelombang" migrasi
yang dulu diperkirakan terjadi dalam pendudukan Nusantara oleh penutur bahasa Austronesia. Menurut teori
"dua gelombang" ini, termasuk Melayu Tua di Indonesia adalah Toraja (Sulawesi Selatan), Sasak (Lombok),
Dayak (Kalimantan Tengah), Batak (Sumatera Utara), Nias (pantai barat sumatera utara), Rejang, dll. Teori ini
tidak lagi diakui penggunaannya, karena para arkeolog menyimpulkan bahwa tidak ada dasar arkeologis yang
berarti menunjukkan adanya perbedaan antara Melayu Proto dan Melayu Deutero. Di Malaysia, istilah Proto-
Melayu masih digunakan untuk sebuah suku yang bernama Orang Asli. Bangsa melayu Tua (Proto Melayu)
merupakan rumpun Austronesia yang datang dan tinggal di kepulauan Indonesia pada masa perpindahan
pertama. Mereka datang ke Indonesia melalui jalur barat dan jalur timur. Jalur barat yang dimaksud adalah
masuk ke Indonesia melalui Malaysia selanjutnya ke Sumatera. Sebaliknya, jalur timur yang dimaksud adalah
masuk ke Indonesia melalui Filipina dan Sulawesi. Suku bangsa Indonesia sekarang ini yang diduga masih ada
kaitan atau keturunan dari bangsa Melayu Tua (Proto Melayu) adalah suku Dayak dan suku Toraja. Mereka
kemudian berpindah kepedalaman karena kedatangan deutro melayu ke indonesia.
SEJARAH KEDATANGAN
Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu) merupakan rumpun Austronesia yang datang dan tinggal di kepulauan
DEUTRO
Nusantara pada masa perpindahan MELAYU
yang kedua. Melayu Deutero atau Melayu Muda adalah istilah yang pernah
digunakan untuk populasi yang diperkirakan datang pada "gelombang kedua" setelah "gelombang pertama" dari
Melayu Proto. Populasi ini dikatakan datang pada Zaman Logam (kurang lebih 1500 SM). Suku bangsa di
Indonesia yang termasuk dalam Melayu Muda adalah Aceh, Minangkabau, Jawa, Sunda, Melayu, Betawi,
Manado, dll.Teori ini tidak lagi diakui penggunaannya, karena para arkeolog menyimpulkan bahwa tidak ada
dasar arkeologis yang berarti yang menunjukkan adanya perbedaan antara Melayu Proto dan Melayu Deutero.
Bangsa Deutro Melayu yang datang pada gelombang kedua akhirnya berbaur (berasimilasi) dengan bangsa Proto
Melayu yang telah lebih dahulu datang dan mendiami wilayah kepulauan Nusantara. Bangsa Deutro Melayu
masuk Indonesia diduga menempuh rute dari Yunan (Teluk Tonkin), Vietanam, Semenanjung Malaysia, dan
sampailah di Indonesia. Suku bangsa di Indonesia yang sampai saat ini masih keturunan bangsa Deutro Melayu
adalah suku Jawa, Melayu, dan Bugis. Bangsa Melayu memiliki ciri-ciri Mongoloid lebih dominan, selain juga
terdapat ciri Austromelanesoid. Bangsa Melayu sebagian besar mendiami wilayah Indonesia bagian barat dan
bagian tengah. Sebaliknya, wilayah Indonesia bagian timur banyak didiami oleh manusia dengan ciri
Austromelanesoid lebih dominan.
Jalur
Kedatangan
Proto dan
Deutro
Melayu
BUDAYA
PROTO
MELAYU
DAN
DEUTRO
MELAYU
BUDAYA PROTO MELAYU
Bangsa Proto Melayu memiliki kebudayaan yang setingkat lebih tinggi dari pada kebudayaan Homo Sapiens
Indonesia. Kebudayaan mereka adalah kebudayaan batu-baru atau Neolitikum (neo = baru, lithos = batu).
Meskipun barang-barang hasil kebudayaan mereka masih terbuat dari batu, tetapi telah dikerjakan dengan baik.
Barang-barang hasil kebudayaan yang terkenal ialah kapak persegi dan kapak lonjong. Kebudayaan kapak
persegi dibawa oleh bangsa Proto Melayu yang melalui jalan barat, sedangkan kebudayaan kapak lonjong
dibawa melalui jalan timur.
BUDAYA DEUTRO MELAYU
Mereka telah memiliki kebudayaan yang lebih tinggi daripada bangsa Proto Melayu. Peradaban mereka ditandai
dengan kemampuan mengerjakan logam dengan sempurna. Barang-barang hasil kebudayaan mereka telah
terbuat dari logam. Mula-mula dari perunggu dan kemudian dari besi. Hasil kebudayaan logam di Indonesia
yang terpenting ialah kapak corong atau kapak sepatu dan nekara. Di bidang pengolahan tanah, mereka telah
sampai pada usaha irigasi atas tanah-tanah pertanian yang berhasil mereka wujudkan, yakni dengan membabat
hutan terlebih dahulu. Sudah selayaknya mereka mencari daerah-daerah seperti di Jawa dan pantai-pantai
Sumatra untuk digarap seperti di negeri asal mereka. Mereka juga telah mengenal perikanan laut dan pelayaran,
sehingga rute perpindahan ke Nusantara juga memanfaatkan jalan laut.
THANKS
By:Bintang

Anda mungkin juga menyukai