Kehidupan)
Dalam kesempatan kali ini pintasilmu.com akan menjelaskan dengan jelas mengenai sejarah
manusia purba di indonesia
Seperti kalian lihat masa quartair terbagi menjad 2, yaitu masa dilluvium (pleistocen) dan
masa alluvium (holocen). Masa dilluvium menurut Dr. Von Koenigswald dibagi menjadi 3
lapisan yaitu, lapisan bawah, lapisan tengah dan lapisan atas. Di tiap-tiap bagian atau lapisan
terdiri dari fosil manusia purba.
A. Dilluvium Bawah
Dari lapisan ini ditemukan sisa-sisa fosil dan 3 jenis manusia purba, yaitu:
B. Dilluvium Tengah
Jenis manusia purba yang Iebih muda di temukan oleh Dr. Eugene Dubois. manusia tersebut
diberi nama Pithecanthropus Erectus, yang artinya : manusia kera dengan berjalur tegak.
C. Dilluvium Atas
Manusia purba yang termuda dari jenis lainnya masa dilluvium, di temukan di Ngandong dan
diberi nama Homo Soloensis. Sedangkan jenis manusia purba yang sama dengan yang di
temukan di Wajak (Tulungagung) di beri nama dengan sebutan Homo Wajakensis.
Manusia purba indonesia meski primitif namun, ternyata telah memiliki kebudayaan
tersendiri. Peninggalan-peninggalan khas kebudayaannya di temukan di daerah Pacitan dan
Ngandong. Baik kebudayaan Pacitan maupun kebudayaan Ngandong merupakan satu
kebudayaan yang sama yaitu kebudayaan batu tua.
Mereka belum tahu mengenai cara untuk bercocok tanam ataupun berternak. Bahan
pangan mereka di dapatkan langsung dari alam sekitar. semisal berburu, memetik
buah-buahan yang ada di sekitar dan lain-lain.
Mereka tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap, melainkan hanya berpindah dari
tempat satu ke tempat lainnya secara berkelompok.
D. HOMO SAPIENS
Homo Sapiens
Homo Sapiens yang artinya manusia cerdik. Homo Sapiens merupakan manusia yang asalnya
dari masa alluvium atau holocen. Homo Sapiens sempat di duga sebagai nenek moyang dari
manusia sekarang. Budaya dari Homo Sapiens setapak lebih maju di bandingkan kebudayaan
dari manusia purba. Kebudayaan dari Homo Sapiens di kenal dengan nama kebudayaan batu
tengah atau Mesolithicum.
Homo Sapiens memiliki tempat tinggal yang tetap dan hampir melakukan cocok-tanam. Di
pinggir pantal Homo Sapiens tinggalnya dirumah-rumah panggung, sedang di daerah
pedalaman tempat tinggalnya berada di gua. Hal itu dilihat dengan ditemukannya
kyokkenmoddinger di Sumatra Timur dan beberapa relief di dalam gua-gua daerah Sulawesi
Selatan.
Adapun yang dimaksud kyokkenmoddinger adalah bukit kulit kerang. namapaknya orang
yang menghuni rumah panggung itu sangat suka makan kerang. setelah diambil dagingnya,
kulit kerang-kerang itu dibuang dibawah rumah mereka. Lama kemudian kulit kerang itu
bertumpukan sehingga membukit.