Anda di halaman 1dari 47

BAB 2

PERADABAN INDONESIA ZAMAN


PRAAKSARA

Sumber: Museum Nasional


PETA KONSEP
Perkembangan Bumi dan Munculnya Makhluk
Hidup

Terbentuknya Kepulauan Indonesia

PERADABAN INDONESIA Corak Kehidupan dan Hasil-hasil Budaya Manusia


ZAMAN PRAAKSARA pada Masa Praaksara Indonesia

Hasil Kebudayaan pada Masyarakat Praaksara


Tingkat Lanjut: Tradisi Lisan

Kesinambungan Hasil Budaya Manusia Praaksara


dan Manusia Modern
A. Perkembangan Bumi dan Munculnya
Makhluk Hidup

1. Asal-usul bumi dan makhluk hidup


Awal mula terbentuknya alam semesta adalah terjadinya Big Bang (Ledakan
Dahsyat atau Dentuman Besar) sekitar 13,7 miliar juta tahun lalu. Sebagai
hasil dari lontaran dahsyat itu, bumi awalnya berbentuk gumpalan gas yang
panas dan terus-menerus berputar. Semakin lama semakin mendingin dan
akhirnya berbentuk seperti bola padat. Proses ini telah berjalan cukup
panjang (berevolusi), kurang lebih 2,5 miliar tahun, hingga mencapai
keadaan seperti sekarang.
Masa
arkaekum

Masa
Teori paleozoikum
Geologi Masa
mesozoikum Zaman
Masa tersier
neozoikum Zaman
kuarter

Sumber: PublicDomainPictures, pixabay.com

Fosil trilobita pada masa


Paleozoikum
2. Perkembangan makhluk hidup
Kehidupan itu muncul pertama kali pada masa Paleozoikum, lalu
berkembang pada masa Mesozoikum. Selanjutnya pada masa Neozoikum,
tepatnya pada kala Pleistosen, manusia purba mulai muncul. Bahkan pada
kala Holosen (masa Neozoikum), manusia purba telah berkembang lebih
sempurna lagi, yaitu dengan munculnya jenis Homo sapiens yang ciri-cirinya
mirip dengan manusia sekarang.
Menurut Charles Darwin (teori Darwin), bahwa manusia sekarang adalah
bentuk sempurna dari dari sisa-sisa kehidupan purbakala yang berkembang
dari jenis primata, antropoidea, hominidae (bangsa kera dan simpanse), lalu
Homo sapiens. Dengan demikian, manusia berasal dari kera.

• Teori evolusi, termasuk evolusi manusia, itu telah lama menjadi


kontroversi.
• Para penentang teori evolusi umumnya mendukung konsep kemunculan
seketika makhluk hidup tanpa ada kaitannya dengan semacam leluhur
yang lebih primitif (teori kreasionisme). Orang yang meyakini teori
kreasionisme akan mengatakan bahwa kemunculan tiba-tiba atau seketika
itulah yang disebut penciptaan oleh Tuhan.
B. Terbentuknya Kepulauan Indonesia

1. Tenaga endogen: pergerakan lempeng tektonik

• Ketidakstabilan akibat pergerakan lempeng tektonik itu sudah


dimulai pada masa Mesozoikum sekitar 60 juta tahun yang lalu,
dan terus berlanjut pada masa Neozoikum.
• Indonesia dibentuk oleh tiga lempeng besar dunia, yakni
lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Di
samping itu, terdapat juga Lempeng Filipina yang lebih kecil.
Tiap-tiap lempeng ini memiliki arah gerakan yang berbeda.
2. Tenaga eksogen (Tenaga yang berasal dari luar bumi)

• Sifat umum tenaga eksogen adalah merombak bentuk


permukaan bumi hasil bentukan dari tenaga endogen. Contohnya
adalah tebing dan bukit.
• Secara umum tenaga eksogen berasal dari 3 sumber: (i) atmosfer,
yaitu perubahan suhu dan angin; (ii) air, yaitu bisa berupa aliran
air, siraman hujan, hempasan gelombang laut, gletser, dan
sebagainya; (iii) organisme, yaitu berupa jasad renik, tumbuh-
tumbuhan, hewan, dan manusia.
3. Perubahan iklim

• Perubahan iklim berupa turunnya muka laut sekitar 60–70 meter


di bawah muka semula karena bagian terbesar air di dunia
membeku (zaman glasial), terutama di bagian bumi utara dan
selatan. Laut-laut yang dangkal itu kemudian berubah menjadi
daratan.
• Daratan di wilayah barat yang menghubungkan Indonesia dengan
daratan Asia Tenggara kemudian disebut Paparan Sunda (Sunda
Shelf), sedangkan di wilayah timur daratan yang menghubungkan
Pulau Papua dan pulau-pulau sekitarnya dengan Australia disebut
Paparan Sahul (Sahul Shelf).
• Namun dalam perkembangannya terjadi kenaikan suhu yang
menyebabkan sebagian dataran yang menghubungkan Indonesia
dengan Asia Tenggara maupun Australia tenggelam kembali.
Sumber: Maximilian Dörrbecker (Chumwa, wikimedia.org

Ilustrasi Paparan Sunda dan Paparan Sahul beserta Garis


Wallace, Garis Weber, dan Garis Lydekker.
4. Letusan gunung api

• Lempeng tektonik berupa massa batuan itu sangat besar. Oleh


karena itu energinya besar pula. Lempeng-lempeng yang terus
bergerak ini pada suatu saat mengalami gesekan atau benturan
yang cukup keras. Benturan itu dapat menimbulkan gempa,
tsunami, dan meningkatnya kenaikan magma ke permukaan
bumi. Itulah juga sebabnya Kepulauan Indonesia rentan
mengalami kejadian gunung meletus, gempa bumi, dan tsunami.
C. Corak Kehidupan dan Hasil-hasil Budaya
Manusia pada Masa Praaksara Indonesia

Sistem Mata Pencaharian Hidup

Sistem Peralatan Hidup

Sistem Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Unsur-unsur
Sistem Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan
Kebudayaan
Sistem Religi dan Kepercayaan

Kesenian

Bahasa
1. Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana: budaya
paleolithik

• Masa ini terjadi sejak munculnya manusia purba pertama sampai sekitar
12.000 tahun yang lalu (kala Pleistosen).
• Di Indonesia pada masa itu, hidup manusia purba jenis Meganthropus,
Pithecanthropus, dan Homo.

Moh. Yamin, J. Crawford, K. Himly, dan Sutan Takdir Alisjahbana


• Manusia purba yang menghuni wilayah Nusantara ini berasal dari
wilayah Indonesia sendiri (Teori Nusantara).

Teori Yunan
• Manusia purba yang menjadi menjadi nenek moyang bangsa
Indonesia berasal dari Yunan (Cina selatan).
Teori Afrika
• Manusia purba yang pertama kali mendiami Nusantara datang
dari Afrika.
• Teori Afrika kemudian diragukan kebenarannya sejak
ditemukannya tulang-belulang manusia di serangkaian gua di
Spanyol pada tahun 1941, yang disebut Homo neanderthalensis.

Peta persebaran manusia


purba menurut Teori
Afrika.

Sumber: NordNordWest, wikimedia.org


Karakteristik fisik manusia purba di Nusantara

1) Meganthropus
Fosil manusia yang paling primitif yang ditemukan di Indonesia disebut
Meganthropus paleojavanicus. Sering disebut manusia raksasa dari Jawa
karena memiliki tubuh yang besar dan berbadan tegap.
Ciri-ciri Meganthropus paleojavanicus adalah:
• Tulang pipi tebal
• Otot kunyah kuat
• Tonjolan kening mencolok
• Tonjolan belakang tajam
• Tidak memiliki dagu
• Perawakan tegap
• Memakan jenis tumbuhan
2) Pithecanthropus
Fosil manusia yang paling banyak ditemukan di Indonesia ialah
Pithecanthropus. Fosil manusia purba jenis ini ditemukan oleh Eugene Dubois
di desa Trinil, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1891.
Pithecanthropus erectus berarti manusia kera yang berjalan tegak.
Adapun ciri-ciri umum Pithecanthropus adalah sebagai berikut.

• Tinggi badan 165-180 cm dengan melintang pada dahi dari pelipis ke


tubuh dan anggota badan yang pelipis, dan tonjolan belakang
tegap, tetapi tidak setegap kepalanya nyata.
Meganthropus. • Dagu belum ada,
• Alat-alat pengunyah juga tidak • Hidungnya lebar.
sekuat Meganthropus, demikian • Perkembangan otaknya belum
pula otot-otot tengkuk. menyamai Homo.
• Geraham memang besar, rahang • Isi tengkoraknya berkisar antara
kuat, tonjolan kening tebal serta 750–1.300 cc.
3) Homo
Fosil manusia dari genus Homo adalah Homo wajakensis, Homo soloensis,
dan Homo floresiensis. Dibandingkan dua fosil yang disebut pertama,
kesimpulan ilmiah terkait hobbit dari Flores yang disebut Homo
floresiensis masih menjadi kontroversi sampai sekarang. Genus Homo
diyakini sebagai hasil evolusi dari Pithecanthropus.
Adapun ciri-ciri Homo soloensis adalah:
• Volume otak antara 1.000–1.200 cc
• Tinggi badan antara 130–210 cm
• Otot tengkuk mengalami penyusutan
• Muka tidak menonjol ke depan
• Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna
Sumber: Rosino, wikimedia.org

Liang Bua, gua tempat ditemukannya fosil Homo floresiensis.


Corak kehidupan sosial-ekonomis

• Makanan manusia purba pada masa ini bergantung sepenuhnya pada


alam dengan berburu dan mengumpulkan makanan. Itu karena pada
masa ini, hewan dan tumbuh-tumbuhan telah hidup merata di bumi—
Kala Pleistosen sampai Holosen merupakan masa puncak perkembangan
hewan menyusu (mamalia).
• Sejak Pithecanthropus sampai Homo sapiens, bersifat nomaden atau
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain (nomaden) mengikuti
gerak binatang buruan serta sumber air.
Migrasi (perpindahan) hewan buruan itu umumnya
dipengaruhi beberapa faktor utama sebagai berikut.

• Adanya perubahan iklim yang ekstrem.


• Bencana alam, yang juga ikut membuat manusia bermigrasi.
• Ancaman dari sesama hewan, yaitu hewan karnivora.
• Gangguan manusia (baca: perburuan).
• Tumbuh-tumbuhan biasanya lebih mudah tumbuh dan
berkembang di daerah-daerah beriklim lebih panas, yang
membuat hewan-hewan pemakan tumbuhan (herbivora) ikut
berimigrasi, mengikuti “migrasi” tumbuh-tumbuhan itu.
Hasil-hasil budaya

Sumber: Didier Descouens, wikimedia.org

Kapak genggam yang digunakan untuk menumbuk biji-bijian, menggali


umbi-umbian, membuat serat dari pohon, dan bahkan sebagai senjata
2. Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut: budaya
mesolithik

• Masa ini diperkirakan terjadi antara 10.000–2.500 tahun yang lalu.


Menurut Poesponegoro dan Notosutanto (1990), manusia purba yang
hidup di Nusantara pada masa ini adalah ras pendatang baru, yaitu ras
Australomelanesoid dan ras Mongoloid.
• Penduduk asli Kepulauan Indonesia, yang ciri-ciri fisik dan kemampuan
otaknya sudah sama dengan manusia modern sekarang, adalah ras
bertubuh agak gelap dan bertubuh kecil. Oleh Sarasin, penduduk asli
Indonesia itu disebut sebagai bangsa Vedda.
• Termasuk dalam ras ini dan keturunannya masih ada sampai sekarang
adalah suku bangsa Kubu atau Suku Anak Dalam (Jambi), Lubu atau orang
Ulu (Jambi dan Sumatera Selatan), Talang Mamak (Riau), dan Toala di
Sulawesi.
Corak kehidupan sosial-ekonomis

• Berburu dan mengumpulkan makanan dari alam.


• Selain alat-alat dari batu, pada masa ini mereka juga mampu membuat
alat-alat dari tulang dan kulit kerang.
• Mengenal pembagian kerja.
• Mengenal kebiasaan bertempat tinggal secara tidak tetap (semi-
sedenter), terutama di gua-gua payung (abris sous roche).
• Ada juga kelompok manusia lain yang bertempat tinggal di tepi pantai.
• Mulai mengenal tradisi melukis di dinding-dinding gua atau dinding
karang.
• Menemukan api.
Sumber: Philip Larson , wikimedia.org
Gambar di atas adalah contoh abris sous roche.
Sumber: Cahyo Ramadhani, wikimedia.org
Lukisan gua berupa cap tangan manusia dan lukisan babi rusa yang terdapat di Leang Petta Kere,
Taman Prasejarah Leang-Leang, Maros, Sulawesi Selatan. Lukisan tangan tersebut diperkirakan
sebagai simbol kekuatan atau lambang kekuatan pelindung terhadap gangguan roh-roh jahat, dan
cap-cap tangan yang jari-jarinya tidak lengkap diperkirakan sebagai ungkapan duka atau
berkabung.
Hasil-hasil budaya

Sumber: Lordjaysus, en.wikipedia.org

Serpih-bilah (flakes)
Bentuk kepercayaan awal

• Lukisan yang terkait dengan sistem kepercayaan awal banyak terlihat di


gua-gua di Sulawesi Selatan dan Papua.
• Selain lukisan-lukisan di dinding gua atau di dinding-dinding karang,
alam kepercayaan masyarakat pada masa itu terlihat juga dalam
peristiwa atau upacara penguburan. Bukti-bukti tentang penguburan
ditemukan di Gua Lawa (Jawa Tengah), di Gua Sodong (Jawa Tengah),
dan di bukit kerang di Sumatera Utara.
• Para ahli juga meyakini kebiasaan ini merupakan bentuk kepercayaan
awal manusia purba akan adanya kehidupan setelah mati.
3. Masa bercocok tanam: budaya neolithik

• Sekitar tahun 1500 SM, datanglah gelombang pertama dari bangsa Melayu
Austronesia dari ras Mongoloid ke Nusantara (bangsa Proto-Melayu atau Melayu
Tua ).
• Mereka bermigrasi ke Indonesia melalui dua jalur, sebagai berikut:

Jalur Barat
• Dari Yunan menuju Thailand (Siam), Semenanjung Malaya kemudian ke
Sumatera, Jawa, dan Flores.

Jalur Timur
• Dari Yunan melalui Vietnam menuju Taiwan, Kepulauan Filipina kemudian
ke Kepulauan Maluku, Sulawesi, Halmahera, dan Papua.

Keturunan Melayu Tua yang sampai sekarang masih ada di Indonesia adalah suku
bangsa Dayak, Toraja, Batak, dan Papua.
Corak kehidupan sosial-ekonomis Hasil-hasil budaya

• Masyarakat memelihara hewan-


1. Beliung persegi
hewan tertentu (pastoralisme).
2. Kapak lonjong
• Sebagian kecil penduduk yang tinggal
3. Alat-alat obsidian
di tepi pantai memproduksi garam
4. Mata panah
dan mencari ikan.
5. Gerabah
• Kegiatan bercocok tanam dilakukan
6. Alat pemukul dari
dengan menebang dan membakar
kulit kayu
pohon-pohon dan belukar (slash and
7. Perhiasan
burn).
• Sudah tinggal menetap (sedenter).
• Gotong royong dan pembagian kerja.
Sistem kepercayaan

1) Animisme, kepercayaan bahwa segala sesuatu yang ada di bumi ini baik
hidup maupun mati (seperti kawasan tertentu, gunung, laut, sungai,
gua, pohon atau batu) memiliki roh.
2) Dinamisme, kepercayaan bahwa benda-benda di sekitar manusia
memiliki daya atau kekuatan gaib atau mana yang mampu memberikan
manfaat ataupun marabahaya bagi manusia.
Sumber: Julio, Sumber: Susansumi, wikimedia.org Sumber: Wagino 20100516,
wikimedia.org wikimedia.org

Sumber: Gunawan
Kartapranata,
wikimedia.org

Sumber: Kglavin, wikimedia.org Sumber: mattjlc, wikimedia.org


Tampak pada gambar bangunan-bangunan pada zaman megalithikum: menhir, kubur batu, sarkofagus, dolmen,
arca batu, dan waruga.
4. Masa perundagian: budaya megalithik dan budaya logam

• Sekitar tahun 300 SM, gelombang kedua dari bangsa Melayu Austronesia
dari ras Mongoloid tiba di Nusantara (bangsa Deutero-Melayu atau
Melayu Muda).
• Bangsa Deutero-Melayu ini hidup bersama dan bahkan kawin-mawin
(kohabitasi) dengan penduduk asli dari bangsa dan ras yang sama yang
jauh lebih dulu tiba di Nusantara (pada masa bercocok tanam), yang
biasa disebut dengan bangsa Proto-Melayu.
Corak kehidupan sosial-ekonomis

• Masa ini disebut masa perundagian—dari kata undagi yang berarti


terampil—karena pada masa ini muncul golongan undagi atau golongan
yang terampil melakukan suatu jenis usaha tertentu, seperti membuat
alat-alat dari logam, rumah kayu, gerabah, perhiasan, dan sebagainya.
• Munculnya alat-alat dari logam hanya mengganti alat-alat dari batu dan
tulang, dan tidak menggantikan gerabah.
• hidup secara menetap di desa-desa di daerah pegunungan, dataran
rendah, dan di tepi pantai dalam tata kehidupan yang makin teratur dan
terpimpin.
• Perahu bercadik memainkan peranan yang besar dalam hubungan-hubungan
perdagangan ini.
• Perdagangan dilakukan dengan cara tukar-menukar barang-barang (barter).
• Ada dua teknik utama membuat barang-barang dari logam, yaitu a cire perdue
(teknik cetak tuang) dan bivalve (teknik dua setangkup).

Sumber: Atlas of Archeology, 1998.

Ilustrasi proses pengolahan logam dengan teknik cetak tuang (a cire perdue).
Hasil-hasil budaya

1) Alat-alat dari logam perunggu

(a) Nekara dan moko


(b) Kapak perunggu
(c) Bejana perunggu
(d) Patung perunggu
(e) Gelang dan cincin
perunggu

Sumber: PHGCOM, wikimedia.org Sumber: Tropenmuseum,


wikimedia.org
Nekara Dong Son Moko
2) Alat-alat dari besi
Dibandingkan perunggu, penemuan-penemuan benda-benda besi terbatas
jumlahnya. Sering ditemukan sebagai bekal kubur, misalnya di kubur-kubur di
Wonosari (Jawa Tengah) dan Besuki (Jawa Timur).
3) Gerabah

Sumber: mnplatypus, pixabay.com Sumber: BarnImages, pixabay.com

Dikenalnya teknik pembuatan gerabah menjadi salah satu ciri khas hasil budaya pada masa
bercocok tanam. Tradisi yang telah berkembang sejak seribuan tahun lalu ini masih dipraktikkan
sampai sekarang.
Bentuk kepercayaan

Hasil budayanya berupa bangunan-bangunan besar atau megalithik (mega


berarti besar, dan lithikum atau lithos berarti batu) yang berfungsi sebagai
sarana pemujaan kepada roh nenek moyang, seperti menhir, batu berundak,
dolmen, kubur batu, sarkofagus, waruga, serta berbagai jenis arca berukuran
besar.

Kompleks bangunan megalithik berupa


menhir (batu tegak) di Bori, Tana Toraja,
Sulawesi Selatan.

Sumber: Mw.Prof.Dr. C.H.M. (Hetty) Nooy-Palm


(Fotograaf/photographer), wikimedia.org
D. Hasil Kebudayaan pada Masyarakat
Praaksara Tingkat Lanjut: Tradisi Lisan

1. Tradisi, tradisi lisan, dan folklor


• Kata tradisi berasal dari bahasa Latin tradition, yang berarti
menyampaikan atau meneruskan.
• Menurut Kuntowijoyo, tradisi lisan merupakan salah satu sumber
sejarah; sebab dalam tradisi lisan terekam masa lampau manusia yang
belum mengenal tulisan entah terkait dengan kebiasaan, adat istiadat,
kepercayaan, nilai-nilai, atau pengalaman sehari-hari mereka.
• Tradisi lisan terangkum dalam apa yang disebut folklor.
Ciri-ciri folklor

• Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan.


• Bersifat tradisional, artinya terikat dalam bentuk dan aturan yang baku.
• Bersifat anonim, artinya nama penciptanya tidak diketahui.
• Memiliki gaya bahasa yang suka melebih-lebihkan (hiperbola), serta sering
menggunakan kata-kata klise.
• Menggunakan kalimat pembuka dengan kata-kata, “menurut empunya
cerita” atau menurut sahibulhikayat”, dan menutupnya dengan “…
demikianlah mereka hidup berbahagia selamanya ….”
• Memiliki fungsi penting dalam kehidupan bersama dalam suatu
masyarakat: selain sebagai hiburan, pendidikan nilai, juga untuk
menyampaikan protes sosial dan bahkan untuk mengungkapkan keinginan
yang terpendam.
• Merupakan milik bersama masyarakat pendukungnya.
2. Jenis-jenis folklor

Mitos
• Cerita prosa rakyat yang tokohnya para dewa atau makhluk
setengah dewa yang terjadi di dunia lain pada masa lampau dan
dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau oleh
penganutnya.
Legenda
• Prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai
sesuatu yang benar-benar terjadi. Bedanya dengan mitos, tokoh
dalam legenda lebih bersifat duniawi.
• Legenda keagamaan, legenda alam gaib, legenda perorangan,
dan legenda tempat (lokasi).
Dongeng
• Cerita fiktif atau imajinatif yang diceritakan turuntemurun.
Nyanyian rakyat
• Jenis folklor yang terdiri dari teks dan lagu. Dalam nyanyian
rakyat kata-kata dan lagu merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan.
• Namun, teks yang sama tidak selalu dinyanyikan dengan lagu
yang sama; sebaliknya, lagu yang sama sering dipakai untuk
menyanyikan beberapa teks nyanyian yang berbeda.

Upacara
• Rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan-
aturan tertentu seperti adat istiadat, agama, dan kepercayaan.
3. Upaya melestarikan tradisi lisan

a. Wayang
Wayang kulit, wayang wong, dan wayang golek.

Sumber: Gunawan Kartapranata, wikimedia.org

Pertunjukan wayang wong dengan kekhasan pada penggunaan kostum sesuai tuntutan
cerita.
b. Wayang Beber
• Wayang beber menggunakan media gambar yang lakon-lakonnya dilukis
di atas kertas (daluang) dengan ukuran antara 200 x 70 cm, lalu
dibentangkan (dibeber).
• Mengambil cerita dari kisah Panji yang terjadi pada masa Kerajaan
Majapahit dan Kerajaan Kediri (sekitar abad ke-8 hingga awal abad ke-
16).

c. Mak Yong
• Mak yong adalah sejenis pertunjukan tradisi lisan yang berasal dari
Pattani, Thailand selatan.
• Ada banyak unsur seni dalam pementasan mak yong, seperti drama, tari,
musik, dan mimik.
d. Didong
• Didong merupakan kesenian tradisional masyarakat Gayo, Provinsi Aceh.
• Unsur-unsur yang ada di dalam didong meliputi seni sastra, seni tari, dan
seni suara. Tokoh utama dalam tradisi ini adalah ceh yang mempunyai
kemampuan untuk menggubah lagu.

Pertunjukan didong pada


masa Hindia Belanda

Sumber: Tak diketahui, wikimedia.org


e. Rabab Pariaman
Rabab pariaman adalah salah satu tradisi lisan yang berasal dari Sumatra
Barat. Rabab adalah sejenis alat musik gesek yang menggunakan tempurung
kelapa sebagai badannya, ditutup dengan bambu dan diberi kayu dan hiasan
bunga pada kepalanya.

f. Tanggomo
Tanggomo merupakan salah satu bentuk puisi tradisional dalam tradisi lisan
yang berasal dari Provinsi Gorontalo. Pertunjukan puisi tersebut dinyanyikan
oleh seorang penyanyi yang disebut to motanggomo.
E. Kesinambungan Hasil Budaya Manusia
Praaksara dan Manusia Modern

1. Tradisi gerabah

• C. Kruyt dan Van Heekeren mencatat pembuatan gerabah dengan teknologi


tatap pelandas masih tetap digunakan oleh orang orang Toraja di Sulawesi
sampai sekarang.
• Di Pulau Jawa, di daerah-daerah seperti di Tuban, Bantul, Gunung Tangkil dekat
kota Bogor, dan Desa Ajun dekat kota Pamanukan.
• Van Heekeren dan RP Soejono juga menemukan cara-cara pembuatan gerabah
yang sama di Desa Beru, wilayah Soppeng, Sulawesi Selatan.
2. Tradisi megalitik dan sistem kepercayaan
• Suku Bena di sebuah perkampungan adat di Flores. Perkampungan adat
yang dihuni oleh sekitar 60 kepala keluarga ini terletak di sebuah dataran
tinggi. Perkampungan adat ini khas budaya Megalitik.

3. Tradisi penguburan
• Penguburan langsung sampai sekarang masih dapat kita temui di daerah
Truyan di kaki gunung Batur Bali.
• Penguburan tidak langsung, di Sabu, Ngada, Timor, Batak, Nias, Sumba,
Toraja dan lain-lain, dan sampai sekarang masih dipraktikkan.

4. Tradisi bercocok tanam


• Tradisi bercocok tanam yang dilakukan oleh orang-orang Kanekes, yang
tinggal di wilayah Kabupaten Lebak, Banten yang lebih kita kenal dengan
sebutan masyarakat Baduy.
• Dalam mengelola tanah pertanian mereka masih taat dengan pikukuh,
yaitu kepatuhan terhadap adat, di antaranya mereka tidak diperkenankan
untuk mengubah kontur tanah ladang.

Anda mungkin juga menyukai