Kelompok III
Di Susun Oleh
1.Yunita Diani Putri ( A1j123003 )
2.Dzalika Fidia Putri (A1J123017)
3. Zulfikar Aziz Rasyid (A1J123053)
4.Devi Amaraa (A1J123027)
5.DINO EDWARDO (A1J123051)
6.paska Wiranto Ginting (A1J123047)
7. Andi Nurul Hadrah (A1J123007)
Daftar Isi...................................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.....................................................................................................................2
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................2
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................................4
C. TUJUAN............................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
A. Bagaimana tingkat kehidupan pada masa Neolithic dan Megalithik................................5
B. Bagaimana sistem sosial/kemasyarakatan pada masa Neolithic dan Megalithik..............6
C.Sistem ekonomi pada masa neolitikum dan megalitikum..................................................8
D. Bagaimana Religi/kepercayaan pada masa Neolithic dan Megalithik............................10
Bab III.....................................................................................................................................11
Penutup....................................................................................................................................11
A.Kesimpulan........................................................................................................................11
Daftar Pustaka........................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebudayaan Megalitik merupakan istilah untuk menyebutkan kebudayaan yang
menghasilkan bangunan-bangunan dari batu besar. Mega yang berarti besar dan Lithos berarti
batu, Kebudayaan megalitik selalu berdasarkan pada kepercayaan akan adanya hubungan
antara yang telah meninggal dan mempunyai pengaruh kuat terhadap kesejahteraan dan
kisaran masa neolitik akhir dan berkembang ke masa perundagian, megalitik terbagi dua yaitu
masa megalitik tua yang diperkirakan dari 2500-1500 Sebelum Masehi bangunan yang
identiknya berupa menhir, undak batu serta simbolis-monumental pada era neolitik dan
Megalitik sifatnya universal dan ditemukan di berbagai penjuru dunia. Menurut kalangan
difusionis kebudayaan muncul dari suatu tempat yang kemudian melakukan penyebaran ke
berbagai arah. Pendapat dari James Fergusson (1872) menyatakan bahwa persebaran budaya
tidak selalu disertai oleh suatu gerakan migrasi penduduk, melainkan hanya gagasan-gagasan
atau konsep yang melatarbelakangi pendirian bangunan megalitik (Brown, 1907). Persebaran
kebudayaan megalitik tersebut masuk ke Indonesia dibawa oleh Ras Kaukasia yang datang
dari daerah Mediterania melalui Benua Asia bagian Selatan (Prasetyo, 2015).
Beberapa peninggalan mengalitik ditemukan memiliki motif hias baik dalam posisi tegak
maupun dalam posisi rebah. Masing-masing posisi peninggalan megalit memiliki keunikan
Puluh Kota yang masih terletak dalam gugusan Bukit Barisan yang membujur sepanjang
pulau Sumatera. Kabupaten Lima Puluh Kota sangat kaya akan tinggalan budaya masa
Prasejarah khususnya tinggalan megalit yang berupa menhir atau biasa disebut dengan batu
tegak. Menhir merupakan peninggalan megalitik yang banyak di temukan di berbagai situs
Situs menhir di Mahat, Situs Menhir Guguak, Situs Menhir Sungai Talang, Situs Menhir
Belubus, Situs Menhir Talago, Situs Menhir Kubang. Menhir dalam budaya megalitik
disimpulkan memiliki fungsi utama berkaitan pemujaan arwah leluhur, beberapa diantaranya
dengan bentuk yang sudah diolah lebih lanjut berkaitan dengan kegiatan kubur/penguburan
(Sukendar, 2013).
Fungsi dan makna menhir di Nagari Mahat Kabupaten Lima Puluh Kota Khususnya
Kecamatan Guguak dan Kecamatan Suliki. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
bagaimana bentuk pada menhir tersebut dengan melakukan studi komparasi terhadap menhir
tersebut berdasarkan bentuk dan gaya, sehingga menjawab tujuan arkeologi yaitu
merekontruksi sejarah budaya, cara-cara hidup masyarakat pada masa lalu dan merekontruksi
Berikut permasalahan yang hendak di bahas dalam karya tulis ini antara lain :
C. TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini ialah untuk memberikan pemahaman dan menganalisis apa
saja yang terjadi pada masa Neolithic dan Megalithik terutama pada point-point yang ada
PEMBAHASAN
karena masyarakat beralih dari gaya hidup berburu dan mengumpulkan menjadi pertanian dan
pemukiman tetap. Mereka mulai mengembangkan pertanian, beternak hewan, dan membuat
alat-alat dari batu yang lebih canggih. Ini memungkinkan mereka untuk menciptakan
kehidupan yang lebih stabil, dengan masyarakat yang lebih terstruktur dan kelembagaan
sosial awal.
Di masa Megalitikum, yang datang setelah Neolitikum, manusia mulai membangun struktur
batu besar seperti dolmen, menhir, dan makam batu. Ini menunjukkan perkembangan dalam
pemahaman kosmologi dan upacara keagamaan. Kehidupan masih sangat tergantung pada
pertanian dan berburu, namun aktivitas-aktivitas seperti perdagangan dan pertukaran budaya
Kedua periode ini merupakan tonggak penting dalam sejarah manusia, karena
Neolitikum dan megalitikum tercatat sebagai era peradaban manusia yang menjadi masa
terjadinya revolusi budaya besar, seperti dikutip dari Sejarah Indonesia dan Dunia oleh Vedra
Octa Samira, dkk. Salah satu ciri zaman neolitikum yaitu adanya perubahan mendasar dari
Masyarakat zaman neolitikum dan megalitikum diyakini sudah terbiasa dengan tradisi
bertukar barang atau berdagang, beternak, hingga mengembangkan budaya secara sangat
sederhana. Orang zaman tersebut juga membangun tempat tinggal permanen seperti rumah
sederhana.
Kehidupan sosial di zaman neolitikum dan megallitikum juga dicirikan dengan masyarakat
4. Manusia pendukung terjadinya revolusi kebudayaan yaitu manusia Proto Melayu dari jenis
Homo sapiens yang hidup pada 2.000 SM, seperti dari suku Nias, Toraja, Dayak, dan Sasak.
pacul, dan torah di Minahasa, Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi,
8. Masyarakatnya mengenakan perhiasan seperti gelang dan kalung dari batu indah,
ditemykan di Jawa.
10. Masyarakatnya diduga sudah mengenal tradisi pertukaran barang atau dagang karena
11. Masyarakatnya membuat kerajinan, tembikar sehari-hari, dan menenun pakaian dari kulit
Baca juga:
8 Jejak Rumah Tertua di Dunia, Ada Bukti Peradaban 8500 Sebelum Masehi
Peninggalan zaman neolitikum berupa barang tembikar atau periuk dapat ditemukan di
lapisan atas gundukan kerang di Sumatra serta bukit pasir pantai selatan Jawa antara
Yogyakarta dan Pacitan . Kendati hanya berupa pecahan kecil, tembikar tersebut terlihat
berhias gambar yang diperoleh dengan menekan sebuah benda di atas tanah yang belum
kering.
1.Zaman Megalitikum tua dibawa Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu) ke Indonesia
sejak 2.500-1.500 SM
2.Peninggalan kebudayaan Megalitikum tua terbuat dari batu-batu besar, seperti menhir,
4.Peninggalan Megalitikum muda antara lain peti kubur batu, dolmen, waruga, sarkofagus,
5.Beberapa peninggalan Megalitikum digunakan sebagai monumen dan tempat ritual sesuai
7.Manusia menganut kepercayaan animisme (pada roh yang mendiami semua benda) dan
dinamisme
Sumber:detik.com/ https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5985101/11-ciri-zaman-
neolitikum-sudah-kenal-gotong-royong-dan-kepercayaan
1.Zaman Neolitikum
Jaman Neolitikum ini adalah jaman yang paling maju dari semua jaman yang pernah ada.
Mereka sudah mulai mengubah kebiasaan dari mencari bahan makanan mentah menjadi
membuat makanan. Mereka belajar untuk bertani dan berternak. Mereka mulai menanam
benih tumbuhan di lahan yang kering. Hal ini menjadi cikal bakal terjadinya ekonomi atau
Food producing ini ditandai dengan beberapa hal, seperti terbentuknya kelompok masyarakat,
tidak lagi nomaden dan membuat rumah. Mereka mulai mengasah keterampilan dalam
bercocok tanam dan berternak, sehingga bisa menawarkannya kepada manusia atau
kelompok lain. Mereka juga semakin ahli dalam urusan membuat perkakas kebutuhan rumah
tangga. Mereka bisa mendapatkan makanan atau perhiasan apabila ditukar dengan barang
yang dimiliki.
Manusia di jaman ini sudah bisa menghasilkan peralatan yang halus di kedua bagian sisinya.
Beberapa hal yang dibuat di jaman ini adalah kapak lonjong, pahat segi panjang dan kapak
persegi. Selain barang-barang dari bahan batu, manusia yang menghasilkan peralatan lainnya
seperti perhiasan. Manusia di jaman ini sudah membuat perhiasan dari batu yang bagus.
Sudah pasti ada sistem barter jika ingin mendapatkan perhiasan ini.
Selain perhiasan, manusia yang hidup di jaman neolitikum sudah berusaha membuat kain.
Kain ini terbuat dari serat-serat tumbuhan yang dianyam menggunakan tangan. Pada masa
itu, kain dan perhiasan adalah hal paling mewah yang ada sehingga menjadi harta berharga.
2.Zaman Megalitikum
Kebudayaan batu besar ini adalah kelanjutan dari jaman Neolitikum. Di jaman ini, logam
berkembang dengan sangat pesat sehingga uang logam diperkirakan mulai dibentuk dari
jaman Megalitikum ini. Kebudayaan logam ini dinamakan dengan kebudayaan Dongson.
Jaman ini, beberapa manusia juga sudah mengenal kepercayaan, yakni percaya terhadap roh
nenek moyang. Maka dari itu, beberapa barang yang dihasilkan di jaman Megalitikum ini
memiliki fungsi sebagai sesaji. Beberapa diantaranya adalah menhir dan dolmen.
Mereka berharap bisa mendapatkan makanan apabila mereka mempercayai roh nenek
moyang yang akan membantu mereka. Memiliki kepercayaan ini juga membuat mereka
semakin maju dan mengembangkan kemampuannya dalam membuat perkakas rumah tangga.
Sumber:simulasikredit.com/ https://www.simulasikredit.com/sistem-ekonomi-di-jaman-pra-
sejarah/#:~:text=Neolitikum,-Jaman%20Neolitikum%20ini&text=Mereka%20sudah
%20mulai%20mengubah%20kebiasaan,barang%20dalam%20sistem%20ekonomi
%20manusia.
Ciri zaman Neolitikum lainnya adalah, masyarakatnya telah hidup menetap, mampu bercocok
tanam, beternak, dan mengenal sistem kepercayaan. Bagaimana sistem kepercayaan
masyarakat pada masa Neolitikum?
Mengenal tiga sistem kepercayaan Secara umum, sistem kepercayaan yang dianut oleh
masyarakat pada masa praaksara zaman Neolitikum dapat dibagi ke dalam tiga aliran, di
antaranya:
• Animisme, kepercayaan bahwa semua yang bergerak dianggap hidup dan memiliki roh yang
berwatak baik ataupun buruk. Penganut animisme percaya bahwa setiap benda atau kawasan
di muka bumi mempunyai roh yang harus dihormati agar tidak mengganggu manusia.
• Dinamisme, kepercayaan bahwa benda-benda di sekitar manusia mempunyai kekuatan gaib.
Kekuatan gaib tersebut bisa terdapat di api, batu-batuan, pohon, binatang, bahkan manusia.
•Totemisme, kepercayaan terhadap adanya daya atau sifat ilahi yang dikandung sebuah benda
atau makhluk hidup selain manusia. Benda atau makhluk hidup yang dipuja disebut totem,
yang dapat berupa hewan seperti burung, ikan, hewan, atau tumbuhan.
Pandangan terhadap kehidupan sesudah mati Salah satu segi yang menonjol dalam
masyarakat Neolitikum adalah sikap terhadap alam kehidupan setelah mati. Masyarakat pada
masa Neolitikum percaya bahwa roh orang yang meninggal tidak lenyap tetapi akan memiliki
kehidupan alam lain. Oleh karenanya, orang yang meninggal akan dibekali benda-benda
keperluan sehari-hari seperti perhiasan dan periuk, dengan maksud agar perjalanannya ke
dunia arwah dapat terjamin.
Kematian dipandang tidak membawa perubahan esensial dalam kedudukan, keadaan, dan
sifat seseorang. Seseorang yang bermartabat rendah juga akan memiliki kedudukan rendah di
akhirat. Biasanya, hanya orang-orang yang terkemuka atau berjasa bagi masyarakat yang
dianggap akan mencapai tempat khusus di alam baka.
Namun, masyarakat yang hidup pada masa Neolitikum percaya bahwa cara memperoleh
tempat khusus di akhirat dapat diusahakan dengan mengadakan pesta tertentu. Puncak
diadakan pesta adalah didirikannya bangunan yang berasal dari batu besar atau disebut tradisi
Megalitik. Beberapa contoh bangunan Megalitik adalah dolmen, menhir, waruga, sarkofagus,
dan punden berundak. Menempatkan orang yang meninggal di peti batu atau sarkofagus
menjadi lambang perlindungan bagi manusia berbudi baik. Gagasan hidup di akhirat berisi
keistimewaan yang belum atau yang sudah didapatkan di dunia fana, hanya akan dapat
dicapai di dunia akhirat berdasarkan pembuatan amal yang pernah dilakukan selama hidup
ditambah besarnya upacara atau pesta kematian yang diselenggarakan.
Sumber: Referensi: Al Anshori, M Junaedi. (2007). Sejarah Nasional Indonesia: Masa
Prasejarah Sampai Masa Proklamasi Kemerdekaan. Jakarta: Mitra Aksara Panaitan.
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional
Indonesia I: Zaman Prasejarah di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
Diharapkan dapat menambah wawasan dari hasil penelitian kami yang berjudul
DAFTAR PUSTAKA
Al Anshori, M Junaedi. (2007). Sejarah Nasional Indonesia: Masa Prasejarah Sampai Masa
Proklamasi Kemerdekaan. Jakarta: Mitra Aksara Panaitan.
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional
Indonesia I: Zaman Prasejarah di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka