Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... i
Daftar Isi..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1         Latar Belakang................................................................................... ...... 1
1.2         Rumusan Masalah...................................................................................... 1
1.3         Tujuan........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... ...... 2
          2.1     Pengertian Masa Pra-Aksara.............................................................. ...... 2
          2.2     Jenis – Jenis Manusia Purba Yang Hidup Pada Masa Pra-Aksara..... ...... 4
          2.3     Perkembangan Corak Kehidupan dan Peralatan Yang Digunakan
                   Manusia Purba.................................................................................... ...... 5
          2.4     Sistem Kepercayaan dan Peninggalan Kebudayaan Pada Masa
                   Perundagian............................................................................................... 10
          2.5     Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia................................... ...... 16
BAB III PENUTUP............................................................................................ ...... 19
          3.1     Kesimpulan......................................................................................... ...... 19
          3.2     Saran................................................................................................... ...... 20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 21

BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang


Masa Praaksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan atau disebut masa
prasejarah atau nirleka yang artinya tidak adanya tulisan. Masa praaksara berlangsung dari
adanya manusia sampai manusia mengenal tulisan. Kita dapat mengetahui masa praaksara
melalui peninggalan-peninggalan yang bukan berupa tulisan seperti: fosil, artefak, dan alat-alat
yang digunakan pada masa praaksara.
Salah satu ciri kehidupan masyarakat pada masa awal adalah adanya cara hidup
berkelompok. Meskipun masih sangat sederhana, manusia purba telah mengerti akan pentingnya
kerja sama dalam kehidupan mereka.
Generasi penerus sekarang ini sudah banyak yang tidak mengenal sejarah-sejarah tentang
zaman praaksara atau kehidupan awal masyarakat. Padahal hal tersebut sangat penting bagi ilmu
pengetahuan. Tujuan kami menyusun makalah ini untuk menjelaskan tahapan perkembangan
pada masa praaksara.
1.2       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1.        Bagaimana tahapan perkembangan kehidupan pada masa praaksara ?
2.        Apa sajakah jenis - jenis manusia purba yang hidup pada zaman Praaksara  ?
3.        Apa sajakah peninggalan - peninggalan pada masa praaksara ?

1.3       Tujuan
Dalam menyelesaikan masalah yang telah dibahas sebelumnya, maka tujuan yang ingin
kami capai adalah:
1.         Dapat menjelaskan proses muncul dan tahapan perkembangan kehidupan pada masa Praaksara.
2.         Untuk mengetahui jenis-jenis manusia purba pada masa Praaksara.
3.         Untuk mengetahui peninggalan- peninggalan pada masa Praaksara.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Pengertian Masa / Zaman Pra-Aksara


Pengertian zaman praaksara adalah zaman ketika manusia purba belum mengenal tulisan.
Hal ini dikaitkan dengan kata “pra” yang berarti ”belum” dan “aksara” yang berarti “tulisan”.
Jadi zaman praaksara adalah zaman yang belum mengenal tulisan. Di zaman pra aksara ini
manusia hidup dalam kebudayaan yang unik, yang mendasari munculnya kebudayaan-
kebudayaan yang masih primitif. Pada zaman tersebut manusia masih primitif, dilihat dari benda-
benda peninggalan dan aktivitas ekonominya.
Zaman praaksara adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Praaksara
berasal dari dua kata, yaitu pra yang artinya sebelum dan aksara yang berarti tulisan. Praaksara
disebut juga nirleka, nir berarti tanpa dan leka berarti tulisan. Batas antara zaman Praaksara
dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa
Praaksara adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah
adanya tulisan.
Berakhirnya zaman Praaksara atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di
dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa
Mesir + tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga + tahun 4000 bangsa
Mesir sudah memasuki zaman sejarah Gambar berikut: Hubungan zaman praaksara dan zaman
sejarah Sumber informasi zaman praaksaraSumber informasi yang dapat digunakan untuk
mengetahui kehidupan zaman praaksara:
1)        Fosil adalah sisa-sisa makhluk hidup yang telah membatu karena adanya proses kimiawi. Fosil
merupakan peninggalan masa lampau yang sudah tertanam ratusan peninggalan masa lampau yang
sudah tertanam ratusan bahkan ribuan tahun di dalam tanah. Contoh fosil antara lain fosil manusia, fosil
binatang, fosil pepohonan (tumbuhan).
2)        Artefak yaitu peninggalan masa lampau berupa alat kehidupan/hasil budaya yang terbuat dari batu,
tulang, kayu dan logamGambar artefak dari batu Pembabakan zaman praaksara
2.1.1    Pembagian Zaman Praaksara
Pada zaman praaksara, terdapat beberapa zaman dan mempunyai cirinya masing-masing.
Zaman tersebut adalah zaman batu dan zaman logam. Dimulai dari zaman batu terlebih dahulu.
Zaman ini dinamakan zaman batu karena peralatan manusia praaksara pada zaman tersebut
terbuat dari batu, misalnya saja batu-batu dibuat untuk digunakan memburu hewan di hutan.
Zaman batu dibagi lagi menjadi:
1)        Palaeolithikum
Pada zaman ini peralatan yang terbuat dari batu dibuat secara kasar. Zaman
palaeolithikum adalah zaman batu tua. Masyarakatnya masih bersifat nomaden, artinya belum
mempunyai tempat tinggal yang menetap, untuk tempat tinggal masih berpindah-pindah sesuai
dengan keadaan alam, dan mengutamakan dalam pencarian makanan. Masyarakat juga masih
bersifat food gathering, yaitu mengumpulkan makanan dan belum mengenal memasak.
2)        Mesolithikum
Zaman mesolithikum disebut juga dengan zaman batu tengah. Untuk peralatan masih
menggunakan batu, karena zaman ini masih tergolong pada rangkaian zaman batu. Peralatan
yang digunakan oleh masyarakatnya masih menyerupai zaman palaeolithikum tetapi sebagian
masyarakat sudah mulai ada yang menetap, membuat tempat tinggal.
3)        Neolithikum
Zaman ini disebut zaman batu muda, karena merupakan zaman terakhir dari rangkaian
zaman batu. Peralatan yang dibuat di zaman neolithikum sudah halus dan bentuknya lebih indah
dibandingkan dua zaman sebelumnya. Masyarakatnya sudah hidup menetap, mengenal bercocok
tanam, dan food producing atau makanan dimasak terlebih dahulu sebelum dimakan.
Pengertian zaman praaksara sudah, pembagian dari zaman batu sudah, maka selanjutnya
adalah zaman logam. Mengapa dinamakan zaman logam Tentu saja karena peralatan yang dibuat
menggunakan dengan logam, sama seperti penamaan zaman pada zaman batu. Nah, di zaman
logam ini juga terbagi lagi menjadi beberapa rangkaian, diantaranya yaitu ada zaman tembaga,
zaman perunggu, dan zaman besi. Kebetulan di Indonesia tidak mengenal zaman tembaga, jadi
dari penemuan langsung ke zaman perunggu. Perunggu adalah campuran dari tembaga dan
timah, dan alat-alatnya seperti neraca, kapak, perhiasan, bejana dan senjata.
Kemudian yang terakhir adalah zaman besi. Masyarakat melebur besi untuk dibuat
sebagai peralatan sehari-hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ditemukan hal-hal terkait
dengan zaman pra aksara ini. Dimulai dari penemuan fosil, yaitu sisa-sisa makhluk hidup yang
telah membatu karena proses kimiawi. Fosil bisa berbentuk fosil manusia, hewan, dan tumbuhan.
Kemudian ada artefak, berupa peninggalan pada zaman praaksara seperti alat-alat dan hasil
budaya mereka.

2.2       Jenis-Jenis Manusia Purba Yang Hidup Pada Zaman Pra Aksara


Manusia purba atau yang biasa disebut dengan manusia prasejarah merupakan manusia
yang hidup sebelum mengenal tulisan. Cara hidup mereka masih sangat sederhana dan masih
sangat bergantung pada alam. Di Indonesia sendiri terdapat beberapa situs tempat dimana fosil
manusia purba banyak ditemukan, seperti di Mojokerto, Solo, Ngandong, Pacitan, atau yang
paling terkenal yaitu Sangiran.
Manusia Purba adalah jenis manusia pada zaman prasejarah, manusia purba memiliki
jenis-jenis dan ciri-ciri masing-masing dari ciri-ciri tersebut dapat ditemukan jenis manusia
purba ini dan dari Penelitian manusia purba dilakukan dengan mengadakan peneliatian
penggalian wilayah yang diperkirakan sebagai tempat hidup manusia purba.

2.2.1    Jenis-Jenis Manusia Purba 


1)        Meganthropus Paleojavanicus
Jenis purba ini terutama berdasarkan penelitian Von Koeningswald di sangiran 1936 dan
1941 yang menemukan fosil rahang manusia yang berukuran besar. Dari hasil rekontruksi ini
kemudian para ahli menamakan jenis manusia ini dengan sebutan  Meganthropus
Paleojavanicus, artinya manusia raksasa dari Jawa. Jenis manusia purba ini memiliki ciri rhang
yang kuat dan badan nya tegap. Diperkirakan makanan jenis manusia ini adalah tumbuh-
tumbuhan. Masa hidupnya diperkirakan pada zaman Pleistosen awal.
2)        Pithecanthropus Erectus
Jenis manusia in didasarkan pada penelitian Eugene Dubois tahun 1890 didekat Trinil,
sebuah desa dipinggiran Bengawan Solo, diwilayah Solo, di wilayah Ngawi. setelah
direkontruksi terbentuk kerangka manusia, tetapi masih terlihat tanda-tanda kera. oleh karena itu
jenis in dinamakan Pithecanthropus Erectus, artinya manusia kera yang berjalan tegak. jenis ini
ditemukan di Mojokerto, sehingga disebut  Pithecanthropus Mojekertensis. Jenis manusia purba
yang juga terkenal sebagai rumpun Homo Erectus ini paling banyak ditemukan di Indonesia.
Diperkirakan jenis manusia purba ini hidup dan berkembang sekitar zaman pleistosen Tengah.
3)        Homo Sapiens
Fosil jenis homo ini pertama diteliti oleh Von Reitschoten di Wajak. Penelitian
dilanjutkan oleh Eugene Dubois bersama kawan-kawan dan menyimpulkan sebagi jenis Homo.
Ciri-ciri jenis manusia Homo ini muka lebar, hidung dan mulut nya menonjol. Dahi juga masih
menonjol, sekalipun tidak semenonjol jenis Pithecanthropus. Bentuk fisik nya tidak jauh berbeda
dengan manusia sekarang. Hidup dan perkembangan jenis manusia ini sekitar 40.000-25.000
tahun yang lalu. Tempat-tempat penyebaran nya tidak hanya dikepulauan Indonesia tetapi juga di
Filipina dan Cina Selatan.

2.3       Perkembangan Corak Kehidupan dan Peralatan Yang Digunakan Manusia Purba Pada
Masa Pra-aksara
Perkembangan kehidupan masa pra-aksara dapat dilihat dari beberapa periode kehidupan
yaitu berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok tanam dan beternak, serta perundagian

2.3.1        Kehidupan Manusia Pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan


Masa berburu dan mengumpulkan makanan merupakan tahap awal kehidupan
manusia. Pada masa ini manusia menghabiskan 90 % waktu hidupnya dengan berburu dan
mengumpulkan makanan.  
1)        Kehidupan Sosial 
Mereka selalu hidup berkelompok yang anggotanya berjumlah 20 sampai 50 orang yang
terdiri dari satu atau dua keluarga. Tujuan hidup berkelompok adalah untuk menghadapi
binatang buas dan saling membantu untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mereka juga sudah
mengenal kerja sama terutama dalam hal berburu. Hasil buruannya dibagikan kepada seluruh
anggota kelompok. Mereka belum mengenal teknik berkomunikasi lisan. Mereka hanya
menggunakan bahasa tubuh, gambar, atau bunyi-bunyian untuk menyampaikan sesuatu.
2)        Kehidupan Budaya 
Pada kehiduan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan, manusia lebih senang
memilih goa-goa sebagai tempat tinggalnya. Dari sini mereka mulai tumbuh dan berkembang.
Mereka mulai membuat alat-alat berburu, alat pemotong, alat pengeruk tanah, dan alat lainnya.
Para ahli menafsirkan bahwa pembuat alat-alat tersebut adalah jenis manusa pithecantropus dan
kebudayaannya disebut tradisi Paleolitikum (batu tua). Alat-alat tersebut banyak ditemukan di
Kali Baksoka, daerah Kabupaten Pacitan (Jawa Timur) dan kemudian disebut sebagai
kebudayaan Pacitan.
Hasil kebudayaan peninggalan masa ini adalah :

a)         Kapak perimbas
Kapak perimbas tidak memiliki tangkat dan gunakan dengan cara digenggam. Penelitian
terhadap kapak ini dilakukan di daerah Punung (Kabupaten Pacitan) oleh Von Koenigswald
(1935). Sedangkan para ahli lainnya juga mengadakan penelitian pada tempat-tempat lain di
seluruh wilayah Indonesia, sehingga kapak perimbas tidak hanya ditemukan di Pacitan
melainkan juga pada tempat-tempat seperti Sukabumi, Ciamis, Gombong, Bengkulu, Lahat
(Sumatera), Bali Flores, dan Timor. Para ahli sejarah mengambil suatu kesimpulan bahwa alat-
alat itu berasal dari lapisan yang sama dengan Pithecantropus Erectus dan diperkirakan juga
bahwa Pithecantropus Erectus inilah pembuatnya. Tempat penemuan kapak perimbas diluar
wilayah Indonesia seperti Pakistan, Myanmar (Birma), Malaysia, Cina, Thailand, Filipina dan
Vietnam.
b)        Kapak penetak
Kapak penetak memiliki bentuk yang hampir sama dengan kapak perimbas, namun lebih
besar dari kapak perimbas dan cara pembuatanya masih kasar. Kapak ini berfungsi untuk
membelah kayu, pohon, kayu, bambu atau disesuaikan degan kebutuhannya.
c)         Kapak genggam
Kapak genggam memiliki bentuk hampir sama dengan kapak perimbas dan kapak
pendek. Tetapi bentuknya jauh lebih kecil. Kapak genggam dibuat masih sangat sederhana dan
belum diasah. Kapak ini juga ditemukan di seluruh wilayah Indonesia. Cara pemakaiannya
digenggam pada ujungya yang lebih kecil.
d)        Pahat genggam
Pahat genggam memiliki bentuk lebih kecil dari kapak genggam. Para ahli menafsirkan
bahwa pahat genggam mempunyai fungsi untuk mengemburkan tanah. Alat ini digunakan untuk
mencari ubi-ubian yang dapat dimakan
e)         Alat serpih
Alat serpih memiliki bentuk sangat sederhana dan berdasarkan bentuknya itu diduga
digunakan sebagai pisau, gurdi, dan alat penusuk. Dengan alat ini manusia purba mengupas,
memotong, dan juga menggali makanan. Alat serpih ini juga ditemukan oleh Von Koenigswald
pada tahun 1934 di daerah Sangiran (Surakarta). Tempat-tempat penemuan lainnya di Indonesia
antara lain: Cabbenge (Sulawesi Selatan), Maumere (Flores) dan Timor. Alat-alat serpih sangat
kecil dan berukuran antara 10-20 cm serta banyak ditemukan pada goa-goa tempat tinggal
mereka pada waktu itu.Pada umumnya goa-goa tidak terganggu keadaannya, maka apa yang
ditinggalkan oleh manusia purba masih dapat ditemukan dalam keadaan seperti ditinggalkan oleh
penghuninya, sehingga goa-goa menjadi salah satu sasaran para ahli untuk penelitian.
f)         Alat-alat dari tulang
Alat-alat dari tulang dibuat dari tulang-tulang binatang buruan. Alat-alat yang dibuat dari
tulang antara lain pisau, belati, mata tombak, mata panah, dan lain-lainnya. Peralatan dari tulang
itu banyak ditemukan di Ngandong.
3)        Kehidupan Ekonomi
Pada masa ini belum ada sistem ekonomi yang kompleks. Kegiatan berburu dan
mengumpulkan makanan hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhan anggota kelompoknya
dan tidak pernah ada transaksi dengan kelompok lain. Mereka masih sangat bergantung pada
alam dan akan mencari tempat lain jika tempat tersebut sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan
hidup mereka. Pengolahan makanan masih sebatas dibakar saja. Pada masa itu manusia telah
mengenal api. Untuk makanan yang berasal dari tumbuhan, mereka memakannya mentah-
mentah. Mereka juga belum mengenal teknik menanak nasi.

2.3.2        Kehidupan Manusia Pada Masa Bercocok Tanam dan Beternak 


Manusia purba Indonesia sudah memasuki masa bercocok tanam sekitar 4.000 tahun
sebelum Masehi. Terbukti dengan adanya penemuan gambar tanaman padi di Gua Ulu (Leang)
Sulawesi Selatan. Menurut ahli arkeologi Indonesia, Prof. Dr. R. Soekmono, perubahan dari food
gathering ke food producing merupakan satu revolusi dalam perkembangan zaman praaksara
Indonesia. Disebut revolusi karena terjadi perubahan yang cukup mendasar dari tradisi
mengumpulkan makanan dan berburu menjadi bercocok tanam. Oleh karena itu, zaman bercocok
tanam dianggap sebagai dasar peradaban Indonesia sekarang.
Manusia purba pada masa bercocok tanam menciptakan alat-alat sederhana untuk
menunjang kegiatan bercocok tanam, teknik pembuatannnya lebih maju, kapak itu bentuknya
sudah halus, diupam (diasah), seperti kapak persegi atau beliung persegi. Terbuat dari batu
berbentuk persegi, gunanya untuk menggarap ladang. Adanya juga Kapak Lonjong, terbuat dari
batu kali yang berwarna kehitam-hitaman. Umumnya jenis kapak ini digunakan sebagai pacul
atau sebagai kapak biasa. Dua jenis kapak ini banyak ditemukan di Indonesia.Tradisi bercocok
tanam berlangsung hingga zaman logam dan zaman megalithikum dan menyebar di seluruh
wilayah Indonesia.
1.         Kehidupan Sosial 
Melalui bercocok tanam, manusia purba menjadi saling mengenal dengan sesamanya.
Hubungan kelompok A dengan kelompok B menjadi lebih erat. Ini terjadi karena dalam
memenuhi kehidupannya, mereka dituntut untuk selalu bekerja sama, bergotong-royong. Cara
gotong-royong berlaku pula ketika membangun tempat tinggal, di ladang dan sawah, menangkap
ikan, merambah hutan.
Adanya kebutuhan hidup mendorong manusia purba untuk hidup dengan memanfaatkan alam.
Sebelumnya, pola hidup berburu dan mengumpulkan makakan menyebabkan jumlah makanan
pokok (tumbuhan dan hewan) yang disediakan alam makin menipis. Untuk mengatasi masalah
itu, manusia lalu bercocok tanam dan menjinakkan hewan untuk dipelihara.
2.      Kehidupan Budaya
Semakin lama, pola bercocok tanam dan beternak semakin berkembang. Terdorong oleh
pergeseran kebutuhan dari semula menanam umbi-umbian menjadi menanam padi, manusia
lantas membuat perkakas yang semakin efektif dan efisien. Mereka mulai memperhalus peralatan
mereka. 
Dari sinilah timbul perkakasperkakas yang lebih beragama dan maju secara teknologi
daripada masa berburu dan mengumpulkan makanan, baik yang terbuat dari batu, tulang, atau
pun tanah liat.Hasil-hasil dari kebudayaan masyarakat yang ada dimasa bercocok tanam ialah
sebagai berikut:
a)         Beliung Persegi 
Berbentuk mirip dengan cangkul, tapi tak selebar dan sebesar dengan cangkul yang ada
saat ini. Beliung persegi yang digunakan dalam mengolah kayu, semisal untuk bisa membuat
rumah dan perahu. Didaerah Indonesia, beliung persegi telah ditemukan cukup banyak yang
terdapat didaerah yaitu sulawesi, jawa, kalimantan, nusat tenggara dan Sumatera.
b)        Kapak Lonjong
Memiliki bentuk seperti telur dengan penampang yang berbentuk melintang lonjong.
Ujungnya agak lancip yang dikaitkan pada tangkainya, bagian ujungnya yang bulat akan diasah
hingga tajam. bahan yang dipakai untuk pembuatan kapak lonjong ialah dari batu kali yang
berwarna kehitaman. Adapun cara pembuatannya yaitu dengan cara diupam sampai halus. Kapak
lonjong tersebut banyak ditemukan di Papua, Sulawesi utara dan Maluku.

c)         Mata Panah 
Merupakan salah satu dari alat perlengkapan berburu atau menangkap ikan. Mata panah
untuk bisa menangkap ikan yang berbeda dengan mata panah untuk dapat berburu. Mata panah
untuk dapat menangkap ikan yang dibuat dengan bentuk bergerigi sama dengan mata gergaji dan
umumnya terbuat dari tulang.
d)        Gerabah 
Terbuat dari tanah liat yang sudah dibakar. Alat-alat tersebut dipakai sebagai tempat
dalam menyimpan benda-benda berupa perhiasan.
e)         Perhiasan
Terbuat dari bahan-bahan yang mudah dalam dicari pada area tempat tinggalnya. Bagi
manusia purba yang tinggal diarea pantai, maka mereka akan membuat hiasan dari kulit kerang.
Dan adapula hiasan yang terbuat dari terrakot yaitu sebuah tanah liat yang sudah dibakar semisal
membuat geraba, sedangkan untuk hiasan yang dibuat berasal dari bahan batu yaitu gelang,
beliung dan kalung.
3.         Kehidupan ekonomi 
Di masa bercocok tanam, kebutuhan hidup dari masyarakat akan semakin meningkat. Namun,
tak ada satupun anggota masyarakat yang bisa memenuhi segala kebutuhan hidupnya sendiri.
Oleh sebab itu, mereka akan menjalin hubungan dengan masyarakat yang ada diluar daerah
tempat tinggalnya tersebut. Dengan kenyataan tersebut, dalam rangka untuk memenuhi segala
kebutuhannya maka masing-masing butuh mengadakan pertukaran barang dengan menggunakan
sistem barter. Pertukaran barang dengan barang lain akan menjadi suatu awal kehadiran sistem
perdagangan atau sistem perekonomian yang ada dalam masyarakat.

2.4       Sistem Kepercayaan dan Peninggalan Kebudayaan Pada Masa Perundagian


Sistem kepercayaan masyarakat praaksara di Indonesia tidak terlepas dari kepercayaan
asli masyarakat Indonesia. Dalam kehidupan keagamaan di Indonesia, kepercayaan asli
merupakan bentuk kerohanian yang khas dimiliki oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
kepercayaan asli sering disebut dengan agama asli atau religi.
Kepercayaan manusia tidak terbatas pada dirinya sendiri saja, akan tetapi pada benda-
benda dan tumbuh-tumbuhan yang berada di sekitarnya. Berdasarkan keyakinan tersebut,
manusia menyadari bahwa makhluk halus atau roh itu memiliki wujud nyata dan sifat yang
mendua, yaitu sifat yang membawa kebaikan dan sidat yang mendatangkan keburukan.

a.         Jenis- jenis kepercayaan


           Animisme merupakan kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang. Awal munculnya
kepercayaan animisme ini didasari oleh berbagai pengalaman dari masyarakat yang
bersangkutan. Misalnya pada daerah di sekitar tempat tinggal terdapat sebuah batu
besar.Masyarakat yang melewati batu besar tersebut mendengar keganjilan seperti suara minta
tolong, memanggil namanya, dan lain-lain. Namun begitu dilihat mereka tidak menemukan
adanya orang atau apapun. Peristiwa tersebut kemudian terus berkembang hingga masyarakat
menjadi peracaya bahwa batu yang dimaksud mempunyai roh atau jiwa.
           Dinamisme adalah suatu kepercayaan dengan keyakinan bahwa semua benda mempunyai
kekuatan gaib, misalnya gunung, batu, dan api. Bahkan benda-benda buatan manusia seperti
patung, tombak, jimat dan lain sebagainya.
           Totemisme merupakan keyakinan bahwa binatang tertentu merupakan nenek moyang suatu
masyarakat atau orang tertentu. Binatang yang dianggap nenek moyang antara masyarakat yang
satu dengan lainnya berbeda-beda. Biasanya binatang nenek moyang tersebut disucikan, tidak
boleh diburu dan dimakan, kecuali untuk upacara tertentu

b.        Cara penguburan 
Kepercayaan yang dimiliki pada masa prasejarah merupakan awal dari kepercayaan yang
ada pada masa-masa berikutnya. Kepercayaan masyarakat berburu dan meramu terdapat
kekuatan alam yang abadi di sekelilingnya di buktikan dengan penemuan kuburan serta
penguburan jenazah di Gua Lawa (sampungan) Gua Sodong, Bukit Kerang di Sumatra Utara.
Dengan penemuan kuburan itu menunjukan bahwa masyarakat prasejarah telah memiliki
anggapan tentang hidup sesudah mati dan memberikan penghormatan terakhir kepada orang
yang meninggal. Pada masa selanjutnya masyarakat telah mengenal dua macam penguburan
yaitu:
           Penguburan Primer (langsung).
Dalam penguburan langsung jenazah orang yang sudah meninggal dikuburkan sekali,
atau langsung dikubur di dalam tanah atau diletakkan dalam sebuah wadah kemudian dikuburkan
dalam tanah dengan upacara penguburan. Mayat dibaringkan mengarah ketempat roh atau arwah
pada leluhur (misalnya di puncak gunung). Sebagai bekal perjalanan ke dunia roh, disertakan
bekal kubur yang terdiri atas berbagai macam barang keperluan sehari-hari, seperti perhiasan,
periuk, dan barang-barang lainnya. System penguburan ini pernah ditemukan di anyer (banten)
dan plawangan , rembang (jawa tengah)
           Penguburan Sekunder (tak langsung).
Pada penguburan tak langsung mayat pada mulanya langsung dikuburkan dalam tanah
tanpa upacara penguburan. Setelah beberapa waktu hingga tinggal kerangka, kemudian digali,
dibersihkan, dan dicuci, terkadang diberi tempayan/sarkopagus atau tanpa wadah dikubur
kembali dengan upacara penguburan. Cara penguburan ini ditemukan di mendolo, sumba (nusa
tenggara timur), Gilimanuk (Bali) , dan Lesung Batu (Sumatra Barat) 

c.         Tingkat perkembangan kepercayaan 


Sistem kepercayaan manusia purba mengalami perkembangan. Tingkat perkembangan
kepercayaan manusia dapat diketahui sebagai berikut :
1)        Pemujaan terhadap jiwa atau roh yang telah meninggal. Roh yang telah lepas dari tubuh
jasmaninya dianggap sebagai jiwa yang merdeka. Kepercayaan ini merupakan bentuk awal dari
kepercayaan animism. Kepercayaan ini mulai berkembang pada masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat lanjut. 
2)        Keyakinan terhadap adanya roh yang menempati alam sekeliling tempat tinggalnya.
Kepercayaan ini disebut animisme. Kepercayaan ini berkembang pesat pada masa bercocok
tanam dan beternak. Pada masa itu manusia sudah mengembangkan kebudayaan megalitikum,
ditandai dengan pembuatan bangunan dari batu2 besar seperti menhir, punden berundak, dolmen,
archa batu, kubur batu, dan sarkofagus
a)         Menhir 
Menhir adalah sebuah tugu dari batu tunggal yang didirikan untuk upacara menghormati roh
nenek moyang. Ada menhir yang berdiri tunggal di suatu tempat, ada pula yang terdiri atas suatu
kelompok. Sering pula ditemukan bersama dengan bangunan megalit bentuk lain. Menhir
ditemukan di berbagai tempat di Indonesia. Misalnya, di Sumatra Selatan, Sulawesi Tengah, dan
Kalimantan.
b)        Punden berundak 
Punden berundak merupakan bangunan yang tersusun dari batu yang bertingkat-tingkat dan
berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang. Punden Berundak pada zaman
megalitik selalu bertingkat tiga yang mempunyai makna tersendiri. Tingkat pertama
melambangkan kehidupan saat masih dikandungan ibu, tingkat kedua melambangkan kehidupan
didunia dan tingkat ketiga melambangkan kehidupan setelah meninggal. Bangunan punden
berundak merupakan cikal bakal bangunan candi pada masa hindu-budha. Peninggalan punden
berundak bisa ditemukan di lebak sibedug (Banten Selatan) dan puncak gunung argapura di jawa
timur 
c)         Dolmen 
Dolmen adalah batu seperti meja berkakikan menhir. Ada dolmen yang menjadi tempat
sesaji dan pemujaan kepada nenek moyang dan ada pula yang di bawahnya terdapat kuburan.
Dolmen dapat ditemukan di cipari, kuningan ( jawa barat ), Bondowoso dan Jember ( jawa
timur ), Pasemah ( Sumatra ), dan Nusa Tenggara Timur. 
d)        Archa Batu
Arca batu biasanya mempunyai bentuk yang menyerupai binatang / manusia. Yang mungkin
dipercaya merupakan perwujudan dari nenek moyang dan menjadi objek pujaan. Arca batu
banyak di temukan di wilayah indonesia antara lain di pasemah, Sumatra bagian Selatan serta
Sulawesi bagian Tenggara.
e)         Sarkofagus
Sarkofagus atau keranda bentuknya seperti palung atau lesung, tetapi mempunyai
tutup.Hampir di setiap desa ditemukan sarkofagus. Seperti juga dolmen, sarkofagus ini dianggap
sebagai peti mati. Di dalamnyaterdapat mayat dan bekal kubur berupa periuk, kapak persegi,
perhiasan, dan benda2 dari perunggu / besi. Sarkofagus dapat ditemukan di samosir, Sumatra
utara.
f)         Kubur batu
Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari
lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan
alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu. Daerah penemuan peti kubur adalah Cepari
Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari (Yogyakarta) dan Cepu (Jawa Timur). Di dalam
kubur batu tersebut juga ditemukan rangka manusia yang sudah rusak, alat-alat perunggu dan
besi serta manik-manik.
3)        Kepercayaan tentang adanya kekuatan gaib pada benda-benda tertentu. Kepercayaan ini disebut
dinamisme. Kepercayaan ini berkembang pesat pada masa perundagian. 
Kepercayaan masa praaksara terus berkembang dalam masyarakat. Setelah pengaruh
hindu-budha masuk, keyakinan bahwa huajn, badai, dan matahari diatur oleh makhluk halus
dipersonifikasikan sebagai dewa alam. Kepercayaan terhadap banyak dewa ini dinamakan
politeisme. Selanjutnya, masyarakat Indonesia memiliki keyakinan menganai adanya Tuhan
yang mengatur semua kejadian di alam semesta. Kepercayaan ini dinamakan monoteisme.

d.        Kehidupan Manusia Pada Masa Perundagian 


Pada masa perundagian semakin lama, pola bercocok tanam dan beternak semakin
berkembang. Terdorong oleh pergeseran kebutuhan dari semula menanam umbi-umbian menjadi
menanam padi, manusia lantas membuat perkakas yang semakin efektif dan efisien. Masa
perundagian ditandai dengan adanya kemunculan golongan undagi . Golongan ini terdiri atas
orang-orang yang ahli dalam bidang bidang tertentu seperti membuat rumah, peleburan logam,
membuat gerabah, dan perhiasan.
1)        Kehidupan Sosial
Jumlah penduduk semakin bertambah. Kepadatan penduduk bertambah, pertanian dan
peternakan semakin maju, mereka memiliki pengalaman dalam bertani dan berternak mereka
mengenal cara bercocok tanam yang sederhana. Mereka memiliki pengetahuan tentang gejala
alam dan musim, mereka mulai dapat memperkirakan peristiwa alam dan memperhitungkan
musim tanam dan musim panen. Dengan diterapkan sistem persawahan maka pembagian waktu
dan kerja semakin diketatkan.Dalam masyarakat muncul golongan undagi, mereka merupakan
golongan yang terampil untuk melakukan perkerjaan seperti pembuatan rumah kayu, gerobak,
maupun benda logam. Pertanian tetap menjadi usaha utama masyarakat. Dari segi sosial,
kehidupan masyarakat zaman ini semakin teratur. 
Contohnya : ada pembagian kerja yang baik berdasarkan kemampuan yang dimiliki
masing-masing individu. Pembagian kerja semakin komplek dimana perempuan tidak hanya
bekerja di rumah tetapi juga berdagang di pasar.
2)        Kehidupan Budaya 
Masyarakat zaman ini telah menunjukkan tingkat budaya yang tinggi terlihat dari
berbagai bentuk benda seni dan upacara yang ditemukan menunjukkan keterampilan masyarakat
perundagian yang tinggi. Zaman ini ditandai dengan pesatnya kemampuan membuat alat-alat
akibat perkembangan teknologi. Mereka menemukan teknologi peleburan biji logam. Oleh
karena itu, semakin banyak manusia yang menggunakan logam untuk memenuhi perkakas
hidupnya.
Pada zaman Perundagian peralatan gerabah masih ditemukan dengan teknologi yang
semakin maju. Hal ini menunjukkan bahwa peranan alat-alat dari gerabah tersebut tidak dapat
digantikan dengan mudah oleh alat-alat dari dari logam. Kehidupan seperti ini menunjang
terbentuknya kebudayaan yang lebih maju yang memerlukan alat-alat pertanian dan perdagangan
yang lebih baik dengan bahan-bahan dari logam. Hasil-hasil peninggalan kebudayaannya antara
lain :
a)         Nekara perunggu 
Berfungsi sebagai pelengkap upacara untuk memohon turun hujan dan sebagai genderang
perang; memiliki pola hias yang beragam, dari pola binatang, geometris, dan tumbuh-tumbuhan,
ada pula yang tak bermotif; banyak ditemukan di Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Selayar, Papua.
b)        Kapak Perunggu
Bentuknya beraneka ragam. Ada yang berbentuk pahat, jantung, atau tembilang; motifnya
berpola topang mata atau geometris.
c)         Bejana Perunggu 
Bentuknya mirip gitar Spanyol tanpa tangkai; di temukan di Madura dan Sulawesi.
d)        Arca Perunggu
Berbentuk orang sedang menari, menaiki kuda, atau memegang busur panah; ditemukan di
Bangkinang (Riau), Lumajang, Bogor, Palembang.
e)         Perhiasan dan Manik-Manik
Terbuat dari perunggu, emas, dan besi; berbentuk gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung,
bandul; banyak ditemukan di Bogor, Bali, dan Malang; sedangkan manik-manik banyak
ditemukan di Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, Bogor, Besuki, Bone; berfungsi sebagai bekal
kubur; bentuknya ada yang silinder, bulat, segi enam, atau oval.
f)         Kapak Corong  
Merupakan benda yang dipergunakan sehari-hari yang terbuat dari perunggu dengan bentuk
kapak yang bagian pegangannya  berongga (untuk memasukan tangkai kayu) sehingga
menimbulkan kesan seperti corong. Itulah sebabnya kenapa dinamakan kapak corong.Kapak
tersebut disebut juga kapak sepatu, karena hampir mirip dengan sepatu bentuknya.
g)        Moko
Merupakan nekara tipe pejeng dengan bentuk dasarnya lonjong seperti genderang berbagai
ukuran. Alat ini berfungsi sebagai perlengkapan upacara dan tari-tarian adat. Selain itu, moko
digunakan sebagai alat tukar dan symbol status social. Moko ditemukan banyak di pulau alor. 
3)        Kehidupan Ekonomi
Pada zaman perundagian, kemampuan manusia dalam kegiatan ekonomi semakin maju.
Kegiatan ekonomi makin beraneka ragam diantaranya pertanian, peternakan, membuat
keranjang, membuat gerabah, bepergian ke tempat-tempat lain untuk menukar barang-barang
yang tidak dihasilkan di desa tempat tinggalnya. Kegiatan mereka merupakan permulaan dari
kegiatan perdagangan.
Pada masa perundagian, dalam masyarakat timbul golongan-golongan para ahli dalam
mengerjakan kegiatan tertentu, misalnya ahli mengatur upacara keagamaan, ahli pertanian, ahli
perdagangan dan ahli membuat barangbarang dari logam dan sebagainya.
Pengetahuan dalam berbagai bidang meningkat. Ilmu tentang perbintangan dan iklim telah
dikuasai untuk mengetahui arah angin yang diperlukan dalam pelayaran dan pengaturan
kegiatan-kegiatan dalam pertanian.
2.5       Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Mengenai persebaran penduduk Indonesia terdapat berbagai pendapat mengenai asal-usul nenek
moyang bangsa Indonesia. Beberapa tokoh berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia bukan
asli berasal dari Indonesia melainkan daerah lain. Namun juga ada yang berpendapat mengenai asal usul
nenek moyang memang berasal asli dari Indonesia. Brandes dan Kern berpendapat bahwa nenek moyang
bangsa Indonesia berasal dari luar Indonesia. Penelitian dari kedua tokoh tersebut berdasarkan
persamaan bahasa. Brendes menyatakan bahwa ada kesamaan antara bahasa yang digunakan bangsa
Indonesia dengan bahasa yang digunakan oleh penduduk yang mendiami pulau Formosa (Taiwan).
Sedangkan Kern menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Campa,
Kochin Cina. Kern mendasarkan pernyataannya tersebut berdasarkan kesamaan bahasa serta persamaan
nama binatang dan nama senjata. Pada sekitar tahun 2000 sampai 2500 SM, orang-orang dari Yunan
dengan menggunakan perahu bercadik meninggalkan wilayah tempat tinggalnya menuju ke daerah
wilayah selatan. Perpindahan penduduk ini dikarenakan desakan suku lain yang lebih kuat. Von Heine
Gildren menyatakan bahwa penduduk Indonesia berasal dari daratan Asia hal ini didasarkan pada artefak
yang ditinggalkan. Sebagai contoh kapak persegi di Indonesia juga ditemukan di sekitar sungai Huang Ho
dan Irawady.
Pendapat yang menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Indonesia
sendiri adalah pendapat dari Moh Yamin. Penelitian ini didasarkan pada fosil tertua ditemukan di
Indonesia. selain itu banyak fosil manusia purba yang ditemukan di Indonesia. pendapat lain yang agak
berbeda dikemukakan oleh Majumdar yang menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal
dari India. Berdasarkan beberapa teori yang diungkapkan oleh banyak tokoh tersebut disumpulkan awal
bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan Cina selatan.Teori Yunan didukung
oleh beberapa ahli antara lain Geldern, Kern, Foster, Logan, Slamet Muljana dan Asmah Haji Omar. Dan
kemungkinan teori ini akan dapat berganti dikemudian hari tergantung penelitian selanjutnya.

2.5.1    Proses kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia


Persebaran nenek moyang bangsa Indonesia diperkirakan melalui dua gelombang. Gelombang
pertama ialah Melayu Tua (Proto Melayu) sekitar 2000 SM dan gelombang yang kedua yakni Melayu
Muda (Deutro Melayu) sekitar 500 SM. Berbagai ahli sejarah menerka bahwa kepindahan tersebut
disebabkan beberapa hal antara lain: kekurangan bahan makanan, kerusakan lingkungan di daerah asal,
bencana alam, terdesak oleh pendatang, peperangan dll.
1)        Proto Melayu
Jalur perpindahan dari Yunan menuju wilayah Indonesia dibagi menjadi dua rute yakni rute barat
dan rute timur. Jalur barat dari Yunan ke Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali dan
Nusa Tenggara kebudayaan yang dibawa adalah kapak persegi. Sedangkan jalur timur dimulai dari Teluk
Tonkin menyusuri pantai Asia Timur menuju Taiwan, Filipina, Sulawesi, Maluku, Papua sampai Australia
dengan membawa kebudayaan kapak Lonjong. Keturunan bangsa Proto Melayu misalnya saja suku
bangsa Batak, Dayak dan Toraja. Bangsa Proto Melayu sudah bermukim secara menetap, dengan
berternak dan pengolahan tanah secara sederhana.
2)        Deutro Melayu
Persebaran Deutro Melayu menempuh jalur barat dengan membawa kebudayaan Dongson dari
Vietnam. Kebudayaan Dongson merupakan bebudayaan yang menghasilkan alat-alat dari perunggu
seperti kapak corong (kapak perunggu), nekara, moko dan perhiasan dari perunggu. Bangsa Deutro
Melayu memilih tinggal di daerah pesisir, muara dan sungai yang merupakan daerah yang subur. Deutro
Melayu sudah bercocok tanam lebih modern dibangindkan Proto Melayu. Deutro Melayu sudah mengenal
irigasi. Bangsa Indonesia sekarang yang merupakan keturunan dari bangsa Deutro Melayu adalah suku
bangsa jawa, Madura, Menado dan Melayu.

BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
Priodesasi masa prasejarah berdasarkan ilmu geoligi ini dilakukan untuk mengetahui
terbentuknya bumi dari masa awal sampai seperti saat   ini, melalui lapisan-lapisan bumi.
Melalui lapisan-lapisan bumi kita akan mengetahui usia fosil dan benda-benda purbakala. 
Semakin dalam  dari permukaan tanah  tempat ditemukannya fosil atau benda tersebut maka dpat
disimpulkan bahwa usia benda itu semakin tua dan sebaliknya.  Melalui pemeriksaan
laboratorium, akan diketahui berapa kira-kira usia bumi beserta makhluk yang pernah
menghuninya.berikut adalah uraian mengenai tahapan-tahapan terciptanya bumi.
Pembabakan  prasejarah berdasarkan ilmu arkeologi  bertujuan untuk mengetahui usia
manusia purba berdasarkan peninggalan purbakala. Benda-benda tersebut dapat berupa perkakas
rumah tangga, patung, coretan di gua, dan fosil purba. Manusia purba menggunakan alat-alat
untuk memenuhi kebutuhannya seperti mencari dan mengolah makanan dengan menggunakan
perkakas dari batu atau benda-benda alam lainnya yang keras seperti kayu dan tulang.
Kehidupan masyarakat di Indonesia terus mengalami perkembangan, yakni dari masa
berburu dan mengumpulkan makanan kemudian berkembang ke masa menetap dan bercocok
tanam. Dalam masa menetap dan bercocok tanam masyarakat kemudian berusaha membuat atau
menciptakan berbagai macam peralatan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka maka lahirlah
budaya. Budaya yang semula merupakan budaya batu mulai dari batu tua,madya, dan muda lalu
berkembag ke budaya batu besar dan budaya besi atau perunggu bersamaan dengan lahrnya
budaya batu besar (megalitikum) maka berkembang pula system kepercayaan masyarakat seperti
animisme dan dinamisme
Setelah Disusunnya Makalah ini dapat disimpulkan :
1.        Zaman pra-Aksara di berdasarkan ciri kehidupan masyarakat, dibagi dalam empat babak, yaitu
masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat lanjut, .masa bercocok tanam, dan masa perundagian.
2.        Perubahan dari masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut ke masa bercocok
tanam, memakan waktu yang sangat panjang,

3.2       Saran
Setelah mempelajari kehidupan masa pra aksara dan Setalah kami menyusun makalah ini
kami member saran :
1.        Kita Harus Bersyukur Karena kita tidak perlu bersusah keras lagi untuk mencari makanan kini
kita tinggal membeli apa yang kita inginkan .
2.        Masa kita sekarang adalah masa yang modern tentunya perlu di syukuri dan dinikmati sesuai
kebutuhan.
3.        Jangan lupa bersyukur selalu kepada tuhan yang menciptakan langit dan bumi.

DAFTAR PUSTAKA

Beberapa Sumber :

http://www.artiini.com/2016/05/pengertian-zaman-praaksara-dan.html

http://usaha321.net/pengertian-zaman-praaksara.html

http://www.seputarilmu.com/2015/12/jenis-jenis-manusia-purba-di-zaman-pra.html

http://avistalingga.blogspot.co.id/2016/01/perkembangan-corak-kehidupan-masyarakat.html

http://www.donisetyawan.com/persebaran-nenek-moyang-bangsa-indonesia/

http://www.donisetyawan.com/wp-content/uploads/2016/07/corak-kehidupan-manusia-purba.jpg

Anda mungkin juga menyukai