Anda di halaman 1dari 11

Dwi Munawaroh

Sabtu, 26 Maret 2016


MAKALAH PERUNDANG-UNDANGAN, DAN
PROSES PERATURAN UU
 BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Peraturan Perundang-Undngan

Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga


negara atau pejabat yang berwenang dan mempunyai kekuatan yang mengikat. Tujuan undang-
undang dan peraturan negara adalah untuk mengatur dan menertibkan setiap kehidupan berbangsa
dan bernegara. Dengan undang-undang atau peraturan, kehidupan berbangsa dan bernegara
menjadi lebih tertib.Peraturan perundang-undangan dan peraturan memiliki kekuatan
mengikat. Seseorang yang melanggar peraturan dan undang-undang, akan dikenai sanksi atau
hukuman. Hukuman itu dapat berupa denda ataupun kurungan penjara. Kita sebagai warga negara
harus taat kepada peraturan yang sudah dibuat ataupun diberlakukan oleh negara.

Menurut Van Der Tak dalam Aziz Syamsudin, peraturan perundang-undangan merupakan
hukum tertulis yang dibuat oleh pejabat yang berwenang, berisi aturan-aturan tingkah laku yang
bersifat abstrak dan mengikat umum.  Istilah perundang-undangan (legislation atau gesetzgebung)
mempunyai dua pengertian yang berbeda, yaitu:

1.      Perundang-undangan sebagai sebuah proses pembentukan atau proses membentuk peraturan-


peraturan negara, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah,

2.      Perundang-undangan sebagai segala peraturan negara, yang merupakan hasil proses pembentukan
peraturan-pearaturan, baik di tingkat pusat maupun ditingkat daerah. 

Dalam peraturan perundang-undangan, terdapat landasan hukum dalam terbentuknya


peraturan perundang-undangan. Namun apakah anda sudah mengetahui, apa itu peraturan
perundang-undangan ?. Pengertian peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang
memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan di bentuk atau ditetapkan oleh lembaga
negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan. Bahwa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas peraturan perundang-undangan
yang baik, maka perlu dibuat peraturan yang memuat mengenai pembentukan peraturan
perundang-undangan dengan cara metode yang pasti, baku dan standar yang mengikat segala aspek
dalam lembaga yang berwenang untuk membetuk peraturan perundang-undangan. Pasal 22A UUD
NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan
undang-undang yang diatur dengna undang-undang. Selanjutnya, dijabarkan dalam UU RI No. 12
Tahun 2011 mengenai Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Di dalam pasal 1 UU RI No. 12. Tahun 2011, Berikut penjelasan mengenai pembentukan
peraturan perundang-undangan.. 

         Pembentukan peraturan perundang-undangan adalah pembuatan peraturan perundang-undangan


yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan
pengundangan. 

         Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang
mengikat secara umum dan di bentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang
berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. 

         Program legislasi nasional yang selanjutnya disebut prolegna  adalah instrumen perencanaan


program pembentukan peraturan daerah provinsi atau peraturan daerah kabupaten/kota yang
disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis.

         Program legislasi daerah yang disebut dengan  progleda adalah instrumen perencanaan program
pembentukan undang-undang yang disusun secara terencana terpadu dan sistematis.

         Pengundangan adalah penempatan peraturan perundang-undangan dalam lembaga negara


Republik Indonesia, berita negara Republik Indonesia, tambahan berita negara Republik Indonesia,
lembaga daerah, tambahan lembaran daerah atau berita daerah. 

         Materi muatan peraturan perundang-undangan adalah materi yang dimuat dalam peraturan
perundang-undangan yang sesuai dengan jenis, fungsi dan hierarki peraturan perundang-undangan.

Peraturan perundang-undangan ini dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang atau legislatif.
Dengan demikian, terdapat struktur atau tata perundang-undangan dalam sebuah negara. Pada
peraturan perundang-undanga yang dikeluarkan oleh lembaga yang lebih rendah harus mengacu
atau tidak boleh bertentangan dengan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh lembaga yang
lebih tinggi. Contohnya, perda provinsi yang mengatur tentang pendapatan daerah tidak boleh
bertentangan dengan UU yang ditetapkan lembaga perwakilan rakyat di pusat. 

1.      Sifat dan Ciri-Ciri Peraturan Perundang-undangan

Semua peraturan perundang-undangan memiliki sifat dan ciri-ciri sebagai berikut.

  Peratran perundang-undangan dalam wujud peraturan tertulis


  Peraturan perundang-undangan dibentuk, ditetapkan, dan di keluarkan oleh lembaga negara atau
pejabat yang berwenang baik di tingkat pusat maupun didaerah

  Peraturan perundang-undangan berisi aturan pola tingkah laku atau norma hukum. 

  Peraturan perundang-undangan mengikat secara umum dan menyeluruh

2.      Landasan Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan di bentuk dalam 3 landasan hukum.


Landasan Hukum pembentukan peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut.

a.       Landasan Filosofis,

peraturan perundang-undangan dapat dikatakan memiliki landasan filosofis (filisofische


grondslag) apabila rumusannya atau normanya mendapatkan pembenaran dikaji secara filosofis.
Jadi, alasan sesuai dengan cita-cita pandangan hidup manusia dalam pergaulan hidup bermasyarakat
dan sesuai cita-cita kebenaran, keadilan, jalan kehidupan (way of life), filsafat hidup bangsa, serta
kesusilaan.
b. Landasan Sosiologis,

Suatu peraturan perundang-undangan dapat dikatakan memiliki landasan sosiologis jika


sesuai dengan keyakinan umum, kesadaran hukum masyarakat, tata nilai, dan hukum yang hidup
dimasyarakat agar peraturan yang dibuat dapat dijalankan. 

c. Landasan Yudiris,

Peraturan perundang-undangan dapat dikatakan memiliki landasan yudiris jika terdapat


dasar hukum, legalitas atau landasan yang terdapat dalam ketentuan hukum yang lebih tinggi
derajatnya.

B.   Peraturan Pusat

                        Peraturan pusat merupakan peraturan yang berlaku, secara nasional dibuat oleh
pemerintah pusat. Setiap warga dan daerah wajib menjalankan dan menaati jenis peraturan  ini,
segala peraturan harus bersumber pada pancasila dan UU 1945. Bentuk peraturan pusat bukan
hanya undang-undang. Peraturan pemerintah pengganti undang-undang  (PerPU), peraturan
pemerintah (PP), dan peraturan presiden, peraturan daerah juga merupakan bagian dari peraturan
pusat.
  Contoh peraturan pusat

a.       Peraturan hak dan kewajiban warga Negara

                        Setiap warga Negara berhak dan sama memperoleh pendidikan bermutu, pernyataan
ini dijelaskan dalam UU No. 2 tahun 2005 tentang system pendidikan nasional.hal ini merupakan
jaminan pemerintah sesuai tanggung jawabnya dalam bidang pendidikan, tanggung jawab dalm
mencerdaskan anak bangsa dalam hal ini pemerintah memberikan bantuan dalam bidang
pendidikan dengan menyelenggarakan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) inilah upaya nyata
pemerintah dalam memfasilitasi pembangunan dibidang pendidikan, khususnya pendidikan dalam
jangka 9 tahun.

b.      Peraturan lalu lintas

                        Peraturan tata tertib lalu lintas diatur dalam UU No. 14 1992 peraturan tersebut
mengatur tentang tata tertib lalu lintas jalan raya, peraturannya berlaku diwilayah NKRI. Salah satu
isinya menyatakan bahwa setiap orang menggunakan jalan wajib menaati segala peraturan lalu
lintas yang ada.

                        Peraturan pusat merupakan peraturan yang berlaku secara nasional dan dibuat oleh
pemerintah atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Setiap warga negara dan pemerintah
daerah wajib menjalankan dan menaati jenis peraturan ini. Yang termasuk dalam peraturan ini
adalah UUD 1945, UU.Peraturan Lalu Lintas dibuat untuk menciptakan keamanan, kenyaman, dan
ketertiban bagi pengguna jalan raya, termasuk pejalan kaki dan pemilik atau pemakai kendaraan. Di
jalan raya ada beberapa peraturan lalu-lintas yang harus ditaati, seperti kita harus menyeberang
melalui z  ebra cross atau jembatan penyeberangan atau  jika kita berjalan di jalan raya harus di
trotoar, dan sebagainya.Jika kita melanggar peraturan lalu lintas maka akan membahayakan
keselamatan diri kita sendiri dan juga merugikan orang lain. Selain itu kita juga akan dikenakan
sanksi. Contoh sanksi bagi pengemudi kendaraan bermotor yang tidak memiliki SIM dalam UU Lalu
lintas No. 14 tahun 1992 yaitu dipidana kurungan maksimal 6 (enam) bulan atau denda
Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah).

c.       UU tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 31 Tahun 1999, yang dimaksud “Tindak pidana korupsi adalah setiap orang yang secara nyata
melawan hukum melakukan pe3rbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara, dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) yaitu Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) melalui UU No. 30 tahun 2002.

d.      Peraturan tentang Pendidikan Peraturan tentang pendidikan diatur dalam Undang-Undang Nomor


20 Tahun 2003. Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa anak
yang berusia tujuh sampai dengan limabelas tahun harus bersekolah. Mereka harus mengikuti
pendidikan dasar. Yang dimaksud dengan pendidikan dasar adalah Sekolah Dasar dan Sekolah
Menengah Pertama.

C.    Peraturan Daerah

Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan, yang dibentuk oleh Dewan


Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah (gubernur ataubupati/wali
kota).

Materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah
serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan Daerah
terdiri atas:

a.      Peraturan Daerah Provinsi, yang berlaku di provinsi tersebut. Peraturan Daerah Provinsi dibentuk
oleh DPRD Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur

b.      Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, yang berlaku di kabupaten/kota tersebut. Peraturan Daerah


Kabupaten/Kota dibentuk oleh DPRD Kabupaten/Kota dengan persetujuan
bersama Bupati/Walikota. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tidak subordinat terhadap Peraturan
Daerah Provinsi.

  Rancangan Peraturan Daerah (Raperda)

Dapat berasal dari DPRD atau kepala daerah (gubernur, bupati, atau wali kota). Raperda
yang disiapkan oleh Kepala Daerah disampaikan kepada DPRD. Sedangkan Raperda yang disiapkan
oleh DPRD disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada Kepala Daerah

Pembahasan Raperda di DPRD dilakukan oleh DPRD bersama gubernur atau bupati/wali
kota. Pembahasan bersama tersebut melalui tingkat-tingkat pembicaraan, dalam rapat
komisi/panitia/alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani legislasi, dan dalam rapat paripurna.

Raperda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Gubernur atau Bupati/Walikota
disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Gubernur atau Bupati/Walikota untuk disahkan menjadi
Perda, dalam jangka waktu palinglambat 7 hari sejak tanggal persetujuan bersama. Raperda tersebut
disahkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota dengan menandatangani dalam jangka waktu 30 hari
sejak Raperda tersebut disetujui oleh DPRD dan Gubernur atau Bupati/Walikota. Jika dalam waktu
30 hari sejak Raperda tersebut disetujui bersama tidak ditandangani oleh Gubernur atau
Bupati/Walikota, maka Raperda tersebut sah menjadi Perda dan wajib diundangkan

  Syarat berdirinya perda


Perda merupakan produk legislasi pemerintahan daerah, yakni Kepala daerah dan DPRD.
Pasal 140 ayat (1) UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa
Rancangan Perda dapat berasal dari DPRD, Gubernur, atau Bupati/Walikota. Selanjutnya, Rancangan
Perda harus mendapat persetujuan bersama DPRD dan Gubernur atau Bupati/ Walikota untuk dapat
dibahas lebih lanjut. Tanpa persetujuan bersama, rancangan perda tidak akan dibahas lebih lanjut.

Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, peraturan


daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk bersama antara DPRD dengan Kepala
Daerah baik di Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Sedang di dalam UU No 12 Tahun 2011 yang
terdapat dua pengertian tentang peraturan daerah, yakni peraturan daerah provinsi dan peraturan
daerah kabupaten/kota. Peraturan daerah provinsi adalah peraturan perundang-undangan yang
dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur.
Sedang peraturan daerah Kabupaten/Kota adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama
Bupati/Walikota.

Peraturan daerah sebagai salah satu bentuk perturan perundang-undangan merupakan


bagian dari pembangunan sistem hukum nasional. Peraturan daerah yang baik dapat terwujud
apabila didukung oleh metode dan standar yang tepat sehingga memenuhi teknis pembentuka
peraturan perundang-undangan, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2011.

Perda dibentuk karena ada kewenangan yang dimiliki daerah otonom dan perintah dari
peraturan-undangan yang lebih tinggi. Kewenangan yang dimaksud adalah kewenangan yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

Definisi Perda Sesuai dengan ketentuan UU No. 10/2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, yang dimaksud dengan Peraturan Daerah (Perda) adalah  peraturan
perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan
bersama Kepala Daerah.

Definisi lain tentang Perda berdasarkan ketentuan UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan
Daerah adalah  peraturan perundang-undangan yang dibentuk bersama oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dengan Kepala Daerah baik di Propinsi maupun di Kabupaten/Kota. Pasal 136 ayat (2)
UU No. 32/2004 mengamanatkan bahwa Perda dibentuk oleh pemerintah daerah dan DPRD dalam
rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan ; serta ayat (3) Perda yang
dimaksud merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah .

Menurut undang-undang No. 10 tahun 2004 tentang pembentukan peraturan perundang-


undangan yang dimaksud dengan peraturan daerah (Perda) adalah peraturan perundang-undangan 
yang dibentuk oleh dewan perwakilan rakyat daerah dengan persetujuan bersama kepala daerah.
Definisi lain adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk bersama oleh dewan
perwakilan rakyat daerah ddengan kepala daerah baik dipropinsi maupun di kabupaten/kota.Dalam
undang-undang No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah (UU Pemda), pada bentuk dalam
rangka penyelenggaraan otonomi daerah propinsi /kabupaten/kota dan tugas pembuatan serta
merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan
memperhatikan ciri khas masing-masing daerah.

Sesuai ketentuan pasal 21 undang-undang No.10 tahun 2004 tentang pembentukan


peraturan perundang-undangan, materi muatan Perda adalah seluruh materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembuatan dan penampung kondisi khusus daerah
serta penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Rancangan
peraturan derah dapat berasaldari dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) Gubernur atau
Bupati/Walikota. 

D.    Proses Pembuatan Peraturan Pusat Dan Daerah

1.      Asas dan urutan pembuatan peraturan

Sebelum membuat suatu peraturan, baik di tingkat pusat maupun di daerah harus
memerhatikan beberapa hal. Salah satunya tentang materi yang dimuat dalam sebuah peraturan.
Setiap materi peraturan perundang-undangan harus memuat asas-asas berikut.

  Asas pengayoman bahwa setiap materi muatan Perda harus berfungsi memberikan perlindungan
dalam rangka menciptakan ketentraman masyarakat.

  Asas kemanusiaan bahwa setiap materi muatan Perda harus mencerminkan perlindungan dan
penghormatan hak-hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga Negara dan penduduk
Indonesia secara proporsional.

  Asas kebangsaan bahwa setiap muatan Perda harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia
yang pluralistic (kebhinnekaan) dengan tetap menjaga prinsip negara kesatuan Republik Indonesia.

  Asas kekeluargaan bahwa setiap materi muatan Perda harus mencerminkanmusyawarah untuk
mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan..

  Asas kenusantaraan bahwa setiap materi muatan Perda senantiasa memperhatikan kepentingan
seluruh wilayah Indonesia dan materi muatan Perda merupakan bagian dari sistem hukum nasional
yang berdasarkan Pancasila..
  Asas bhinneka tunggal ika  bahwa setiap materi muatan Perda harus memperhatikan keragaman
penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi daerah dan budaya khususnya yang menyangkut
masalah-masalah sensitif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

  Asas keadilan bahwa setiap materi muatan Perda harus mencerminkan keadilan secara proporsional
bagi setiap warga negara tanpa kecuali.

  Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan bahwa setiap materi muatan Perda tidak
boleh berisi hal-hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain agama, suku,
ras, golongan, gender atau status sosial.

  Asas ketertiban dan kepastian hukum bahwa setiap materi muatan Perda harus dapat menimbulkan
ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum.

  Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan keserasian dan keselarasan, bahwa setiap materi
muatan Perda harus mencerminkan keseimbangan, keserasian dan keselarasan antara kepentingan
individu dan masyarakat dengan kepentingan bangsa dan negara.

Jadi, ada 10 asas yang harus dipenuhi dalam pembentukan sebuah peraturan.
Pada umumnya, proses pembuatan peraturan pusat dan peraturan daerah hampir sama. Namun,
pihak-pihak yang membuatnya berbeda. Berikut ini. Urutan pembuatan peraturan pusat dan daerah:

a.       Membuat rencana peraturan undang-undang

  Peraturan pusat : rancangan peraturan atau undangan-undangan dapat berasal dari DPR, presiden ,
atau DPD.

  Peraturan daerah  : rancangan peraturan daerah berasal dari DPRD, Gubernur, atau Bupati/Walikota.

b.      Mengajukan rancangan peraturan undang-undang

  Peraturan pusat : Rancangan undang-undang yang dibuat oleh presiden, DPR atau DPD diajukan
kepada DPR untuk dibahas bersama.

  Peraturan daerah: rancangan peraturan daerah yang dibuat oleh DPRD, gubernur, atau
Bupati/Walikota, kepada DPRD untuk dibahas bersama.

c.       Membahas rancangan peraturan undang-undang

  Peraturan pusat : DPR bersama Presiden mengadakan sidang bersama untuk membahas rancangan
undang-undang yang sudah diajukan kepada DPR.

  Peraturan daerah : DPRD bersama kepala daerah mengadakan sidang bersama untuk membahas
rancangan peraturan daerah.

d.      Menetapkan atau mengesahkan peraturan undang-undang


  Peraturan pusat : rancangan undang-undang yang sudah disetujui bersama oleh DPR dan presiden,
disampaikan oleh pimpinan DPR kepada presiden untuk disahkan menjadi undang-undang.

  Peraturan daerah : rancangan peraturan daerah telah disetujui oleh DPRD dan kepala daerah
disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada kepala daerahuntuk ditetapkan menjadi peraturan daerah.

e.       Pengundangan dan penyebarluasan peraturan undang-undang

  Peraturan pusat : Seluruh rakyat Indonesia harus mengetahui adanya sebuah undang-undang. Oleh
karena itu, agar semua warga negara mengetahuinya, undang-undang yang telah disahkan
diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Pemerintah juga wajib menyebarluaskan
UU tersebut. Penyebarluasan undang-undang dapat dilakukan melalui media elektronik dan media
cetak.

  Peraturan daerah :Peraturan daerah diundangkan dalam lembaran daerah. Pemerintah daerah wajib
menyebarluaskan peraturan daerah yang telah diundangkan tersebut. Penyebarluasan peraturan
daerah dapat dilakukan melalui media cetak, seperti majalah dan surat kabar.

Di negara kita sudah ditetapkan lembaga negara yang membuat undang-undang. Namun
masyarakat juga harus terlibat. Masyarakat tidak boleh menerima begitu saja terhadap sebuah
undang-undang. Masyarakat harus berperan aktif dalam pembuatan peraturan karena yang akan
melaksanakannya adalah masyarakat, bukan hanya lembaga negara saja.Bayangkan jika sebuah
peraturan telah ditetapkan tetapi tidak disetujui oleh masyarakat. Masyarakat akan memprotesnya
dan meminta pemerintah untuk mengganti dengan peraturan yang baru. Protes masyarakat
terhadap sebuah peraturan dapat diwujudkan dalam kegiatan demonstrasi. Hal itu merupakan salah
satu akibat bila masyarakat tidak ikut dilibatkan dalam pembuatan peraturan.

E.     Pelaksanaan peraturan

Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun
secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah
dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone dan Wildavsky
mengemukakan pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa
Pelaksanaan adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan.

Peraturan Pelaksanaan yang dimaksud disini adalah aturan yang dibuat oleh eksekutif
(pemerintah) atau badan lain dalam rangka melaksanakan undang-undang. Berbeda dengan
pembuatan undang-undang, peraturan pelaksanaan dibuat dengan tidak melibatkan lembaga
legislatif (DPR

Pada dasarnya kewenangan membuat undang-undang, termasuk peraturan pelaksanaannya,


ada di tangan lembaga legislatif. Eksekutif memiliki kekuasaan untuk melaksanakannya. Namun,
suatu peraturan perlu didelegasikan karena mendesaknya pemberlakuan suatu aturan, perlunya
pengaturan yang detil, memerlukan keahlian khusus, dan pengaturan yang harus sesuai dengan
karakter masing-masing daerah. Selain itu, secara praktis, mekanisme penetapan suatu keputusan
yang panjang dan rumit tidak memungkinkan dibuat sendiri oleh DPR. Pendelegasian pembuatan
peraturan pelaksanaan kepada eksekutif menjadi lebih cepat prosesnya karena tidak memerlukan
debat di DPR yang seringkali berlarut-larut. Waktu DPR akan tersita untuk membahas hal detil.
Seringkali diperlukan pengaturan yang mendesak dan segera harus diberlakukan, misalnya
pengaturan mengenai kenaikan jalan tol atau kenaikan harga BBM. DPR dengan mekanisme
pengambilan keputusan yang ada tidak mungkin dapat menghasilkan peraturan seperti itu.
Seringkali kebijakan teknis perlu diubah sehingga akan lebih cepat mengubah peraturan pelaksanaan
daripada mengubah undang-undangnya. Apabila kebijakan teknis diserahkan kepada DPR, maka
waktu DPR akan tersita untuk membahas hal yang bersifat teknis. Contoh peraturan yang demikian
adalah peraturan mengenai perubahan organisasi pada kementerian. Kementerian dan lembaga
cenderung lebih mampu membuat pengaturan yang efektif karena merupakan area keahlian
mereka. Khusus peraturan daerah, mereka lebih mengetahui kondisi masing-masing daerah
setempat. Sebagai contoh peraturan mengenai tata ruang suatu wilayah.

Pendelegasian pembuatan peraturan pelaksanaan memiliki beberapa manfaat, yakni


menghindari salah satu cabang kekuasaan (eksekutif atau legislatif) mendominasi kekuasaan
sehingga dan tidak menciptakan prinsip checks and balances kekuasaan. Apabila peraturan
pelaksanaan didominasi oleh legislatif, dalam arti peraturan pelaksanaan dibuat oleh legislatif,
secara praktis dapat menghambat pelaksanaan suatu undang-undang oleh eksekutif mengingat
legislatif tidak mengetahui praktik pelaksanaan secara detail dan pengaturan lokal. Sebaliknya
apabila peraturan pelaksanaan dibuat secara penuh oleh eksekutif, maka akan berpotensi kekuasaan
legislatif akan diambil alih oleh eksekutif. Selain itu, mencegah eksekutif menyelenggarakan
pemerintahan secara tidak terkendali. Adanya delegasi kewenangan dari legislatif kepada eksekutif
akan mencegah eksekutif melakukan improvisasi yang tidak tepat dalam menyelanggarakan
pemerintahan.

Dwi Munawaroh di 20.42
Berbagi



Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

Dwi Munawaroh 
Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai