Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Ayu Murdaningsih (126208201002)
2. Ainur Ike Tri Agustin (126208201002)
3. Rahmawati (126208201005)
4. Edo Fanindra Andara P. (126208202047)
TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
2023
i
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
iv
BAB I
PENDAHULUAN
v
Berbagai cara dilakukan dalam rangka mengurangi dan
menanggulangi lmbah. Sampai saat ini, pengelolaan limbah masih bisa
dikatakan belum maksimal dikarena adanya beberaoa faktor seperti
kurangnya teknologi yang digunakan untuk mengolah hingga bahaya dari
efek samping pengolahan limbah(asap dan gas beracun seperti karbon
monoksida, ammonia, HCN, dan sebagainya).
Maka dari itu, pengelolaan limbah yang dihaslikan oleh industri
sangat perlu dilakukan dengan baik dan profesional. Jika tidak dilakukan
dengan baik, maka akan terjadi pencemaran lingkungan yang buruk pada
pemukiman warga yang akan menyebabkan gangguan kesehatan pada
saluran pernafasan dan penyakit kulit lainya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana teknik pengelolaan limbah cair?
2. Bagaimana teknik pengelolaan polusi udara?
3. Bagaimana teknik pengelolaan polusi suara?
4. Bagaimana teknik pengelolaan limbah padat dan limbah berbahaya?
5. Bagaimana sistem monitoring polusi lingkungan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui teknik pengelolaan limbah cair
2. Mengetahui teknik pengelolaan polusi udara
3. Mengetahui teknik pengelolaan polusi suara
4. Mengetahui teknik pengelolaan limbah padat dan limbah berbahaya
5. Mengetahui sistem monitoring polusi lingkungan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
peruntukannya, antara lain untuk keperluan air minum, air irigasi, atau
air proses yang dimanfaatkan untuk kebutuhan proses industri
tertentu. Namun, secara umum dapat disimpulkan bahwa air yang
diperlukan tersebut harus memenuhi berbagai kriteria, antara lain
tidak mengandung polutan yang membahayakan atau setidaknya
mengandung polutan yang tidak diinginkan dengan nilai ambang
batas seminimal mungkin sesuai dengan nilai baku mutu yang
diamanatkan dalam peraturan pemerintah atau institusi terkait
lainnya.
Pengolahan limbah bertujuan untuk menetralkan air dari
bahan-bahan tersuspensi dan terapung, menguraikan bahan organic
biodegradable, meminimalkan bakteri patogen, serta memerhatikan
estetika dan lingkungan. Pengolahan air limbah dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu : (1)secara alami dan, (2) secara buatan.
1. Secara alami
2. Secara buatan
4
Teknik Pengolahan Limbah Cair
5
masuk limbah cair menuju area utama kolam penampungan dan
pengolahan limbah. Selanjutnya, partikel sampah padatan yang
terjebak di permukaan bar screen dibuang secara manual atau
mekanikal sehingga dapat digunakan untuk proses penyaringan
berikutnya.
2. Filtrasi Membran
Terdapat beberapa jenis membran yang umum diaplikasikan
dalam proses pemurnian air, yaitu
Ultrafiltration
Mikrofiltration
Nanofiltration
Reverse osmosis
Membran Ultrafiltration, microfiltration, dan nanofiltration
umumnya digunakan dalam proses pengolahan air terkontaminasi
yang berasal dari limbah industri dan rumah tangga, dimana air hasil
akhir dari proses filtrasi tersebut diperuntukan untuk penggunaan
produktif lainnya seperti air proses, air irigasi, ataupun air yang akan
dlialirkan ke pembuangan akhir di alam terbuka. Sedangkan, reverse
osmosis saat ini banyak dimanfaatkan untuk proses pengolahan air
yang akan dijadikan sebagai sumber air minum, meskipun demikian
beberapa industri pengolahan minyak juga mulai turut menggunakan
membran tipe ini untuk mengolah limbah cair yang dihasilkan.
3. Filtrasi menggunakan Media Pasir
Proses pemurnian air yang menggunakan metode filtrasi atau
penyaringan dari bahan pasir bersih dikenal dengan istilah slow sand
filter (SSF), dan pasir dengan ukuran dan tipe yang seragam umumnya
digunakan sebagai upaya sederhana untuk mengurangi konsentrasi
polutan pada air dengan tingkat turbidity dan polusi yang rendah,
dimana air tersebut tidak diperuntukan sebagai sumber air minum
tanpa olahan lebih lanjut. Secara umum, penyaring jenis ini terdiri dari
pipa yang berisi beberapa lapisan pasir yang diletakan sedemikian
rupa dan diikuti oleh tambahan beberapa lapisan lain yang berisi batu
6
kerikil dimana batu kerikil ini tidak menyentuh dinding dari pipa
penyaring sehingga air tidak dapat melalui saringan dengan mudah
melalui dinding filter, sedangkan dinding pipa sebaiknya dibuat
dengan pola kasar atau tidak rata dan licin untuk lebih memperlambat
pergerakan air yang mungkin menyentuh dinding pipa. Penyaringan
sederhana alami jenis ini dapat digunakan beberapa kali sebelum pasir
yang telah mengandung polutan yang terperangkap tersebut diganti
dengan pasir baru. Sistem ini juga hanya digunakan untuk aliran air
yang kontinyu. Kedalaman pipa yang berisi pasir minimal 0,6 meter.
Sistem pengolahan air SFF umumnya tidak dapat menjadi proses yang
berdiri sendiri. Untuk memurnikan air dengan tingkat kontaminasi
kompleks termasuk pathogen dan logam berat yang berukuran sangat
kecil, tetap dibutuhkan proses lain baik sebelum atau sesudah SFF
dilakukan.
4. Adsorpsi
Dalam proses adsorpsi, adsorben berfungsi untuk menyerap
polutan. Material adsorben dapat terbuat dari mineral non-organik,
bahan organik sintetik dan bahan organik alami. Adsorben yang
berasal dari material non organik memiliki tingkat daya apung dan
daya serap yang relatif rendah terhadap polutan tertentu minyak dan
logam, sedangkan adsorben bekas pakai yang terbuat dari bahan
sintetis cenderung mencemari lingkungan. Hal tersebut mendorong
munculnya alternatif bahan dasar adsorben yang bersifat ramah
terhadap lingkungan dengan tingkat ketersediaan yang stabil,
ekonomis serta memiliki efisiensi yang tinggi, dan hal tersebut
merupakan karakteristik adsorben yang terbuat dari bahan organik
termasuk bagian tanaman dan sisa hasil pertanian seperti cangkang
kelapa sawit, kulit pisang, kulit buah durian, kulit dan biji buah manga
dan lainnya.
5. Sedimentasi
Sedimentasi merupakan salah satu proses pengolahan limbah
cair secara fisika yang menggunakan gaya gravitasi untuk
7
memisahkan partikel padatan tersuspensi yang telah terbentuk dari
dalam air. Sebagian besar proses sedimentasi didahului oleh proses
koagulasi dan flokulasi. Proses sedimentasi juga dapat dilakukan pada
awal atau pertengahan rangkaian pengolahan limbah cair. Untuk
limbah cair yang mengandung padatan tersuspensi dalam konsentrasi
yang sangat tinggi, proses sedimentasi sebaiknya diaplikasikan pada
awal rangkaian pengolahan sehingga mengurangi pemakaian
koagulan, mempercepat proses koagulasi dan flokulasi dan mencegah
penyumbatan pada peralatan pengolahan lanjut.
6. Proses Oksidasi
Proses oksidasi lanjutan yang lebih dikenal dengan istilah
advanced oxidation prosesses (AOPs) merupakan salah satu metode
efektif yang melibatkan penggunaan berbagai bahan kimia yang dapat
merubah kandungan senyawa organik dan non-organik berbahaya
dalam air menjadi komponen yang ramah lingkungan seperti CO2 dan
H2O. Proses yang termasuk AOPs antara lain fotokatalisis
menggunakan media semikonduktor logam oksida, oksidasi
menggunakan metode Fenton, UV-Fenton serta ozonisasi.
7. Koagulasi dan Flokulasi
Proses pemurnian air dengan menggunakan zat koagulan atau
flokulan merupakan salah satu metode pengolahan air yang umumnya
dilakukan pada bagian awal dari sistem pengolahan air. Penambahan
zat koagulan/flokulan tersebut bertujuan untuk membentuk agregat
yang membentuk gumpalan yang terikat satu sama lain yaitu antara
koagulan/flokulan tersebut dengan partikel polutan yang menjadi
target eliminasi. Adapun prinsip mekanisme dalam proses ini adalah
terciptanya koagulasi kimiawi yang melalui tahapan destabilisasi
senyawa organik yang dilanjutkan proses pengikatan partikel polutan
yang telah dikondisikan menjadi tidak stabil tersebut agar dapat
membentuk agregat atau koloid yang memisahkan dari dari molekul
air. Sebagian hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa
proses ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan termasuk mereduksi
8
kandungan polutan organik, mengurangi tingkat kekeruhan, zat
pewarna, dan pathogen. Zat koagulan atau flokulan yang efektif
digunakan antara lain adalah zat kapur (lime), magnesium, garam
aluminium (aluminum salts), calcium oxide and aluminium sulphate.
8. Penggunaan Mikroorganisme
Pemanfaatan mikroorganisme merupakan pengolahan limbah
cair secara biologi. Mikroorganisme tersebut biasanya adalah bakteri
baik yang bersifat aerob atau anaerob. Umumnya dilakukan dengan
dua sistem yaitu suspended growth system dan fixed film systems.
Pada pertumbuhan mikroorganisme dalam suspended growth system,
mikroorganisme hidup di dalam air limbah dengan bantuan aliran
udara (oksigen) yang dihasilkan oleh distributor oksigen yang
diletakan di dasar bak penampungan atau kolam limbah sehingga
terjadi percampuran yang merata antara mikroorganisme dengan air
limbah. Metode ini membutuhkan clarifier yang berfungsi untuk
memisahkan mikroorganisme setelah proses pengolahan dimana
mikroorganisme yang terpisah sebagian besar dipergunakan kembali
dan sebagian kecil dibuang untuk mengendalikan jumlah
mikroorganisme dalam proses. Salah satu contoh pengolahan limbah
cair dengan metode pertumbuhan mikroba tersuspensi yang paling
banyak diterapkan adalah metode lumpur aktif (activated sludge).
Sedangkan pada fixed film systems, mikroorganisme ditumbuhkan
pada suatu media padat berpori yang berfungsi sebagai tempat yang
memberikan area tumbuh yang memadai bagi pembentukan lapisan
mikroorganisme atau biomassa.
2.2 Teknik Pengelolaan Polusi Udara
Pencemaran udara menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran
udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan atau
komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia,
sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
9
Pencemaran udara akan terus berlangsung dengan laju pertumbuhan
ekonomi. Dengan semakin berkembangnya kehidupan ekonomi,
masyarakat akan semakin banyak menggunakan bahan-bahan
berteknologi tinggi yang dapat menimbulkan pencemaran udara
seperti motor, mobil dan kegiatan-kegiatan industri.
Salah satu pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh
industri adalah pencemaran udara oleh asap yang timbul dari proses
pengolahan atau hasil industri. Industri selalu dikaitkan dengan
sumber pencemar karena industri merupakan kegiatanyang sangat
tampak dalam pembebasan berbagai senyawa kimia kelingkungan.
Kegiatan industri menyebabkan pencemaran udara karena
menimbulkan asap sebagai sumber titik dengan konsentrasi yang
cukup tinggi. Dalam kebijaksanaannya harus selalu didasarkan pada
ketentuan undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2014
tentang Perindustrian.
Emisi pencemaran udara oleh industri sangat tergantung dari
jenis industri dan prosesnya, peralatan industri dan utilitasnya.
Berbagai industri dan pusat pembangkit tenaga listrik menggunakan
tenaga dan panas yang berasal dari pembakaran arang dan bensin.
Hasil sampingan dari pembakaran adalah SOx, asap dan bahan
pencemar lain. Proses pembakaran sampah walaupun skalanya kecil
sangat berperan dalam menambah jumlah zat pencemar diudara
terutama debu dan hidrokarbon. Hal penting yang perlu
diperhitungkan dalam emisi pencemaran udara oleh sampah adalah
emisi partikulat akibat pembakaran, sedangkan emisi dari proses
dekomposisi yang perlu diperhatikan adalah emisi HC dalam bentuk
gas metana.
10
undang no. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan
lingkungan Hidup. Beberapa peraturan tentang upaya pengendalian
pencemaran misalnya yang diterapkan untuk : Sektor industri, Sektor
pertambangan, Sektor transportasi, Teknologi pengendalian
pencemaran Upaya teknologi pengendalian pencemaran udara dapat
dilakukan melalui: Pengendalian pada sumbernya, meliputi
pengendalian pencemaran debu/ partikel, gas, dan buangan kendaraan
bermotor .Pengendalian lingkungan, usaha pengendalian pencemaran
perlu dilengkapi dengan usaha teknik pengendalian agar sesuai
dengan fungsinya.
Upaya pengendalian pencemaran udara dapat melakukan
melalui :
A. Penelitian dan pemantauan
Pengendalian pengelolaan perlu mempertimbangkan
keserasian antara faktor sumber emisi, dampak,kondisi sosial,
ekonomi, dan politik serta melakukan pengukuran lapangan sesuai
dengan kondisi.
1. Langkah pertama, dalam pengelolaan pencemaran udara adalah
dengan melakukan pengkajian/identifikasi mengenal macam
sumber, model dan pola penyebaran serta pengaruhnya /
dampaknya. Sumber pencemaran udara yang sering dikenal
dengan sumber emisi adalah tempat dimana pencemaran udara
mulai dipancarkan keudara.
2. Model dan pola penyebaran dapat diperkirakan melalui studi
pengenai kondisi fisik sumber (tinggi cerobong, bentuk, lubang
pengeluaran dan besarnya emisi) , kondisi awal kualitas udara
setempat (latar belakang), kondisi meteorologi dan topografi.
Studi dampak pencemaran udara dilakukan terhadap kesehatan
manusia, hewan dan tumbuhan , material, estetika dan terhadap
kemungkinan adanya perubahan iklim setempat (lokal) maupun
regional.
11
3. Langkah selanjutnya adalah mengetahui dan
mengkomonikasikan tentang pentingnya pengelolaan
pencemaran udara dengan mempertimbangkan keadaan sosial
lingkungannya, yang behubungan dengan demografi , kondisi
sosial ekonomi, sosial budaya dan psikologis serta pertimbangan
ekonomi. Juga perlunya dukungan politik, baik dari segi hukum,
peraturan, kebijakan maupun administrasi untuk melindungi
pelaksanaan pemantauan, pengendalian dan pengawasan.
4. Untuk melakukan pengukuran lapangan dalam rangka
pemantauan pencemaran udara diperlukan pemilihan metoda
secara tepat sesuai dengan kemampuan jaringan pengamatan,
penempatan peralatan yang diperlukan untuk mengambil sampel
dan kebutuhan peralatan beserta ahlinya untuk keperluan analisis.
12
cerobong asap, dan melengkapi dengan instalasi pengendalian
pencemaran udara serta melakukan penyiraman debu, sehingga tidak
mencemari lingkungan. Kegiatan bongkar muat kayu yang
dilaksanakan pada malam hari telah menimbulkan pencemaran suara
berupa bising, sehingga dihentikan.
Ada beberapa teknik pengelolaan pencemaran suara di
kawasan industri diantaranya yaitu :
1. Gunakan material yang padat, tebal, dan massif untuk menyerap
suara
2. Buat ruangan dengan pembatasan gada (dinding), langit-langit
dan lanai padat)
3. Buat pagar atau pembatas jalan yang dapat menyerap atau
mencegai noise masuk kedalam bangunan.
13
beberapa pelaku usaha menjadikan ini sebagai suatu celah atau
keuntungan. Perkembangan dan pengembangan corak dan gaya hidup
manusia sejak zaman revolusi sebagian besar disebabkan karena
teknologi yang lebih baik untuk menggali, mengolah dan
memanfaatkan bahan alam untuk berbagai keperluan manusia. Untuk
memenuhi gaya hidup konsumtif masyarakat sekarang ini yang
dianggap sangatlah besar maka banyak pelaku usaha yang mendirikan
beberapa perusahaan atau pabrik.
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses
produksi baik industri maupun domestik (Rumah Tangga). Dimana
masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah akan
dihasilkan. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah terdiri dari bahan
kimia organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas
tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap
lingkungan, terutama bagi kesehatan manusia sehingga perlu
dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan
yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik
limbah.
Dari perilaku konsumtif tersebut pula yang dimana dalam
pelaksanaannya membawa dampak negatif terhadap lingkungan yang
berupa limbah terutama limbah yang berbentuk padat. Limbah padat
yang dihasilkan melalui aktivitas industri sulit untuk diolah apalagi
banyak sekali industri yang membuang limbah padat mereka menuju
saluran air atau sungai yang berada dekat dengan lokasi pabrik. Tak
hanya mencemari lingkungan namun bahaya lain juga muncul dari air
yang terkontaminasi dan berdampak pada masyarakat disekitar aliran
sungai, dampak yang diterima masyarakat dapat beragam mulai dari
gatal-gatal sampai dengan keracunan.
Secara garis besar limbah padat merupakan limbah yang
berbentuk padat yang tidak dapat berpindah kecuali jika limbah
tersebut dipindahkan, limbah padat industry biasanya berbentuk
lumpur, kerikil, dan komponen padat lainnya yang berasal dari hasil
14
produksi industri tersebut. (Jenderal Industri Kecil Menengah
Departemen Perindustrian, 2007)
Limbah yang dibuang secara sembarangan dan terang-
terangan pada aliran air atau sungai termasuk ke dalam limbah B3
(Bahan Berbahaya Beracun) yang dimana di dalamnya terkandung zat
fenol, Arsenik (As), Cadmium (Cd) dimana dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun dijelaskan bahwa ketiga
zat yang terkandung dalam limbah industri tersebut termasuk dalam
Daftar Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dipergunakan.
Limbah padat B3 yang sudah berbentuk seperti lumpur atau pasir
dimana limbah tersebut sudah tidak dapat diproses. (Dwi & Sari, n.d.)
15
Berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh metode open
dumping menyebabkan dikembangkan metode penimbunan
sampah yang lebih baik, yaitu sanitary landfill. Pada metode
sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi
lapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah
perembesan limbah ke tanah. Sampah yang ditimbun dipadatkan,
kemudian ditutupi dengan lapisan tanah tipis setiap hari. Hal ini
akan mencegah tersebarnya gas metan yang dapat mencemari
udara dan berkembangbiaknya berbagai macam penyebab
penyakit.
Metode sanitary landfill yang lebih modern, biasanya dibuat
sistem lapisan ganda yaitu plastik, dan lempung. Kemudian dibuat
pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas metan
yang terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut
kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
2. Insinerasi
Insinerasi adalah pembakaran limbah padat menggunakan
suatu alat yang disebut insinerator. Kelebihan dari proses
insinerasi adalah volume sampah berkurang sangat banyak, bisa
mencapai 90 %. Selain itu, proses insinerasi menghasilkan panas
yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau untuk
memanaskan ruangan. Meski demikian, tidak semua jenis limbah
padat dapat dibakar dalam insinerator. Jenis limbah padat yang
cocok untuk insinerasi di antaranya adalah kertas, plastik, dan
karet, sedangkan contoh jenis limbah padat yang kurang sesuai
untuk insinerasi adalah kaca, sampah makanan, dan baterai.
Kelemahan utama metode insinerasi adalah biaya operasi.
yang mahal. Selain itu, insinerasi menghasilkan asap buangan
yang dapat menjadi pencemar udara serta abu pembakaran yang
kemungkinan mengandung senyawa berbahaya.
16
3. Pembuatan kompos
Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organik,
seperti sayuran, daun dan ranting, serta kotoran hewan, melalui
proses degradasi/ penguraian oleh mikroorganisme tertentu.
Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah dan
menyediakan zat makanan yang diperlukan tumbuhan, sementara
mikroba yang ada dalam kompos dapat membantu penyerapan zat
makanan yang dibutuhkan tanaman.
Pembuatan kompos merupakan salah satu cara terbaik untuk
mengurangi timbunan sampah organik. Cara ini sangat cocok
diterapkan di Indonesia, karena cara pembuatannya relatif mudah
dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Selain itu, kompos
dapat dijual sehingga dapat memberikan pemasukan tambahan
atau bahkan menjadi alternatif mata pencaharian.
Berdasarkan bentuknya, kompos ada yang berbentuk padat
dan cair. Pembuatan kompos dapat dilakukan dengan
menggunakan kompos yang telah jadi, kultur mikroorganisme,
atau cacing tanah. Contoh kultur mikroorganisme yang telah
banyak dijual di pasaran dan dapat digunakan untuk membuat
kompos adalah Effective Microorganism 4 (EM4). EM4
merupakan kultur campuran mikroorganisme yang dapat
meningkatkan degradasi limbah atau sampah organik,
menguntungkan dan bermanfaat bagi kesuburan tanah maupun
pertumbuhan dan produksi tanaman, serta ramah lingkungan.
EM4 mengandung mikroorganisme yang terdiri dari beberapa
jenis bakteri, di antaranya Lactobacillus sp., Rhodopseudomonas
sp., Actinomyces sp., dan Streptomyces sp., dan khamir (ragi),
yaitu Saccaharomyces cerevisiae. Kompos yang dibuat
menggunakan EM4 yang dikenal juga dengan bokashi.
17
4. Daur ulang
Berbagai jenis limbah padat dapat mengalami proses daur
ulang menjadi produk baru. Proses daur ulang sangat berguna
untuk mengurangi timbunan sampah karena bahan buangan diolah
menjadi bahan yang dapat digunakan kembali. Contoh beberapa
jenis limbah padat yang dapat didaur ulang adalah kertas, kaca,
plastik, karet, logam seperti besi, baja, tembaga dan alumunium.
Bahan-bahan yang didaur ulang dapat dijadikan produk baru
yang jenisnya hampir sama atau sama dengan produk jenis lain.
Contohnya, limbah kertas bisa didaur ulang menjadi kertas
kembali. Limbah kaca dalam bentuk botol atau wadah bisa didaur
ulang menjadi botol atau wadah kaca kembali atau dicampur
dengan aspal untuk menjadi bahan pembuat jalan. Kaleng
alumunium bekas bisa didaur ulang menjadi kaleng alumunium
lagi. Botol plastik bekas yang terbuat dari plastik jenis polyetilen
tertalat (PET) bisa didaur ulang menjadi berbagai produk lain,
seperti baju poliyester, karpet, dan suku cadang mobil.
Dalam penanganan limbah perkotaan, ketiga metode
insinerasi, kompos dan daur ulang dapat digabungkan. Kunci
keberhasilan pengolahan sampah tersebut adalah memilah
sampah. Sampah dipisahkan menjadi sampah organic, anorganik,
kaca, polyetilen tertalat (PET). Sampah organic menjadi kompos,
sampah anorganik yang tidak berguna dimasukkan ke dalam
insinerasi, dan sampah anorganik yang berguna seperti kaca dan
PET didaur ulang. Pemilahan yang paling efektif dilakukan di
hulu atau di rumah tangga. Pemilahan di rumah tangga dapat
berhasil apabila didukung oleh edukasi, regulasi dan penyediaan
infrastruktur dari pemerintah.
18
2.5 Sistem Monitoring Polusi Lingkungan
Secara garis besar monitoring merupakan suatu kegiatan
pemantauan yang dapat dijelaskan sebagai kesadaran tentang apa
yang ingin diketahuimterkait dengan hal ingin diukur atau diamati.
Pada dasarnya tingkat polusi di suatu daerah dapat diukur yang
meliputi udara, air, suara, dan tanah. Yang dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. Udara
Udara adalah percampuran atau kumpulan gas yang ada di
permukaan bumi. Udara yang baik sangat dibutuhkan oleh
makhluk hidup untuk bernapas karena mengandung nitrogen
sebanyak 78,08%, oksigen sebanyak 20,95%, argon sebanyak
0,934%, karbon dioksida sebanyak 0,0314%, neon sebanyak
0,00182%, helium sebanyak 0,000524%, metana sebanyak
0,0002%, dan kripton sebanyak 0,000114%. Makhluk hidup
memang tidak dapat melihat udara, tetapi dapat merasakannya
melalui embusan angin.
Tetapi saat ini, kadar oksigen di udara mulai berkurang akibat
aktivitas yang dilakukan oleh manusia, seperti membakar sampah,
dan penggunaan alat-alat tertentu, seperti AC dan lemari
pendingin yang menggunakan CFC. Hal-hal tersebut membuat
udara tercemar karena mengandung zat-zat polutan berbahaya.
Adapun ciri-ciri udara yang tercemar adalah mengandung
karbondioksida (CO2) yang tinggi, udara terasa pengab,
berwarna, dan menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan saluran
pernapasan (ISPA).
2. Air
Monitoring kualitas air biasanya dilakukan dengan cara
menggunakan kertas pH yang dimana kegunaannya untuk
mengetahui tingkat asam dan basa suatu air di wilayah tertentu.
Serta untuk mendapatkan hasil yang lebih detail dan konrit
biasanya sampel air akan dikirimkan ke laboratorium guna diuji.
19
Minimnya akses air bersih untuk konsumsi di Indonesia
menjadi hal yang mematikan secara diam-diam karena banyak
orang yang meninggal dari berbagai penyakit yang timbul
buruknya kualitas air yang tidak diketahui oleh masyarakat. Alat
monitoring kualitas air memiliki sensor yang mendeteksi
parameter seperti pH dan TDS dalam air. Dalam pembuatan tugas
akhir ini dilakukan perancangan dan pembuatan sistem
monitoring air dengan sensor pH dan sensor tds air. pH, TDS (
Total Disolved Solid ) adalah salah satu parameter dalam
menentukan kualitas suatu air minum dengan memanfaatkan daya
hantar listrik yang terdapat pada air yang kemudian diolah dalam
arduino uno dan ditampilkan hasilnya pada android. Sensor pH
adalah alat elektronik yang digunakan untuk mengukur pH
(keasaman) dari air. Sistem kendali pembuatan tugas akhir ini
dirancang mengunakan Arduino UNO dengan mikrokontroler
ATMega328 sebagai pusat kendali dari sistem, serta modul wifi
ESP8266 guna untuk komunikasi kontroler ke internet melalui
media wifi.
Pada dasarnya monitoring terkait dengan air dapat dilakukan
dengan cara yang mudah, air yang bersih memiliki ciri: tidak
berbau, tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak menyebabkan
iritasi ketika menyentuh kulit.
3. Tanah
Tanah dapat dimonitoring dengan menggunakan kertas pH
atau kertas lakmus yang dimana hal tersebut bertujuan untuk
mengetahui tingkat keasaman dan basa tanah tersebut. Dan untuk
memonitoring kandungan lain seperti kandungan kimia dan juga
unsur hara maka tanah akan diambil sampelnya dan akan dikirim
ke laboratorium guna dilakukan pengujian yang lebih mendalam
terhadap kandungan di dalam tanah tersebut.
Tanah yang tidak subur dapat menyebabkan matinya vegetasi
yang ada disekitar wilayah tersebut jika tidak segera ditangani,
20
salah satu contoh penanganannya adalah dengan menaburkan
kapur pada tanah yang memiliki indeks pH yang tinggi (memiliki
sifat asam).
4. Suara
Polusi suara merupakan salah satu pencemaran lingkungan
selain polusi udara, polusi air, polusi tanah, dan polusi cahaya
yang dapat menganggu lingkungan. Polusi suara adalah gangguan
pada sebuah lingkungan akibat bunyi atau suara yang
menyebabkan ketidaktentraman makhluk hidup di sekitar bunyi
tersebut.
Pencemaran suara ini terjadi bila terdapat suara bervolume
tinggi dan keras, serta pada frekuensi tertentu yang menyebabkan
kebisingan baik bagi manusia dan hewan. Gangguan suara
dianggap subyektif, karena bergantung pada tanggapan makhluk
hidup yang mendengar suara tersebut apakah terganggu atau tidak
terganggu.
Secara alami, manusia memiliki batasan atau kemampuan
mendengar suara mulai dari 20 Hz hingga 20.000 Hz. Dalam
satuan desibel, angka tersebut berada pada kisaran 140 desibel.
Batas maksimum pendengaran manusia terhadap suara adalah 80
desibel. Sehingga jika terdapat sumber suara yang melebih angkat
tersebut dapat dikatan sebagai indikasi pencemaran suara.
Pengukuran tingkat pencemaran udara dapat dilakukan
dengan cara sederhana untuk mengukur polusi akibat suara ini
adalah dengan menggunakan sound level meter dengan satuan
dB(A) selama 10 menit tiap pengukuran dan pembacaan tiap 5
detik. Pada perkembangan saat ini, aplikasi sejenis dengan sound
level meter dapat pula diperoleh di Play Store Android dengan
memanfaatkan microphone smartphone atau menggunakan alat
pengukur decibel.
21
Pencemaran udara dapat menyebabkan resiko stress, darah
tinggi, dampai dengan gangguan psikologis bagi makhluk hidup
disekitarnya yang secara terus-menerus mendengarnya.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
23
dalam penyususunannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca untuk perbaikan makalah selanjutnya, dan harapan
kami semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua
24
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, F., Anggarini, S., Jurusan Teknologi Industri Pertanian FTP, A. U., &
Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian FTP, S. U. (n.d.). Utilization
And Processing Of Solid Waste Tofu Industry Into Souce Powder (Study Of
The Addition Of Pineapple Pulp And Maltodextrin Concentration). Retrieved
March 5, 2023, from fadlilatulannisa91@gmail.com
Dwi, I., & Sari, M. (n.d.). Indriana Dwi Mutiara Sari JURNAL CAKRAWALA
HUKUM Pengelolaan Limbah Industri PT. Apac Inti Corpora Bawen
Semarang. 2018. http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jch/
Kualitas Tanah Dan Arahan Pengelolaannya Pada Budidaya Padi Sawah Di Subak
Jatiluwih, U., & Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Jl Sudirman Denpasar, P. P. (2016). E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika.
5(3). http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
Martini, Sri. Dkk. 2020. Pembuatan Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri.
Distilasi, Vol. 5 No. 2
Hasan, Nurhaedah, dkk. 2020. Analisis Pencemaran Udara Akibat Pabrik Aspal
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran Udara. Madani legal review. Vol. 4 No. 2
25
T. A. McGeady, P. J. Quinn, E. S. FitzPatrick, and M. T. Ryan. (2006).
VETERINARY EMBRYOLOGY. Dublin : Blackwell Publishing
26