Oleh :
Kelompok 4
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2024
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga makalah yang Berjudul
“Penanganan Limbah (Ternak Ruminansia) ini dapat terselesaikan. Kami
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Didin Supriat, M.Si. dan Bapak
Dwi Suharwanto, S.Pt., M.Si. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Bangunan
dan Peralatan Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran,
yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Terlepas dari
semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa terdapat kekurangan dalam
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi makalah yang lebih baik. Akhir kata, kami berharap semoga
laporan akhir ini bermanfaat untuk pembaca.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui penanganan limbah yang berkaitan dengan
bangunan dan peralatan industri peternakan.
2. Mahasiswa mengetahui dampak yang dihasilkan dari limbah peternakan.
3. Mahasiswa mengetahui mengenai regulasi yang mengatur akan limbah.
4. Mahasiswa mengetahui perancangan penanganan limbah yang efektif dan
efisien.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Limbah Cair:
Limbah cair merupakan jenis limbah yang berwujud cair dan cenderung
dinamis, yang berarti mudah berpindah dan menyebar. Dari segi sumbernya,
limbah cair dapat dibagi lagi menjadi dua jenis utama, yaitu limbah cair domestik
dan limbah cair industri.
a. Limbah Cair Domestik: Limbah cair domestik berasal dari rumah tangga,
mencakup air bekas cucian, air kamar mandi, limbah dapur, dan
sebagainya. Meskipun dalam jumlah kecil, limbah cair domestik dapat
menjadi masalah jika tidak dikelola dengan baik, terutama dalam
kaitannya dengan polusi air dan kesehatan masyarakat.
b. Limbah Cair Industri: Limbah cair industri berasal dari proses-produksi di
berbagai jenis industri. Contohnya adalah limbah dari pabrik-pabrik
pengolahan makanan, yang bisa mengandung zat-zat kimia berbahaya atau
bahan organik yang mempengaruhi kualitas air di sekitarnya. Selain itu,
industri tekstil juga menghasilkan limbah berupa pewarna yang terlarut
dalam air, yang jika tidak ditangani dengan baik dapat mencemari
lingkungan.
2. Limbah Padat:
Limbah peternakan padat adalah salah satu jenis limbah yang dihasilkan
dari kegiatan peternakan hewan, baik itu sapi, kambing, ayam, atau hewan-hewan
lainnya. Limbah ini terdiri dari kotoran hewan, sisa pakan, serta bedding atau alas
kandang yang telah terpakai. Limbah peternakan padat memiliki karakteristik fisik
yang berbeda tergantung pada jenis hewan dan cara pemeliharaannya.
a. Kotoran Hewan: Salah satu komponen utama dari limbah peternakan padat
adalah kotoran hewan. Kotoran ini terdiri dari campuran feses dan urin
hewan. Komposisi kotoran ini dapat bervariasi tergantung pada jenis
hewan, usia, dan jenis pakan yang diberikan kepada hewan tersebut.
Misalnya, kotoran sapi cenderung memiliki tekstur yang lebih padat dan
mengandung serat dari pakan hijauan, sementara kotoran ayam mungkin
lebih encer dan kaya akan nitrogen.
b. Sisa Pakan: Limbah peternakan padat juga dapat mencakup sisa pakan
yang tidak dimakan oleh hewan. Ini bisa berupa jerami, sisa hijauan, atau
5
sisa-sisa konsentrat pakan. Sisa pakan ini bisa menjadi salah satu sumber
nutrisi bagi mikroorganisme dalam proses pengomposan, namun jika tidak
dikelola dengan baik, dapat menjadi sumber polusi lingkungan.
c. Bedding atau Alas Kandang: Hewan-hewan ternak sering ditempatkan di
kandang yang dilapisi dengan alas seperti jerami, sekam, atau serbuk
gergaji. Setelah digunakan dalam jangka waktu tertentu, alas kandang ini
menjadi bagian dari limbah peternakan padat. Limbah ini bisa
mengandung sejumlah besar mikroorganisme, termasuk bakteri, jamur,
dan parasit.
3. Limbah Berbahaya dan Beracun (B3):
Limbah berbahaya dan beracun (B3) adalah jenis limbah yang memiliki sifat-sifat
tertentu yang membuatnya berpotensi merusak lingkungan dan membahayakan
kesehatan manusia. Limbah B3 dapat mencakup berbagai jenis zat, termasuk
bahan kimia berbahaya, limbah medis, limbah elektronik, dan lain sebagainya.
Limbah B3 dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan sifat-sifat khususnya,
seperti kecenderungan mudah terbakar, mudah meledak, atau bersifat korosif.
a. Limbah yang Mudah Meledak: Contoh limbah dalam kategori ini adalah
nitrat dan senyawa-senyawa yang dapat menyebabkan reaksi eksotermis
yang cepat.
b. Limbah yang Mudah Terbakar: Plastik adalah contoh umum limbah yang
mudah terbakar, yang dapat menyebabkan kebakaran atau peleburan
bahan-bahan berbahaya.
c. Limbah yang Mudah Mencemarkan Air: Limbah organik seperti limbah
dari proses pertanian atau peternakan dapat mencemari air sungai atau
danau jika tidak dikelola dengan baik.
d. Limbah yang Mudah Mencemarkan Tanah: Limbah organik juga dapat
mencemari tanah, mengurangi kesuburan dan mengganggu ekosistem
tanah yang sehat.
e. Limbah yang Mudah Merusak Kesehatan: Limbah berbahaya seperti
limbah medis atau bahan kimia industri dapat membahayakan kesehatan
manusia jika terpapar secara langsung atau tidak langsung.
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.2 Kerugian Bagi Lingkungan Dari Limbah Peternakan Bila Tidak Dikelola
Dengan Baik
Dalam mengelola suatu peternakan banyak hal yang harus ditangani, dan
salah satu hal penting yang harus direncanakan sejak awal adalah cara menangani
9
yang terjadi dalam rumen. Mikroba tersebut mengurai serat nabati yang sulit
dicerna oleh hewan menjadi nutrisi yang dapat diserap, namun menghasilkan
metana sebagai produk sampingan. Metana memiliki potensi pemanasan global
sekitar 28-36 kali lebih besar daripada CO2.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi emisi metana
dari ternak antara lain adalah dengan memperbaiki kualitas pakan untuk
mengurangi fermentasi metana dalam rumen, mengurangi limbah pakan,
meningkatkan efisiensi pakan, dan menggunakan aditif pakan tertentu yang dapat
mengurangi produksi metana. Dengan melakukan langkah-langkah ini, diharapkan
dapat mengurangi dampak emisi metana dari peternakan terhadap perubahan
iklim.
bahan organik yang lainnya yang dapat dipakai sebagai bahan baku
kompos.Setiap bahan organik yang akan terfermentasi oleh mikroba EM4
dalam kondisi semi anaerob/ anaerob pada suhu 40-50 ⁰C. Pembuatan
pupuk organik menggunakan teknologi EM4 pada dasarnya adalah proses
pengomposan yang terjadi secara fermentatif. Untuk menjaga proses
pengomposan ini agar terjadi secara baik dengan terpenuhinya persyaratan
pengomposan antara lain suhu, oksigenasi dan kadar air maka
pengomposan ini dilakukan dalam kondisi tertutup atau ditutup atau
dimasukkan ke wadah fermentor (Sunu, 2020).
4. Pengolahan Termal
Metode ini melibatkan pemanasan limbah dalam suhu tinggi untuk
mengurai zat organik dan mengurai volume limbah.
5. Pengolahan Tertutup(Anaerobik)
Metode ini melibatkan dekomposisi limbah dalam lingkungan tanpa
oksigen, yang menghasilkan gas metana yang dapat digunakan sebagai
sumber energi.
6. Pengolahan Kompos
Pengolahan kompos ini merupakan metode yang menggunakan limbah
organik dari peternakan untuk membuat kompos yang dapat digunakan
kembali sebagai pupuk.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pentingnya penanganan limbah ternak ruminansia karena dampaknya akan
merugikan lingkungan dan kesehatan manusia. Limbah tersebut dapat
menghasilkan gas rumah kaca, mencemari air tanah, dan menjadi sumber penyakit
jika tidak ditangani dengan benar. Desain perkandangan juga termasuk salah satu
upaya untuk mengoptimalkan pengelolaan limbah. Teknologi dan metode yang
efektif untuk mengelola limbah ternak, seperti pengomposan, biogas, atau sistem
pengolahan lainnya. Oleh karena itu perlunya menekankan penerapan teknologi
ini untuk mengurangi dampak negatif limbah ternak.
4.2 Saran
Penyusun memiliki harapan untuk mencapai kesempurnaan dalam
penyusunannya. Namun, kami sadari bahwa makalah ini memiliki beberapa
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif sebagai masukan untuk evaluasi
dan peningkatan kedepannya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Afriani, H., Adriani, A., Firmansyah, F., & Pramusintho, B. (2023). ADOPSI
INOVASI PENGOLAHAN LIMBAH USAHA TERNAK SAPI. JAS
(Jurnal Agri Sains), 7(1), 106-115
Fitriyanto, N. A., Triatmojo, S., Pertiwiningrum, A., Erwanto, Y., Abidin, M. Z.,
Baliarti, E., & Suranindyah, Y. Y. 2015. Penyuluhan dan Pendampingan
Pengolahan Limbah Peternakan Sapi Potong di Kelompok Tani Ternak
Sido Mulyo Dusun Pulosari, Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten
Magelang. Indonesian Journal of Community Engagement, 1(01), 79-95.
M. Armayani., Purnomo, Nurul. 2021. Potensi Limbah Ternak Ruminansia di
Kabupaten Sidrap. Jurnal Sains dan Teknologi Industri Peternakan. 1(1):
1-5.
Muharsono. 2021. Strategi Pemerintah Dalam Pengelolaan Limbah Peternakan
(Studi Di Desa Sendang Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung).
Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Issn : 1979 – 0295 | E-Issn : 2502 –
7336. Vol. Xiv (No. 1). universitas Tulungagung, Tulungagung, Indonesia.
Shuler, M. L. dan Kargi, F. 2002. Bioproses Engineering. Second ed. USA:
Prentice-Hall, Inc.
Prambudi, S. B. F. (2020). Potensi Pemanfaatan Limbah Peternakan Sapi
Pedaging di SPR (Sekolah Peternakan Rakyat) Ngudi Rejeki, Kabupaten
Kediri. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat (PIM), 2(3), 343-347.
Sihombing, DTH. 2000. Teknik Pengolahan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan.
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut Pertanian
Bogor.
Sofia, S. dan P.P. Purnama 2017. Manajemen Perkandangan Sapi Potong di Desa
Sejaro Sakti Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Hilir. Jurnal
Peternakan Sriwijaya. Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya.
Palembang. Vol. 6 No. halaman 12-19
Sunu, P. 2020. Pengelolaan Limbah Peternakan Menuju Sistem Pertanian
Terintegrasi di Desa Tambong Wetan Kecamatan Kalikotes, Kabupaten
Klaten. JPKMI (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Indonesia), 1(3),
146-153.