Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI INUDSTRI GULA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Lingkungan


Dosen Pengampu : Paramita Dwi Sukmawati, S.T., M.Eng.

Disusun Oleh :
Ahmad Ihsan Fuady
221030045

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
IST AKPRIND YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunianya,
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isi yang
sangat amat sederhana. Adapun tema dari makalah ini yaitu tentang pencemaran lingkungan.

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada dosen mata kuliah teknik lingkunganyang telah memberikan tugas ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak terkait yang membantu dalam
penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan
menambah wawasan pembacanya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan baik dalam penulisan maupun materi, mengingat kepasitas dan pengetahuan yang
penulis miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat amat diharpkan bagi
penulis agar menjadi masukan untuk penulisan selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi orang lain

Yogyakarta, 4 November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

MAKALAH
PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI INUDSTRI GULA
KATA PENGANTAR............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................................5
BAB II
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................6
2.1 Sumber Pencemaran..............................................................................................................6
2.2 Jenis dan Karakteristik Pencemaran...................................................................................8
BAB III
PENUTUP.............................................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................11
3.2 Saran.....................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia pertanian merupakan salah satu komoditas yang amat sangat berkembang
dan terus mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Selain karena faktor kebutuhan
yang terus meningkat dan juga kapasitas produksi yang kian bertambah membuat
industri –industri berkembang dengan pesat tak terkecuali industri di bidang pertanian.
Indonesia yang diberkahi dengan hasil alam yang luar biasa, membuat industri di
bidang pertanian harusnya juga sekali maju dan pesat pertumbuhannya. Salah satu dari
industri pertanian yang sangat dibutuhkan yaitu industri pengolahan tebu menjadi gula.
Gula merupakan komoditi yang sangat dibutuhkan tak Cuma didalam negeri
namun juga dikancah internasional. Penggunaan gula dihampir semua bidang
pengolahan makanan dan minuman membuatnya selalu diburu dan dibutuhkan
keberadaannya. Salah satu perusahaan BUMN yang melakukan kegiatan penanaman
tebu dan memproduksi gula tebu adalah PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) Jawa
Timur, dengan Pabrik Gula Pesantren Baru sebagai salah satu pabriknya yang
menghasilkan gula dengan kapasitas besar (5000 TCD). Dengan semakin bertambahnya
produksi maka kesadaran dan
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu :

 Apa dan dari mana sumber pencemaran pada kasus tersebut ?


 Jenis dan karakteristik pencemaran apa yang terjadi yaitu pada kasus tersebut ?
 Apa sajakah efek pencemaran yang ditimbulkan bagi lingkungan sekitar tempat
kejadian tersebut ?
 Upaya apa yang harus dilakukan untuk penanggulangah pencemaran tersebut ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk :
1. Mengetahui penyebab terjadinya pencemaran lingkungan
2. Mengetahui karakteristik dan jenis pencemaran lingkungan
3. Mengetahui hal apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran
lingkungan

4
4. Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan
5. Sarana edukasi bagi semua kalangan tentang lingkungan

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sumber Pencemaran


Kerusakan pada lingkungan hidup terjadi karena dua faktor baik fator alami
ataupun karena ulah tangan-tangan jahil manusia. Pentingnya lingkungan hidup yang
terawat terkadang dilupakan oleh manusia, dan hal ini bisa menjadikan ekosistem serta
kehidupan yang tidak maksimal pada lingkungan tersebut. Berikut beberapa faktor
secara mendalam yang menjadikan kerusakan lingkungan hidup:

 Faktor alami

Banyaknya bencana alam dan cuaca yang tidak menentu menjadi penyebab
terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Bencana alam tersebut bisa berupa banjir,
tanah longsor, tsunami, angin puting beliung, angin topan, gunung meletus,
ataupun gempa bumi. Selain berbahaya bagi keselamatan manusia maupun
mahkluk lainnya, bencana ini akan membuat rusaknya lingkungan.

 Faktor buatan
Manusia sebagai makhluk berakal dan memiliki kemampuan tinggi
dibandingkan dengan makhluk lain akan terus berkembang dari pola hidup
sederhana menuju ke kehidupan yang modern. Dengan adanya perkembangan
kehidupan, tentunya kebutuhannya juga akan sangat berkembang termasuk
kebutuhan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Kerusakan lingkungan
karena faktor manusia bisa berupa adanya penebangan secara liar yang
menyebabkan banjir ataupun tanah longsor, dan pembuangan sampah di
sembarang tempat terlebih aliran sungai dan laut akan membuat pencemaran.

Pada kasus yang terjadi di kabupaten rembang sekitar bulan April tahun 2020
lalu, yaitu tentang adanya pembuangan limbah industri kelapa sawit berupa spent
bleaching earth (SBE). Material limbah padat ini dihasilkan dari proses penyulingan
minyak sawit dan bahan oleochemical lain. SBE sendiri telah dikategorikan sebagai
limbah bahan berbahaya beracun (B3), berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101
Tahun 2014.

6
Gambar 1. Tumpukan Limbah SBE
(Sumber : https://i0.wp.com/lingkar.co/wp-content/uploads/2021/03/Tumpukan-
Limbah-di-Rembang.jpg?w=1040&ssl=1)

Menurut pengakuan warga sekitar, awal mula limbah ini berada yaitu berasal dari
kapal tongkang yang melakukan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Rembang.
Selanjutnya muatan dipindahkah ke dalam truk khusus dan bergerak pergi menuju
Dusun Nganguk, Desa Gandrirojo, Kecamatan Sedan, Rembang. Muatan padat
berbentuk seperti tanah itu lalu dibuang di lahan milik satu perangkat desa setempat.
Sebelum berhasil menurunkan seluruh muatan, warga melakukan protes atas aktivitas
ilegal tersebut. Selanjutnya, truk menurunkan sisa muatan di tempat lain, yaitu di Desa
Sudan, Kecamatan Kragan, Rembang. Tidak cukup sampai disitu aktivitas membuang
limbah berbahaya itu ternyata masih berlanjut. Pada bulan yang sama, kapal tongkang
kedua berlabuh di Pelabuhan Rembang dengan membawa material limbah. Kembali
aktivitas itu ditentang sejumlah warga, yang menuntut agar pembuangan limbah
dihentikan. Mereka menuntut material yang sudah terlanjur diturunkan agar dimuat
kembali. Penerima kuasa berjanji mengambil limbah yang sudah diturunkan dalam
jangka waktu selambat-lambatnya tiga bulan. Selanjutnya, truk bergerak ke tempat lain
dan membuang sisa material ke sebuah lahan bekas tambang galian C di Desa Sendang
Mulyo, Kecamatan Sluke, Rembang. Pada Mei, kembali terjadi aktivitas bongkar muat
limbah di Pelabuhan Rembang, yang berasal dari tongkang bermuatan SBE. Muatan
lalu dibuang di sebuah lahan di Desa Jatisari, Kecamatan Sluke, Rembang. Data yang
didapatkan FMPLR, sekitar 27.000 ton limbah dibuang di tiga kecamatan, yaitu di
Kragan, Sluke, dan Sedan.

7
2.2 Jenis dan Karakteristik Pencemaran
Adapun jenis limbah yang menjadi permasalahan pada kasus ini yaitu berupa
spent bleaching earth (SBE). SBE sendiri dikategorikan sebagai limbah bahan
berbahaya beracun (B3), berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101/2014. B3
sendiri merupakan zat, energi, dan atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi
dan atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan
dan atau merusak lingkungan hidup, membahayakan lingkungan hidup, kesehatan serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Limbah B3 merupakan sisa
usaha dan atau kegiatan yang mengandung B3. Limbah B3 dihasilkan dari kegiatan
atau usaha baik dari sektor industri, pariwisata, pelayanan kesehatan maupun dari
domestik rumah tangga. SBE merupakan merupakan limbah padat yang dihasilkan dari
proses bleaching dalam industri pengolahan kelapa sawit seperti minyak goreng dan
oleokimia.

Gambar 2. Contoh Limbah Sawit


(Sumber :
https://asset.kompas.com/crops/_0H8dKlKjagJfn46m31VHSuQt-I=/0x45:1000x545/75
0x500/data/photo/2018/05/07/3654512689.JPG)

SBE dikhawatirkan beresiko bagi lingkungan karena kandungan minyaknya


antara 20%-40%. Maka tak heran, pembuangan SBE sangat dilarang dilakukan di
lapangan terbuka dan ditempat sembarangan. Lantaran akan memicu polusi dan dapat
terbakar. Meskipun berdasarkan saat ini status SBE sebagai limbah B3 sudah dicabut
berkat UU Cipta Kerja, lewat regulasi turunannya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor
22/2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Namun demikian, pengawasan terhadap pembuangan SBE secara sembarangan harus
sangat amat diperhatikan. Sebab hal tersebut dapat menjadikan pencemaran lingkungan
8
karena kandungan minyak didalamnya yang dapat mencemari dan menimbulkan polusi
baik udara, air maupun tanah.

2.3 Efek Pencemaran Bagi Lingkungan Sekitar


Akibat dari peristiwa ini warga di 3 kecamatan dikabupaten rembang
mendapatkan dampak dari pembuangan limbah SBE tersebut. Tanaman disekitar area
pembuangan limbah menjadi mati , ternak warga pun banyak yang mati akibat
meminum air yang sudah tercemar limbah tersebut. Selain itu bau menyengat yang
ditimbulkan juga sangat mengganggu warga sekitar. Meskipun tempat pembuangan
limbah tersebut jauh dari pemukiman warga, namun lokasi disekitar pembuangan
limbah tersebut merupakan ladang dan perkebunan milik warga sekitar yang dimana
merupakan tempat aktivitas warga banyak dihabiskan ditempat tersebut. Setahun pasca
kejadian tersebut, kondisi lingkungan setempat masih dirasakan efek pencemarannya.
Mulai dari bau yang masih menyengat, kondisi tanah yang masih menghitam efek dari
kandungan limbah tersebut hingga dampak dari air yang ikut tercemar.

Gambar 3. Efek Pencemaran Limbah


(Sumber : https://i0.wp.com/5news.co.id/wp-content/uploads/2021/03/sawit-
1.jpeg?resize=1024%2C768&ssl=1)

2.4 Upaya Untuk Penanggulangah Pencemaran


Adapun upaya yang mungkin dapat dilakukan untuk penanggulangan pencemaran
seperti contoh kasus diatas yaitu dengan selalu melakukan pengecekan dan pengawasan
terhadap industri – industri pengolahan kelapa sawit. Pemerintah harus selalu
memastikan bahwa setiap perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan kelapa sawit
untuk dapat secara mandiri melakukan pengolahan limbah hasil produksi mereka

9
dengan semaksimal mungkin. Agar kelangsungan hidup orang lain tidak terganggu
akibat hal – hal yang merugikan seperti diatas. Apalagi kelapa sawit merupakan
komoditas yang sangat amat menjanjikan dan banyak kita temui di indonesia khususnya
dipulau sumatera dan kalimantan. Selain itu peran serta pengusaha dalam menjaga
kelestarian lingkungan perlu ditingkatkan, pemanfaatan limbah – limbah hasil produksi
yang mungkin saja dapat dikembangkan dan dijadikan produk turunan lainnya mutlak
harus selalu dikembangkan agar limbah yang nantinya keluar dari pabrik merupakan
limbah yang tidak merugikan dan dapat merusak lingkungan. Apabila upaya – upaya
tersebut sudah dilakukan namun masih saja banyak pelanggaran yang terjadi
dikemudian hari, mungkin pemerintah perlu memberikan sanksi yang sangat tegas
seperti penutupan izin usaha , ataupun revitalisasi lingkungan yang mengalami
kerusakan menjadi tanggung jawab perusahaan yang harus ditanggung apabila kejadian
serupa terulang kembali.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari kasus ini adalah
1. Kegiatan membuang limbah B3 secara sembarang dan ilegal adalah kegiatan yang
sangat merugikan dan melanggar hukum. Dampak dari pembuangan limbah secara
sembarangan dapat berakibat buruk bagi lingkungan maupun berdampak langsung
terhadap makhluk hidup disekitarnya. Seperti contoh kasus diatas, limbah SBE yang
dibuang sembarangan menimbulkan pencemaran lingkungan yang efeknya dapat
merugikan masyarakat sekitar dan dampak yang dirasakan berlangsung lama.
2. Semua pihak mulai dari pemerintah, pengusaha, maupun pihak lain yang terkait,
harus selalu memastikan limbah hasil produksi yang dihasilkan dapat diproses
semaksimal mungkin dan dipastikan apabila limbah tersebut dibuang diluar tidak
akan berdampak bagi lingkungan apalagi dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan.
3. Limbah sawit merupakan salah satu limbah yang akan semakin banyak jumlahnya
karena semakin banyaknya perusahaan pengolahan kelapa sawit dan olahan turunan
lainnya, untuk itu perlu adanya pengolahan limbah menjadi produk – produk lain
yang bermanfaat dan dapat mengurangi jumlah limbah yang nantinya dibuang.

3.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan terkait masalah limbah yang terjadi dan dapat
merugikan banyak pihak yaitu perlu adanya ketegasan dari pemerintah terkait hukuman
yang diberikan kepada perusahaan – perusahaan produksi, yang melakukan aktivitas
pembuangan limbah secara ilegal dan sembarangan. Hukuman seperti pencabutan izin
usaha, ganti rugi akibat pencemaran lingkungan, hingga perbaikan dan pengembalian
kondisi seperti semula mungkin bisa menjadi efek jera. Selain itu pengawasan dan
pemberlakuan adanya unit pengolahan limbah bagi perusahaan – perusahaan baru yang
akan mendirikan usahanya, harus menjadi syarat mutlak agar limbah – limbah hasil
produksi mereka dapat terkendali dan diproses terlebih dahulu.

11
12
DAFTAR PUSTAKA

Rizkiana, Ridha. (2022). Lingkungan Adalah: Pengertian Para Ahli, Jenis dan Manfaat.
Diakses 25 Oktober 2022, dari https://lindungihutan.com/blog/lingkungan-adalah/

Adyani, Veronika. (2019). Mengenal B3 dan Limbah B3. Diakses pada 25 Oktober 2022, dari
https://dlhk.jogjaprov.go.id/mengenal-b3-dan-limbah-b3

Nuswantoro. (2021). Warga Rembang Keluhkan Pembuangan Limbah Sawit. Diakses pada
25 Oktober 2022, dari https://www.mongabay.co.id/2021/02/07/warga-rembang-
keluhkan-pembuangan-limbah-sawit/

Suryani, Ani dkk. (2013). Proses Reaktivasi Spent Bleaching Earth Sebagai Adsorben Untuk
Pemurnian Biodiesel Dan Crude Palm Oil. Diakses dari
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/68176

Evergyworldindonesia. (2022). Limbah Sawit Cemari Lingkungan Rembang Jateng.


Diakses pada 25 Oktober 2022, dari https://energyworld.co.id/2022/03/15/limbah-
sawit-cemari-lingkungan-rembang-jateng/

13

Anda mungkin juga menyukai