Disusun Oleh :
Kelas C
Kelompok 2
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2018
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
pengampu mata kuliah yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
perah. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................... ii
I PENDAHULUAN
II PEMBAHASAN
III KESIMPULAN.................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA
1
PENDAHULUAN
dikembalikan ke alam dalam jumlah besar, limbah ini akan terakumulasi di alam
limbah agar tidak mencemari lingkungan selain itu perlu keterampilan mengelolah
limbah menjadi ekonomis dan mengurang jumlah limbah yang terbuang ke alam.
secara tanggung jawab. Adapun bukti-bukti dari pengelolaan limbah yang tidak
wilayah tercemar oleh limbah bahan galian yang tidak diperlukan serta limbah
yang berasal dari proses ekstraksi mineral yang menggunakan bahan-bahan kimia
berbahaya. Penanganan limbah dalam suatu industri merupakan hal yang penting
kredibilitas industri di mata masyarakat. Limbah yang dibuang begitu saja tanpa
II
PEMBAHASAN
Limbah adalah sisa dari suatu usaha maupun kegiatan yang mengandung
bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik
1984). Bahan yang sering ditemukan dalam limbah antara lain senyawa organik
organik yang sulit terurai (Rekalsitran), logam berat yang toksik, padatan
1. Limbah padat
Limbah padat adalah limbah yang memiliki wujud padat yang bersifat kering dan
tidak dapat berpindah kecuali dipindahkan. Limbah padat ini biasanya berasal dari
sisa makanan, sayuran, potongan kayu, ampas hasil industri, dan lain-lain.
2. Limbah cair
Limbah cair adalah limbah yang memiliki wujud cair. Limbah cair ini selalu larut
dalam air dan selalu berpindah (kecuali ditempatkan pada wadah/bak). Contoh
dari limbah cair ini adalah air bekas cuci pakaian dan piring, limbah cair dari
3. Limbah gas
4
Limbah gas adalah limbah yang berwujud gas. Limbah gas bisa dilihat dalam
bentuk asap dan selalu bergerak sehingga penyebarannya luas. Contoh dari limbah
gas adalah gas buangan kendaraan bermotor, buangan gas dari hasil industri.
Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan
ternak dan lain-lain. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair
seperti feses, urin, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku,
Limbah peternakan meliputi semua kotoran berupa limbah padat, cair, gas
ataupun sisa pakan (Soehadji, 1992). Limbah padat adalah semua limbah yang
berada dalam fase padat. Limbah cair adalah semua limbah yang berada dalam
fase cair. Limbah gas adalah semualimbah yang berada dalam fase gas (Wahyuni,
2009).
semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa
limbah padat dan cairan, gas, maupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua
limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat (ternak yang mati, kotoran
ternak, atau isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah
yang berbentuk cairan atau dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari
5
pencucian alat-alat). Sedangkan limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas
peternakan terdiri dari : limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa
makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen,
1) Limbah padatan
Feses sapi potong merupakan buangan dari usaha peternakan sapi potong
yang bersifat padat dan dalam proses pembuangannya sering bercampur dengan
urine dan gas seperti metana dan amoniak. Kandungan unsur hara dalam feses
Kandungan unsur hara dalam feses sapi antara lain nitrogen (0,29 %), P2O5 (0,17
Pupuk kandang berupa feses sapi, babi, dan unggas hampir 100 %
lebih efektif dari pada feses unggas dalam menurunkan bobot isi tanah (Rahman,
2007). Feses sapi yang tinggi kandungan hara dan energinya berpotensi untuk
seekor sapi muda kebiri akan memproduksi 15-30 kg kotoran per hari.
pencemaran udara karena debu infektious serta bau yang kurang sedap. Banyak
ini mulai menjadi perhatian karena terjadinya emisi gas metan dan karbondioksida
yang dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya efek rumah kaca sehingga akan
keuntungan antara lain menurunkan nilai COD dan BOD, total solid, volatile
solid, nitrogen nitrat, dan nitrogen organik. Di samping juga populasi bakteri
coliform dan patogen, telur insekta, parasit dan bau relatif dapat diturunkan
memanfaatkan menjadi bahan yang memiliki nilai yang lebih tinggi. Salah satu
sebagai bahan masukan untuk menghasilkan bahan bakar biogas. Kotoran ternak
ruminansia khususnya sapi potong baik untuk digunakan sebagai bahan dasar
kg/hari. Namun biasanya perilaku makan sapi menyebabkan banyak sisa pakan
yang terbuang atau rumput yang keras juga tidak mampu dikomsumsi oleh ternak.
Biasanya pakan tersebut bila telah tercamput dengan kototran biasanya tidak akan
dikomsumsi lagi oleh ternak. Kekurangan pakan hijauan akibat perilaku sapi
tersebut bisa mencapai 5 kg/hari. Pakan yang tidak dikomsumsi lagi oleh ternak
sapi kemudian oleh peternak dibuang atau dibakar. Sisa pakan ternak memiliki
potensi lain yang bernilai ekonomis sehingga tidak menjadi limbah yang dibuang
percuma.
Sisa pakan tersebut menjadi limbah yang tidak dikomsumsi lagi oleh
ternak Perilaku ternak yang biasanya menghambur makanan pada saat makan
menyebabkan banyak sisa rumput yang terbuang. Sisa pakan tersebut tidak
dikomsumsi lagi dan menjadi limbah. Biasanya peternak membuang sisa pakan
tersebut atau dibakar. Oleh karena itu dibutuhkan teknologi atau proses daur
ulang untuk sisa pakan tersebut agar dapat bermanfaat untuk peternak.
Isi rumen merupakan limbah yang dihasilkan dari Rumah Potong Hewan
(RPH) berupa bahan pakan yang belum tercerna oleh hewan ternak tersebut. Isi
rumen ini belum dimanfaatkan secara benar, bahkan ada yang dibuang begitu saja,
karena isi rumen tersebut berupa bahan pakan yang belum dicerna, selain itu juga
Kualitas dan kuantitas isi rumen bias dipengaruhi oleh jenis ternak, berat
badan hewan ternak, mikroba yang ada dalam saluran pencernaan, kualitas dan
kuantitas pakan serta daya cernanya (Abba, 1987 dalam Teda 2012). Kualitas
pakan ternak yang diberikan ke hewan ternak dapat mempengaruhi kualitas isi
rumen, semakin bagus kualitas pakan, maka kualitas isi rumen juga bagus. Jika
hewan ternak diberi zat antinutrisi maka isi rumen juga akan mengandung zat
antinutrisi.
dan domba) terdapar cukup banyak populasi mikroba didalamnya. Cairan dari
rumen mengandung bakteri dan protozoa. Konsentrasi bakteri sekitar 109 setiap cc
isi rumen sedangkan protozoa bervariasi sekitar 105 – 106 setiap cc isi rumen
(Tillman, 1991).
kurang 20 liter. Mulai dari proses penggantungan sapi sampai saat pembedahan
sapi, petugas mengikuti dan menampung terus tumpahan darah tersebut. Darah
yang tidak tertampung adalah semburan pertama pada saat pemotongan ternak,
lebih kurang terbuang 5 liter. Darah yang tertampung tersebut akan diolah lebih
2) Limbah Cair
Limbah cair adalah semua limbah yang berada dalam fase cair (Wahyuni,
2009). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau dalam fase
a. Urine
Urin merupakan salah satu limbah cair yang dapat ditemukan di tempat
tubuh melalui saluran kencing (urineary) dan berasal dari metabolisme nitrogen
dalam tubuh (urea, asam urat, dan keratin) serta 90 % urin terdiri dari air. Urin
Banyaknya feses dan urin yang dihasilkan adalah sebesar 10% dari berat
ternak. Rasio feses dan urin yang dihasilkan ternak adalah babi 1,2 :1 (55%
feses, 45% urin), sapi potong 2,4 :1 (71% feses, 29% urin), domba 1:1 (50%
feses, 50 % urin), dan sapi perah 2,2 :1 (69% feses, 31% urin) (Rinekso, 2011).
Urin yang dihasilkan ternak sebagai hasil metabolisme mempunyai nilai yang
sangat bermanfaat yaitu (a) kadar N dan K yang sangat tinggi, (b) urin
mudah di serap tanaman dan (c) urin mengandung hormone pertumbuhan tanaman
bahwa urine ternak dapat dijumpai dalam jumlah besar selain kotoran dari
ternak. Urine dihasilkan oleh ginjal yang merupakan sisa hasil perombakan
nitrogen dan sisa-sisa bahan dari tubuh yaitu urea, asam uric dan creatinine hasil
Pemanfaatan air urin dapat digunakan sebagai pupuk organik cair yang
sangat berguna bagi pertanian. Pupuk Organik Cair, adalah jenis pupuk yang
berbentuk cair tidak padat yang mudah sekali larut pada tanah dan membawa
masih sangat kurang di tingkat daerah pedesaan. Padahal jika dikaji lebih dalam
lagi kandungan kemungkinan unsur fosfor dan kalium di dalam kotoran cair sama
atau bahkan lebih banyak dibandingkan dengan kotoran padat (Huda, 2013).
penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali kedalam tubuh melalui
molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang
tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan
dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urine dapat diketahui
melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen
prinsip kerja :
* Penggunaan parit yang cukup untuk mengalirkan air yang deras untuk
mengangkut limbah.
3) Limbah Gas
Limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas
(Soehadji, 1992). Pencemaran karena gas metan menyebabkan bau yang tidak
enak bagi lingkungansekitar. Gas metan (CH4) berasal dari proses pencernaan
ternak ruminansia. Gas metan iniadalah salah satu gas yang bertanggung jawab
terhadap pemanasan global dan perusakanozon, dengan laju 1 % per tahun dan
terus meningkat. Apalagi di Indonesia, emisi metan per unit pakan atau laju
konversi metan lebih besar karena kualitas hijauan pakan yang diberikan rendah.
Semakin tinggi jumlah pemberian pakan kualitas rendah, semakin tinggi produksi
Beberapa gas yang dihasilkan dari limbah ternak antara lain ammonium,
hydrogen sulfida, CO2 dan CH4. Gas-gas tersebut selain merupakan gas efek
rumah kaca (Green House Gas) juga menimbulkan bau tak sedap dan
daya dukung tanah sehingga menyebabkan polusi tanah. Sedangkan pada air,
akan mencemari lingkungan perairan. Salah satu yang sering ditemukan yaitu
Dalam upaya memenuhi kebutuhan telur, daging, susu dan kulit, semula
petani memelihara ternak hanya beberapa ekor. Ternak peliharaannya bebas
mencari makanan sendiri di kebun-kebun atau di ladang dan jumlah limbah yang
dihasilkan masih sangat sedikit dan belum menimbulkan masalah bagi
lingkungan. Lingkungan hidup masih mampu mengabsorpsi banyaknya limbah
yang dihasilkan, sehingga tidak menimbulkan pencemaran. Tetapi setelah waktu
berlalu, tidak hanya menambah jumlah ternaknya, petani juga meningkatkan
sistem pemeliharaannya dengan membangun kandang dan gudang dengan maksud
untuk menjaga petani dan hewan peliharaannya dari gangguan cuaca yang buruk.
Pada waktu yang sama, dikarenakan jumlah ternak bertambah dan dikandangkan,
petani dihadapkan pada masalah penanganan limbah ternak yang bertambah
banyak dan menumpuk di lantai kandang. Sejak kondisi ini terjadi, petani mulai
memikirkan bagaimana cara menangani limbah peternakan agar usahanya tidak
merugi. Bila diamati, pada waktu yang lalu sebagian besar petani menggunakan
sistem penanganan limbah dengan parit (gutter) dan kemiringan lantai kandang
(sloping floors).
13
Arah kemiringan dibuat agar pada saat dibersihkan dengan air, dengan mudah
limbah mengalir menuju ke parit. Limbah ternak berbentuk cair tersebut
dikumpulkan diujung parit untuk kemudian dibuang. Pada kandang sistem
feedlots terbuka, sebagian besar limbah ternak menumpuk di lokasi yang terbuka
di depan kandang. Agar pengumpulan limbahnya lebih mudah, lantai pada lokasi
ini biasanya ditutup dengan bahan yang keras dan rata dengan kemiringan tertentu
untuk mengalirkan limbah cairnya. Untuk membersihkan lantai digunakan pipa
semprot yang kuat agar limbah cair dapat didorong dan mengalir ke tempat
penampungan.
Berdasarkan sistem tersebut, ada tiga cara mendasar pengumpulan limbah yaitu:
a. Scraping
Sistem mekanik memiliki cara kerja yang sama dengan sistem manual, hanya
saja pada sistem ini menggunakan kekuatan traktor atau unit kekuatan yang tetap.
Sebagai contoh alat yang disebut Front-end Loader, yaitu mesin yang alat
pembersih atau penyodoknya terletak di bagian depan. Alat jenis ini biasanya
digunakan untuk mem-bersihkan dan mengumpulkan limbah dari permukaan
lantai kandang ke tempat pe-nampungan untuk kemudian disimpan atau diangkut
dengan kereta (kendaraan) untuk disebar ke ladang rumput. Contoh lain adalah
disebut Tractor Mounted Scraper Blade, yaitu mesin yang alat pembersih atau
penyodoknya terletak di bagian depan dan belakang berupa pisau. Mesin
pembersih ini biasanya dipakai bersama dengan jalur pengisian dimana limbah
(manure) bisa langsung dimasukkan ke dalam tempat penyimpanan atau
dimasukkan ke dalam penyemprot limbah. Mesin ini sering digunakan sebagai
fasilitas untuk memindahkan limbah yang menumpuk di tengah kandang feedlots
pada periode waktu tertentu. Selain itu, juga digunakan untuk membersihkan
kandang sapi perah yang limbahnya langsung jatuh di lantai dan terakumulasi di
tengah alley (jalan akses) kandang. Tractor Mounted Scraper Blade ini juga dapat
digunakan untuk membersihkan litter pada kandang ayam pedaging atau dari
lubang penampung limbah ayam petelur sitem batere. Pada umumnya dinyatakan
bahwa mesin pembersih ini digunakan untuk mengumpulkan limbah yang
tertumpuk di atas lantai di bawah ternak langsung. Keuntungan menggunakan
mesin ini adalah biaya awalnya lebih murang. Sedangkan kelemahannya adalah
1) diperlukannya tenaga operator dan 2) selama digunakan sering terjadi
penimbunan limbah yang menempel di alat yang mengakibatkan pencemaran
udara dan sebagai tempat berkembangnya lalat.
b. Free-fall
atau penyekat lantai dan masuk ke dalam lubang penampung. Teknik ini telah
digunakan secara ekstensif dimasa lampau untuk peternakan hewan tipe kecil,
seperti ayam, kalkun, kelinci dan ternak jenis lain. Baru-baru ini juga digunakan
untuk ternak besar, seperti babi dan sapi. Pada dasarnya ada dua sistem free-fall,
yaitu sistem kandang yang lantainya menggunakan penyaring lantai (screened
floor) dan penyekat lantai (slotled floor).
Sceened floors.
Lantai kandang sistem ini dapat dibuat menggunakan kawat kasa atau besi
gril yang berukuran mes lebih besar dan rata. Mes kawat kasa yang digunakan
biasanya berukuran 1,6 cm2 (0,025 in2) untuk anak ayam sampai 6,45 cm2 (1in2)
untuk ayam dewasa. Kawat dapat dipasang dengan direntangkan seluas lantai
kandang agar limbah langsung jatuh ke lantai atau tempat penampungan. Selain
itu, juga dapat digunakan pada kandang batere (cage) yang bentuknya diatur agar
limbah langsung jatuh ke lantai kandang atau tempat penampungan. Penggunaan
plat besi yang berbentuk gril dan ukurannya lebih besar dan rata diperuntukkan
hewan yang lebih besar seperti babi dan pedet. Penggunaan kawat kasa sangat
memungkinkan untuk tempat pijakan hewan yang ada di dalamnya dan
memudahkan limbah dapat dikeluarkan.
Slotled floors.
Slotled floor merupakan salah satu bentuk lantai bersekat (jeruji) yang
dipasang dengan jarak yang teratur dan rata sehingga ukuran dan jumlahnya
mencukupi untuk keluarnya limbah dari lantai. Selain itu juga mudah dibersihkan
dari kemungkinan menempelnya limbah pada lantai. Lubang di bawah lantai
merupakan tempat untuk pengumpulan dan penampungan sementara untuk
kemudian limbah diolah dan atau digunakan. Slotled floor dapat dibuat dari
bermacam bahan, seperti kayu, beton atau besi plat.
16
Kayu yang digunakan sebaiknya jenis yang keras karena dapat bertahan 2
– 5 tahun. Sekat yang berasal dari kayu biasanya dibuat dengan ukuran lebar
bagian atas 8 cm dan bagian bawah 6cm, ketebalan 9 cm. Jarak antara sekat
biasanya 2 cm. Apabila menggunakan bahan beton sekat dibuat dengan ukuran
lebar bagian atas 12,7 cm dan bagian bawah 7,5 cm dengan ketebalan 10 cm, agar
tidak mudah patah. Jarak antara sekat dibuat sesuai dengan panjang kandang dan
ukuran ternak yang dipelihara. Sekat dari logam biasanya buatan pabrik yang
telah dilapisi stainles atau aluminium untuk mencegah terjadinya karat.
Penggunaan sekat logam lebih mudah untuk penanganan limbah, pemasangannya
praktis dan mudah dipindahkan dibandingkan dengan sekat beton.
c. Flushing
Limbah yang berbentuk semipadat jelas tidak dapat dialirkan tanpa bantuan
penggerak secara mekanik. Limbah terletak kuat pada lantai (lengket) dan sangat
berat untuk dipindahkan dan membutuhkan periode waktu yang lama. Pada
umumnya berpendapat bahwa lebih tepat limbah ini dikategorikan sebagai limbah
segar.
Limbah semicair adalah limbah yang telah mengalami pengenceran dengan air
dan bertambahnya aktifitas mikroorganisme. Limbah dengan mudah dapat
dialirkan tanpa bantuan mekanik yang dapat dengan mudah dilihat dengan mata
telanjang. Limbah semiliquid biasanya mengandung 5 – 15 % bahan kering (total
solid concentrasions) dan diklasifikasikan sebagai slurry.
Limbah peternakan yang cair adalah limbah yang sudah berbentuk cairan yang
pada umumnya mengandung bahan kering (total solid concentrasions) kurang dari
18
5 % dan berasal dari aliran kandang feedlot, efluen dari sistem pengolahan dan
kamar susu. Karakteristik alirannya hampir sama dengan aliran air dan susu.
19
III
KESIMPULAN
3.1 Limbah adalah sisa dari suatu usaha maupun kegiatan yang mengandung
bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan
jumlahnya, baik yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
membahayakan lingkungan, kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lainnya.
3.2 Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan
seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan
produk ternak dan lain-lain.
3.3 Jenis limbah sapi potong dibagi menjadi tiga yaitu limbah padat,limbah
cair, dan limbah gas.
3.4 Penanganan limbah sapi potong terdapat dua bagian yaitu pengumpulan
limbah yang terdiri dari scrapping, flushing,dan free-fall serta
pengangkutan limbah.
20
IV
DAFTAR PUSTAKA
Hartatik, Wiwik dan Widowati L.R. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati,
Organik Fertilizer and Bio Fertilizer (Pupuk Kandang). Balai Besar
Penelitian Ternak. Bogor.
Huda, Muhammad Khoirul. 2013. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Urin Sapi
dengan Aditif Tetes (Molasse) Metode Fermentasi. Universitas Negeri
Semarang. Semarang.
Imam FIA, Khan MZH, Sarkar MAR, Ali SM. 2013. Development of Biogas
Processing from Cow Dug, Poultry Waste and Water Hyacinth.
International Jurnal of Natural and Applied Science. 2(1): 13-17Jakarta.
Prasojo, Masto. 2016. Pemanfaat Isi Rumen Sebagai Bioplus Pakan Ternak
Ruminansia. Diakses: https://unsurtani.com/2016/12/pemanfaatan-isi-
rumen-sebagai-bioplus-pakan-ternak-ruminansia. (09 November 2018
pukul 15.25 WIB).
Rahman A. 2007. Pengaruh pemberian abu terbang batubara dan kotoran sapi
terhadap sifat kimia tanah podsolik dari Jasinga. Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rinekso, Kun Budi. 2011. Studi Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Fermentasi
Urine Sapi (Ferisa) dengan Variasi Lokasi Peternakan yang Berbeda.
Program Studi Teknik Lingkungan. Universitas Diponegoro.
Sutarno dan Firdaus, S. 2007. Analisis Prestasi Produksi Biogas (CH4) dari
Polyethilene Biodigester Berbahan Baku Ternak Sapi. FTI-UII.