Anda di halaman 1dari 28

TUGAS MAKALAH

PENGOLAHAN LIMBAH PADAT DAN GAS

PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI FARMASI

OLEH :

1. Wija Wijaya Banjarnahor 143313010042

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

T.A 2017/2018

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1


1.2 Rumsan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3

2.1 Defenisi limbah ............................................................................................................... 3


2.2 Pengertian Industri farmasi .......................................................................................... 3
2.3 Sumber pencemaran limbah industri farmasi ............................................................ 5
2.4 Dokumen Pengelolahan lingkungan............................................................................. 9
2.5 Bahaya limbah farmasi.................................................................................................. 11
2.6 Contoh kasus pengolahan limbah ................................................................................ 18
2.7 Gambar sistem pengolahan limbah .............................................................................. 22
2.8 Peraturan Pemerintah. .................................................................................................. 23
2.9 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia ................................................................ 23
2.10 Gambar Industri farmasi .............................................................................................. 24

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 25


3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 25
3.2 Saran ............................................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 26

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.4 . LATAR BELAKANG

Industri Farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.


1799/Menkes/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Pembuatan
obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat yang meliputi
pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan
mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan.
Industri farmasi dibagi dalam dua kelompok yaitu industri padat modal dan
industri padat karya. Industri padat modal adalah industri yang menggunakan mesin-
mesin produksi dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah tenaga kerjanya,
sedangkan industri padat karya lebih banyak menggunakan tenaga manusia dari pada
tenaga mesin.
Pembangunan merupakan kegiatan terencana dalam upaya mengubah suatu
keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu membawa
dampak positif dan negatif. Untuk mengeliminasi dampak negatif dan
mengoptimalkan dampak positif, setiap kegiatan pembangunan harus ditelaah aspek
kelayakan lingkungannya.
Pengelolaan sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan berkelanjutan
antara lain dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mutu hidup
rakyat, oleh karenanya perlu dijaga keserasian antar berbagai usaha dan atau
kegiatan. Setiap usaha dan atau kegiatan yang diperkirakan akan menimbulkan
dampak terhadap lingkungan hidup, perlu dilakukan analisis sejak perencanaannya
sehingga langkah pengendalian dampak negatif dan pengembangan dampak positif
dapat dipersiapkan sedini mungkin.
Pembangunan industri farmasi merupakan salah satu wujud pembangunan
bidang kesehatan yang memiliki strategi dalam pengadaan obat-obatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Di samping peranannya
dalam pembangunan di bidang kesehatan tersebut, kegiatan industri farmasi juga
memiliki potensi untuk menimbulkan berbagai dampak terhadap lngkungan, baik

3
terhadap aspek fisik, kimiawi, biologis, serta aspek social ekonomi-budaya.
Menyadari bahwa sesiap kegiatan pembangunan akan menimbulkan dampak positif
dan negative, maka disinilah arti penting pembanguan berwawasan lingkungan dimna
dampak negative yang dihasilkan dapat dikurangi sekecil mungkin.
Ekosistem dimana manusia dan sumber daya alam berada di dalamnya
harus dijaga kelestariannya agar sumber daya yang dimanfaatkan tidak rusak dan
kemampuannya tetap berkesinambungan. Dengan menciptakan hubungan yang serasi
antara lingkungan dan kegiatan manusia.
Pengolaan lingkungan adalah upaya terpadu dalam penfaatan, penataan,
pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pembangunan lingkungan. Kegiatan
kegiatan industri, sebagaimana industri farmasi, memiliki potensi pencemaran
lingkungan baik di udara, air, maupun tanah akibat pembuangan limbah cair, padat,
maupun gas yang berupa asap, partikel debu dan gangguan kebisingan. Dengan
timbulnya pencemaran tersebut maka kualitas lingkungan akan turun sehingga tidak
dapat berfungsi lagi sesuai peruntukkannya. Akibat dari penurunan kualitas
lingkungan tersebut, dapat mempengaruhi kehidupan manusia atau mahluk hidup
lainnya. Oleh karena itu, pengendalian pencemaran lingkungan menjadi sangat
penting dan harus dilaksanakan dalam sebuah industri.

1.2 . RUMUSAN MASALAH

2. Apa yang dimaksud dengan limbah?


3. Darimana sumber pencemaran di industri farmasi?
4. Bagaimana pengelolaan limbah di industri farmasi?
5. Bagaimana cara mengolah limbah farmasi?
6. Apa sajakah dampak negatif dan dampak positif dari limbah farmasi?

1.3 . TUJUAN

1. Menjelaskan definisi dari limbah farmasi.


2. Mengenalkan yang termasuk dalam limbah farmasi.
3. Mengetahui bahaya limbah farmasi bagi makhluk hidup dan lingkungan.
4. Mengetahui cara mengolah limbah farmasi yang benar dan tepat agar tidak
merusak lingkungan.
Hasmawati, 2011. Laporan praktek kerja profesi
apoteker di pt. Kimia farma (persero) Tbk. Jakarta:
Universita Indonesia

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 . DEFENISI LIMBAH


Limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber aktivitas
manuusia maupun proses – proses alam atau belum mempunyai nilai ekomoni
bahkan dapat menpunyai nilai ekonomi yang negative. Bentuk limbah tersebut dapat
berupa gas dan debu, cair atau padat.
Limbah industri adalah salah satu penghasil limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3), yaitu sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya atau beracun karena sifat atau konsistensinya dan atau jumlahnya baik
secara langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup serta
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
mahkluk hidup lainnya.

Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan
beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses,
dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-
bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik
berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan
infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat
diketahui termasuk limbah B3.

2.2 . PENGERTIAN INDUSTRI FARMASI


Industri farmasi adalah salah satu industri yang menghasilkan limbah, baik
limbah padat maupun limbah cair. Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada
suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki
nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, bahan-bahan ini terdiri dari bahan kimia
organik dan anorganik. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas limbah
diantaranya volume limbah, kandungan bahan pencemar dan frekuensi pembuangan
limbah (Kristianto, 2004).
Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.
1799/Menkes/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri

5
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Pembuatan
obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat yang meliputi
pengadaan bahan awal dan bahanpengemas, produksi, pengemasan, pengawasan
mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan.
Dalam memproduksi suatu obat, setiap industri farmasi harus dapat memenuhi
Cara pembuatan Obat yang Baik (CPOB) agar dapat menjamin dan menghasilkan
produk yang bermutu. Perkembangan yang sangat pesat dan teknologi farmasi dewasa
ini mengakibatkan perubahan-perubahan yang sangat cepat pula dalam konsep serta
persyaratan CPOB. Produk yang bermutu tidak dapat ditentukan berdasarkan
pemeriksaan produk akhir saja, melainkan setiap komponen yang berhubungan
dengan proses produksi, mulai dari penyiapan bahan baku, bahan kemas, proses
pembuatan, pengemasan, termasuk bangunan dan personil harus mengikuti Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). CPOB merupakan pedoman pembuatan obat
bagi industri farmasi di Indonesia yang bertujuan untuk menjamin obat yang dibuat
secara konsisten dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan
tujuan penggunanya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian
mutu.
Jadi limbah medis dapat dikategorikan sebagai limbah infeksius dan masuk
pada klasifikasi limbah bahan berbahaya dan beracun. Untuk mencegah terjadinya
dampak negatif limbah medis tersebut terhadap masyarakat atau lingkungan, maka
perlu dilakukan pengelolaan secara khusus (BAPEDAL, 1999). Dampak negatif
limbah medis terhadap masyarakat dan lingkungan terjadi akibat pengelolaan yang
kurang baik. Limbah medis jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
patogen yang dapat berakibat buruk terhadap manusia dan lingkungan.
Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius disamakan dengan limbah medis
noninfeksius. Selain itu, kerap bercampur limbah medis dan non medis, karena limbah
non medis diperlakukan sama dengan limbah padat lainnya. Artinya, dikelola Dinas
Kesehatan dan dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) limbah. Percampuran
tersebut justru memperbesar permasalahan limbah medis. Banyak pihak yang
menyadari tentang bahaya ini, namun lemahnya peraturan pemerintah tentang
pengelolaan limbah farmasi mengakibatkan hanya sedikit pihak farmasi yang
memiliki IPAL khusus pengolahan limbah cairnya sampai saat ini.

6
2.3 SUMBER PENCEMARAN LIMBAH INDUSTRI FARMASI
a. Limbah Gas/Pencemaran udara
Pencemaran udara adalah masuknya gas dan senyawa asing kedalam udara
sehingga menyebabkan kualitas udara menurun atau membahayakan kehidupan
makhluk hidup atau tidak sesuai lagi peruntukannya. Penyebab terjadinya pencemaran
udara dibedakan menjadi dua yaitu aktivitas alamiah, misalnya letusan gunung berapi,
keadaan klimatogis dan gas-gas yang timbul akibat kegiatan alamiah. Yang kedua
aktivitas manusia seperti pencemaran akibat kegitan industri, rumah tangga, sumber
tenaga atau perang. Limbah udara di industri farmasi dihasilkan oleh debu selama
produksi, uap lemari asam dilaboratorium, uap solventnproses film coating, dan asap
steam boiler, generator listrik dan insinerator.

Upaya Pengelolaan Limbah gas atau pencemaran udara yaitu :


1. Lemari asam dilengkapi dengan exhaust fan dan cerobong + 6 m dilengkapi
dengan absorbent.
2. Solvent di ruang coating digunakan dust collector (wet system).
3. Debu disekitar mesin produksi dipasang penyedot debu dan dust collector unit.
4. Asap dari Genset dan Incenerator dibuat cerobong asap + 6 meter.
Pemantauan Kualitas udara di dalam dan diluar lingkungan industri, meliputi
kadar H2S, NH3, SO2, CO, NO2, O3, Total Solid Particle (TSP/debu), Pb (timbal).

b. Limbah Padat
Pencemaran limbah padat adalah masuknya benda-benda padat ke dalam
lingkungan sehingga menyebabkan kualitas lingkungan menurun atau
membahayakan kehidupan makhluk hidup atau tidak sesuai lagi dengan
peruntukannya. Sumber Pencemaran yang dihasilkan antara lain :
1. Obat kadaluarsa.
2. Kegiatan produksi meliputi debu bahan formulasi yang terkumpul dari Dust
Collector dan Vaccum Cleaner, bekas kemasan bahan baku,pembantu dan
kemasan yang rusak.
3. Kegiatan laboratorium meliputi sampah medis agar dan sampel kadaluarsa.
4. Kegiatan kantin karyawan berupa kotoran atau sampah dapur.
5. Kegiatan administrasi perkantoran berupa arsip-arsip kadaluarsa.

7
6. Sampah kebun atau halaman.

Adapun Upaya Pengelolaan limbah padat yaitu Lingkungan:


1. Limbah padat Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
Limbah padat B3 berupa sisa granul, bahan baku rejected, produk
jadi rejected non beta lactam, debu dari dust collector. Limbah tersebut
dimusnahkan dengan double burner insenerator. Dengan pembakaran ganda,
asap sisa pembakaran tidak lagi mengandung bahan berbahaya yang bisa
mencemari udara.

2. Limbah padat non B3


- Sampah domestik dibuatkan tempat sampah.
- Sisa – sisa kertas, karton, plastik dan aluminium foil dikumpulkan kemudian
dijual ke pengumpul sampah (perusahaan daur ulang sampah).

Pemantauan Kualitas lingkungan (kebersihan) di dalam area industri, tidak ada


limbah B3 yang tercecer di area pabrik, dan sebagiannya, derajat kebauan (kadar H2S)
disekitar area pabrik.

c. Limbah Cair
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya sesuatu kedalam air
yang menyebabakan menurunya kualitasnya atau tidak sesuai dengan
peruntukannya.
 Sumber Pencemaran yang dihasilkan antara lain :
1. Kegiatan produksi meliputi pencucian mesin, alat-alat produksi, pencucian
kemasan, sanitasi kemasan, sanitasi karyawan produksi.
2. Kegiatan laboratorium meliputi pencucian alat, sanitasi ruangan, sanitasi
karyawan, limbah cair sisa pembakaran dan pelarut bekas reagen.
3. Kegiatan sarana penunjang berupa oli bekas mesin serta solar bekas cucian
alat atau mesin yang diperbaiki.
4. Kegiatan sanitasi pabrik atau kantor.

8
 Adapun upaya yang dilakukan untuk mengatasi limbah yang dihasilkan
adalah:
1. Pembuatan saluran drainase sesuai sumber limbah:
 Saluran air hujan langsung dialirkan ke selokan umum dan dibuat
sumur resapan.
 Saluran dari kamar mandi/wc dialirkan ke septi tank.
 Saluran dari tempat pencucian produksi dan laboratorium di alirkan ke
IPAL.
2. Membuat instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
3. Khusus untuk limbah cair yang berasal dari golongan beta laktam :
sebelum dicampur dengan limbah non beta laktam ditambahkan NaOH
untuk memecah cincin beta lactam.

 Dalam pengolahan limbah cair terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Karakteristik dari limbah sangat berbeda antara industri yang satu dengan
yang lain. Seperti, limbah cair industri farmasi memiliki kandungan COD
dan BOD serta kadar fenol yang tinggi, tetapi kadar limbah logamnya
rendahdengan debit air limbah yang tinggi. oleh karena itu agar
memperoleh gambaran spesifik tentang karakteristik dari limbah yang
akan diolah maka harus dilkukan pengamatan atau survey dari limbah
yang dihasilkan oleh industri tersebut.
2. Kemampuan badan air (Assimilative capacity)
Pengolahan limbah cair sangat tergantung dari kemampuan badan air
(sungai, dan lain) untuk menerima beban yang berupa limbah tanpa
mengakibatkan pencemaran. Kemampuan ini sangat berbeda-beda
tergantung dari beberapa factor misalnya debit air, kedalaman,
klimatologi, dan lain-lain. Semakin kecil polutan berat semakin besar pula
assimilative capacity dari badan air tersebut.
3. Peraturan tentang limbah yang berlaku
Peraturan mengenai baku mutu lingkungan dapat berbeda antara satu
daerah dengan daerah lain. Hali ini terkait dengan karakteristik daerah
yang besangkutan.

9
 Prinsip pengolahan limbah cair
1. Pengolahan limbah primer, tujuan pengolahan limbah pada tahap ini
menghilangkan buangan yang tidak larut, ada empat tahap, yaitu :
 Screening pada tahap ini berisi usaha-usaha untuk mengurangi atau
menghilangkan bahan buangan besar seperti sampah, plastik, botol,
kayu, barang ronsokan lain berukuran besar. Untuk menghilangkan
limbah ini dapat menggunakan kasa atau ijuk.
 Canal longitudinal, benda-benda yang masih bisa melewati kas besi
atau ijuk (misalnya pasir) diendapkan dengan menggunakan macam
kanal yang bagian bawahnya dibuat melebar.
 Penghilangan lemak,minyak dan sejenisnya. Tahap ini mempunyai
prinsip bahwa lemak, minyak dan sejenisnya memiliki berat jenis
yang lebih kecil dari air sehingga akan mengapung di bagian atas air.
Untuk menghilangkan jenis kotoran ini, air imbah dialirkan kekolam
yang berukuran relative luas dan memiliki aliran rendah dan tenang.
 Menghilangkan zat padat tersuspensi. Pada tahap ini dilakukan
dengan cara mengalirkan limbah cair kedalam suatu saluran yang
dilengkapi dengan penyaring-penyaring dari kasa yang diperuntukkan
untuk menyaring zat tersuspensi.
2. Pengolahan limbah sekunder
Prinsip pengolahan limbah pada tahap ini adalah untuk menghilangkan
kontamina-kontaminan lain yan tidak terproses pada pengolahan primer.
Secara garis besar kontaminan yang dapat dihilangkan dalam 3 macam
yaitu padatan tersuspensi, senyawa organik terlarut senyawa anorganik
terlarut. Terdapat beberapa cara untuk menghilangkan kontaminan-
kontaminan ini dengan cara filtrasi sederhana, penambahan suatu
koagulator, penambahan arang aktif (terutama untuk menurunkan kadar
fenol).
3. Pengolahan limbah tersier
Prinsip pengolahan ini adalah untuk menurunkan COD dan BOD serta
menambahkan oksigen terlarut (dissolved oxygen/DO). Terdapat beberapa
metode, baik secara fisik, biologis maupun mekanis-biologis. Secara fisik
penambahan oksigen terlarut dilakukan dengan menyemburkan udara

10
bebas kedalam limbah pada bak /kolam aerasi. Secara biologis dlakukan
dengan car menggunakan activated sludge, dimana limbah dialirkan ke
dalam bak/kolam penampungan, yang berisi mikroorganisme yang akan
merubah zat-zat organik menjadi biomassa (energi) dan gas co2.
Sedangkan pengolahan secara mekanis-biologis dapat dilakukan dengan
menyemprotkan air limbah kepermukaan benda padat (misalnya lantai
beton) yang diberi mikroorganisme.

d. Limbah Suara dan Getaran


Pencemaran suara atau kebisingan atau getaran adalah masuknya suara
atau getaran yang tidak diinginkan kedalam limgkungan sehingga kualitas
limgkungan menurun atau tidak sesuai dengan peruntukannya. Suara dan getaran
dari mesin-mesin pabrik, genset, dan steam boiler
Adapun Upaya Pengelolaan limbah suara dan getaran yaitu :
1. Untuk menanggulangi kebisingan yg ditimbulkan oleh genset, dibuat
ruangan berdinding dua (double cover) dan dilakukan perawatan mesin
secara berkala.
2. Untuk menanggulangi getaran yg ditimbulkan oleh mesin genset dan
mesin-mesin lain, mesin-mesin ditempatkan pada lantai yang telah dicor
beton dan diberi penguat (pengunci antara mesin dan lantai)

Pemantauan Angka kebisingan dan getaran di dalam dan diluar area pabrik
Kebisingan : max 65 dB
Getaran : max 7,5 Hz

2.4 . DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN


Setiap rencana usaha atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan hidup wajib dengan dokumen AMDAL (Analisis
Dampak Lingkungan ) termasuk industri farmasi.
Dalam penyusunan Dokuman Pengelolaan Lingkungan, terdapat beberapa istilah yang
sering dijumpai. Berikut adalah pengertian beberapa istilah tersebut :
1. AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) adalah Kajian mengenai
dampak besar dan penting suatu rencana usaha atau kegiatan yang direncanakan

11
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha atau kegiatan.
2. Dampak Lingkungan Hidup, Pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang
diakibatkan oleh suatu usaha atau kegiatan.
3. Dampak Besar dan Penting, Perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar
yang diakibatkan oleh suatu usaha dan atau kegiatan.

Kriteria Dampak Besar dan Penting tersebut tergantung dengan :


 Jumlah manusia yang terkena dampak
 Luas wilayah sebaran dampak
 Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
 Banyaknya komponen lingkungan lainnya yg terkena dampak
 Sifat Kumulatif dampak
 Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak
4. Dokumen AMDAL terdiri dari :
 KA-ANDAL (Kerangka Acuan ANDAL) adalah ruang lingkup studi
AMDAL yang merupakan hasil pelingkupan yang disepakati oleh
pemrakarsa/penyusun AMDAL dan komisi AMDAL.
 ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan) Adalah telaah secara cermat dan
mendalam tentang dampak besar dan penting suatu kegiatan yang
direncanakan.
 RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) Adalah dokumen yg memuat
upaya mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak besar dan
penting terhadap lingkungan akibat suatu kegiatan.
 RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan) Adalah dokumen yg memuat
upaya pemantauan komponen lingkungan yang terkena dampak besar dan
penting akibat kegiatan yang direncanakan dengan menggunakan indikator
tertentu yg ditentukan oleh peraturan per-UU-an (baku mutu lingkungan).
 UKL/UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan/Upaya
Pemantauan Lingkungan) UKL/UPL (Upaya Pengelolaan
Lingkungan/Upaya Pemantauan Lingkungan) adalah dokumen
pengelolaan lingkungan yang digunakan bagi rencana usaha atau kegiatan

12
yang tidak ada dampak besar usaha atau kegiatan penting atau secara
teknologi sudah dapat dikelola dampak pentingnya.
 SPPL (Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan) merupakan dokumen
pengelolaan lingkungan untuk kegiatan Non AMDAL & UKL/UPL.

2.5 . BAHAYA LIMBAH FARMASI


Limbah cair, seperti limbah farmasi, yang dihasilkan umumnya banyak
mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat
membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar. Limbah medis kebanyakan sudah
terkontaminasi oleh bakteri, virus, racun dan bahan radioaktif yang berbahaya bagi
manusia dan makhluk lain di sekitar lingkungannya dan dapat mengandung berbagai
jasad renik penyebab penyakit pada manusia termasuk demam typoid, kolera, disentri
dan hepatitis.

1. Limbah jarum suntik


Limbah jarum suntik yang juga merupakan limbah medis B3 tidak boleh
dianggap mudah keberadaannya. Limbah jarum suntik yang berasal dari rumah
sakit atau Puskesmas harus dimusnahkan karena bila pengelolaan limbahnya
tidak benar, jarum suntik dapat menularkan penyakit kepada pasien lain,
pengunjung RS, petugas kesehatan, maupun masyarakat umum.
Yang lebih berbahaya lagi yaitu, bila jarum suntik tersebut pernah
digunakan oleh pengidap HIV/AIDS kemudian digunakan kembali oleh orang
yang tidak terkena HIV/AIDS, maka orang tersebut akan terkena infeksi HIV.
Jarum suntik ini juga merupakan salah satu rute masuknya HIV ke tubuh
manusia.
Sebenarnya ada cara praktis untuk menghancurkan jarum suntik yaitu dengan
menggunakan alat khusus berteknologi sederhana yang bernama needle destroyer.
Cara penggunaannya dengan memasukkan jarum suntik bekas ke dalam lubang
aluminium di dalam alat, maka mesin akan melelehkan jarum dan menjadi steril.

2. Limbah obat
Obat palsu juga merupakan salah satu limbah medis atau limbah farmasi
yang berasal dari obat-obat yang tidak digunakan lagi oleh pasien/masyarakat,
obat-obat yang tidak dibutuhkan lagi oleh institusi terkait, obat-obat yang dibuang

13
karena kemasannya telah terkontaminasi, serta merupakan limbah yang dihasilkan
dalam proses produksi obat-obatan. Obat-obatan tersebut seharusnya dimusnahkan
karena sudah tidak memiliki khasiat dalam menyembuhkan, bahkan bisa
membahayakan.
Obat palsu adalah obat yang diproduksi oleh pihak yang tidak berhak menurut
undang-undang. Obat tidak terdaftar, obat dengan zat aktif di bawah 80% , obat
tanpa zat aktif sama sekali, serta obat kadaluarsa yang dikemas kembali.
Minimnya pengetahuan masyarakat dalam membedakan antara obat asli dan palsu
merupakan salah satu faktor pemicu masih beredarnya obat palsu dan kadaluarsa.
Selain itu, penawaran obat dengan harga yang relatif murah juga menjadi daya
tarik tersendiri bagi masyarakat.
Idealnya obat-obatan dibuang dengan menggunakan insinerasi suhu tinggi
(misalnya, lebih dari 1.200˚C). Fasilitas insinerasi seperti itu, yang dilengkapi
dengan pengendali emisi yang memadai biasa ditemukan di negara-negara
industri. Biaya pembuangan limbah farmasi dengan cara tersebut di Kroasia dan
Bosnia dan Herzegovina berkisar antara US$ 2.2/kg hingga US$ 4.1/kg. Untuk
menginsinerasi jumlah limbah farmasi yang ada di Kroasia akan membutuhkan
biaya antara US$ 4.4 juta hingga US$ 8.2 juta.

3. Pengelolaan Limbah Farmasi


Limbah farmasi merupakan salah satu jenis limbah medis atau merupakan
limbah berbahaya yang pengelolaannya harus diperhatikan. Beberapa contoh
limbah farmasi adalah obat – obatan,vaksin,serum,yang tidak digunakan lagi,
botol obat yang beresidu, dll. Pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan
berbagai cara.
Pemilihan teknologi pengelolaan limbah farmasi dapat didasarkan pada :
 Karakteristik limbah
Misalnya, kandungan senyawa organik (BOD dan COD), bahan padat
tersuspensi, derajat degradabilitas, dan jumlah limbah yang dibuang per
harinya.
 Mutu baku lingkungan Misalnya dari tempat pembuangan limbahnya dan
mutu baku limbah yang berlaku.
 Biaya operasional pengolahan.
 Lahan yang harus disediakan.

14
Pengelolaan limbah farmasi merupakan suatu kegiatan yang cukup banyak diantara
lain:

1. Penimbunan Limbah (pemisahan dan pengurangan)


Limbah farmasi dapat berasal dari industri farmasi, rumah sakit
(tempat pelayanan kesehatan), dan perumahan. Kawasan pemukiman
mengahasilkan limbah farmasi seperti obat – obatan, tetapi karena
jumlahnya tidak banyak. Proses pemilahan dan reduksi limbah maka
penggunaanya dilakukan bersama – sama dengan limbah domestik. Bila
suatu daerah dengan tata ruang terencana baik, yaitu kawan industri
terpisah dengan kawasan pemukiman maka penanganan buangan akan lebih
mudah.

Proses pemilahan dan reduksi limbah hendaknya merupakan proses


secara rutin yang pelaksanaanya harus mempertimbangkan :
 Kelancaran penanganan dan penampungan limbah
 Pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah berbahaya
(farmasi)
 Pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis
limbah untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.

2. Penyimpanan (storage)
Penyimpanan merupakan kegiatan penampungan sementara limbah
farmasi hingga dipindahkan ke tahap penampungan. Hal ini dilakukan
dengan pertimbangan efisiensi dan nilai ekonomis.
Penyimpanan limbah farmasi untuk waktu yang lama tanpa kepastian
yang jelas untuk memindahkan ke tempat penampungan tidak
diperbolehkan. Penyimpanan dalam jumlah banyak dapat dikumpulkan di
lokasi pengumpulan limbah farmasi. Limbah farmasi yang dihasilkan
disimpan sementara di dalam kontainer yang tertutup dan kedap air.
Kapasitas kontainer penyimpanan harus diperhatikan agar limbah tidak
berkeluaran atau overload.

15
3. Penampungan atau Pengumpulan Limbah Sebelum di Angkut
Wadah penampungan limbah ini harus memiliki sifat kuat, tidak
mudah bocor, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak
overload. Penampungan dalam limbah farmasi dilakukan perlakuan
standarisasi seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI No.
986/Men.Kes/Per/1992.
Penampungan limbah cair farmasi dapat dimasukkan kedalam drum
dan disimpan dalam gudang atau tempat yang terlindung dari panas dan
hujan. Limbah dalam bentuk padat disimpan dalam wadah yang kuat (tidak
mudah bocor atau rusak) dan kedap air. Penyimpanan harus
mempertimbangkan jenis dan jumlah limbah yang dihasilkan. Contoh,
untuk buangan atau limbah yang korosif disimpan dalam wadah yang
terbuat dari fiberglass.

4. Pengangkutan
Pengangkutan eksternal (pengangkutan ke tempat pengolahan yang
tidak berada pada tempat penimbunan limbah) adalah pengangkutan limbah
ke tempat pembuangan di luar (of site). Pengangkutan eksternal
memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas
yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan
lokal. Limbah farmasi diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan
tidak bocor.

5. Pengolahan
Limbah farmasi memerlukan pengolahan sebelum dibuang ke
lingkungan. Pengolahan ditujukan untuk mengurangi dan menghilangkan
racun atau detoksitasi, merubah bahan berbahaya menjadi kurang
berbahaya atau untuk mempersiapkan proses berikutnya.
Metode yang digunakan untuk mengolah dan membuang limbah
farmasi tergantung pada faktor – faktor khusus yang sesuai dengan intstitusi
yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang
berpengaruh terhadap masyarakat.

16
Teknik pengolahan limbah farmasi yang mungkin diterapkan adalah:

 Insenerasi suhu tinggi dan rendah


 Inaktivasi suhu tinggi
 Sterilisasi suhu tinggi
 Microwave treatment
 Enkapsulasi (peng-imobilisasian)

Pengolahan limbah farmasi dapat dilakukan melalui dua cara, yakni:

 Imobilisasi limbah : enkapsulasi


Enkapsulasi berarti peng-imobilisasi-an obat-obatan dengan
memadatkannya dalam tong plastik atau besi. Sebelum dipergunakan, tong
harus dibersihkan terlebih dahulu. Kandungan sebelumnya harus bukan
berupa bahan yang mudah meledak atau berbahaya. Kemudian, tong
tersebut diisi hingga memenuhi 75% kapasitasnya dengan obat-obatan
padat atau setengah padat. Lalu, bahan-bahan seperti semen atau campuran
semen dengan kapur, busa plastik atau pasir batu bara dituang ke dalam
tong tadi hingga terisi penuh. Untuk memudahkan dan mempercepat
pengisian, tutup tong harus dipotong hingga terbuka kemudian dilipat ke
belakang.
Penempatan obat-obatan ke dalam tong harus berhati-hati agar tutup
tong tidak terpotong. Bila tong telah terisi hingga 75% kapasitasnya,
tambahkan campuran kapur, semen dan air dengan perbandingan 15:15:5
(berat) hingga tong terisi penuh. Untuk memperoleh cairan dengan
konsistensi yang diinginkan, kadangkala diperlukan air yang lebih banyak.
Kemudian tutup tong besi dilipat kembali ke tempatnya dan disegel,
sebaiknya dengan dikelim atau pengelasan. Tong yang sudah disegel
kemudian harus ditempatkan di dasar lubang pembuangan dan ditutupi
dengan limbah padat rumah tangga. Agar mudah dipindahkan, tong dapat
ditempatkan di atas pallet kemudian diletakkan ke pemindah pallet.

 Imobilisasi limbah : insinerasi


Insinerasi merupakan teknologi pengolahan limbah dengan cara
pembakaran. Insinerasi termasuk dalam varian enkapsulasi yang meliputi

17
pelepasan bahan-bahan pembungkus, kertas, karton dan plastik dari obat-
obatan. Pil harus dilepaskan dari blisternya. Obat-obatan tersebut lalu
ditanam kemudian ditambahkan campuran air, semen dan kapur hingga
terbentuk pasta yang homogen. Pasta tersebut kemudian dipindahkan
dalam keadaan cair dengan mempergunakan truk pengaduk konstruksi ke
tempat pembuangan dan dituang ke dalam tempat pembuangan limbah
biasa. Pasta akan berubah menjadi massa padat yang bercampur dengan
limbah rumah tangga.
Ketika melakukan proses ini, pekerja perlu melindungi dirinya dengan
pakaian pelindung dan masker untuk mencegah timbulnya resiko
timbulnya debu. Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan
diantaranya, dimana sebagian besar dari komponen limbah farmasi dapat
dihancurkan dan limbah dapat berkurang dengan cepat. Tak hanya itu,
proses insinerasi relatif murah, memerlukan lahan yang relatif kecil dan
dapat dilaksanakan tanpa peralatan canggih. Sayangnya, dibalik kelebihan
insinerasi, masih terdapat beberapa kelemahan diantaranya, insinerasi
hanya mengubah volume limbah menjadi lebih kecil, debu yang dihasilkan
dari proses insinerasi sangat berbahaya sehingga harus diimobilisasi atau
ditentukan lagi tempat pembuangannya yang kedap air. Debu tersebut juga
bersifat tidak terurai dan akan sangat berbahaya bagi pernapasan manusia.
Yang perlu disediakan adalah alat penggiling untuk menghancurkan obat-
obatan, alat pengaduk konstruksi, serta sejumlah semen, kapur dan air.

Perbandingan berat yang digunakan adalah sebagai berikut :

Obat-obatan : 65%
Kapur : 15%
Semen : 15%
Air : 5% atau lebih untuk mendapatkan konsistensi cairan yang
sesuai.

Pengolahan limbah yang dilakukan tergantung jenis dan karakter limbahnya.


Contohnya, limbah jenis ampul ( obat anti keganasan) diolah dengan metode
enkapsulasi yaitu tong di isi dengan obat anti keganasan, tong harus di isi dengan

18
obat anti keganaanhingga 50 % kapasitasnya kemudian di tambahkan dengan
campuran kapur, semen dan air dengan perbandingan berat 15:15:5 hingga tong
penuh. Hingga terbentuk balok yang kuatdan padat dimana limbah akan terisolasi
secara relatif aman.

6. Pembuangan Akhir
Setelah proses pengolahan, kuantitas limbah menjadi sedikit. Hasil dari
pengolahan limbah dengan insenerasi menghasilkan abu yang sedikit. Abu
atau sisa pengolahan dengan insenerasi ini dapat digunakan untuk
penimbun tanah. Limbah farmasi tidak berbahaya lagi bila telah diolah
dengan insenerasi.

Widjajanti, 1999. Baku mutu lingkungan makalah


pelatihan penyusunan RKL-RPL.Yogyakarta.

19
2.6 CONTOH KASUS PENGOLAHAN LIMBAH DI PT.KIMIA FARMA
(PERSERO) TBK. PLANT JAKARTA

1. Sumber limbah
 Limbah padat
Terdiri dari Limbah :
1. Obat kadaluarsa.
2. Kegiatan produksi meliputi debu bahan formulasi yang terkumpul dari
Dust Collector dan Vaccum Cleaner, bekas kemasan bahan baku, pembantu
dan kemasan yang rusak.
3. Kegiatan laboratorium meliputi sampah medis agar dan sampel kadaluarsa.
4. Kegiatan kantin karyawan berupa kotoran atau sampah dapur.
5. Kegiatan administrasi perkantoran berupa arsip-arsip kadaluarsa.
6. Sampah kebun atau halaman.

 Limbah Cair
Terdiri dari limbah :
1. Kegiatan produksi meliputi pencucian mesin, alat-alat produksi, pencucian
kemasan, sanitasi kemasan, sanitasi karyawan produksi.
2. Kegiatan laboratorium meliputi pencucian alat, sanitasi ruangan,sanitasi
karyawan, limbah cair sisa pembakaran dan pelarut bekas reagen.
3. Kegiatan sarana penunjang berupa oli bekas mesin serta solar bekas cucian
alat atau mesin yang diperbaiki.
4. Kegiatan sanitasi pabrik atau kantor.

20
 Cemaran debu atau gas
Terdiri atas limbah
1. Kegiatan sarana penunjang berupa gas yang berasal dari sisa pembakaran
bahan bakar.
2. Kegiatan produksi meliputi debu yang berasal dari kegiatan proses produksi
antara lain terdiri dari proses granulasi, proses massa kapsul, proses
pencetakn tablet dan proses penyalutan. Buangan gas atau debu tersebut
akan menyebabkan meningkatnya kadar debu dan gas pencemar di udara,
hal ini akan mempengaruhi komponen komponen-komponen lingkungan
disekitarnya seperti manusia, binatang, dan makhluk hidup lainnya.

2. Pengolahan Limbah
Upaya pengolahan limbah atau cemaran yang dilakukan oleh PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. Adalah sebagai berikut :
 Limbah padat, cair maupun debu yang masuk limbah Bahan Beracu Berbahaya
(B-3) diolah keluar kerjasama dengan pengolah limbah B-3 yaitu :
1. PT. Prasada Pemusnah Limbah Industri di Cileungsi, Bogor untuk
limbah B-3 padat.
2. PT. Dongwoo Environmental Indonesia di cikarang, Bekasi untuk
limbah.
 Limbah cair selain B-3 diolah sendiri dalam Instalasi Pembuangan Air Limbah
(IPAL).

Proses yang diperlukan dalam pengelolahan limbah cair meliputi proses fisika,
kimia,dan biologi yaitu sebagai berikut :
1. Proses Fisika
Pada proses ini air limbah hanya dikenakan pada proses penyaringan saja,
yakni menyaring kotoran-kotoran kasar antara lain plastik, karet, dan
sebagainya.
2. Proses Kimia
Untuk limbah beta laktam setelah melalui proses fisika dilakukan proses
pembasahan untuk memecah cincin beta laktam dengan menambahkan larutan
kapur sampai mencapai pH diatas 11 kemudian dilanjutkan proses

21
pengendapan sebelum air limbah tersebut dialirkan menuju pengolahan limbah
induk untuk diproses secara bersama-sama dengan limbah non beta laktam.
Proses selanjutnya adalah proses netralisasi dengan penambahan air kapur
sampai mencapain pH 7-8.
Penambahan larutan kapur ini dengan cara memasukkan dalam bak
penampungan dan dilakukan sirkulasi terus menerus. Pada waktu sirkulasi kran
air limbah menuju bak anerob ditutup, setelah diperkirakan air limbah di bak
penampungan homogeni maka kran menuju ke bak anerob dibuka dan diatur
debitnya.
3. Proses Biologi
Proses ini merupakan penghilangan kontaminan-kontaminan oleh adanya
aktivitas biologis. Pengolahan secara biologis dimaksudkan oleh adanya
aktivitas biologis. Pengolahan secara biologis dimaksud untuk menghilangkan
zat-zat organik biodegradable (mudah terurai secara biologi). Prinsip dari
pengolahan dari biologi ini adalah penguraian zat organik oleh mikroorganisme
baik oleh bakteri anaerobik maupun bakteri aerobik. Sebagai nutrien dipakai
pupuk NPK.

Dalam proses biologi dibagi menjadi 2 yaitu : proses aerob dan anaerob.
 Proses Aerob
Overflow air limbah yang berasal dari proses anaerob akan
mengalir ke dalam bak aerob, sehingga zat organik yang masih ada
diuraikan kembali oleh bakteri aerobik. Sebagai nutrisi ditambahkan
pupuk NPK secara kontinu sesuai dengan kebutuhan. Proses aerobik
dilakukan pada bak terbuka dengan kedalaman kurang dari 3 m yang
dilengkapi dengan aerator tipe injection, dengan lumpur aktif
sebanyak kurang dari 20 % dari volume limbah dan proses berlangsung
secara kontinu.
 Proses anaerob
Air limbah setelah dinetralkan kemudian dipompakan ke bak
anaerobik, dalam proses ini melibatkan bakteri anaerob untuk
menguraikan zat-zat organik yang terkandung dalam air limbah
tersebut menjadi zat-zat yang sederhana. Proses anaerobik dilakukan
pada bak tertutup dengan kedalam >3m dan berjalan secara kontinu.

22
Sebagai nutrisi ditambahkan pupuk NPK secara kontinu sesuai
kebutuhan.
4. Proses Pengendapan
Proses ini bertujuan untuk mengendapkan partikel- partikel yang berasal
dari proses aerobik. Endapan yang terbentuk dipompakan ke dalam bak aerasi
yang bertujuan untuk mempertahankan jumlah lumpur yang ada, sedangkan
beningan dialirkan ke bak biokontrol yang berfungsi sebagai pemantau sebelum
air limbah tersebut dibuang ke badan air.

5. Bak Biokontrol
Bak ini berfungsi sebagai pemantau sebelum air limbah tersebut digunakan
untuk menyiram tanaman dengan memelihara ikan mas sebagai indikator. Air
yang mengalir ke dalam bak biokontrol, diperiksa secara rutin dua kali seminggu
sesuai SK GUB. KDKI NO 582/1995 parameter yang diperiksa antara lain
kendungan Chemical Oxygen Demand (COD), Biological Oxygen Demand
(BOD), Total Solid Suspensi (TSS), pH, phenol dan zat organik (KmnO4).

Priyambodo.b, 2007. Manajemen Farmasi


Industri.Yogyakarta: Global pustaka Utama.

23
2.7 . GAMBAR SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH

1. Limbah kantin diolah dengan cara pemisahan lemak pada instalasi penyaringan
khusus untuk lemak, dimana padatannya diambil secara berkala untuk mencegah
terjadinya penyumbatan pada pipa penyaluran limbah dan alat penyaringan.
2. Limbah domestik ditampung pada bak khusus, cairannya dialirkan ke Instalasi
Pengolahan Limbah Sentral, sedangkan padatannya diendapkan dan dilakukan
penyedotan setiap sekali setahun.
3. Limbah B3 dari sisa produksi dan debu dust colector disimpan digudang khusus
limbah B3, untuk penanganannya, industri bekerja sama dengan pihak ketiga.
4. Limbah sisa produksi Betalaktam ditampung pada kolam khusus, untuk
selanjutnya dilakukan treatment pemecahan cincin betalaktam dengan
menambahkan larutan NaOH Teknis, kemudian dialirkan ke Instalasi Pengolahan
Limbah Sentral.

24
Limbah Non Beta laktam dialirkan ke Instalasi Pengolahan Limbah Sentral
ditampung pada bak utama, disatukan dengan limbah lainnya, untuk kemudian
dialirkan ke bak 2 dan 3 yang berisi bakteri anaerob, kemudian dialirkan ke bak 4
untuk di aerasi dan penguraian oleh bakteri aerob, selanjutnya air pengolahan limbah
dialirkan ke bak sedimentasi, lalu ke bak yang berisi ikan sebagai indikator hayati.

2.8. Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran


Udara.
2.9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

25
2.10. GAMBAR INDUSTRI FARMASI

26
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari pembahasan yang didapat maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

a) limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber aktivitas
manuusia maupun proses – proses alam atau belum mempunyai nilai ekomoni
bahkan dapat menpunyai nilai ekonomi yang negative
b) Adapun limah yang dihasilkan oleh industri farmasi adalah Limbah Cair,
Limbah Padat, Limbah Gas atau Udara, Limbah suara atau getaran.
c) Proses yang diperlukan dalam pengelolahan limbah cair meliputi proses fisika,
kimia,dan biologi.
d) Pengelolaan limbah bertujuan untuk meminimalkan dampak terhadap
lingkungan yang telah dan akan ditimbulkan oleh adanya pengeluaran limbah
terutama yang berpotensi sebagai bahan berbahaya dan beracun (B3).

3.2 SARAN

Sebaiknya, industri farmasi lebih meningkatkan lagi cara mengolah limbah

sebelum dan jangan dibuang kebadan air sebelum dikelolah terlebih dahulu karena

akan menimbulkan dampak negative atau dampak buruk bagi lingkungan sekitar.

27
DAFTAR PUSTAKA

Hasmawati, 2011. Laporan praktek kerja profesi apoteker di pt. Kimia farma (persero) Tbk.
Jakarta: Universita Indonesia

Priyambodo.b, 2007. Manajemen Farmasi Industri.Yogyakarta: Global pustaka Utama.

Widjajanti, 1999. Baku mutu lingkungan makalah pelatihan penyusunan RKL-


RPL.Yogyakarta.
Anonim. Pengelolaan Limbah Industri Farmasi ppt. PT. Berlico Mulia Farma, Yogyakarta

Chafed Fandeli, 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University
Prees. Yogyakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia No.1799/MENKES/PER/XII/2010Tentang IndustriFarmasi. Jakarta: Ikatan
Apoteker Indonesia; 2010.

28

Anda mungkin juga menyukai