OLEH :
T.A 2017/2018
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
terhadap aspek fisik, kimiawi, biologis, serta aspek social ekonomi-budaya.
Menyadari bahwa sesiap kegiatan pembangunan akan menimbulkan dampak positif
dan negative, maka disinilah arti penting pembanguan berwawasan lingkungan dimna
dampak negative yang dihasilkan dapat dikurangi sekecil mungkin.
Ekosistem dimana manusia dan sumber daya alam berada di dalamnya
harus dijaga kelestariannya agar sumber daya yang dimanfaatkan tidak rusak dan
kemampuannya tetap berkesinambungan. Dengan menciptakan hubungan yang serasi
antara lingkungan dan kegiatan manusia.
Pengolaan lingkungan adalah upaya terpadu dalam penfaatan, penataan,
pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pembangunan lingkungan. Kegiatan
kegiatan industri, sebagaimana industri farmasi, memiliki potensi pencemaran
lingkungan baik di udara, air, maupun tanah akibat pembuangan limbah cair, padat,
maupun gas yang berupa asap, partikel debu dan gangguan kebisingan. Dengan
timbulnya pencemaran tersebut maka kualitas lingkungan akan turun sehingga tidak
dapat berfungsi lagi sesuai peruntukkannya. Akibat dari penurunan kualitas
lingkungan tersebut, dapat mempengaruhi kehidupan manusia atau mahluk hidup
lainnya. Oleh karena itu, pengendalian pencemaran lingkungan menjadi sangat
penting dan harus dilaksanakan dalam sebuah industri.
1.3 . TUJUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan
beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses,
dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-
bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik
berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan
infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat
diketahui termasuk limbah B3.
5
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Pembuatan
obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat yang meliputi
pengadaan bahan awal dan bahanpengemas, produksi, pengemasan, pengawasan
mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan.
Dalam memproduksi suatu obat, setiap industri farmasi harus dapat memenuhi
Cara pembuatan Obat yang Baik (CPOB) agar dapat menjamin dan menghasilkan
produk yang bermutu. Perkembangan yang sangat pesat dan teknologi farmasi dewasa
ini mengakibatkan perubahan-perubahan yang sangat cepat pula dalam konsep serta
persyaratan CPOB. Produk yang bermutu tidak dapat ditentukan berdasarkan
pemeriksaan produk akhir saja, melainkan setiap komponen yang berhubungan
dengan proses produksi, mulai dari penyiapan bahan baku, bahan kemas, proses
pembuatan, pengemasan, termasuk bangunan dan personil harus mengikuti Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). CPOB merupakan pedoman pembuatan obat
bagi industri farmasi di Indonesia yang bertujuan untuk menjamin obat yang dibuat
secara konsisten dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan
tujuan penggunanya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian
mutu.
Jadi limbah medis dapat dikategorikan sebagai limbah infeksius dan masuk
pada klasifikasi limbah bahan berbahaya dan beracun. Untuk mencegah terjadinya
dampak negatif limbah medis tersebut terhadap masyarakat atau lingkungan, maka
perlu dilakukan pengelolaan secara khusus (BAPEDAL, 1999). Dampak negatif
limbah medis terhadap masyarakat dan lingkungan terjadi akibat pengelolaan yang
kurang baik. Limbah medis jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
patogen yang dapat berakibat buruk terhadap manusia dan lingkungan.
Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius disamakan dengan limbah medis
noninfeksius. Selain itu, kerap bercampur limbah medis dan non medis, karena limbah
non medis diperlakukan sama dengan limbah padat lainnya. Artinya, dikelola Dinas
Kesehatan dan dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) limbah. Percampuran
tersebut justru memperbesar permasalahan limbah medis. Banyak pihak yang
menyadari tentang bahaya ini, namun lemahnya peraturan pemerintah tentang
pengelolaan limbah farmasi mengakibatkan hanya sedikit pihak farmasi yang
memiliki IPAL khusus pengolahan limbah cairnya sampai saat ini.
6
2.3 SUMBER PENCEMARAN LIMBAH INDUSTRI FARMASI
a. Limbah Gas/Pencemaran udara
Pencemaran udara adalah masuknya gas dan senyawa asing kedalam udara
sehingga menyebabkan kualitas udara menurun atau membahayakan kehidupan
makhluk hidup atau tidak sesuai lagi peruntukannya. Penyebab terjadinya pencemaran
udara dibedakan menjadi dua yaitu aktivitas alamiah, misalnya letusan gunung berapi,
keadaan klimatogis dan gas-gas yang timbul akibat kegiatan alamiah. Yang kedua
aktivitas manusia seperti pencemaran akibat kegitan industri, rumah tangga, sumber
tenaga atau perang. Limbah udara di industri farmasi dihasilkan oleh debu selama
produksi, uap lemari asam dilaboratorium, uap solventnproses film coating, dan asap
steam boiler, generator listrik dan insinerator.
b. Limbah Padat
Pencemaran limbah padat adalah masuknya benda-benda padat ke dalam
lingkungan sehingga menyebabkan kualitas lingkungan menurun atau
membahayakan kehidupan makhluk hidup atau tidak sesuai lagi dengan
peruntukannya. Sumber Pencemaran yang dihasilkan antara lain :
1. Obat kadaluarsa.
2. Kegiatan produksi meliputi debu bahan formulasi yang terkumpul dari Dust
Collector dan Vaccum Cleaner, bekas kemasan bahan baku,pembantu dan
kemasan yang rusak.
3. Kegiatan laboratorium meliputi sampah medis agar dan sampel kadaluarsa.
4. Kegiatan kantin karyawan berupa kotoran atau sampah dapur.
5. Kegiatan administrasi perkantoran berupa arsip-arsip kadaluarsa.
7
6. Sampah kebun atau halaman.
c. Limbah Cair
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya sesuatu kedalam air
yang menyebabakan menurunya kualitasnya atau tidak sesuai dengan
peruntukannya.
Sumber Pencemaran yang dihasilkan antara lain :
1. Kegiatan produksi meliputi pencucian mesin, alat-alat produksi, pencucian
kemasan, sanitasi kemasan, sanitasi karyawan produksi.
2. Kegiatan laboratorium meliputi pencucian alat, sanitasi ruangan, sanitasi
karyawan, limbah cair sisa pembakaran dan pelarut bekas reagen.
3. Kegiatan sarana penunjang berupa oli bekas mesin serta solar bekas cucian
alat atau mesin yang diperbaiki.
4. Kegiatan sanitasi pabrik atau kantor.
8
Adapun upaya yang dilakukan untuk mengatasi limbah yang dihasilkan
adalah:
1. Pembuatan saluran drainase sesuai sumber limbah:
Saluran air hujan langsung dialirkan ke selokan umum dan dibuat
sumur resapan.
Saluran dari kamar mandi/wc dialirkan ke septi tank.
Saluran dari tempat pencucian produksi dan laboratorium di alirkan ke
IPAL.
2. Membuat instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
3. Khusus untuk limbah cair yang berasal dari golongan beta laktam :
sebelum dicampur dengan limbah non beta laktam ditambahkan NaOH
untuk memecah cincin beta lactam.
Dalam pengolahan limbah cair terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Karakteristik dari limbah sangat berbeda antara industri yang satu dengan
yang lain. Seperti, limbah cair industri farmasi memiliki kandungan COD
dan BOD serta kadar fenol yang tinggi, tetapi kadar limbah logamnya
rendahdengan debit air limbah yang tinggi. oleh karena itu agar
memperoleh gambaran spesifik tentang karakteristik dari limbah yang
akan diolah maka harus dilkukan pengamatan atau survey dari limbah
yang dihasilkan oleh industri tersebut.
2. Kemampuan badan air (Assimilative capacity)
Pengolahan limbah cair sangat tergantung dari kemampuan badan air
(sungai, dan lain) untuk menerima beban yang berupa limbah tanpa
mengakibatkan pencemaran. Kemampuan ini sangat berbeda-beda
tergantung dari beberapa factor misalnya debit air, kedalaman,
klimatologi, dan lain-lain. Semakin kecil polutan berat semakin besar pula
assimilative capacity dari badan air tersebut.
3. Peraturan tentang limbah yang berlaku
Peraturan mengenai baku mutu lingkungan dapat berbeda antara satu
daerah dengan daerah lain. Hali ini terkait dengan karakteristik daerah
yang besangkutan.
9
Prinsip pengolahan limbah cair
1. Pengolahan limbah primer, tujuan pengolahan limbah pada tahap ini
menghilangkan buangan yang tidak larut, ada empat tahap, yaitu :
Screening pada tahap ini berisi usaha-usaha untuk mengurangi atau
menghilangkan bahan buangan besar seperti sampah, plastik, botol,
kayu, barang ronsokan lain berukuran besar. Untuk menghilangkan
limbah ini dapat menggunakan kasa atau ijuk.
Canal longitudinal, benda-benda yang masih bisa melewati kas besi
atau ijuk (misalnya pasir) diendapkan dengan menggunakan macam
kanal yang bagian bawahnya dibuat melebar.
Penghilangan lemak,minyak dan sejenisnya. Tahap ini mempunyai
prinsip bahwa lemak, minyak dan sejenisnya memiliki berat jenis
yang lebih kecil dari air sehingga akan mengapung di bagian atas air.
Untuk menghilangkan jenis kotoran ini, air imbah dialirkan kekolam
yang berukuran relative luas dan memiliki aliran rendah dan tenang.
Menghilangkan zat padat tersuspensi. Pada tahap ini dilakukan
dengan cara mengalirkan limbah cair kedalam suatu saluran yang
dilengkapi dengan penyaring-penyaring dari kasa yang diperuntukkan
untuk menyaring zat tersuspensi.
2. Pengolahan limbah sekunder
Prinsip pengolahan limbah pada tahap ini adalah untuk menghilangkan
kontamina-kontaminan lain yan tidak terproses pada pengolahan primer.
Secara garis besar kontaminan yang dapat dihilangkan dalam 3 macam
yaitu padatan tersuspensi, senyawa organik terlarut senyawa anorganik
terlarut. Terdapat beberapa cara untuk menghilangkan kontaminan-
kontaminan ini dengan cara filtrasi sederhana, penambahan suatu
koagulator, penambahan arang aktif (terutama untuk menurunkan kadar
fenol).
3. Pengolahan limbah tersier
Prinsip pengolahan ini adalah untuk menurunkan COD dan BOD serta
menambahkan oksigen terlarut (dissolved oxygen/DO). Terdapat beberapa
metode, baik secara fisik, biologis maupun mekanis-biologis. Secara fisik
penambahan oksigen terlarut dilakukan dengan menyemburkan udara
10
bebas kedalam limbah pada bak /kolam aerasi. Secara biologis dlakukan
dengan car menggunakan activated sludge, dimana limbah dialirkan ke
dalam bak/kolam penampungan, yang berisi mikroorganisme yang akan
merubah zat-zat organik menjadi biomassa (energi) dan gas co2.
Sedangkan pengolahan secara mekanis-biologis dapat dilakukan dengan
menyemprotkan air limbah kepermukaan benda padat (misalnya lantai
beton) yang diberi mikroorganisme.
Pemantauan Angka kebisingan dan getaran di dalam dan diluar area pabrik
Kebisingan : max 65 dB
Getaran : max 7,5 Hz
11
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha atau kegiatan.
2. Dampak Lingkungan Hidup, Pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang
diakibatkan oleh suatu usaha atau kegiatan.
3. Dampak Besar dan Penting, Perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar
yang diakibatkan oleh suatu usaha dan atau kegiatan.
12
yang tidak ada dampak besar usaha atau kegiatan penting atau secara
teknologi sudah dapat dikelola dampak pentingnya.
SPPL (Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan) merupakan dokumen
pengelolaan lingkungan untuk kegiatan Non AMDAL & UKL/UPL.
2. Limbah obat
Obat palsu juga merupakan salah satu limbah medis atau limbah farmasi
yang berasal dari obat-obat yang tidak digunakan lagi oleh pasien/masyarakat,
obat-obat yang tidak dibutuhkan lagi oleh institusi terkait, obat-obat yang dibuang
13
karena kemasannya telah terkontaminasi, serta merupakan limbah yang dihasilkan
dalam proses produksi obat-obatan. Obat-obatan tersebut seharusnya dimusnahkan
karena sudah tidak memiliki khasiat dalam menyembuhkan, bahkan bisa
membahayakan.
Obat palsu adalah obat yang diproduksi oleh pihak yang tidak berhak menurut
undang-undang. Obat tidak terdaftar, obat dengan zat aktif di bawah 80% , obat
tanpa zat aktif sama sekali, serta obat kadaluarsa yang dikemas kembali.
Minimnya pengetahuan masyarakat dalam membedakan antara obat asli dan palsu
merupakan salah satu faktor pemicu masih beredarnya obat palsu dan kadaluarsa.
Selain itu, penawaran obat dengan harga yang relatif murah juga menjadi daya
tarik tersendiri bagi masyarakat.
Idealnya obat-obatan dibuang dengan menggunakan insinerasi suhu tinggi
(misalnya, lebih dari 1.200˚C). Fasilitas insinerasi seperti itu, yang dilengkapi
dengan pengendali emisi yang memadai biasa ditemukan di negara-negara
industri. Biaya pembuangan limbah farmasi dengan cara tersebut di Kroasia dan
Bosnia dan Herzegovina berkisar antara US$ 2.2/kg hingga US$ 4.1/kg. Untuk
menginsinerasi jumlah limbah farmasi yang ada di Kroasia akan membutuhkan
biaya antara US$ 4.4 juta hingga US$ 8.2 juta.
14
Pengelolaan limbah farmasi merupakan suatu kegiatan yang cukup banyak diantara
lain:
2. Penyimpanan (storage)
Penyimpanan merupakan kegiatan penampungan sementara limbah
farmasi hingga dipindahkan ke tahap penampungan. Hal ini dilakukan
dengan pertimbangan efisiensi dan nilai ekonomis.
Penyimpanan limbah farmasi untuk waktu yang lama tanpa kepastian
yang jelas untuk memindahkan ke tempat penampungan tidak
diperbolehkan. Penyimpanan dalam jumlah banyak dapat dikumpulkan di
lokasi pengumpulan limbah farmasi. Limbah farmasi yang dihasilkan
disimpan sementara di dalam kontainer yang tertutup dan kedap air.
Kapasitas kontainer penyimpanan harus diperhatikan agar limbah tidak
berkeluaran atau overload.
15
3. Penampungan atau Pengumpulan Limbah Sebelum di Angkut
Wadah penampungan limbah ini harus memiliki sifat kuat, tidak
mudah bocor, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak
overload. Penampungan dalam limbah farmasi dilakukan perlakuan
standarisasi seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI No.
986/Men.Kes/Per/1992.
Penampungan limbah cair farmasi dapat dimasukkan kedalam drum
dan disimpan dalam gudang atau tempat yang terlindung dari panas dan
hujan. Limbah dalam bentuk padat disimpan dalam wadah yang kuat (tidak
mudah bocor atau rusak) dan kedap air. Penyimpanan harus
mempertimbangkan jenis dan jumlah limbah yang dihasilkan. Contoh,
untuk buangan atau limbah yang korosif disimpan dalam wadah yang
terbuat dari fiberglass.
4. Pengangkutan
Pengangkutan eksternal (pengangkutan ke tempat pengolahan yang
tidak berada pada tempat penimbunan limbah) adalah pengangkutan limbah
ke tempat pembuangan di luar (of site). Pengangkutan eksternal
memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas
yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan
lokal. Limbah farmasi diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan
tidak bocor.
5. Pengolahan
Limbah farmasi memerlukan pengolahan sebelum dibuang ke
lingkungan. Pengolahan ditujukan untuk mengurangi dan menghilangkan
racun atau detoksitasi, merubah bahan berbahaya menjadi kurang
berbahaya atau untuk mempersiapkan proses berikutnya.
Metode yang digunakan untuk mengolah dan membuang limbah
farmasi tergantung pada faktor – faktor khusus yang sesuai dengan intstitusi
yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang
berpengaruh terhadap masyarakat.
16
Teknik pengolahan limbah farmasi yang mungkin diterapkan adalah:
17
pelepasan bahan-bahan pembungkus, kertas, karton dan plastik dari obat-
obatan. Pil harus dilepaskan dari blisternya. Obat-obatan tersebut lalu
ditanam kemudian ditambahkan campuran air, semen dan kapur hingga
terbentuk pasta yang homogen. Pasta tersebut kemudian dipindahkan
dalam keadaan cair dengan mempergunakan truk pengaduk konstruksi ke
tempat pembuangan dan dituang ke dalam tempat pembuangan limbah
biasa. Pasta akan berubah menjadi massa padat yang bercampur dengan
limbah rumah tangga.
Ketika melakukan proses ini, pekerja perlu melindungi dirinya dengan
pakaian pelindung dan masker untuk mencegah timbulnya resiko
timbulnya debu. Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan
diantaranya, dimana sebagian besar dari komponen limbah farmasi dapat
dihancurkan dan limbah dapat berkurang dengan cepat. Tak hanya itu,
proses insinerasi relatif murah, memerlukan lahan yang relatif kecil dan
dapat dilaksanakan tanpa peralatan canggih. Sayangnya, dibalik kelebihan
insinerasi, masih terdapat beberapa kelemahan diantaranya, insinerasi
hanya mengubah volume limbah menjadi lebih kecil, debu yang dihasilkan
dari proses insinerasi sangat berbahaya sehingga harus diimobilisasi atau
ditentukan lagi tempat pembuangannya yang kedap air. Debu tersebut juga
bersifat tidak terurai dan akan sangat berbahaya bagi pernapasan manusia.
Yang perlu disediakan adalah alat penggiling untuk menghancurkan obat-
obatan, alat pengaduk konstruksi, serta sejumlah semen, kapur dan air.
Obat-obatan : 65%
Kapur : 15%
Semen : 15%
Air : 5% atau lebih untuk mendapatkan konsistensi cairan yang
sesuai.
18
obat anti keganaanhingga 50 % kapasitasnya kemudian di tambahkan dengan
campuran kapur, semen dan air dengan perbandingan berat 15:15:5 hingga tong
penuh. Hingga terbentuk balok yang kuatdan padat dimana limbah akan terisolasi
secara relatif aman.
6. Pembuangan Akhir
Setelah proses pengolahan, kuantitas limbah menjadi sedikit. Hasil dari
pengolahan limbah dengan insenerasi menghasilkan abu yang sedikit. Abu
atau sisa pengolahan dengan insenerasi ini dapat digunakan untuk
penimbun tanah. Limbah farmasi tidak berbahaya lagi bila telah diolah
dengan insenerasi.
19
2.6 CONTOH KASUS PENGOLAHAN LIMBAH DI PT.KIMIA FARMA
(PERSERO) TBK. PLANT JAKARTA
1. Sumber limbah
Limbah padat
Terdiri dari Limbah :
1. Obat kadaluarsa.
2. Kegiatan produksi meliputi debu bahan formulasi yang terkumpul dari
Dust Collector dan Vaccum Cleaner, bekas kemasan bahan baku, pembantu
dan kemasan yang rusak.
3. Kegiatan laboratorium meliputi sampah medis agar dan sampel kadaluarsa.
4. Kegiatan kantin karyawan berupa kotoran atau sampah dapur.
5. Kegiatan administrasi perkantoran berupa arsip-arsip kadaluarsa.
6. Sampah kebun atau halaman.
Limbah Cair
Terdiri dari limbah :
1. Kegiatan produksi meliputi pencucian mesin, alat-alat produksi, pencucian
kemasan, sanitasi kemasan, sanitasi karyawan produksi.
2. Kegiatan laboratorium meliputi pencucian alat, sanitasi ruangan,sanitasi
karyawan, limbah cair sisa pembakaran dan pelarut bekas reagen.
3. Kegiatan sarana penunjang berupa oli bekas mesin serta solar bekas cucian
alat atau mesin yang diperbaiki.
4. Kegiatan sanitasi pabrik atau kantor.
20
Cemaran debu atau gas
Terdiri atas limbah
1. Kegiatan sarana penunjang berupa gas yang berasal dari sisa pembakaran
bahan bakar.
2. Kegiatan produksi meliputi debu yang berasal dari kegiatan proses produksi
antara lain terdiri dari proses granulasi, proses massa kapsul, proses
pencetakn tablet dan proses penyalutan. Buangan gas atau debu tersebut
akan menyebabkan meningkatnya kadar debu dan gas pencemar di udara,
hal ini akan mempengaruhi komponen komponen-komponen lingkungan
disekitarnya seperti manusia, binatang, dan makhluk hidup lainnya.
2. Pengolahan Limbah
Upaya pengolahan limbah atau cemaran yang dilakukan oleh PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. Adalah sebagai berikut :
Limbah padat, cair maupun debu yang masuk limbah Bahan Beracu Berbahaya
(B-3) diolah keluar kerjasama dengan pengolah limbah B-3 yaitu :
1. PT. Prasada Pemusnah Limbah Industri di Cileungsi, Bogor untuk
limbah B-3 padat.
2. PT. Dongwoo Environmental Indonesia di cikarang, Bekasi untuk
limbah.
Limbah cair selain B-3 diolah sendiri dalam Instalasi Pembuangan Air Limbah
(IPAL).
Proses yang diperlukan dalam pengelolahan limbah cair meliputi proses fisika,
kimia,dan biologi yaitu sebagai berikut :
1. Proses Fisika
Pada proses ini air limbah hanya dikenakan pada proses penyaringan saja,
yakni menyaring kotoran-kotoran kasar antara lain plastik, karet, dan
sebagainya.
2. Proses Kimia
Untuk limbah beta laktam setelah melalui proses fisika dilakukan proses
pembasahan untuk memecah cincin beta laktam dengan menambahkan larutan
kapur sampai mencapai pH diatas 11 kemudian dilanjutkan proses
21
pengendapan sebelum air limbah tersebut dialirkan menuju pengolahan limbah
induk untuk diproses secara bersama-sama dengan limbah non beta laktam.
Proses selanjutnya adalah proses netralisasi dengan penambahan air kapur
sampai mencapain pH 7-8.
Penambahan larutan kapur ini dengan cara memasukkan dalam bak
penampungan dan dilakukan sirkulasi terus menerus. Pada waktu sirkulasi kran
air limbah menuju bak anerob ditutup, setelah diperkirakan air limbah di bak
penampungan homogeni maka kran menuju ke bak anerob dibuka dan diatur
debitnya.
3. Proses Biologi
Proses ini merupakan penghilangan kontaminan-kontaminan oleh adanya
aktivitas biologis. Pengolahan secara biologis dimaksudkan oleh adanya
aktivitas biologis. Pengolahan secara biologis dimaksud untuk menghilangkan
zat-zat organik biodegradable (mudah terurai secara biologi). Prinsip dari
pengolahan dari biologi ini adalah penguraian zat organik oleh mikroorganisme
baik oleh bakteri anaerobik maupun bakteri aerobik. Sebagai nutrien dipakai
pupuk NPK.
Dalam proses biologi dibagi menjadi 2 yaitu : proses aerob dan anaerob.
Proses Aerob
Overflow air limbah yang berasal dari proses anaerob akan
mengalir ke dalam bak aerob, sehingga zat organik yang masih ada
diuraikan kembali oleh bakteri aerobik. Sebagai nutrisi ditambahkan
pupuk NPK secara kontinu sesuai dengan kebutuhan. Proses aerobik
dilakukan pada bak terbuka dengan kedalaman kurang dari 3 m yang
dilengkapi dengan aerator tipe injection, dengan lumpur aktif
sebanyak kurang dari 20 % dari volume limbah dan proses berlangsung
secara kontinu.
Proses anaerob
Air limbah setelah dinetralkan kemudian dipompakan ke bak
anaerobik, dalam proses ini melibatkan bakteri anaerob untuk
menguraikan zat-zat organik yang terkandung dalam air limbah
tersebut menjadi zat-zat yang sederhana. Proses anaerobik dilakukan
pada bak tertutup dengan kedalam >3m dan berjalan secara kontinu.
22
Sebagai nutrisi ditambahkan pupuk NPK secara kontinu sesuai
kebutuhan.
4. Proses Pengendapan
Proses ini bertujuan untuk mengendapkan partikel- partikel yang berasal
dari proses aerobik. Endapan yang terbentuk dipompakan ke dalam bak aerasi
yang bertujuan untuk mempertahankan jumlah lumpur yang ada, sedangkan
beningan dialirkan ke bak biokontrol yang berfungsi sebagai pemantau sebelum
air limbah tersebut dibuang ke badan air.
5. Bak Biokontrol
Bak ini berfungsi sebagai pemantau sebelum air limbah tersebut digunakan
untuk menyiram tanaman dengan memelihara ikan mas sebagai indikator. Air
yang mengalir ke dalam bak biokontrol, diperiksa secara rutin dua kali seminggu
sesuai SK GUB. KDKI NO 582/1995 parameter yang diperiksa antara lain
kendungan Chemical Oxygen Demand (COD), Biological Oxygen Demand
(BOD), Total Solid Suspensi (TSS), pH, phenol dan zat organik (KmnO4).
23
2.7 . GAMBAR SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH
1. Limbah kantin diolah dengan cara pemisahan lemak pada instalasi penyaringan
khusus untuk lemak, dimana padatannya diambil secara berkala untuk mencegah
terjadinya penyumbatan pada pipa penyaluran limbah dan alat penyaringan.
2. Limbah domestik ditampung pada bak khusus, cairannya dialirkan ke Instalasi
Pengolahan Limbah Sentral, sedangkan padatannya diendapkan dan dilakukan
penyedotan setiap sekali setahun.
3. Limbah B3 dari sisa produksi dan debu dust colector disimpan digudang khusus
limbah B3, untuk penanganannya, industri bekerja sama dengan pihak ketiga.
4. Limbah sisa produksi Betalaktam ditampung pada kolam khusus, untuk
selanjutnya dilakukan treatment pemecahan cincin betalaktam dengan
menambahkan larutan NaOH Teknis, kemudian dialirkan ke Instalasi Pengolahan
Limbah Sentral.
24
Limbah Non Beta laktam dialirkan ke Instalasi Pengolahan Limbah Sentral
ditampung pada bak utama, disatukan dengan limbah lainnya, untuk kemudian
dialirkan ke bak 2 dan 3 yang berisi bakteri anaerob, kemudian dialirkan ke bak 4
untuk di aerasi dan penguraian oleh bakteri aerob, selanjutnya air pengolahan limbah
dialirkan ke bak sedimentasi, lalu ke bak yang berisi ikan sebagai indikator hayati.
25
2.10. GAMBAR INDUSTRI FARMASI
26
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan yang didapat maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
a) limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber aktivitas
manuusia maupun proses – proses alam atau belum mempunyai nilai ekomoni
bahkan dapat menpunyai nilai ekonomi yang negative
b) Adapun limah yang dihasilkan oleh industri farmasi adalah Limbah Cair,
Limbah Padat, Limbah Gas atau Udara, Limbah suara atau getaran.
c) Proses yang diperlukan dalam pengelolahan limbah cair meliputi proses fisika,
kimia,dan biologi.
d) Pengelolaan limbah bertujuan untuk meminimalkan dampak terhadap
lingkungan yang telah dan akan ditimbulkan oleh adanya pengeluaran limbah
terutama yang berpotensi sebagai bahan berbahaya dan beracun (B3).
3.2 SARAN
sebelum dan jangan dibuang kebadan air sebelum dikelolah terlebih dahulu karena
akan menimbulkan dampak negative atau dampak buruk bagi lingkungan sekitar.
27
DAFTAR PUSTAKA
Hasmawati, 2011. Laporan praktek kerja profesi apoteker di pt. Kimia farma (persero) Tbk.
Jakarta: Universita Indonesia
Chafed Fandeli, 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University
Prees. Yogyakarta.
28