Anda di halaman 1dari 7

Kelomok 8:

Fikri Pulogu

Afrianty Y. Nento

Pratiwi Y. Ishak

Siti Relistya Lasori

MATERI : PENANGANAN LIMBAH KLINIK DAN


BIOLOGI

 Limbah klinik adalah limbah yang dihasilkan selama


pelayanan pasien secara rutin pembedahan dan di
unit-unit resiko tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya
dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan
populasi umum . Oleh karena itu perlu diberi label
yang jelas sebagai resiko tinggi. Contoh limbah jenis
tersebut ialah perban atau pembungkus yang kotor,
cairan badan, anggota badan yang diamputasi,
jarum-jarum dan suntikbekas, kantung urine dan
produk darah (Joko, 2001).
 Limbah biologi adalah buangan yang dihasilkan
dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga), yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena
tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau
secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan
kimia organik dan anorganik. Dengan
konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran
limbah dapat berdampak negatif terhadap
lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap
limbah. Tingkat bahaya keracunan yang
ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis
dan karakteristik limbah.
Karakteristik limbah:
1. Berukuran mikro
2. Dinamis
3. Berdampak luas (penyebarannya)
4. Berdampak jangka panjang (antar generasi)
Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah
adalah:
1. Volume limbah
2. Kandungan bahan pencemar
3. Frekuensi pembuangan limbah
Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri
dapat digolongkan menjadi 4 bagian:
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel

4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

 Pengelolaan limbah klinik

Pengelolaan limbah klinik dilakukan dengan berbagai


cara. Yang diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa
pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan
kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang
(recycle), dan pengolahan (treatment).
Berikut adalah beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan kodifikasi
dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut :
1. Pemisahan Limbah
a. Limbah harus dipisahkan dari sumbernya
b. Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi
label jelas
c. Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-
warna yang berbeda yang menunjukkan kemana kantong
plastik harus diangkut untuk insinerasi atau dibuang.

2. Penyimpanan Limbah
Dibeberapa Negara kantung plastik cukup mahal
sehingga sebagai gantinya dapat digunkanan kantung
kertas yang tahan bocor (dibuat secara lokal sehingga
dapat diperloleh dengan mudah) kantung kertas ini dapat
ditempeli dengan strip berwarna, kemudian ditempatkan
ditong dengan kode warna dibangsal dan unit-unit lain.

3. Penanganan Limbah
a. Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika
telah terisi 2/3 bagian. Kemudian diikiat bagian atasnya
dan diberik label yang jelas.
b. Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya,
sehingga jika dibawa mengayun menjauhi badan limbah
tidak tercecer keluar dan diletakkan ditempat tertentu
untuk dikumpulkan.
c. Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-
kantung dengan warna yang sama telah dijadikan satu
dan dikirimkan ketempat yang sesuai.
d. Kantung harus disimpan pada kotak-kotak yang kedap
terhadap kutu dan hewan perusak sebelum diangkut
ketempat pembuangan.

4. Pengangkutan Limbah
Kantung limbah dipisahkan dan sekaligus dipisahkan
menurut kode warnanya. Limbah bagian bukan klinik
misalnya dibawa kekompaktor, limbah bagian Klinik
dibawa keinsenerator. Pengangkutan dengan kendaraan
khusus(mungkin ada kerjasama dengan dinas pekerja
umum)kendaraan yang digunakan untuk mengangkut
limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan
setiap hari, jika perlu(misalnya bila ada kebocoran
kantung limbah) dibersihkan dengan menggunakan
larutan klorin.

5. Pembuangan Limbah
Setelah dimanfaatkan dengan konpaktor, limbah
bukan klinik dapat dibuang ditempat penimbunan
sampah (Land-fill site), semua limbah infeksi harus diolah
dengan cara desinfeksi, dekontaminasi, sterilisasi, dan
insinerasi. Jika tidak mungkin harus ditimbun dengan
kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada
hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk.
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif
yang menarik dalam teknologi pengolahan limbah.
Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga
sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini
sebenarnya bukan solusi final dari sistem pengolahan
limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan
limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas
yang tidak kasat mata.

 Proses penanganan limbah secara biologi yang telah


cukup berkembang saat ini dikenal dengan istilah
bioremediasi dan viktoremediasi. Bioremediasi adalah
penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk
mendegradasi/ mengurai limbah, sedangkan
Vitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk
mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan
beracun dari tanah. Kedua proses ini sangat
bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh
limbah dan biaya yang diperlukan lebih muran
dibandingkan dengan metode Kimia atau Fisik.
Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan.
Proses Bioremediasi dan Vitoremediasi merupakan
proses alami sehingga membutuhkan waktu yang
relatif lama untuk membersihkan limbah, terutama
dalam skala besar. Selain itu, karena menggunakan
makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat
membawa senyawa-senyawa beracun ke dalam
rantai makanan di ekosistem.

Anda mungkin juga menyukai