Masing-masing personil diberikan wewenang penuh dan sarana yang memadai yang
diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Setiap personil hendaklah tidak
memiliki kepentingan lain diluar organisasi yang dapat menghambat kewajibannya dalam
melaksanakan tanggung jawab (Badan Pengawas Obat dan makanan, 2018). Struktur
organisasi PT. Errita Pharma dapat dilihat di lampiran 1.
3.1.5 Produk
Produk yang diproduksi oleh PT. Errita Pharma adalah untuk kuratif dan preventif antara
lain:
Tabel 3.1 Daftar produk PT. Errita Pharma
Farmakologi Nama Obat Sediaan
Kaplet
Etaflusin
Sirup
Kaplet
Etagesic
Sirup
Etalgin Kaplet
Etafenin Forte Kaplet
Analgetik dan
Etaneural Kaplet
Antipiretik
Etafen Suspensi
Parasetamol Sirup
Antasida Doen Tablet
Antasida dan Ulkus
Etasid Suspensi
Etabion Kapsul
Multivitamin dan Etacurvita Suspensi
mineral Etalysin Emulsi
Antisekresi Etagastrin Kapsul
Antialergi dan Etadex Kaplet
kortikosteroid Etadexta Kaplet
Dry syrup
Etabiotic
Kaplet
Etaflox Kaplet
Kapsul
Etagemycetin
Suspensi
Dry syrup
Etamox Kapsul
Antibiotik Kaplet
Kaplet
Etamoxul
Suspensi
Antifungi Etafungal Tablet
Antihipertensi Etapril Tablet
Antiinflamasi-
Etacortin Kaplet
Kortikosteroid
Antiemetik Etacyl Tablet
Dekongestan Etadyl Expectorant Sirup
c. Warehouse
Gudang adalah bagian yang menerima, menyimpan dan mengeluarkan barang
kemudian menata dan mengatur bahan awal dan bahan kemas agar terjamin
keutuhannya secara fisik dan kimia serta menghindari kesalahan pada saat
pengambilan. Berikut merupakan tugas bagian gudang:
1. Melakukan penerimaan barang dari pemasok dan memastikan barang sesuai
baik kualitas dan kuantitas sesuai dengan pemesanan dan surat jalan.
2. Mengembalikan barang dari pemasok jika bagian pengawas mutu melakukan
penolakan terhadap barang yang tidak memenuhi syarat dan menyampaika
informasi kebagian pembelian.
3. Melakukan pemeriksaan persediaan akhir bahan awal dan bahan kemas.
4. Mengeluarkan barang sesuai permintaan.
5. Membuat laporan bulanan.
6. Memastikan barang ditempatkan sesuai dengan stabilitasnya.
7. Menyediakan tempat untuk barang karantina dan released.
8. Mengawasi penyimpanan obat jadi dan mencatatnya ke dalam dokumen
pemasukan dan pengeluaran obat jadi.
Khusus untuk bahan baku prekursor disimpan dilemari khusus dan di kontrol
langsung oleh apoteker dengan mengamati kondisi penyimpanan, pemakaian dan
pengambilan, pembelian dan pemusnahan yang harus dicatat dan dilaporkan kepada
BPOM tiap bulan. Prosedur penerimaan bahan baku berlaku untuk penerimaan bahan
kemas primer dan bahan kemas sekunder.
Gudang bahan kemas primer yakni alumunium foil dan botol memiliki area terpisah
di PT. Errita Pharma, untuk botol disimpan diruangan yang tidak memiliki spesifikasi
khusus sedangkan alumunium foil disimpan pada suhu 20-25°C. Bahan kemas sekunder
yakni karton, dus, brosur dan lakban dipisahkan di area terpisah yang terjamin
keamanannya dengan tralis besi guna menyimpan brosur dan segel obat.
Setiap pemenuhan permintaan bahan baku didokumentasikan pada work order A,
bahan kemas primer didokumentasikan pada work order B dan bahan kemas sekunder
didokumenatsikan di work order C dengan isi dari ketiga work ordert tersebut adalah
Kode barang, nama barang dan jumlah barang sehingga terdokumentasi dengan baik dan
jelas.
Setelah produksi obat jadi selesai, obat jadi disimpan di area karantina gudang finish
good, di berikan label karantina, pada ruangan bersuhu 25°C dan RH < 75%. Sembari
menunggu hasil QA untuk mereleased obat jadi tersebut dan setelah dinyatakan lulus,
obat jadi tersebut dikirimkan ke distributor dengan Delivery Order (DO) dan seluruh
pertukarang barang disemua gudang menggunakan gabungan sistem First In First Out
(FIFO) dan First Expired First Out (FEFO).
Alur distribusi obat dimulai dari adanya pesanan oleh distributor yang ditangani oleh
bagian purchase order dengan melakukan input data lalu mengecek stok barang digudang. Jika
barang tersedia maka bagian purchase order membuat Delivery Order untuk dikirim kebagian
gudang dan mengkonfirmasi kepada pihak distributor bahwa barang yang diinginkan dapat
dipesan. Selain itu dilakukan koordinasi dengan penyedia jasa ekspedisi yang diinginkan oleh
distributor tersebut. Bagian keuangan akan membuatkan faktur untuk pihak distributor.
Pembayaran oleh pihak distributor dilakukan kepada bagian keuangan tidak lebih dari Term of
Payment (TOP). TOP biasanya 30 hari setelah barang diterima.
PT. Errita Pharma memiliki fokus terhadap supply obat untuk pemerintah sesuai dengan
motto perusahaan yakni peduli kesehatan masyarakat. Pemesanan dan pemenuhan obat untuk
pemerintah dilakukan secara online dan e-purchasing obat pemerintah.
Keluhan dan laporan dapat berasal dari masyarakat, professional atau BPOM
sebagai pihak eksternal atau departemen di PT. Errita Pharma sebagai pihak internal.
Setiap keluhan dan laporan yang diterima disampaikan kepada departemen QA.
Kemudian keluhan di deskripsikan ke dalam format keluhan meliputi nama produk,
nomor batch, hal yang dikeluhkan dan asal keluhan.
Setelah itu departemen QA akan menginformasikan kepada departemen QC
untuk dilakukan verifikasi dengan sampel pertinggal pada batch yang sama dan
departemen terkait untuk melakukan investigasi terhadap produk yang dikomplain.
Apabila ditemukan masalah yang sama pada sampel pertinggal maka R&D
Departement, QC Departement dan Production Departement akan melakukan
inspeksi terhadap aspek man, material, methode, environtment dan machine. Pada
aspek man, personil yang terlibat dalam pembuatan obat harus sudah mengikuti
pelatihan dan memenuhi aspek hygiene. Kemudian pada aspek material dilakukan
pengecekan kualias bahan kemas seperti terbebas dari kontaminasi dan terbebas dari
kemungkinan adanya penetrasi, kemurnian bahan awal sesuai denga yang telah
ditetapkan dan terbebas dari kontaminasi, vendor yang digunakan merupakan vendor
resmi, expired date sesuai dengan ketentuan. Untuk aspek methode dilakukan
pengecekan kesesuaian proses dengan formula yang tertera pada PPI dan pemastian
proses sudah tervalidasi.
Pada aspek machine dilakukan pengecekan kesesuaian status kualifikasi,
kalibrasi pembersihan, peralatan, validasi dan performa dari saat produksi.
Sedangkan pada aspek environtment dilakukan penelusuran terhadap system yang
ikut terlibat seperti looping system dan keadaan ruangan. Setelah itu dilakukan
pengkajian terhadap data distribusi dan dampak nya ke costumer terkait quality,
efficacy dan safety. Hasil pengujian kemudian di diskusikan dengan departemen
terkait untuk menetapkan hasil penelusuran dan memberikan jawaban kepada
pemberi komplain terkait hasil investigasi.
Saat diperlukan penarikan kembali produk, QA Departement akan bekerja sama
dengan Sales and Distribution Departement. Penarikan kembali produk dilakukan
karena produk yang beredar tidak memnuhi syarat (TMS) dengan spesifikasi produk
meliputi keamanan, khasiat, mutu dan penandaan selama dalam self life produk pada
saat belum digunakan oleh konsumen. Penarikan produk dilakukan terhadap satu
batch apabila terdapat kesalahan teknis kualitas yang dapat merugikan konsumen
seperti kesalahan pada kadar, isi atau label. Penarikan beberapa batch dilakukan
pada hasil penelusuran ternyata kesalahan juga terjadi pada batch lain. Sedangkan
penarikan seluruh batch dilakukan bila ditemukan rekasi merugikan bagi konsumen.
Setelah diputuskan untuk ditarik, Sales and Distribution Departement akan
mengirimkan surat pemberitahuan kepada distributor, rumah sakit, poliklinik, apotek
dan tempat-tempat yang terdistribusi obat tersebut untuk mengembalikan produk
maksimal 10 hari kerja kepada perusahaan. Penarikan produk harus diberitahukan
kepada BPOM. Setelah dilakukan penarikan, kepala finish good warehouse akan
menerima produk kembalian untuk dimusnahkan.
c. Manajemen mutu
Manajemen mutu diperlukann untuk menjamin pembuatan obat sesuai dengan
tujuan penggunaan, memenuhi syarat izin edar dan tidak menimbulkan risiko
berbahaya dalam penggunaannya. Kegiatan manajemen mutu di PT. Errita Pharma
sudah memenuhi CPOB. Untuk meluluskan produk jadi, Batch Record atau Prosedur
Pengolahan Induk (PPI) harus dikaji terlebih dahulu kelengkapannya, dipastikan
kembali ketersediaan dari CoA, sampel pertinggal dan dokumen ijin edarnya. PPI
dikaji kesesuaiannya dengan spesifikasi/ketentuan yang diinginkan. Apabila aspek-
aspek tersebut dipenuhi,maka pada lembar bagian depan PPI diberikan label
“released” berwarna hijau.apabila tidak sesuai dengan spesifikasi serta hasil
pengkaji resiko mutu tidak mengijinkan pelulusan, maka dibagian depan PPI
diberikan label “reject” kegiatan manajemen mutu tidak berhenti pada proses
produksi, melainkan pasca produksi.
Pengkajian Mutu Produk (PMP) dilakukan setiap tahunnya untuk memastikan
mutu produk pasca produk pasca produksi. PMP dilakukan untuk semua produk
berdasarkan pengkajian risiko untuk menetapkan prioritas produk yang dikaji. PMP
mencakup pengkajian mutu dan penilaian terhadap tindak lanjut berupa perbaikan,
pencegahan, revalidasi jika diperlukan. Batas waktu dan penanggung jawab untuk
pelaksanaan tindak lanjut tersebut ditetapkan dalam CAPA.
QA Departement juga bertanggung jawab terhadap pengendalian perubahan.
Prosedur pengendalian perubahan merupakan tanggung jawab masing-masing
departemen, sedangkan QA Deparement bertanggung jawab untuk mengevaluasi
usulan perubahan, memberikan persetujuan terhadap usulan perubahan,
mengkoordinasikan dan membantu pelaksanaan perubahan. Jenis-jenis perubahan
yang ditangani adalah perubahan fasilitas dan sarana, peralatan, proses produksi,
proses pembersihan peralatan, perubahan pada stabilitas, perubahan pada pabrik
pembuat bahan awal termasuk menambahkan, perubahan pada bahan kemas,
perubahan pada dokumen atau proses yang sudah divalidasi. Perubahan yang
diusulkan harus dengan alasan yang jelas dan perkiraan bianya dalam perubahan
tersebut oleh departemen terkait yang selanjutnya diberikan kepada QA
Departement. Kemudian QA Departement akan mendokumentasikan formulir
usulan dan mendistribusikan kepada departemen terkait untuk mendapatkan
tanggapan atau perubahan. Apabila diperlukan akan membentuk tim untuk mengkaji
perubahan dan untuk mendapatkan keputusan. Segala bentuk perubahan akan
dipantau secara berkala oleh departemen terkait dan menentukan tindakan apa yang
harus dilakukan.
d. Inspeksi diri
Inspeksi diri merupakan bagian dari Quality system yang dilakukan oleh PT.
Errita Pharma. Beberapa sistem yang diinspeksi yaitu sistem bangunan, sarana
penunjang dan peralatan, sistem penanganan bahan produksi, sistem produksi,
sistem pengemasan dan penandaan produk dan sistem laboratorium pengawasan
mutu. Inspeksi diri dilakukan minimal satu tahun sekali oleh tim inspeksi diri yang
terdir dari perwakilan (2 orang) dari masing-masing departemen yang ada di PT.
Errita Pharma. Manager setiap departemen tidak masuk ke dalam tim, tetapi
memiliki tugas sebagai verifikator apabila adanya temuan selama inspeksi.
Kejadian yang tidak sesuai dengan prosedur yang ditetapkan digolongkan
menjadi dua golongan yakni penyimpangan dan ketidakpatuhan. Penyimpangan
adalah kejadian yang tidak sesuai dengan prosedur, namun memiliki persetujuan
manager departemen yang bersangkutan sedangkan ketidakpatuhan tidak memiliki
persetujuan. Selain itu temuan dianalisis akar permasalahannya dan dimasukan ke
formulir tabel CAPA. CAPA harus memiliki tujuh prinsip, diantaranya
mengidentifikasi, menilai, investigasi, analisa, merancang tindakan, melaksanakan
tindakan dan pemantauan. Setaiap temuan masalah ketidakpatuhan dan
penyimpangan harus dilakukan penilaian resiko berdasarkan pengaruhnya pada
perusahaan dari segi strategi, finansial, operasional serta pengaruhnya pada sistem
mutu. Temuan tersebut digolongkan kedalam kategori kritikal, major atau minor.
Setelah digolongkan selanjutnya dibuat laporan dan perbaikan terhadap temuan,
diberikan jangka waktu untuk melaksanakan perbaikan tersebut.
f. Farmakovigilans
Permenkes 1799/Menkes/PerXII/2010 pasal 9 menyatakan bahwa industri
farmasi wajib melakukan farmakovigilans. Farmakovigilans adalah seluruh kegiatan
pendeteksian, penilaian, pemahaman dan pencegahan efek samping atau masalah
lainnya terkait penggunaan obat.
Beberapa alasan yang melatarbelakangi perlunya farmakovigillans adalah:
1. Penetrasi penggunaan obat di masyarakat tidak dapat diprediksi serta data
pravalensi dan insiden belum tersedia
2. Tidak ada produk yang 100% aman
3. Safe tidak berarti risk free
4. Potensi masalah penggunaan obat di masyarakat yang tidak sesuai.
Validasi Proses
Validasi proses yang dilakukan di R&D bagian prodev adalah validasi
proses skala pilot. Validasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa proses
pengolahan dan pengemasan berjalan konsisten dan memberikan hasil produk
yang baik dan memenuhi standar.
Existing Product
Menangani permasalahan yang terjadi sepeti alternative source, perubahan
formula dan permasalahan lain terkait produk yang sudah beredar sebelumnya.
Uji Stabilitas
Penentuan stabilitas sediaan bertujuan untuk mengevaluasi hasil
pengembangan formula produk jadi, memenuhi persyaratan registrasi,
menetapkan kondisi penyimpanan agar mengantisipasi penyimpanan yang tidak
sesuai pada waktu pengiriman produk dan di tempat penjualan akhir/ distributor
serta mengetahui masa simpan atau kadaluarsa produk.
Pengujian stabiilitas dilakukan dengan beberapa metode yakni;
a) Accelerated test stability/uji stabilitas dipercepat
Uji stabilitas dalam jangka waktu pendek yang dilakukan selama 6
bulan pada kondisi ekstrim suhu 40⁰C + 2⁰C, RH 75% + 5% dengan interval
pengujian bulan ke-1, ke-2, ke-3 dan ke-6, parameter pengujian diantaranya
;
Sediaan liquid: Pemerian, BJ, pH dan viskositas
Sediaan padat: Pemerian, waktu hancur, kekerasan, ketebalan, panjang,
keregasan dan friabilitas.
b) Stabilitas real time
Pengujian stabilitas yang dilakukan selama 3 bulan sekali pada tahun
pertama dan 6 bulan sekali pada tahun ke-2. Pengujian dilakukan pada
ruangan dengan suhu 30⁰C + 2⁰C, RH 75% + 5%, unterval pengujian pada
bulan ke-3, ke-6, ke-9, ke-12, ke-18, ke-24, ke-36 dan parameter pengujian
yang digunakan sama dengan pengujian stabilitas dipercepat.
c) Stabilitas in use
Untuk sediaan suspense kering atau yang memerlukan rekonstitusi
pada saat penggunaan. Pengujian dilakukan pada hari ke-3, ke-5 dan ke-7
setelah produk direkonstitusi. Produk disimpan pada kondisi 2 kondisi yaitu
pada suhu ruang dan suhu refrigator. Parameter yang diuji adalah kadar zat
aktif viskositas, pH dan BJ.
d) Uji force test
Pengujian dilakukan pada semua produk hasil trial, pengembangan
formula atau produk validasi proses. Dilakukan pada kondisi dengan suhu
55⁰C + 2⁰C dalam oven. Internal pengujian dilakukan pada minggu ke-1,
ke-2, ke-3 dan ke-4. Parameter pengujian sama dengan paramameter
pengujian stabilitas.
e) Sun test/photostability
Pengujian dilakukan pada produk hasil trial, pengembangan hasil
validasi atau produk pengembangan formula. Pengujian hanya dilakukan
pada sediaan sirup dan suspense. Interval pengujian dilakukan pada minggu
ke-1, ke-2, ke-3 dan ke-4. Parameter pengujian yang digunakan adalah
pemerian, bobot jenis, pH dan viskositas.
f) Circling/Initial Product
Pengujian stabilitas untuk sediaan semi solid. Dilakukan pada
refrigator dan suhu ruang secara berkala. Sampel ditempatkan dari pukul
07.00 sampai pukul 16.00 di suhu ruang dan pada pukul 16.00 sampai pukul
07.00 sampel dimasukan kedalam referigator. Parameter yang digunakan
adalah perubahan warna dan viskositas. Obat yang akan dibuat dalam skala
produksi dilakukan pembuaan obat skala pilot terlebih dahulu, yakni 10%
dari jumlah batch skala produksi. Dalam tahapan ini, R&D akan
bekerjasama dengan departemen QA, QC dan Produksi.
b. Analytical Development
Analytical Development bertanggung jawab dalam:
Pengembangan, verifikasi validasi metode analisa untuk memeriksa bahan awal
dan produk jadi hingga tahap pendokumentasian;
Trial metode analisa untuk bahan awal dan produk jadi;
Pelaksanaan transfer validasi/verifikasi metode analisa ke Departemen QC;
Melakukan uji disolusi terbanding (UDT) dan profil disolusi;
Pemeriksaan vendor baru atau bahan awal baru;
Pemeriksaan originator (secara kimia);
Pelaksanaan dan penyusunan spesifikasi bahan awal;
Melakukan pembuatan baku kerja untuk keperluan trial dan analisis bahan awal
maupun produk jadi; dan
Pembuatan dokumen protokol uji stabilitas hingga pelaporannya.
Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam registrasi terutama produk
jadi yang akan di ekspor, obat copy pertama dan obat baru adalah pengujian
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi (Uji BABE) dengan tujuan mengetahui jumlah
dan kecepatan zat aktif obat untuk mencapai efek melalui sirkulasi sistemik. Uji
BABE dapat diwakilkan dengan pengujian Uji Disolusi Terbanding (UDT) dengan
melihat komparatif dari profil disolusi persatuan waktu dengan produk originator.
Uji BABE dilakukan menggunakan sampel darah dan urin untuk kemudian di cek
kadar zat aktifnya. Hal yang harus disiapkan oleh PT. Errita Pharma dalam uji BABE
adalah pemilihan laboratorium uji yang biasa disebut CRO (Contract Research
Organization). Setelah pemilihan CRO, R&D melakukan analisa data dengan
komparatif produk originator yang sebelumnya dibeli oleh Purchasing. Hal yang
diperhatikan oleh CRO adalah protokol pengujian BABE yang telah disetujui oleh
industri, bukti kaji etik dari pakar kesehatan, pakar hukum dan masyarakat demi
kesejahteraan subjek/ reseptor sebelum dan sesudah pengujian. Uji BABE biasa
dilakukan dalam waktu 3 sampai 6 bulan, dan dilampirkan sebagai data untuk
registrasi ke BPOM.
c. Packaging Development
Kemasan yang akan digunakan terlebih dahulu dilakukan penetapan trial design
secara digital dengan menggunakan Corel Draw dan penentuan spesifikasinya
(termasuk ukuran, dimensi dan jumlah strip dalam setiap box kemasan sekunder)
dan dilakukan perbandingan terhadap produk yang sudah ada (yang telah beredar di
pasaran). Hasil desain yang telah disetujui dilakukan pengajuan secara eksternal
dengan persetujuan Manajer R&D dan Manajer QA. Departemen R&D kemudian
mengajukan desain kemasan tersebut ke BPOM setelah mendapatkan persetujuan.
Setelah itu, desain diajukan kembali ke Departemen R&D dan QA untuk
pengkoordinasian dengan bagian purchasing, yang akan menghubungi pemasok
untuk pemesanan dan pemberian sampel produk sesuai spesifikasi yang diajukan.
Setelah sampel diterima, sampel diajukan untuk mendapatkan persetujuan dari
Manajer R&D, Manajer QA, Purchasing hingga kepada Direktur Utama. Setelah itu
dilakukan trial bahan kemas, dan dokumen persetujuan diserahkan ke bagian
Purchasing untuk dilakukan PO ke pemasok apabila hasil trial disetujui oleh Direktur
Utama
d. Registration Development
Registrasi dilakukan oleh bagian Registrasi di Departemen R&D. bagian ini
melakukan pendaftaran produk ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
untuk produk baru dan produk lain yang mengalami perubahan. Jenis- jenis registrasi
antara lain adalah:
Registrasi obat baru, adalah registrasi untuk obat yang belum pernah
mendapatkan izin edar di Indonesia.
Registrasi obat copy, adalah registrasi yang dilakukan untuk mendaftarkan izin
edar produk mee too obat dengan kandungan zat aktif, kekuatan, bentuk sediaan,
rute pemberian, indikasi dan posilogi sama dengan produk yang sudah disetujui
Registrasi ulang (renewal), adalah registrasi yang dilakukan untuk
memperpanjang izin edar
Registrasi variasi, adalah registrasi yang dilakukan untuk mendaftarkan
perubahan atau variasi apapun pada produk yang telah memiliki izin edar di
Indonesia, seperti perubahan formula, perubahan spesifikasi produk dan lain-
lain
Registrasi ulang terkait variasi, adalah registrasi yang dilakukan untuk
memperpanjang masa edar yang disertai pendaftaran segala perubahannya baik
formula, prosedur, desain bahan kemas dan lain-lain.
Registrasi impor, adalah registrasi yang dilakukan terhadap produk luar yang
akan diedarkan di Indonesia; dan
Registrasi ekspor, dibagi menjadi dua yaitu registrasi khusus ekspor untuk
produk yang hanya diproduksi untuk keperluan ekspor, dan registrasi lokal dan
ekspor untuk registrasi produk yang beredar di Indonesia dan diekspor ke luar
negeri.
b. Pengolahan Limbah
PT. Errita memiliki sistem instalansi pengolahan air limbah (IPAL) yang terdiri
dari bak penampungan limbah terpisah yang berisikan limbah nonbetalaktam dan
betalaktam. Pipa limbah pembuangan dipisahkan karena untuk limbah betalaktam
ada perlakuan khusus yaitu proses pemecahan cincin betalaktam menggunakan
NaOH selama 1 hari kemudian di netralkan dengan HCl hingga pH menjadi 6-8
untuk kemudian disatukan dengan limbah non betalaktam. Proses selanjutnya adalah
proses pengendapan lumpur limbah, air yang tidak mengandung lumpur di masukan
ke bak aerasi pada proses ini terjadi penggumpalan limbah dengan menggunakan
oksigen sehingga terbentuk lumpur.
Pengujian yang dilakukan adalah pengukuran endapan lumpur dan pH yang
diambil dari penampungan akhir. Cara pengujian nya adalah 1 L air yang berisikan
lumpur di ambil dari bak aerasi kemudian diendapkan selama setengah jam. Endapan
yang terbentuk kurang dari 80 ml menunjukan bahwa bakteri yang terkandung
sedikit sehingga akan dilakukan pembibitan kembali dengan menggunakan bakteri
yang baru. Jika lumpur mengendap lebih dari 200 ml menunjukan bakteri terlalu
banyak dan terjadi penumpukan bakteri sehingga bakteri mati karena kekurangan
nutrisi.
Sebelum menuju bak terakhir terjadi penyaringan kembali menggunkaan karbon
aktif dan di uji pH nya. Pada bak terakhir diberikan parameter biologi yaitu ikan,
jika ikan tetap hidup maka limbah dapat dialirkan ke luar lingkungan pabrik.
Limbah B3 adalah limbah dari bahan berbahaya dan beracun, PT. Errita bekerja
sama dengan pihak ketiga untuk pemusnahannya. Contoh limbah B3 yang ada di
PT.Errita adalah Debu dust collector, hasil pengujian, oli, kemasan bekas bahan
baku, bahan baku reject, slug (lumpur IPAL) dan obat ruahan yang tidak memenuhi
syarat.
c. Steam System
Steam System adalah suatu mekanisme pembentukan steam penghasil panas
untuk keperluan produksi obat salah satunya pemasasan pada FBD (Fluid Bed
Dryer), pemanas pada mesin coating dan oven untuk pengeringan botol. Boiler yang
digunakan berbahan bakar solar dan untuk mendapatkan uap digunakan 2 pipa yakni
pipa air (pemanasan air) dan pipa api dari baja (mengasilkan uap).
d. Water System
Air tanah (raw water) menjadi bahan baku utama yang ditampung pada sebuah
tank, air tersebut diberikan klorin yaitu NaOCl dengan cara diinjeksikan ke dalam
saluran air tank dengan tujuan mengurangi mikroba yang terkandung didalamnya.
Kemudian air dialirkan menuju multimedia filter yang berisikan pasir silica untuk
menghilangkan pengotor, kemudian ditambahkan karbon aktif untuk menghilangkan
zat besi dan mangan serta menghilangkan bau. Kemudian air dialirkan ke softener
yang berisikan resin kation (regenerasi menggunakan HCl) kemudian masuk ke
dalam filter anion (regenerasi resin menggunakan NaOH) untuk menurunkan
konsentrasi kalsium dan magnesium. Setelah itu di alirkan menuju tabung precise
water yang berisi filter berukuran 5 mikron sebagai penyaring. Kemudian air akan
dialirkan ke dalam sistem reverse osmosis 1 (RO1) yang merupakan teknik
pembuatan purified water yang dapat menurunkan Total Dissolve Solid (TDS) yang
terdiri dari lapisan filter yang sangat halus. Selanjutnya air dialirkan ke buffer tank
untuk ditampung sementara, kemudian dialirkan ke sistem Reverse Osmosis 2 (RO2)
dimana mikroba akan tersaring dengan adanya filter. Setelah itu air dialirkan ke
Electric Deionized (EDI) dan dilewatkan ke sinar UV dan di tampung pada sebuah
tank untuk kemudian dialirkan ke tank non betalaktam dengan sistem looping.
Pemeriksaan air yang dilakukan oleh QC adalah konduktivitas (<1,3 µs/cm),
total organic carbon, 500 ppb, Angka Lempeng Total dan Angka Kapang Khamir
maksimal 100 cfu, pH 5-7, dan mikrobiologi (Eschercia coli, Salmonella thypii,
Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa).