Anda di halaman 1dari 31

BAB III TINJAUAN KHUSUS INDUSTRI FARMASI

3.1 Profil Tempat PKPA


3.1.1 Sejarah
Errita Pharma berdiri 1 Januari 1975. Dimulai dengan perusahaan berbentuk Badan
Hukum CV yang berlokasi di daerah Gatot Subroto. Pada tanggal 3 Juni Tahun 1975 status
perusahaan berubah menjadi Perseroan Terbatas. Dengan berkembangnya perusahaan, maka
pada tahun 1977 sarana produksi di Gatot Subroto sudah kurang memadai sehingga perusahaan
berpindah lokasi ke daerah Buah Batu, dengan produksi 11 macam obat (Errita Pharma, 2014).
Pada tanggal 5 Mei 1995 PT. Errita Pharma pindah ke Desa Bojong Salam, Kecamatan
Rancaekek diatas lahan + 2 hektar. PT Errita Pharma telah memperoleh sertifikat CPOB dari
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk sediaan tablet, sirup, kapsul dan cairan
steril injeksi. PT. Errita Pharma terus berkembang dengan diadakannya perluasan
pembangunan gedung produksi betalaktam pada tahun 2001 dan pada Agustus 2003 diperoleh
sertifikat CPOB untuk sediaan kapsul, suspensi kering dan betalaktam. Sedangkan pada tahun
2007, PT. Errita Pharma memperoleh sertifikat ISO 9001 : 2008 mengenai sistem manajemen
mutu dan ISO 14001 : 2004 mengenai sistem manajemen lingkungan. Pada tahun 2018, PT.
Errita Pharma telah transisi ke ISO 9001 : 2015 dan ISO 14001 : 2015 (Errita Pharma, 2014).

3.1.2 Visi dan Misi


PT Errita Pharma memiliki visi untuk menjadi produsen terdepan dan pemasok produk
kesehatan generik berkualitas tinggi, inovatif dan dikembangkan secara ilmiah, yang sesuai
dengan standar multinasional. Pemenuhan visi PT Errita Pharma dilakukan dengan komitmen
dalam menghasilkan produk kesehatan generik berkualitas tinggi, inovatif dan harga yang
kompetitif melalui layanan pelanggan yang luar biasa. PT Errita Pharma juga memiliki motto
yaitu “Peduli Kesehatan Masyarakat” (Errita Pharma, 2017).

3.1.3 Lokasi dan Tata Letak Bangunan


PT Errita Pharma terletak di Desa Bojongsalam RT 04 RW 07 Kecamatan Rancaekek,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Bangunan dan fasilitas pembuatan obat harus memiliki
desain, konstruksi dan letak yang memadai. Kondisinya disesuaikan dan dirawat dengan baik
untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus
dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi kontaminasi, pencemaran silang dan
kesalahan lain, serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif yang dapat
menurunkan mutu obat ( Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2018).
Bangunan yang terdapat di pabrik PT. Errita Pharma terdiri dari beberapa bagian yaitu;
1. Kantor
Area kantor meliputi ruang rapat, ruangan Sales and Distribution Departement,
ruangan Supply Chain, ruangan Head of Manufacturing, ruangan Mushola, ruangan
Human Resource Development and General Affair Departement.
2. Unit produksi
Unit produksi terdiri atas unit solid betalaktam (SBL), solid non betalaktam
(SNBL) dan likuid (LNBL). Masing-masing unit memiliki gedung sendiri untuk
meminimalisir kontaminasi silang. Unit betalaktam memiliki pengaturan tekanan
udara yang berbeda dengan yang lain. Unit pengolahan obat dibuat memiliki tekanan
lebih rendah agar serbuk/debu betalaktam tidak keluar mencemari lingkungan,
sedangkan pada unit likuid tekanan di dalam ruangan produksi lebih besar
dibandingkan koridor agar debu tidak masuk ke ruang produksi. Lantai dicat epoksi
dan dinding terbuat dari beton padat yang dilapisi epoksi, dibuat melengkung dan
memiliki sudut. Jendela dibuat miring agar mudah dibersihkan dan tidak menjadi
tempat berkumpulnya debu. Pada bagian bawah dinding terdapat dumper pembatas
yang menempel pada dinding, sumper tersebut dirancang untuk membatasi dinding
agar terbentur oleh troli. Berdasarkan CPOB, ruangan di Industri Farmasi dibagi
menjadi 5 jenis, yakni kelas A, B, C, D dan E. Pada unit produksi solid dan liquid
digunakan ruang kelas E.
3. Warehouse
Warehouse atau gudang terdiri dari beberapa bangunan diantaranya gudang
bahan mudah terbakar (gudang api), gudang bahan awal, gudang bahan kemas
primer, gudang bahan kemas sekunder, dan gudang obat jadi. Area penyimpanan
berbeda-beda, sesuai dengan status barang seperti karantina, released (lulus), dan
rejected (ditolak). Penyimpanan untuk barang yang membutuhkan kondisi khusus,
tersedia gudang dingin (cool storage), gudang kering (dry storage), dan gudang
pemanis sesuai dengan persyaratan penyimpanan masing-masing barang tersebut.
Pencahayaan untuk area gudang adalah 200 lux. Area gudang beralaskan beton padat
dengan hardener yang bersifat menahan debu dan tidak tahan terhadap tumpahan
larutan bahan kimia. Pada setiap ruangan gudang dilakukan pengendalian terhadap
hama.
4. Laboratorium
Laboratorium yang dimiliki adalah Quality Control (QC) serta laboratorium
research and development. Laboratorium memiliki sarana penunjang praktik
penunjang praktik pengujian laboratorium yang memadai serta peralatan yang
sesuai. Ruang yang tersedia di QC antara lain ruang asam, dan ruang gudang
pereaksi dilengkapi dengan peralatan seperti spektro UV, HPLC, pH meter, melting
point, timbangan, dissolution tester, viskometer, sonikator, climatic chamber dan
lain-lain. Sedangkan laboratorium mikrobiologi dibuat steril agar dapat mengurangi
risiko kontaminasi, alat yang digunakan dibersihkan sebelum digunakan dan sesudah
digunakan dan dikalibrasi secara rutin.
5. Sarana Pendukung
Sarana pendukung meliputi instalasi air, steam system, unit pengendalian udara
dan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).

3.1.4 Struktur Organisasi


PT. Errita Pharma dipimpin oleh seorang Direktur dan membawahi pimpinan sebagai
berikut:
1. Supply Chain (SC) Manager
2. Sales and Distribution Manager
3. Quality Assurance (QA) Manager
4. Quality Control (QC) Manager
5. Research and Development (RnD) Manager
6. Production Manager
7. Engineering Manager
8. Human Resource and Development and General Affair (HRD&GA) Manager
9. Finance Accounting and Information Technology Departement Manager
10. Marketing Manager

Masing-masing personil diberikan wewenang penuh dan sarana yang memadai yang
diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Setiap personil hendaklah tidak
memiliki kepentingan lain diluar organisasi yang dapat menghambat kewajibannya dalam
melaksanakan tanggung jawab (Badan Pengawas Obat dan makanan, 2018). Struktur
organisasi PT. Errita Pharma dapat dilihat di lampiran 1.
3.1.5 Produk
Produk yang diproduksi oleh PT. Errita Pharma adalah untuk kuratif dan preventif antara
lain:
Tabel 3.1 Daftar produk PT. Errita Pharma
Farmakologi Nama Obat Sediaan
Kaplet
Etaflusin
Sirup
Kaplet
Etagesic
Sirup
Etalgin Kaplet
Etafenin Forte Kaplet
Analgetik dan
Etaneural Kaplet
Antipiretik
Etafen Suspensi
Parasetamol Sirup
Antasida Doen Tablet
Antasida dan Ulkus
Etasid Suspensi
Etabion Kapsul
Multivitamin dan Etacurvita Suspensi
mineral Etalysin Emulsi
Antisekresi Etagastrin Kapsul
Antialergi dan Etadex Kaplet
kortikosteroid Etadexta Kaplet
Dry syrup
Etabiotic
Kaplet
Etaflox Kaplet
Kapsul
Etagemycetin
Suspensi
Dry syrup
Etamox Kapsul
Antibiotik Kaplet
Kaplet
Etamoxul
Suspensi
Antifungi Etafungal Tablet
Antihipertensi Etapril Tablet
Antiinflamasi-
Etacortin Kaplet
Kortikosteroid
Antiemetik Etacyl Tablet
Dekongestan Etadyl Expectorant Sirup

3.2 Kegiatan PKPA


Kegiatan PKPA di PT. Errita Pharma berlangsung mulai tanggal 1 November 2019 - 31
Desember 2019. Kegiatan dilaksanakan terkait orientasi umum, kegiatan operasional industri
farmasi dan tugas khusus pada departemen tertentu. Timeline dan jadwal kegiatan terlampir
pada lampiran 2 dan 3.
3.2.1 Supply Chain Management (SC)
Departement SC PT. Errita Pharma dipimpin oleh seorang Manager yang membawahi 3
bagian yaitu Production Planning Inventory Control (PPIC), Purchasing dan Warehouse.
Masing-masing ini dipimpin oleh kepala bagian.
a. Production Planning Inventory Control (PPIC)
PPIC merupakan forecast berdasarkan jumlah buffer stock, tren penjualan
produk ditahun sebelumnya serta pesanan yang diberikan oleh bagian pemasaran
setiap bulannya. Rencana kebutuhan material diberikan kepada purchasing
kemudian dilakukan pembelian raw material yang dibutuhkan dengan tugas antara
lain:
1. Mengkoordinir dan mengatur kegiatan perencanaan produksi.
2. Mengkoordinir dan mengatur tersedianya bahan awal (termasuk bahan aktif dan
bahan tambahan) dan bahan kemas.
3. Merencanakan, mengatur dan mengkoordinasi kegiatan pergudangan,
pengiriman, persediaan dan pembelian agar proses permintaan dan persediaan
barang dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, tepat waktu dan efisien.
4. Membuat surat pemesanan pembelian bahan baku dan bahan kemas yang
diserahkan kepada bagian purchasing serta melakukan koordinasi denan bagian
pembelian dalam pengaturan jadwal kedatangan bahan awal dan bahan kemas.
5. Memantau ketersediaan stok bahan awal, bahan kemas dan stok obat jadi
sebagai acuan dasar dalam penyusunan rencana produksi.
b. Purchasing
Pembelian barang oleh bagian purchasing dilakukan ke vendor (manufacture)
yang telah disetujui dengan cara melakukan audit vendor terlebih dahulu oleh bagian
purchasing melalui pengiriman form checklist ke vendor terkait untuk mengetahui
apakah vendor tersebut layak dijadikan pemasok bahan awal atau bahan kemas.
Sedangkan untuk audit supplier dilakukan oleh QA dan purchasing dengan
mendatangi langsung suppliernya dengan prasyarat sesuai aturan yang berlaku
(CPOB).

c. Warehouse
Gudang adalah bagian yang menerima, menyimpan dan mengeluarkan barang
kemudian menata dan mengatur bahan awal dan bahan kemas agar terjamin
keutuhannya secara fisik dan kimia serta menghindari kesalahan pada saat
pengambilan. Berikut merupakan tugas bagian gudang:
1. Melakukan penerimaan barang dari pemasok dan memastikan barang sesuai
baik kualitas dan kuantitas sesuai dengan pemesanan dan surat jalan.
2. Mengembalikan barang dari pemasok jika bagian pengawas mutu melakukan
penolakan terhadap barang yang tidak memenuhi syarat dan menyampaika
informasi kebagian pembelian.
3. Melakukan pemeriksaan persediaan akhir bahan awal dan bahan kemas.
4. Mengeluarkan barang sesuai permintaan.
5. Membuat laporan bulanan.
6. Memastikan barang ditempatkan sesuai dengan stabilitasnya.
7. Menyediakan tempat untuk barang karantina dan released.
8. Mengawasi penyimpanan obat jadi dan mencatatnya ke dalam dokumen
pemasukan dan pengeluaran obat jadi.

Gudang di PT. Errita dibagi menjadi 3 bagian yakni:


a. Raw material warehouse (Bahan awal betalaktam, bahan awal non betalaktam
dan bahan kemas).
b. Packaging warehouse (bahan kemas primer dan bahan kemas sekunder)
c. Finish good warehouse.
Personil bagian penerimaan barang melakukan pengecekan terhadap barang yang
diterima. Hal-hal yang dilakukan ketika menerima barang adalah cek apakah ada
CoA/MSDS jika tidak ada lakukan konfirmasi, melihat kondisi fisik barang
(bersih/kotor, rusak/tidak), jumlah barang, jenis barang, nomor batch, expired yang
disesuaikan dengan Purchase Order (PO) dan surat jalan. Setelah itu dibuat Material
Receive Note (MRN) untuk dikirimkan ke bagian QC agar diperiksa sesuai dengan CoA
pabrikan. Barang yang sesuai ketika pengecekan awal disimpan diruang karantina dan
diberikan label yang jelas sembari menunggu hasil pemeriksaan QC, jika pemeriksaan
dinyatakan memenuhi syarat maka barang tersebut akan dipindahkan ke area gudang
Released dan diberikan label Released kemudian disimpan sesuai dengan stabilitasnya.
Jika barang tidak memenuhi syarat sesuai CoA maka disimpan di area gudang Reject
untuk kemudian di konfirmasi ke bagian pemasok atau dimusnahkan.
Tabel 3.2 Kondisi ruangan penyimpanan bahan awal
Jenis bahan Suhu Kelembaban
Bahan Padat 20-25⁰C < 75
Pemanis 15-23⁰C < 65
Suplemen 15-25⁰C < 75
Zat pewangi 15-25⁰C < 75
Zat pewarna 15-25⁰C < 75
Mudah meledak 15-25⁰C < 75
Betalaktam 20-25⁰C < 75
Prekursor 20-28⁰C < 75

Khusus untuk bahan baku prekursor disimpan dilemari khusus dan di kontrol
langsung oleh apoteker dengan mengamati kondisi penyimpanan, pemakaian dan
pengambilan, pembelian dan pemusnahan yang harus dicatat dan dilaporkan kepada
BPOM tiap bulan. Prosedur penerimaan bahan baku berlaku untuk penerimaan bahan
kemas primer dan bahan kemas sekunder.
Gudang bahan kemas primer yakni alumunium foil dan botol memiliki area terpisah
di PT. Errita Pharma, untuk botol disimpan diruangan yang tidak memiliki spesifikasi
khusus sedangkan alumunium foil disimpan pada suhu 20-25°C. Bahan kemas sekunder
yakni karton, dus, brosur dan lakban dipisahkan di area terpisah yang terjamin
keamanannya dengan tralis besi guna menyimpan brosur dan segel obat.
Setiap pemenuhan permintaan bahan baku didokumentasikan pada work order A,
bahan kemas primer didokumentasikan pada work order B dan bahan kemas sekunder
didokumenatsikan di work order C dengan isi dari ketiga work ordert tersebut adalah
Kode barang, nama barang dan jumlah barang sehingga terdokumentasi dengan baik dan
jelas.
Setelah produksi obat jadi selesai, obat jadi disimpan di area karantina gudang finish
good, di berikan label karantina, pada ruangan bersuhu 25°C dan RH < 75%. Sembari
menunggu hasil QA untuk mereleased obat jadi tersebut dan setelah dinyatakan lulus,
obat jadi tersebut dikirimkan ke distributor dengan Delivery Order (DO) dan seluruh
pertukarang barang disemua gudang menggunakan gabungan sistem First In First Out
(FIFO) dan First Expired First Out (FEFO).

3.2.2 Sales and Distribution Departement


Departemen Sales and Distribution Departement dipimpin oleh seorang manager yang
membawahi 3 supervisor yakni Trading, Tender dan Generik. Tugas pemasaran adalah sebagai
berikut :
1. Menyusun rencana kegiatan dalam bidang penjualan.
2. Menyelenggarakan dan mengawasi administrasi penjualan.
3. Mencari pelangan baru dengan melakukan penawaran produk.
4. Membina hubungan baik dengan pelanggan.
5. Menyusun anggaran penjualan untuk tiap periode.
6. Memberikan masukan kepada direktur mengenai produk baru dan perubahan harga
produk.

Alur distribusi obat dimulai dari adanya pesanan oleh distributor yang ditangani oleh
bagian purchase order dengan melakukan input data lalu mengecek stok barang digudang. Jika
barang tersedia maka bagian purchase order membuat Delivery Order untuk dikirim kebagian
gudang dan mengkonfirmasi kepada pihak distributor bahwa barang yang diinginkan dapat
dipesan. Selain itu dilakukan koordinasi dengan penyedia jasa ekspedisi yang diinginkan oleh
distributor tersebut. Bagian keuangan akan membuatkan faktur untuk pihak distributor.
Pembayaran oleh pihak distributor dilakukan kepada bagian keuangan tidak lebih dari Term of
Payment (TOP). TOP biasanya 30 hari setelah barang diterima.
PT. Errita Pharma memiliki fokus terhadap supply obat untuk pemerintah sesuai dengan
motto perusahaan yakni peduli kesehatan masyarakat. Pemesanan dan pemenuhan obat untuk
pemerintah dilakukan secara online dan e-purchasing obat pemerintah.

3.2.3 Quality Assurance Departement


Pemastian mutu adalah ringkasan aktivitas yang telah direncanakan dan dilakukan untuk
menetapkan bahwa semua sistem dan elemen yang berpengaruh pada kualitas produk berjalan
sesuai dengan yang ditetapkan. Terdapat lima bagian dalam CPOB yang menjadi fokus dari
QA diantaranya manajemen mutu; kualifikasi dan validasi; dokumentasi; penanganan keluhan
terhadap produk dan penarikan kembali produk;inspeksi diri, audit mutu dan persetujuan
pemasok. Departement QA PT.Errita Pharma dipimpin oleh seorang manager, satu kepala
bagian dan dua supervisor. Tanggung jawab QA meliputi manajemen mutu, Pemastian
Prosedur Tetap (Protap), pelatihan karyawan, pengontrolan dokumen, inspeksi diri, audit
pemasok dan bertanggung jawab penuh semua kegiatan yang menyangkut kualitas produk.
a. Dokumentasi
Pendokumentasian yang baik akan mempermudah penelusuran jika terjadi
masalah, sehingga tidak menghambat kegiatan yang lain dan tidak menimbulkan
kerugian besar bagi perusahaan. Dokumen kontrol bertugas untuk merekap dokumen
yang dikeluarkan oleh PT. Errita Pharma berupa protap, formulir, lampiran dan file.
Setiap dokumen yang dibuat diberikan nomor sesuai dengan peraturan untuk
mempermudah penelusuran. Pada dokumen yang dihasilkan ada 2 jenis dokumen
yakni copy terkendali dan copy tidak terkendali yang bertujuan untuk mempermudah
distribusi dokumen.
Semua protap dikaji ulang setiap 3 tahun sekali atau kurang dari 3 tahun jika
diperlukan. Sedangkan untuk pemusnahan dokumen lama harus dimusnahkan
dengan cara disobek/dihancurkan, dokumen yang bersifat asli disimpan untuk
referensi dan disimpan selama 5 kali revisi.

b. Penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk


kembalian
Keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi
kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Penyebab
adanya laporan dengan keluhan mengenai produk diantaranya:
 Kerusakan fisik, kimiawi dan biologis dari produk atau kemasannya.
 Adanya reaksi yang merugikan seperti alergi, toksisitas, reaksi fatal dan reaksi
medis lainnya.
 Respon klinis produk rendah atau berkhasiat.

Keluhan dan laporan dapat berasal dari masyarakat, professional atau BPOM
sebagai pihak eksternal atau departemen di PT. Errita Pharma sebagai pihak internal.
Setiap keluhan dan laporan yang diterima disampaikan kepada departemen QA.
Kemudian keluhan di deskripsikan ke dalam format keluhan meliputi nama produk,
nomor batch, hal yang dikeluhkan dan asal keluhan.
Setelah itu departemen QA akan menginformasikan kepada departemen QC
untuk dilakukan verifikasi dengan sampel pertinggal pada batch yang sama dan
departemen terkait untuk melakukan investigasi terhadap produk yang dikomplain.
Apabila ditemukan masalah yang sama pada sampel pertinggal maka R&D
Departement, QC Departement dan Production Departement akan melakukan
inspeksi terhadap aspek man, material, methode, environtment dan machine. Pada
aspek man, personil yang terlibat dalam pembuatan obat harus sudah mengikuti
pelatihan dan memenuhi aspek hygiene. Kemudian pada aspek material dilakukan
pengecekan kualias bahan kemas seperti terbebas dari kontaminasi dan terbebas dari
kemungkinan adanya penetrasi, kemurnian bahan awal sesuai denga yang telah
ditetapkan dan terbebas dari kontaminasi, vendor yang digunakan merupakan vendor
resmi, expired date sesuai dengan ketentuan. Untuk aspek methode dilakukan
pengecekan kesesuaian proses dengan formula yang tertera pada PPI dan pemastian
proses sudah tervalidasi.
Pada aspek machine dilakukan pengecekan kesesuaian status kualifikasi,
kalibrasi pembersihan, peralatan, validasi dan performa dari saat produksi.
Sedangkan pada aspek environtment dilakukan penelusuran terhadap system yang
ikut terlibat seperti looping system dan keadaan ruangan. Setelah itu dilakukan
pengkajian terhadap data distribusi dan dampak nya ke costumer terkait quality,
efficacy dan safety. Hasil pengujian kemudian di diskusikan dengan departemen
terkait untuk menetapkan hasil penelusuran dan memberikan jawaban kepada
pemberi komplain terkait hasil investigasi.
Saat diperlukan penarikan kembali produk, QA Departement akan bekerja sama
dengan Sales and Distribution Departement. Penarikan kembali produk dilakukan
karena produk yang beredar tidak memnuhi syarat (TMS) dengan spesifikasi produk
meliputi keamanan, khasiat, mutu dan penandaan selama dalam self life produk pada
saat belum digunakan oleh konsumen. Penarikan produk dilakukan terhadap satu
batch apabila terdapat kesalahan teknis kualitas yang dapat merugikan konsumen
seperti kesalahan pada kadar, isi atau label. Penarikan beberapa batch dilakukan
pada hasil penelusuran ternyata kesalahan juga terjadi pada batch lain. Sedangkan
penarikan seluruh batch dilakukan bila ditemukan rekasi merugikan bagi konsumen.
Setelah diputuskan untuk ditarik, Sales and Distribution Departement akan
mengirimkan surat pemberitahuan kepada distributor, rumah sakit, poliklinik, apotek
dan tempat-tempat yang terdistribusi obat tersebut untuk mengembalikan produk
maksimal 10 hari kerja kepada perusahaan. Penarikan produk harus diberitahukan
kepada BPOM. Setelah dilakukan penarikan, kepala finish good warehouse akan
menerima produk kembalian untuk dimusnahkan.

c. Manajemen mutu
Manajemen mutu diperlukann untuk menjamin pembuatan obat sesuai dengan
tujuan penggunaan, memenuhi syarat izin edar dan tidak menimbulkan risiko
berbahaya dalam penggunaannya. Kegiatan manajemen mutu di PT. Errita Pharma
sudah memenuhi CPOB. Untuk meluluskan produk jadi, Batch Record atau Prosedur
Pengolahan Induk (PPI) harus dikaji terlebih dahulu kelengkapannya, dipastikan
kembali ketersediaan dari CoA, sampel pertinggal dan dokumen ijin edarnya. PPI
dikaji kesesuaiannya dengan spesifikasi/ketentuan yang diinginkan. Apabila aspek-
aspek tersebut dipenuhi,maka pada lembar bagian depan PPI diberikan label
“released” berwarna hijau.apabila tidak sesuai dengan spesifikasi serta hasil
pengkaji resiko mutu tidak mengijinkan pelulusan, maka dibagian depan PPI
diberikan label “reject” kegiatan manajemen mutu tidak berhenti pada proses
produksi, melainkan pasca produksi.
Pengkajian Mutu Produk (PMP) dilakukan setiap tahunnya untuk memastikan
mutu produk pasca produk pasca produksi. PMP dilakukan untuk semua produk
berdasarkan pengkajian risiko untuk menetapkan prioritas produk yang dikaji. PMP
mencakup pengkajian mutu dan penilaian terhadap tindak lanjut berupa perbaikan,
pencegahan, revalidasi jika diperlukan. Batas waktu dan penanggung jawab untuk
pelaksanaan tindak lanjut tersebut ditetapkan dalam CAPA.
QA Departement juga bertanggung jawab terhadap pengendalian perubahan.
Prosedur pengendalian perubahan merupakan tanggung jawab masing-masing
departemen, sedangkan QA Deparement bertanggung jawab untuk mengevaluasi
usulan perubahan, memberikan persetujuan terhadap usulan perubahan,
mengkoordinasikan dan membantu pelaksanaan perubahan. Jenis-jenis perubahan
yang ditangani adalah perubahan fasilitas dan sarana, peralatan, proses produksi,
proses pembersihan peralatan, perubahan pada stabilitas, perubahan pada pabrik
pembuat bahan awal termasuk menambahkan, perubahan pada bahan kemas,
perubahan pada dokumen atau proses yang sudah divalidasi. Perubahan yang
diusulkan harus dengan alasan yang jelas dan perkiraan bianya dalam perubahan
tersebut oleh departemen terkait yang selanjutnya diberikan kepada QA
Departement. Kemudian QA Departement akan mendokumentasikan formulir
usulan dan mendistribusikan kepada departemen terkait untuk mendapatkan
tanggapan atau perubahan. Apabila diperlukan akan membentuk tim untuk mengkaji
perubahan dan untuk mendapatkan keputusan. Segala bentuk perubahan akan
dipantau secara berkala oleh departemen terkait dan menentukan tindakan apa yang
harus dilakukan.

d. Inspeksi diri
Inspeksi diri merupakan bagian dari Quality system yang dilakukan oleh PT.
Errita Pharma. Beberapa sistem yang diinspeksi yaitu sistem bangunan, sarana
penunjang dan peralatan, sistem penanganan bahan produksi, sistem produksi,
sistem pengemasan dan penandaan produk dan sistem laboratorium pengawasan
mutu. Inspeksi diri dilakukan minimal satu tahun sekali oleh tim inspeksi diri yang
terdir dari perwakilan (2 orang) dari masing-masing departemen yang ada di PT.
Errita Pharma. Manager setiap departemen tidak masuk ke dalam tim, tetapi
memiliki tugas sebagai verifikator apabila adanya temuan selama inspeksi.
Kejadian yang tidak sesuai dengan prosedur yang ditetapkan digolongkan
menjadi dua golongan yakni penyimpangan dan ketidakpatuhan. Penyimpangan
adalah kejadian yang tidak sesuai dengan prosedur, namun memiliki persetujuan
manager departemen yang bersangkutan sedangkan ketidakpatuhan tidak memiliki
persetujuan. Selain itu temuan dianalisis akar permasalahannya dan dimasukan ke
formulir tabel CAPA. CAPA harus memiliki tujuh prinsip, diantaranya
mengidentifikasi, menilai, investigasi, analisa, merancang tindakan, melaksanakan
tindakan dan pemantauan. Setaiap temuan masalah ketidakpatuhan dan
penyimpangan harus dilakukan penilaian resiko berdasarkan pengaruhnya pada
perusahaan dari segi strategi, finansial, operasional serta pengaruhnya pada sistem
mutu. Temuan tersebut digolongkan kedalam kategori kritikal, major atau minor.
Setelah digolongkan selanjutnya dibuat laporan dan perbaikan terhadap temuan,
diberikan jangka waktu untuk melaksanakan perbaikan tersebut.

e. Validasi dan kualifikasi


CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang
perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang
dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat
memenuhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian risiko
hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan valiidasi
(Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2018). Salah satu tugas dan wewenang dari
QA Departement adalah melaksanakan program validasi. Tujuan dilakukan validasi
adalah untuk membuktikan konsistensi bahwa setiap bahan, proses, prosedur,
kegiatan, sistem dan perlengkapan yang digunakan akan mencapai hasil yang
diinginkan. Untuk memperoleh status valid, suatu proses harus konsisten memenuhi
spesifikasi pada semua tahap melalui prosedur yang telah ditetapkan pada sedikitnya
tiga kali pengujian berturut-turut. Validasi yang dilakukan oleh PT. Errita mengacu
pada CPOB, yakni validasi proses, validasi pembersihan, validasi metode analisis
kualifikasi peralatan produksi dan laboratorium.
Validasi proses dilakukan apabila suatu formula atau metode preparasi baru
diabsorpsi, terjadi perubahan signifikan terhadap proses pembuatan termasuk
perubahan peralatan atau bahan yang dapat mempengaruhi mutu produk dan atau
resprodusibilitas, serta validasi ulang. Hal tersebut dilakukan untuk membuktikan
prosedur tersebut cocok untuk pelaksanaan produksi rutin, proses, bahan dan
peralatan yang telah ditentukan dapat menghasilkan produk yang memenuhi
persyaratan mutu. Validasi proses terbagi menjadi tiga macam yakni validasi
prospektif, konkuren dan retrospektif.
Validasi prospektif dilakukan saat pertama kali akan melakukan pembuatan obat
skala produksi. Dengan menggunakan prosedur yang terlah ditetapkan, batch dapat
diproduksi dalam kondisi rutin. Secara teoritis jumlah proses produksi dan
pengamatan yang dilakukan sudah cukup menggambarkan variasi dan menetapkan
tren sehingga dilakukan sudah cukup untuk keperluan evaluasi. Secara umum tiga
batch yang berurutan yang memenuhi parameter yang disetujui dapat diterima telah
memenuhi persyaratan validasi proses. Batch validasi dapat dipasarkan, namun
harus memenuhi spesifikasi dan memiliki izin edar. Validasi konkuren dilakukan di
PT. Errita Pharma jika terjadi perubahan pemasok bahan aktif. Proses validasi
dilakukan dengan menggunakan tiga batch berturut-turut dengan mengawasi
perubahan kritis yang terjadi selama proses serta pengambilan jumlah sampel yang
lebih banyak.
Validasi pembersihan dilakukan untuk mengkonfirmasi efektivitas prosedur
pembersihan. Pada validasi proses pembersihan dilakukan identifikasi titik kritis
pengambilan sampel, menentukan metode pengambilan sampel, menentukan worst
case product serta menentukan batas penerimaan yang diambil dari literatur.
Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan pembersih dan pencemaran
mikroba, secara rasional didasarkan pada bahan yang terkait dengan proses
pembersihan. Batas tersebut hendaklah dapat dicapai dan diverifikasi untuk melihat
efektivitas pencegah kontaminasi dari satu produk ke produk lain.
Validasi metode analisis adalah pembukian atau konfirmasi pengujian objektif
di laboratorium dan bahwa metode tersebut memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Validasi metode analisis pada
umumnya dilakukan terhadap empat jenis yaitu uji identifikasi, uji kuantitatif
kandungan impuritas, uji batas impuritas dan uji kuantitatif zat aktif dalam sampel
bahan aktif obat atau komponen obat.
Kualifikasi dilakukan untuk memastikan semua item penunjang baik
instrument, mesin maupun sarana penunjang lainnya sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan. Kualifikasi dibagi menjadi 4 tahap diantaranya; kualifikasi desain
(KD), kualifikasi instalasi (KI), kualifikasi operasional (KO) dan kualifikasi kinerja
(KK). KD merupakan unsur pertama dalam melakukan validasi terhadap fasilitas,
sistem atau peralatan baru. Desain harus memenuhi desain CPOB dan
didokumentasikan. KI dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan baru atau
yang telah dimodifikasi. Pada saat pelaksanaan KI, umumnya dilakukan pengecekan
kesesuaian antara alat/sistem dan manual book. Setelah itu dilakukan KO yang
meliputi pengujian satu atau beberapa kondisi yang dilakukan dengan menggunakan
bahan baku atau bahan pengganti yang memenuhi spesifikasi. Kegiatan validasi dan
kualifikasi dilakukan bersama dengan Production Departement, QC Departement,
QA Departement, R&D Departement dan Engineering Departement.

f. Farmakovigilans
Permenkes 1799/Menkes/PerXII/2010 pasal 9 menyatakan bahwa industri
farmasi wajib melakukan farmakovigilans. Farmakovigilans adalah seluruh kegiatan
pendeteksian, penilaian, pemahaman dan pencegahan efek samping atau masalah
lainnya terkait penggunaan obat.
Beberapa alasan yang melatarbelakangi perlunya farmakovigillans adalah:
1. Penetrasi penggunaan obat di masyarakat tidak dapat diprediksi serta data
pravalensi dan insiden belum tersedia
2. Tidak ada produk yang 100% aman
3. Safe tidak berarti risk free
4. Potensi masalah penggunaan obat di masyarakat yang tidak sesuai.

Tujuan diadakannya farmakovigillans antara lain;


1. Deteksi dini efek samping obat yang belum dikenal
2. Deteksi kemungkinan interaksi obat
3. Deteksi adanya peningkatan frekuensi ESO yang telah diketahui
4. Identifikasi faktor risiko dan kemungkinan mekanisme terjadinya ESO tersebut
5. Mengevaluasi keamanan obat pada penggunaan jangka penjang
6. Studi potensial risiko pada subgroup populasi tertentu (misal: anak, lansia,
wanita hamil).

3.2.4 Research and Development (R&D) Departement


Departemen R&D PT. Errita Pharma dipimpin oleh seorang apoteker yang
membawahi kepala bagian product development, kepala bagian registrasi, kepala bagian
technical service, pelaksana packaging development dan supervisor analytical
development
a. Product Development
 New Product Development (NPD)
Tahapan pengembangan obat baru atau obat copy adalah sebagai berikut:
1. Penentuan produk yang akan dikembangkan
2. Persiapan bahan awal atau bahan kemas yang dibutuhkan serta formula
dan proses produksi yang akan dilakukan
3. Penerimaan raw material
4. Pembuatan Catatan Studi Literatur (CSL) yaitu studi terhadap kompendial
yang akan digunakan untuk menunjang trial produk
5. Pelaksanaan trial produk (skala pendahuluan laboratorium dan skala pilot).
Dokumentasi trial dimasukan dalam dokumen catatan pengembangan
sediaan (CPS)
6. Pemeriksaan produk originator yang digunakan sebagai pembanding
kualitas mutu produk yang sedang dikembangkan
7. Pembuatan dokumen spesifikasi produk obat jadi (SPOJ)
8. Pembuatan Bill of Material
9. Pembuatan prosedur pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk.

 Validasi Proses
Validasi proses yang dilakukan di R&D bagian prodev adalah validasi
proses skala pilot. Validasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa proses
pengolahan dan pengemasan berjalan konsisten dan memberikan hasil produk
yang baik dan memenuhi standar.

 Existing Product
Menangani permasalahan yang terjadi sepeti alternative source, perubahan
formula dan permasalahan lain terkait produk yang sudah beredar sebelumnya.
 Uji Stabilitas
Penentuan stabilitas sediaan bertujuan untuk mengevaluasi hasil
pengembangan formula produk jadi, memenuhi persyaratan registrasi,
menetapkan kondisi penyimpanan agar mengantisipasi penyimpanan yang tidak
sesuai pada waktu pengiriman produk dan di tempat penjualan akhir/ distributor
serta mengetahui masa simpan atau kadaluarsa produk.
Pengujian stabiilitas dilakukan dengan beberapa metode yakni;
a) Accelerated test stability/uji stabilitas dipercepat
Uji stabilitas dalam jangka waktu pendek yang dilakukan selama 6
bulan pada kondisi ekstrim suhu 40⁰C + 2⁰C, RH 75% + 5% dengan interval
pengujian bulan ke-1, ke-2, ke-3 dan ke-6, parameter pengujian diantaranya
;
 Sediaan liquid: Pemerian, BJ, pH dan viskositas
 Sediaan padat: Pemerian, waktu hancur, kekerasan, ketebalan, panjang,
keregasan dan friabilitas.
b) Stabilitas real time
Pengujian stabilitas yang dilakukan selama 3 bulan sekali pada tahun
pertama dan 6 bulan sekali pada tahun ke-2. Pengujian dilakukan pada
ruangan dengan suhu 30⁰C + 2⁰C, RH 75% + 5%, unterval pengujian pada
bulan ke-3, ke-6, ke-9, ke-12, ke-18, ke-24, ke-36 dan parameter pengujian
yang digunakan sama dengan pengujian stabilitas dipercepat.
c) Stabilitas in use
Untuk sediaan suspense kering atau yang memerlukan rekonstitusi
pada saat penggunaan. Pengujian dilakukan pada hari ke-3, ke-5 dan ke-7
setelah produk direkonstitusi. Produk disimpan pada kondisi 2 kondisi yaitu
pada suhu ruang dan suhu refrigator. Parameter yang diuji adalah kadar zat
aktif viskositas, pH dan BJ.
d) Uji force test
Pengujian dilakukan pada semua produk hasil trial, pengembangan
formula atau produk validasi proses. Dilakukan pada kondisi dengan suhu
55⁰C + 2⁰C dalam oven. Internal pengujian dilakukan pada minggu ke-1,
ke-2, ke-3 dan ke-4. Parameter pengujian sama dengan paramameter
pengujian stabilitas.
e) Sun test/photostability
Pengujian dilakukan pada produk hasil trial, pengembangan hasil
validasi atau produk pengembangan formula. Pengujian hanya dilakukan
pada sediaan sirup dan suspense. Interval pengujian dilakukan pada minggu
ke-1, ke-2, ke-3 dan ke-4. Parameter pengujian yang digunakan adalah
pemerian, bobot jenis, pH dan viskositas.
f) Circling/Initial Product
Pengujian stabilitas untuk sediaan semi solid. Dilakukan pada
refrigator dan suhu ruang secara berkala. Sampel ditempatkan dari pukul
07.00 sampai pukul 16.00 di suhu ruang dan pada pukul 16.00 sampai pukul
07.00 sampel dimasukan kedalam referigator. Parameter yang digunakan
adalah perubahan warna dan viskositas. Obat yang akan dibuat dalam skala
produksi dilakukan pembuaan obat skala pilot terlebih dahulu, yakni 10%
dari jumlah batch skala produksi. Dalam tahapan ini, R&D akan
bekerjasama dengan departemen QA, QC dan Produksi.

b. Analytical Development
Analytical Development bertanggung jawab dalam:
 Pengembangan, verifikasi validasi metode analisa untuk memeriksa bahan awal
dan produk jadi hingga tahap pendokumentasian;
 Trial metode analisa untuk bahan awal dan produk jadi;
 Pelaksanaan transfer validasi/verifikasi metode analisa ke Departemen QC;
 Melakukan uji disolusi terbanding (UDT) dan profil disolusi;
 Pemeriksaan vendor baru atau bahan awal baru;
 Pemeriksaan originator (secara kimia);
 Pelaksanaan dan penyusunan spesifikasi bahan awal;
 Melakukan pembuatan baku kerja untuk keperluan trial dan analisis bahan awal
maupun produk jadi; dan
 Pembuatan dokumen protokol uji stabilitas hingga pelaporannya.

Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam registrasi terutama produk
jadi yang akan di ekspor, obat copy pertama dan obat baru adalah pengujian
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi (Uji BABE) dengan tujuan mengetahui jumlah
dan kecepatan zat aktif obat untuk mencapai efek melalui sirkulasi sistemik. Uji
BABE dapat diwakilkan dengan pengujian Uji Disolusi Terbanding (UDT) dengan
melihat komparatif dari profil disolusi persatuan waktu dengan produk originator.
Uji BABE dilakukan menggunakan sampel darah dan urin untuk kemudian di cek
kadar zat aktifnya. Hal yang harus disiapkan oleh PT. Errita Pharma dalam uji BABE
adalah pemilihan laboratorium uji yang biasa disebut CRO (Contract Research
Organization). Setelah pemilihan CRO, R&D melakukan analisa data dengan
komparatif produk originator yang sebelumnya dibeli oleh Purchasing. Hal yang
diperhatikan oleh CRO adalah protokol pengujian BABE yang telah disetujui oleh
industri, bukti kaji etik dari pakar kesehatan, pakar hukum dan masyarakat demi
kesejahteraan subjek/ reseptor sebelum dan sesudah pengujian. Uji BABE biasa
dilakukan dalam waktu 3 sampai 6 bulan, dan dilampirkan sebagai data untuk
registrasi ke BPOM.

c. Packaging Development
Kemasan yang akan digunakan terlebih dahulu dilakukan penetapan trial design
secara digital dengan menggunakan Corel Draw dan penentuan spesifikasinya
(termasuk ukuran, dimensi dan jumlah strip dalam setiap box kemasan sekunder)
dan dilakukan perbandingan terhadap produk yang sudah ada (yang telah beredar di
pasaran). Hasil desain yang telah disetujui dilakukan pengajuan secara eksternal
dengan persetujuan Manajer R&D dan Manajer QA. Departemen R&D kemudian
mengajukan desain kemasan tersebut ke BPOM setelah mendapatkan persetujuan.
Setelah itu, desain diajukan kembali ke Departemen R&D dan QA untuk
pengkoordinasian dengan bagian purchasing, yang akan menghubungi pemasok
untuk pemesanan dan pemberian sampel produk sesuai spesifikasi yang diajukan.
Setelah sampel diterima, sampel diajukan untuk mendapatkan persetujuan dari
Manajer R&D, Manajer QA, Purchasing hingga kepada Direktur Utama. Setelah itu
dilakukan trial bahan kemas, dan dokumen persetujuan diserahkan ke bagian
Purchasing untuk dilakukan PO ke pemasok apabila hasil trial disetujui oleh Direktur
Utama

d. Registration Development
Registrasi dilakukan oleh bagian Registrasi di Departemen R&D. bagian ini
melakukan pendaftaran produk ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
untuk produk baru dan produk lain yang mengalami perubahan. Jenis- jenis registrasi
antara lain adalah:
 Registrasi obat baru, adalah registrasi untuk obat yang belum pernah
mendapatkan izin edar di Indonesia.
 Registrasi obat copy, adalah registrasi yang dilakukan untuk mendaftarkan izin
edar produk mee too obat dengan kandungan zat aktif, kekuatan, bentuk sediaan,
rute pemberian, indikasi dan posilogi sama dengan produk yang sudah disetujui
 Registrasi ulang (renewal), adalah registrasi yang dilakukan untuk
memperpanjang izin edar
 Registrasi variasi, adalah registrasi yang dilakukan untuk mendaftarkan
perubahan atau variasi apapun pada produk yang telah memiliki izin edar di
Indonesia, seperti perubahan formula, perubahan spesifikasi produk dan lain-
lain
 Registrasi ulang terkait variasi, adalah registrasi yang dilakukan untuk
memperpanjang masa edar yang disertai pendaftaran segala perubahannya baik
formula, prosedur, desain bahan kemas dan lain-lain.
 Registrasi impor, adalah registrasi yang dilakukan terhadap produk luar yang
akan diedarkan di Indonesia; dan
 Registrasi ekspor, dibagi menjadi dua yaitu registrasi khusus ekspor untuk
produk yang hanya diproduksi untuk keperluan ekspor, dan registrasi lokal dan
ekspor untuk registrasi produk yang beredar di Indonesia dan diekspor ke luar
negeri.

Persyaratan dokumen yang harus dipersiapkan adalah;


 Dokumen administrasi
 Sertifikat CPOB
 Surat izin Industri
 Hasil inspeksi maksimal 2 tahun terakhir
 Catatan pengolahan dan pengemasan bets (Bets Record)
 CoA, hasil pemeriksaan, spesifikasi dan protap pemeriksaan bahan awal aktif
dan tambahan
 CoA spesifikasi dan protap pemeriksaan obat jadi
 GMP dan DMF zat aktif
 Protokol dan laporan validasi proses
 Protokol dan laporan validasi metode analisa
 Protokol dan uji stabilitas
 Desain, spesifikasi dan protap pemeriksaan bahan kemas

3.2.5 Engineering Departement


Departemen teknik mempunyai beberapa tugas antara lain:
 Fasilitas listrik dan penerangan.
 Penanganan limbah
 Steam system.
 Heating, Ventilation and Air Conditioning (HVAC).
 Water system.
 Sistem udara bertekanan; dan
 Perawatan mesin-mesin produksi

a. Fasilitas Listrik dan Penerangan


Daya terbesar digunakan untuk proses produksi, sistem penerangan di PT. Errita
Pharma untuk tiap ruangan telah memadai dan mengikuti rekomendasi dari cahaya
lampu sebagaimana tercantum dalam CPOB yakni ruangan ganti pakaian dan toilet
200 lux, gudang 200 lux, kantor, laboratorium dan ruang produksi 300-500 lux.

b. Pengolahan Limbah
PT. Errita memiliki sistem instalansi pengolahan air limbah (IPAL) yang terdiri
dari bak penampungan limbah terpisah yang berisikan limbah nonbetalaktam dan
betalaktam. Pipa limbah pembuangan dipisahkan karena untuk limbah betalaktam
ada perlakuan khusus yaitu proses pemecahan cincin betalaktam menggunakan
NaOH selama 1 hari kemudian di netralkan dengan HCl hingga pH menjadi 6-8
untuk kemudian disatukan dengan limbah non betalaktam. Proses selanjutnya adalah
proses pengendapan lumpur limbah, air yang tidak mengandung lumpur di masukan
ke bak aerasi pada proses ini terjadi penggumpalan limbah dengan menggunakan
oksigen sehingga terbentuk lumpur.
Pengujian yang dilakukan adalah pengukuran endapan lumpur dan pH yang
diambil dari penampungan akhir. Cara pengujian nya adalah 1 L air yang berisikan
lumpur di ambil dari bak aerasi kemudian diendapkan selama setengah jam. Endapan
yang terbentuk kurang dari 80 ml menunjukan bahwa bakteri yang terkandung
sedikit sehingga akan dilakukan pembibitan kembali dengan menggunakan bakteri
yang baru. Jika lumpur mengendap lebih dari 200 ml menunjukan bakteri terlalu
banyak dan terjadi penumpukan bakteri sehingga bakteri mati karena kekurangan
nutrisi.
Sebelum menuju bak terakhir terjadi penyaringan kembali menggunkaan karbon
aktif dan di uji pH nya. Pada bak terakhir diberikan parameter biologi yaitu ikan,
jika ikan tetap hidup maka limbah dapat dialirkan ke luar lingkungan pabrik.
Limbah B3 adalah limbah dari bahan berbahaya dan beracun, PT. Errita bekerja
sama dengan pihak ketiga untuk pemusnahannya. Contoh limbah B3 yang ada di
PT.Errita adalah Debu dust collector, hasil pengujian, oli, kemasan bekas bahan
baku, bahan baku reject, slug (lumpur IPAL) dan obat ruahan yang tidak memenuhi
syarat.

c. Steam System
Steam System adalah suatu mekanisme pembentukan steam penghasil panas
untuk keperluan produksi obat salah satunya pemasasan pada FBD (Fluid Bed
Dryer), pemanas pada mesin coating dan oven untuk pengeringan botol. Boiler yang
digunakan berbahan bakar solar dan untuk mendapatkan uap digunakan 2 pipa yakni
pipa air (pemanasan air) dan pipa api dari baja (mengasilkan uap).

d. Water System
Air tanah (raw water) menjadi bahan baku utama yang ditampung pada sebuah
tank, air tersebut diberikan klorin yaitu NaOCl dengan cara diinjeksikan ke dalam
saluran air tank dengan tujuan mengurangi mikroba yang terkandung didalamnya.
Kemudian air dialirkan menuju multimedia filter yang berisikan pasir silica untuk
menghilangkan pengotor, kemudian ditambahkan karbon aktif untuk menghilangkan
zat besi dan mangan serta menghilangkan bau. Kemudian air dialirkan ke softener
yang berisikan resin kation (regenerasi menggunakan HCl) kemudian masuk ke
dalam filter anion (regenerasi resin menggunakan NaOH) untuk menurunkan
konsentrasi kalsium dan magnesium. Setelah itu di alirkan menuju tabung precise
water yang berisi filter berukuran 5 mikron sebagai penyaring. Kemudian air akan
dialirkan ke dalam sistem reverse osmosis 1 (RO1) yang merupakan teknik
pembuatan purified water yang dapat menurunkan Total Dissolve Solid (TDS) yang
terdiri dari lapisan filter yang sangat halus. Selanjutnya air dialirkan ke buffer tank
untuk ditampung sementara, kemudian dialirkan ke sistem Reverse Osmosis 2 (RO2)
dimana mikroba akan tersaring dengan adanya filter. Setelah itu air dialirkan ke
Electric Deionized (EDI) dan dilewatkan ke sinar UV dan di tampung pada sebuah
tank untuk kemudian dialirkan ke tank non betalaktam dengan sistem looping.
Pemeriksaan air yang dilakukan oleh QC adalah konduktivitas (<1,3 µs/cm),
total organic carbon, 500 ppb, Angka Lempeng Total dan Angka Kapang Khamir
maksimal 100 cfu, pH 5-7, dan mikrobiologi (Eschercia coli, Salmonella thypii,
Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa).

e. Heating Ventilation and Air Conditioning (HVAC)


Sistem pengaturan udara bertujuan untuk mengatur pertukaran udara yang
masuk dan keluar dari ruang produksi sehingga udara yang tersirkulasi adalah udara
bersih. Tekanan udara di dalam ruang produksi lebih tinggi dari tekanan udara luar
lingkungan ke dalam ruang produksi. Selain itu tekanan udara koridor pada ruang
produksi solid dibuat lebih positif dibandingkan ruangan pengolahan, hal ini
dimaksudkan agar debu debu dari ruang pengolahan tidak keluar dan
mengkontaminasi runangan lain dan proses produksi yang lain. Sedangkan di ruang
pengolahan sediaan sirup dibuat lebih positif dibandingkan koridor dengan maksud
mencegah kontaminasi debu dari luar.
Hal ini sudah sesuai dengan persyaratan yang dituliskan dalam CPOB.
Parameter Kritis dalam sistem tata udara adalah :
1. Suhu dan kelembaban
Pedoman CPOB Aneks 1 menekankan suhu dan kelembaban ruang
hendaklah dijaga pada tingkat yang tidak menyebabkan personil berkeringat
secara berlebihan dalam pakaian kerja sehingga tidak tumbuh mikroba dan
kapang. Suhu yang baik berkisar 20⁰C - 27⁰C dan kelembaban <75% dipantau
dengan alalt terkalibrasi yang bernama Thermohygrometer.
2. Partikel udara
Pola aliran udara dapat mempengaruhi tingkat partikel udara local dengan
signifikan. Jumlah partikel diruangan produksi dapat dipantau dengan alat yang
bernama particle counter. Adapun persyaratan jumlah partikel di ruang
produksi kelas E PT.Errita Pharma dapat di lihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Persyaratan jumlah partikel
Non Operasional Operasional
0.5 µm 5 µm 0.5 µm 5 µm
<3,520,000 <29,300 <11.05 x 108 µm 8.4 x 107 µm

3. Perbedaan tekanan ruang dan pola aliran udara


Perbedaan tekanan udara sebesar 15 Pa sering diterapkan pada 2 zona yang
berdampingan, namun perbedaan tekanan antara 10 – 15 pa dapat diterima.
Untuk pengaturan udara di gedung produksi solid, tekanan udara koridor lebih
tinggi dibandingkan tekanan udara ruang proses produksi. Dan untuk
pengaturan udara di gedung produksi liquid, tekanan udara ruang proses lebih
positif dibanding koridor. Kedua sistem tersebut digunakan untuk mencegah
kontaminasi produk.
4. Pertukaran udara
Kelas kebersihan untuk produksi obat di PT.Errita Pharma termasuk
kedalam kelas E, F dan G. persyaratan untuk pertukaran udara pada kelas E
ditetapkan oleh CPOB yaitu sebanyak 5-20 kali/jam. Sedangkan untuk kelas F
dan G tidak ditentukan jumlah pertukaran udaranya.
Komponen yang terdapat dalam sistem Heating, Ventilating, and Air
Conditioner (HVAC) adalah;
 Supply fan berfungsi untuk menarik udara luar yang berasal dari lingkungan
untuk dialirkan ke dalam sistem. Udara in selanjutnya akan menjadi supply
utama untuk dialirkan ke dalam ruangan (fresh air).
 Air Handling Unit (AHU)
Air Handling Unit (AHU) dalam sistem Heating Ventillating Air
Conditioning (HVAC) berfungsi untuk mengontrol suhu, kelembaban,
kebersihan udara, dan tekanan ruang udara sesuai dengan yang
dipersyaratkan. Komponen-komponen dari AHU terdiri dari:
a) Cooling coil digunakan untuk mendinginkan udara sehingga
didapatkan temperature yang dikehendaki
b) Fan Blower digunakan untuk mendapatkan laju alir udara, tekanan
yang diinginkan dan mentransfer suhu dingin dari cooling coil ke
ruangan melewati ducting
c) Filter digunakan untuk mereduksi partikel dan mikroorganisme yang
terdiri dari prefilter, medium filter dan hepafilter. Prefilter memiliki
efisiensi 30-40%, medium filter memiliki efisiensi 95% dan High
Efficiency Particulate Air (HEPA) filter memiliki efisiensi 99.99%
d) Humidifier digunakan untuk mengatur kelembaban ruangan
e) Ducting dan damper digunakan untuk mengatur distribusi udara ke tiap
ruangan.
 Wet scrubber
Berfungsi untuk membasahi debu/partikel yang dihasilkan dari proses
produksi sehingga tidak terlepas kelingkungan.
 Exhaust fan
Berfungsi mengeluarkan udara dari dalam sistem untuk dilepaskan ke
lingkungan setelah melalui tahapan pengolahan.
 Electric heater
Berfungsi untuk melakukan pengaturan suhu udara dalam sistem Air
Handling Unit (AHU). Terdapat tiga komponen utama dalam sistem ini
yaitu evaporator, compressor dan kondensor. Proses pemanasan (heater)
dilakukan untuk mengurangi kelembaban yang terdapat dalam udara.
Proses pendinginan udara (kondensor) dilakukan dengan menggunakan
sistem Freon untuk membuang panas dari udara dengan bantuan fan.
 Dust Collector
Berfungsi untuk menangkap debu/partikel yang dihasilkan dari proses
produksi. Dalam dust collector, debu/partikel yang terbawa melalui udara
sebelum akhirnya dilepaskan ke lingkungan luar. Utnuk memantau efisiensi
filter, terdapat sensor tekanan yang mampu mengukur differential pressure
sebelum dan sesudah udara dilewatkan melalui filter.
 Volume Damper
Volume damper berfungsi untuk mendistribusikan supply udara yang
dihasilkan oleh Air Handling Unit (AHU)-indoor unit berdasarkan
spesifikasi kriteria setiap ruangan.
 Considering outdoor unit berfungsi untuk membuang panas (kalor) yang
dihasilkan ke lingkungan
f. Sistem udara Bertekanan
Udara bertekanan (compressed air) terutama digunakan untuk menyemprotkan
cairan, baik untuk proses granulasi tablet, pencampuran, stripping maupun coating
serta proses pengeringan. Aliran udara bersentuhan langsung dengan produk dan
harus udara yang bersih dengan jalan proses penyaringan.

g. Perawatan mesin-mesin produksi


Mesin-mesin yang digunakan dalam produksi seperti double jacket tank, super
mixer, polymixer, cadmill, FBD, filling capsule, fillinf coating dan rimex dilakukan
perawatan sesuai dengan masing-masing manual book dari masing-masing mesin.
Sedangkan perawatan mesin berupa pembersihan dilakukan setelah proses produksi
selesai. Mesin-mesin penunjang seperti multimedia filter dibersihkan setiap hari
dengan menggunakan 2 teknik yakni backwash (diberikan air dari bawah kemudian
dibuang kembali) dan flashing (diberikan air dari atas lalu dibuang kembali), tabung
water softener di regenerasi setiap satu bulan sekali, sedangkan pembersihan looping
dilakukan 2 minggu sekali menggunakan hot water 80-90⁰C selama 30 menit.

3.2.6 Human Resource dan General Affair


Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem
pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu, industri
farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang
memadai untuk melaksanakan semua tugas (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2018). HRD
department dipimpin oleh seorang Manager. Tugas dan bertanggung jawab HRD department
adalah terkait dengan penyediaan sumber daya manusia (SDM) dan menyusun peraturan kerja
berdasarkan peraturan pemerintah dan kebijakan industri. Fungsi manajemen sumber daya
manusai terdiri dari manajemen manajerial dan operasional. Manajemen manajerial
mencangkup planning, organizing, directing dan controlling. Sedangkan manajemen
operasional mencangkup procurement, development, compensation integration, maintenance
dan separation terkait sumber daya manusia.
HRD department berperan dalam rekrutmen sumber daya manusia PT. Errita Pharma.
Rekrutmen adalah usaha mencari calon karyawan dan mempengaruhi tenaga kerja agar mau
melamar lowongan pekerjaan yang ada dalam satu perusahaan. Dalam proses seleksi pegawai
dikenal delapan langkah proses seleksi, diantaranya pra eliminasi berdasarkan curriculum
vitae, employement test, interview, pengecekan latar belakang, tes kesehatan, supervisory
interview, realistic job previews dan penerimaan (Wether&Davis, 1996). Setelah penerimaan ,
masing-masing karyawan diberikan pelatihan mengenai budaya perusahaan yang mengatur
suatu batasan yang implisit, yaitu aturan-aturan tidak tertulis dari perilaku yang diperbolehkan.
Secara berkala dilakukan penilaian kerja terhadap seluruh personil. Penilaian kerja ini
dilakukan untuk memelihara potensi kerja, meningkatkan prestasi , menentukan kebutuhan
pelatihan, dasar pengembangan karir, dasar pemberian dan peningkatan balas jasa, membantu
program pengadaan tenaga kerja, membantu mekanisme umpan balik komunikasi.
Jumlah personil di PT.Errita Pharma + 300 orang yang terdiri dari manajer, supervisor,
staff, operator, analis, satpam, teknisi dan bagian umum. PT.Errita Pharma memiliki lima hari
jam kerja selama 1 minggu yaitu dari hari Senin-Jumat dengan jam kerja pukul 07.00 – 16.00
WIB.

Tugas dan wewenang GA antara lain;


1. Pengawasan terhadap seluruh kegiatan operasional seperti stok persediaan barang
kantin.dapur, laundry, operator dan resepsionis
2. Perpanjangan perjanjian dengan dinas pemerintahan setempat
3. Kegiatan keamanan di lingkungan perusahaan
4. Pengurusan tenaga kerja asing
5. Kerjasama dengan pihak luar terkait keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan
karyawan
6. Mengurusi tamu atau undangan perusahaan
7. Pengelolaan cleaning service dan office boy
8. Memantau penanganan limbah B3 dan limbah non B3
9. Memantau pembelian, penggunaan, perawatan terhadap asset perusahaan.

3.2.7 Quality Control (QC) Departement


Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk menyatakan bahwa
produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Departemen Quality Control mempunyai peran penting dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik
untuk memberikan hasil produksi obat yang bermutu dan aman serta memenuhi syarat yang
ditetapkan untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan. Departemen QC di PT Errita Pharma
dipimpin oleh seorang apoteker sebagai Manajer Departemen dengan membawahi seorang
kepala bagian yang membawahi 3 Supervisor, yaitu Supervisor produk antara, ruahan dan obat
jadi, Supervisor Miscellaneous serta Supervisor mikrobiologi dan bahan awal.
Pengujian yang dilaksanakan departemen QC antara lain:
1. Pemeriksaan Bahan Awal dan Bahan Kemas
Parameter pengujian bahan awal bergantung pada spesifikasi yang terdapat pada
prosedur tetap. Secara umum parameter uji pemeriksaan zat aktif terdiri dari uji
kadar, susut pengeringan atau kadar air, berat jenis, pH, titik lebur, polarimetri,
indeks bias, sisa pemijaran dan impurities Purified water atau air yang digunakan
dalam proses produksi, yang juga termasuk bahan awal, harus dilakukan uji terhadap
pH, konduktifitas, TOC (Total Organic Carbon), mikrobiologi dan pemerian. Uji
mikrobiologi dilakukan seminggu sekali di setiap user Point, sedangkan untuk uji
pemerian dilakukan setiap proses mixing dilakukan. Pemeriksaan mikrobiologi
dilakukan terhadap ALT (Angka Lempeng Total), AKK (Angka Kapang Khamir)
dan identifikasi bakteri Escherichia coli. Bahan kemas dibagi menjadi dua, yaitu
bahan kemas primer dan bahan kemas sekunder. Sebelum dilakukan pemeriksaan
dilakukan pengambilan sampel berdasarkan perhitungan yang sama dengan bahan
awal. Penerimaan atau penolakan bahan kemas kemudian didasarkan oleh tingkat
inspeksi yang digunakan. Untuk vendor baru digunakan tingkat inspeksi yang ketat
(III). Indikator pengujian yang krusial pada bahan kemas primer beberapa contohnya
adalah ketebalan, panjang, diameter, volume dan lain-lain. Sedangkan untuk bahan
kemas sekunder contohnya adalah warna, kejelasan tulisan, panjang, tinggi, lebar,
bobot, kerekatan lem dan lain-lain.

2. In Process Control (IPC)


Pengawasan mutu dalam proses atau IPC bertujuan untuk menjamin
keseragaman bets produksi dan keutuhan obat jadi sehingga produk yang dihasilkan
dapat sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. IPC dibagi menjadi IPC
pengolahan dan IPC pengemasan. Bagian IPC pengolahan bertanggung jawab
terhadap produk ruahan dan produk antara, dengan parameter pemeriksaan:
a. Pemerian, bobot dan waktu hancur yang dilakukan terhadap sediaan kapsul;
b. Kebocoran kemasan dan volume terpindahkan yang dilakukan terhadap sediaan
cair;
c. Pemerian dan bobot yang dilakukan terhadap sediaan sirup kering;
d. Pemerian, bobot, kekerasan, ketebalan, keregasan, waktu hancur, panjang, lebar
dan diameter yang dilakukan terhadap sediaan tablet dan kaplet tidak bersalut;
dan pemerian, bobot, ketebalan, waktu hancur, panjang, lebar dan diameter yang
dilakukan pada sediaan tablet salut.

Parameter pemeriksaan IPC pengemasan terdiri dari uji kebocoran, kesesuaian


penandaan dan identitas obat pada strip, dus dan outer box. Kesesuaian penandaan
yang diperiksa di antaranya adalah pemeriksaan kesesuaian nomor bets, tanggal
kadaluarsa dan ketebalan obat yang dikemas.

3. Pemeriksaan Obat Jadi


Pemeriksaan terhadap obat jadi meliputi pemeriksaan terhadap semua sediaan
yang telah diproduksi baik tablet, kaplet, kapsul, suspensi, sirup maupun sirup
kering. Parameter yang umum dijadikan indikator obat layak diluluskan atau tidak
adalah pemerian, kadar zat aktif, pH, disolusi, keragaman bobot, viskositas, bobot
jenis dan kadar air. Satu bets produksi disimpan untuk menjadi sampel pertinggal
yang disimpan untuk evaluasi mutu produk bila terjadi keluhan dari pelanggan.
Sampel pertinggal disimpan di ruangan khusus dengan kondisi penyimpanan yang
sesuai dengan yang tertera pada etiket. Sampel pertinggal disimpan dalam waktu
kurang lebih hingga satu tahun setelah kadaluarsa.

4. On Going Stability (OGS)


On Going Stability tercantum dalam CPOB 2012, di mana setelah dipasarkan,
stabilitas produk jadi hendaklah dipantau menurut program berkesinambungan yang
sesuai, yang memungkinkan pendeteksian semua masalah stabilitas yang berkaitan
dengan formula dalam kemasan yang dipasarkan. OGS bertujuan untuk pemberian
bukti perubahan mutu produk seiring berjalannya waktu karena adanya berbagai
faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, cahaya pada produk. Program ini
dilakukan terhadap satu bets produk jadi hingga masa kadaluarsa obat berakhir.
Selama masa tersebut dilakukan pengujian terhadap beberapa parameter, yaitu:
a. Pemerian, kadar zat aktif, disolusi, waktu hancur, kekerasan, friabilitas dan
kadar air untuk sediaan tablet maupun kaplet;
b. Pemerian, kadar zat aktif, pH, viskositas, batas mikroba dan disolusi untuk
sediaan sirup dan suspensi; dan untuk sediaan sirup kering, dilakukan pengujian
pada sediaan yang belum direkonstitusi terkait parameter pemerian, kadar air
dan disolusi. Sedangkan setelah direkonstitusi pengujian meliputi viskositas,
kadar zat aktif dan pH selama 7 hari (hari ke-1. 5, dan 7). Selama proses
pengujian, sampel disimpan pada suhu 30°C dengan RH 75±5%. Pengujian
sampel On Going Stability dilakukan setiap tiga bulan pada tahun pertama,
dilanjutkan setiap 6 bulan pada tahun kedua dan satu tahun sekali hingga tanggal
kadaluarsa habis.

3.2.8 Production Departement


Production Departement dipimpin oleh seorang Apoteker yang menjabat sebagai
Manager Produksi membawahi kepala bagian liquid dan solid, supervisor, staff dan operator
sesuai dengan aturan CPOB. Production Departemen dibagi menjadi 3 bagian yaitu produksi
solid non betalaktam, liquid non betalaktam dan produksi betalaktam. Bagian produksi
bertanggung jawab terhadap kelangsungan proses produksi untuk produk-produk tersebut.
Dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan, produksi yang
dilakukan harus mengikuti prosedur yang sesuai dengan CPOB.
Karyawan dan visitor harus menggunakan pakaian khusus sesuai dengan protap yang
berlaku ketika memasuki daerah proses produksi dan pengemasan. Pakaian tersebut dirancang
nyaman dan dapat melindungi dari kontaminasi baik dari personil ke produk dan dari produk
ke personil untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan. Semua proses yang terjadi di
semua departemen harus mengikuti protap yang telah disahkan, begitupun dengan Production
Departemen yang mempunyai protap disetiap proses mulai dari penerimaan bahan baku dari
gudang, penimbangan, pencampuran, pencetakan, pengisian, dan pengemasan yang harus
diikuti untuk membuat produk yang berkualitas secara konsisten.
Alur pembuatan suatu produk di PT. Errita Pharma di mulai dengan permintaan dari
distributor kepada sales, sales kemudian menginformasikan kebagian PPIC untuk penjadwalan
produksi obat per satuan minggu untuk tiga bulan kedepan yang akan dibagi menjadi satuan
perhari. Bagian PPIC mengeluarkan PPI (Prosedur Pengolahan Induk)/ Batch Record yang
ditujukan ke produksi setelah di Acc oleh bagian QA.
Pada PPI terdapat beberapa tahapan, dimulai penimbangan, proses mixing dan
pengemasan. Pada bagian penimbangan terdapat nama kode bahan baku dan bahan kemas,
nama bahan baku dan nama bahan kemas, jumlah yang harus ditimbang dan harus disiapkan,
pada proses mixing dan pengemasan terdapat tahapan proses, spesifikasi, peralatan yang
dipakai, parameter pengujian dan rekonsiliasi tiap tahapan.
Semua tahapan proses diawasi oleh IPC (In Proses Control) dari bagian QC untuk
mengawasi semua parameter sesuai dengan spesifikasi obat jadi. Ketika obat sudah selesai
diproduksi QC akan melakukan pemeriksaan sediaan akhir dan akan memberikan sign untuk
released jika memenuhi syarat spesifikasi obat jadi untuk kemudian diproses ke tahap
pengemasan primer dan sekunder. Bahan kemas yang digunakan sebelumnya diberikan coding
dengan keterangan nomor bets, tanggal produksi, tanggal kadaluwarsa dan Harga Eceran
Tertinggi (HET), semua proses pengemasan primer dan sekunder di rekonsiliasi dengan
rentang 97,5% -102,5%.
Semua tahapan proses harus terdokumentasi dengan baik, sebelum dan sesudah
pengerjaan harus di tulis dalam suatu log book dan di periksa tiap bulan oleh seorang supervisor
bagian masing-masing departemen. Fungsi dari log book salah satunya adalah memudahkan
penelusuran adanya masalah dan menggambarkan performa mesin.
Gedung produksi PT.Errita Pharma dirancang sesuai dengan persyaratan CPOB yaitu
dinding terbuat dari beton, di cat dengan bahan yang licin dan menutup pori-pori dinding yaitu
cat epoxy dan di buat tidak bersudut (caving). Produksi sediaan betalaktam dan non betalaktam
dipisahkan dikarenakan risiko pada kontaminasi silang.

3.2.9 Finance, Accounting and IT Departement


Bagian finance and accounting memiliki tugas yaitu:
1) Mengatur kegiatan pembukaan sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang
ditetapkan oleh perusahaan;
2) Menyusun dan menganalisis laporan keuangan;
3) Merencanakan arus kas (cash flow) sehingga memastikan ketersediaan dana untuk
operasional perusahaan; dan
4) Merencanakan dan mengkonsolidasikan perpajakan seluruh perusahaan untuk
memastikan efisiensi biaya dan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan.
Sedangkan bagian IT bertanggung jawab dalam:
1) Sistem komunikasi di PT Errita Pharma berupa folder share, Italyc System dan email;
2) Ketersediaan computer dan perangkat lunak yang dibutuhkan; serta
3) Pengelolaan website perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai