FARMASI INDUSTRI
DISUSUN OLEH :
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................... 6
PROTAP A ...................................................................................................................... 12
PROTAP B ....................................................................................................................... 15
BAB II ............................................................................................................................. 25
BAB III............................................................................................................................. 39
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
D. Mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum pada hari yang terjadwal harus
menghadap pada dosen pembimbing praktikum dan mengganti dilain hari lain seijin
dosen pembimbing praktikum.
A. Untuk menilai bahwa praktikum lulus, maka dilakukan evaluasi praktikum meliputi :
a. Praktikum Harian 40%
b. Ujian Tengah Semester 30%
c. Ujian Akhir Semester 30%
C. Praktikum terbagi dalam 2 kelompok besar yaitu kelompok A dan B, tiap kelompok besar
terbagi dalam sub kelompok yang terdiri dari 5 kelompok. Penilaian Praktikum tidak
berdasarkan nilai kelompok, tapi berdasarkan nilai jurnal perorangan.
BAB I
DOKUMENTASI
Instruksi Kerja (IK) dan Standart Operasional Prosedur (SOP)
Tujuan :
DASAR TEORI
DOKUMENTASI
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang
baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas adalah
fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara
jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya
timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi
Induk/Formula Pembuatan, Prosedur, Metode Analisa dan Instruksi Kerja, Laporan dan Catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah sangat
penting.
Dokumen – dokumen yang diperlukan di Industri Farmasi salah satu diantaranya :
• Instruksi Kerja Penggunaan Spektrofotometri Uv-Vis
• Instruksi Kerja Penggunaan Timbangan balance miligram
• Spesifikasi Bahan Awal
• Spesifikasi Bahan Pengemas
• Spesifikasi Produk Antara dan Ruahan
• Spesifikasi Produk Jadi
• Prosedur Tetap terkait dengan Produksi
• Prosedur Tetap terkait dengan Analisa
• dll
INSTRUKSI KERJA
Pengertian Instruksi Kerja (IK) adalah tata cara dalam melakukan satu jenis aktifitas atau
suatu perintah yang disediakan untuk membantu seseorang dalam melakukan pekerjaan dengan
benar atau suatu set instruksi untuk melakukan tugas atau untuk mengikuti prosedur. IK hanya
merupakan petunjuk atau tata cara dalam melakukan satu jenis aktifitas. Instruksi Kerja
menceritakan deskripsi teknis dari suatu aktifitas misalnya instruksi kerja mesin percetakan
dimana instruksi itu menggambarkan urut-urutan, mulai dari menyalakan tombol sampai mesin
itu bekerja sampai dengan selesai atau cara mematikan mesin. IK merupakan turunan dari SOP,
misalnya dalam melakukan IK dalam melakukan tes yang berisikan detail satu persatu langkah-
langkah yang dilakukan dalam aktifitas tes yang dilakukan tersebut. Instruksi Kerja merupakan
standard kerja yang sifatnya individual / how to do sehingga IK lebih cocok digunakan oleh
perseorangan dalam melaksanakan sesuatu.
Contoh Instruksi Kerja adalah
LATIHAN SOAL IK
1. Penggunaan Alat Turax
2. Penggunaan Alat Rotary Evaporator
3. Penggunaan Alat Mikroskop Binokuler
4. Penggunaan Alat Soxhlet
5. Penggunaan LAF
6. Penggunaan Alat Shive Sheaker
7. Penggunaan Alat Friability & Abrasion Tester
8. Penggunaan Alat Hardness Tester
9. Penggunaan Alat Jangka Sorong
10. Penggunaan Alat Spektrofotometer
11. Penggunaan Alat HPLC
12. Cara menggunakan Alat Destilasi Uap Air
13. Cara mensterilkan LAF
14. Cara Steril Kotor
15. dll
CONTOH Format IK
PROSEDUR TETAP
Pengertian dari Prosedur adalah uraian kegiatan yang harus dilakukan serta peringatan
yang harus diperhatikan, baik yang langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan
pembuatan obat. Untuk membuat prosedur tetap di Industri Farmasi harus mengacu kepada
CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), Protap Membuat Prosedur Tetap.
Tujuan membuat protap adalah 1. Memastikan bahwa semua proses selalu dilakukan
dengan cara yang sama oleh Petugas; 2. Memastikan bahwa proses tersebut dilakukan sesuai
dengan ketentuan CPOB; 3. Memudahkan pengenalan proses baru atau perubahan dari proses
yang telah ada; 4. Membantu pelatihan petugas baru; 5. Memastikan bahwa semua personil
senantiasa bekerja sesuai dengan cara kerja yang sudah ditetapkan.
Ruang Lingkup PROTAP berlaku pada semua Bagian dari Divisi Industri Farmasi
masing-masing. Di Industri Farmasi terdapat Kepala Bagian Pemastian Mutu (QA) yang
bertanggung jawab menyiapkan dan mengkaji kembali secara berkala, merevisi, melatihkan
kepada semua Kepala Bagian dan mendistribusikannya, semua Kepala Bagian Divisi di Industri
Farmasi bertanggung jawab menerapkan Protap tersebut, dan Kepala Bagian Divisi menyiapkan
protap yang diperlukan oleh bagiannya.
Isi dan bentuk PROTAP, Protap harus ditulis dalam bentuk kalimat perintah, instruksi
harus singkat, jelas dan persis. Protap harus dimulai dengan bagian berikut :
a. Pengantar yang berisi antara lain : nomor Protap dan tanggal berlaku, judul, nomor
dan jumlah halaman, nama penyusun, nama pemeriksa, nama yang menyetujui,
departemen, seksi dan dalam hal Protap direvisi, tanggal dan nomor Protap
sebelumnya harus dicantumkan;
b. Keterangan mengenai tujuan Protap
c. Cakupan
d. Tanggung jawab
e. Bahan dan alat (bila diperlukan) dan
f. Prosedur (suatu daftar instruksi yang jelas dan persis tentang bagaimana
melakukan operasi yang dimaksud)
Dalam beberapa hal tertentu ada baiknya untuk menyebutkan penanggung jawab bagi langkah
tertentu pada suatu kolom terpisah di bagian kanan dari teks Protap. Hal ini dilakukan untuk
menekankan pemberian tanggung jawab secara lebih spesifik. Terdapat daftar distribusi Protap
Sistem Penomoran, sistem penomoran tergantung dari Industri Farmasi masing-masing
membagi nomor Protap berdasarkan Bagian yang terdapat di Industri tersebut. Tiap kali diadakan
revisi terhadap Protap lama maka nomor lama diberi nomor tambahan yang menunjukkan nomor
revisi. Jadi suatu Protap dengan nomor misal. 787.00 setelah revisi pertama menjadi 787.01,
revisi yang berikutnya menjadi 787.02 dan seterusnya.
Penerbitan dan Distribusi, tiap kali akan diterbitkan atau direvisi, suatu Protap terlebih
dahulu harus dibicarakan dengan petugas yang terkait dengan pelaksanaan dan/atau pengendalian
Protap. Fotokopi dari Protap baru atau yang direvisi diserahkan ke Bagian Pengawas Mutu bila
ada hubungannya dengan mutu obat. Rancangan Protap harus diedarkan kepada semua pihak
yang berkepentingan untuk diberikan komentar dan saran. Setelah mendapatkan persetujuan
akhir, Protap Copy didistribusikan kepada semua pihak yang berkepentingan dan dokumen asli
disimpan dalam suatu arsip khusus Kepala Bagian Pemastian Mutu. Bila perlu satu fotokopi dari
Protap ditempatkan dekat peralatan agar segera dapat digunakan sebagai rujukan oleh
Operator/Petugas. Bila suatu Protap direvisi, maka Kepala Bagian yang bersangkutan harus
menarik kembali semua dokumen yang lama dan memusnahkannya. Dokumen induk dari tiap
Protap yang telah direvisi disimpan dalam arsip khusus di unit Dokumentasi dari Bagian
Pemastian Mutu.
Pengkajian Ulang, tiap protap harus dikaji ulang paling lama setelah 3 (tiga) tahun.
Bila revisi tidak diperlukan maka Manajer yang bersangkutan membubuhkan paraf dan
tanggalpada dokumen induk sebagai tanda tidak diperlukan tindakan lanjut. Bila revisi
diperlukan, maka seluruh Protap harus ditulis ulang dan diberi nomor revisi yang baru. Tidak
dibenarkan mengubah hanya satu halaman atau satu bagian saja.
Mengganti nomor adalah nomor Protap sebelumnya yang akan dilakukan perubahan dan
tanggal Protap tersebut juga harus dicantumkan, misal : 787.01 tanggal 10 November 2006
• Disusun, diperiksa dan disetujui
Disusun oleh staf/supervesior bagian yang membuat Protap, kemudian diperiksa oleh
manajer/kepala bagian yang membuat Protap, dan disetujui oleh Manajer/Kepala Bagian
Pemastian Mutu.
• Tujuan
Untuk apa Protap disiapkan/apa tujuan dari Protap
• Ruang lingkup
Uraikan kapan Protap harus dilaksanakan dan uraikan di mana Protap diterapkan.
• Tanggung Jawab
Siapa yang harus menyiapkan, merevisi dan melatihkan penggunaan Protap. Siapa yang
harus melaksanakan Protap. Siapa yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
Protap dilaksanakan dengan benar.
• Bahan dan Alat : (bila perlu)
Apa yang diperlukan untuk melaksanakan prosedur. Daftar harus lengkap dan spesifik.
• Prosedur
Bagaimana caranya: instruksi yang jelas dan ringkas mengenai cara melaksanakan Protap,
disusun langkah demi langkah. Langkah ini harus ditulis sebagai instruksi kepada petugas
untuk dituruti tanpa menyajikan banyak teori yang melatarbelakangi.
• Pelaporan : (bila perlu)
Apa yang harus dilakukan kemudian:
a) Sebutkan di mana hasil pelaksanaan harus dicatat
b) Jelaskan apa yang harus dilakukan apabila terjadi masalah ketika melakukan
proses
c) Sebutkan bahwa penyimpangan terhadap prosedur harus mendapatkan persetujuan
serta dicatat
d) Sebutkan kepada siapa hasil pelaksanaan prosedur harus dilaporkan.
• Lampiran : (bila perlu)
• Dokumen Rujukan
Daftar Protap lain yang langsung berkaitan pada, atau berkaitan dengan prosedur,
misalnya Protap untuk menyiapkan suatu larutan dapar yang digunakan dalam prosedur, atau
Protap menjalankan suatu peralatan yang digunakan dalam Protap.
• Riwayat
Daftar dari nomor Protap termasuk alasan untuk perubahan. Untuk Protap yang saat itu
sedang berlaku tidak dimasukkan dalam riwayat.
Contoh :
Pada saat 11 Agustus 2017 terdapat revisi Protap yang ke 2, nomor Protap pertama
kali/baru yaitu nomor, 787.00 sedang untuk saat ini nomor berubah menjadi 787.02.
Versi Nomor Tanggal Berlaku Alasan perubahan
1 QA787.00 13 Juli 2005 Baru
2 QA787.01 10 November 2006 Penyimpanan Protap asli
diubah dari Kepala Bagian
yang menerbitkan menjadi
Kepala Bagian Pemastian
Mutu
• Distribusi
Daftar penerima/penyimpan Protap. Dokumen asli diasrip oleh Bagian Pemastian Mutu.
Contoh :
Asli : Pemastian Mutu
Fotokopi :
• Kepala Bagian Produski
• Kepala Bagian Pengawasan Mutu
• Kepala Bagian Tehnik
• Kepala Bagian Manajemen Bahan
• Kepala Bagian K3L
• Kepala Bagian Personalia
LATIHAN SOAL
1. KODE A
Cuci tangan secara menyeluruh disarana cuci tangan yang disediakan dengan menggunakan
sabun cair yang disediakan. Gunakan sikat yang disediakan bila sela kuku kotor, sikat sampai
sela kuku bersih. Kuku harus pendek pada waktu cuci tangan.
1. Basahi tangan dengan air kran.
2. Tuangkan sabun cair di telapak tangan
3. Gosok ujung jari di telapak tangan sisi lain secara bergantian sampai berbusa, kemudian
ratakan sampai kepunggung tangan
4. Gosok kedua telapak tangan satu dengan yang lain
5. Silangkan jari-jari dan gosok
6. Gosok punggung tangan kanan dengan telapak tangan kiri bergantian. Laksanakan hal
serupa secra bergantian
7. Gosok jari tangan kanan secara teliti dengan tangan kiri. Laksanakan hal serupa
bergantian
8. Gosok kedua pergelangan tangan secara bergantian
9. Siram dengan air kran untuk menghilangkan semua sisa sabun
10. Keringkan tangan dengan kertas tissue atau kain lap sekali pakai atau alat pengering
tangan yang disediakan.
2. KODE B
PROTAP MEMASUKI RUANG PRODUKSI STERIL
A. Instruksi Kerja Memasuki Ruang Produksi Steril (Versi 1)
Memasuki Ruang Produksi Steril harus melalui ruangan-ruangan ganti pakaian dimana
pakaian dari grey-area diganti dengan pakaian pelindung khusus untuk mengurangi
pencemaran jasad renik dan partikel pencemar lain.
I. Masuki Ruang Produksi Ruang Steril melalui Ruang ganti baju dengan urutan sebagai
berikut:
1. Masuk ruang produksi dengan mencuci tangan terlebih dahulu, menggunakan
cairan antiseptic di dalam toilet yang terhubung dengan ruang ganti sesuai dengan
Protap Mencuci Tangan No.PR306.01.
2. Lepaskan baju dan alas kaki pada ruang ganti letakkan pakaian beserta alas kaki
dilocker penyimpanan kemudian pindah keruang ganti pakaian steril dengan cara
memindahkan kaki kanan terlebih dahulu kemudian memutar badan (melompat),
pada keset yang tersedia diruangan tersebut.
3. Ambil seperangkat pakaian steril dari bungkusan,dan kenakan sesuai dengan
urutan sebagai berikut :
a) Kenakan Baju
b) Pakai penutup kepala sehingga menutupi seluruh rambut & selipkan ke
dalam leher baju terusan
c) Pakai penutup mulut hingga menutupi janggut
d) Sarungkan penutup kaki hingga menyelubungi seluruh kaki, ikat kencang
sehingga tidak turun sewaktu bekerja
e) Selipkan ujung bawah celana / baju terusan ke dalam penutup kaki
f) Selipkan ujung lengan baju ke dalam sarung tangan.
g) Kemudian desinfeksi dengan alcohol 70% atau dengan larutan desinfektan
lain yang sesuai.
h) Pakai kacamata pelindung pada tahap akhir ganti pakaian
II. Membuka pintu untuk memasuki ruang penyangga udara dan ruang steril hendaklah
dengan menggunakan siku tangan dan mendorong perlahan-lahan.
III. Setiap selesai bekerja dan meninggalkan ruangan steril petugas melepaskan sarung tangan
dan meletakkannya pada wadah yang ditentukan dan mengganti pakaian sebelum keluar
dengan urutan yang berlawanan ketika memasuki ruangan steril.
Quality Assurance (QA) Arianto Wibowo S.Si., Apt untuk kemudian disetujui pada
tanggal 4 September 2017 (tanggal diberlakukan sama).
• Untuk dapat melengkapi protap ini, dilakukan rujukan ke dokumen/protap lain. Protap-
protap yang digunakan antara lain :
✓ Protap Mencuci Tangan No PR306.01
• Setelah Protap ini disetujui oleh Manager QA, maka dokumen ini didistribusikan ke
Manager Produksi, Manager QC, Manager RnD
2. Ruang Lingkup
3. Tanggung Jawab
6. Pelaporan
-----------------
7. Lampiran
-----------------
8. Dokumen Rujukan
9. Riwayat
Versi No Tanggal Alasan
1
10. Distribusi
2. Ruang Lingkup
3. Tanggung Jawab
9. Riwayat
Versi No Tanggal Alasan
1
10. Distribusi
BAB II
LAPORAN PENYIMPANGAN
Tujuan :
KODE A
12 Januari 2018 : Industri Farmasi AKFARINDO JAYA memproduksi sediaan Sirup
Dextromethorphan “Torpan” dalam bentuk sediaan sirup dengan no batch TR130110. Proses
penimbangan, mixing hingga menjadi sediaan sirup dilakukan pukul 08.00-10.00. Operator
penimbangan adalah Rian. Sedangkan operator yang bertugas pada proses mixing sampai
granulasi adalah Dito dan Cahya. Setelah proses mixing selesai, sediaan sirup tersebut disimpan
dalam wadah stainless steel untuk kemudian diletakkan di ruang produk antara, sebelum produk
tersebut di filling kedalam botol.
12 Januari 2018 (10.00) : Sediaan sirup kemudian dilakukan pengujian IPC (In Process
Control). Setelah dilakukan pengujian IPC, Supervisor QC (Satya Darma, S.Farm., Apt.)
melaporkan kepada Supervisor Produksi (Reza Simorangkir, S.Farm., Apt.) bahwa hasil
pengujian Sirup “Torpan” Berat Jenisnya tidak memenuhi spesifikasi, hasil yang diperoleh adalah
0.70 gram/ml dan spesifikasi sediaan untuk BJ adalah 1.01 – 1.05 gram/ml. Supervisor QC (Satya
Darma, S.Farm., Apt.) kemudian mengeluarkan dokumen HULS (Hasil Uji di Luar Spesifikasi)
yang menyatakan bahwa Berat Jenis sediaan Sirup “Torpan” dengan no batch TR130110 tidak
memenuhi spesifikasi. Karena BJ sangat mempengaruhi Kadar Bahan Aktif, sangat kritis dan
berpengaruh terhadap mutu produk, Supervisor Produksi memutuskan proses produksi Sirup
“Torpan” di-HOLD sampai pukul 14.00.
12 Januari 2018 (11.00) : Supervisor Produksi bersama dengan Supervisor QC melaporkan
penyimpangan ini kepada Supervisor QA, Juna Yohanes S.Si., Apt untuk kemudian dirapatkan
bersama bagaimana menangani penyimpangan yang terjadi. Oleh Supervisor QA, penyimpangan
ini didokumentasikan dalam laporan penyimpangan dengan nomor 7896/PNY-TRDS/01/2013.
Dari rapat ini diputuskan bahwa :
1. Untuk sementara, sediaan sirup harus diproses ulang dengan menambahkan pengental Sorbitol
sebanyak 10 L.
2. Apabila kemudian cara diatas menyebabkan kadar bahan aktif menurun, maka dilakukan
proses ulang dengan menambahkan bahan aktif sebanyak 5 Kg, yang kesemuanya dibawah
pengawasan Supervisor Produksi. Proses Produksi sediaan sirup “Torpan” bets selanjutnya
dihentikan dahulu selama 2 x 24 jam.
3. Dilakukan penelusuran dan membandingkan Batch Record (BR) TR130110 dengan 3 BR
sebelumnya sediaan sirup untuk meneliti kebenaran proses produksi yang dilakukan dibawah
tanggung jawab Supervisor QA
4. Membandingkan Dokumen IPC (In Process Control) sediaan dengan no bets TR130110
dengan 3 dokumen IPC sebelumnya dibawah tanggung jawab Supervisor QC
Hasil Rapat ini dilaksanakan segera dan hasil dari masing-masing bagian akan dirapatkan
kembali pada tanggal 13Januari 2018 jam 15.00.
13 Januari 2018 (08.00 – 09.30) : Dilakukan penambahan Pengental Sorbitol 10 L dari
formula dibawah pengawasan Supervisor Produksi. Setelah dilakukan pencampuran dan sudah
menjadi sediaan sirup, kemudian dilakukan pengujian IPC kembali pukul 09.30. Dan hasil yang
diperoleh berat jenis sediaan telah memenuhi spesifikasi yaitu 1.03 gram/ml, dan ternyata kadar
bahan aktif mengalami penurunan, kadar bahan aktif yang diperoleh 85 %. Sehingga Supervisor
QC mengeluarkan HULS dengan data kadar bahan aktif 85 %. Karena hasil masih bahan aktif
diluar spesifikasi, maka supervisor produksi memutuskan untuk melakukan penambahan bahan
aktif sebanyak 5 Kg untuk memperbaiki sediaan tersebut. Setelah dilakukan penambahan bahan
aktif dilakukan pengujian ulang, dan hasil pengujian yang diperoleh memenuhi spesifikasi, kadar
yang diperoleh sebesar 101 %. Sediaan sirup tersebut memenuhi spesifikasi.Sirup tersebut
kemudian disimpan di ruang produk antara, sebelum produk tersebut difilling kedalam botol.
13 Januari 2018 (15.00) : Diadakan rapat kembali antara Supervisor Produksi,
Supervisor QA dan Supervisor QC. Hasil dari Rapat ini adalah :
• Setelah dilakukan proses ulang dibawah pengawasan Supervior Produksi, sediaan sirup
dengan no bets TR130110 berat jenis dan kadar bahan aktif telah memenuhi spesifikasi
sehingga dapat diteruskan proses filling kedalam botol.
• Hasil Uji IPC granul 3 bets sebelumnya selalu memenuhi persyaratan. Tidak ada hasil yang
keluar dari spesifikasi. Supervisor QC menyimpulkan kemungkinan kesalahan pada proses
produksi dan bukan pada formula.
• Penyelidikan BR oleh Supervisor QA menemukan bahwa ada kesalahan penimbangan yang
menyebabkan terjadinya penyimpangan. Pada penimbangan larutan bahan pengental (sorbitol)
yang seharusnya ditimbang 80 liter, oleh operator penimbangan ditimbang 60 liter. Dengan
kata lain terjadi human error pada proses penimbangan.
14 Januari 2018 (09.00) : Laporan penyimpangan ini kemudian didokumentasikan
beserta semua dokumen pendukung dari bagian produksi, QC, maupun oleh bagian QA. Agar
tidak terjadi lagi penyimpangan serupa, dilakukan langkah-langkah :
✓ Pelatihan pada operator secara berkala
✓ Proses penimbangan harus dilakukan oleh 2 orang, satu orang sebagai pelaksana dan satu
orang sebagai pemeriksa. Dibawah tanggung jawab Supervisor Produksi
Langkah-langkah diatas selambat-lambatnya harus dilakukan 60 hari terhitung sejak tanggal
selesainya laporan penyimpangan ini.
Setelah ditanda tangani oleh Supervisor QC, Produksi dan QA penyelidikan penyimpangan
dengan nomor 7896/PNY-TRDS/01/2017 ini dinyatakan telah selesai.
KODE B
LAPORAN PENYIMPANGAN
27 Januari 2018 : Industri Farmasi AKFARINDO JAYA memproduksi sediaan tablet
Piroksikam, Farsikam dengan no Batch PR9065870. Proses penimbangan, mixing hingga
granulasi sediaan tablet Piroksikam, Farsikam dilakukan pukul 12.00-17.00. Operator
penimbangan adalah Budi. Sedangkan operator yang bertugas pada proses mixing sampai
granulasi adalah Ganda dan Hary. Setelah proses mixing sampai granulasi selesai, granul tersebut
disimpan dalam wadah stainless steel untuk kemudian diletakkan di ruang produk antara,
sebelum produk tersebut dikempa menjadi tablet.
28 Januari 2018 (08.00) : granul tablet Piroksikam, Farsikam, dikempa menjadi tablet.
Namun, saat akan dikempa, diketahui bahwa granul tidak dapat mengalir sehingga proses
pencetakan tablet tidak dapat berjalan. Dani, operator mesin cetak tablet, melaporkan kejadian ini
kepada supervisor produksi, Singgih Jaya S.Si., Apt. Oleh Supervisor produksi, semua proses
produksi tablet Piroksikam, Farsikam di-HOLD dahulu hingga jam 11.00.
29 Januari 2018 (09.00) : Sampel granul dengan no bets PR9065870 diperiksa sifat alir
oleh bagian Quality Control. Sejam kemudian, Supervisor QC, Darma Winata S.Farm., Apt
mengeluarkan dokumen HULS (Hasil Uji di Luar Spesifikasi) yang menyatakan bahwa Uji alir
granul dengan no batch PR9065870 tidak memenuhi spesifikasi. Waktu alir granul 25 gram/detik,
sedangkan sudut istirahat granul 50º. Dengan % MC sebesar 25%. Kesimpulan dari QC adalah
sifat alir granul sangat buruk karena granul terlalu basah. Dan hal ini sangat kritis pengaruhnya
terhadap mutu produk.
29 Januari 2018 (11.00) : Supervisor Produksi bersama dengan Supervisor QC melaporkan
penyimpangan ini kepada Supervisor QA, Nuno Julian S.Si., Apt untuk kemudian dirapatkan
bersama bagaimana menangani penyimpangan yang terjadi. Oleh Supervisor QA, penyimpangan
ini didokumentasikan dalam laporan penyimpangan dengan nomor 8569/PNY-PRDS/05/2012.
Dari rapat ini diputuskan bahwa :
1. Untuk sementara, Granul harus diproses ulang dengan menambahkan Pengisi sebanyak 10%
dari formula.
2. Apabila kemudian cara diatas tidak berhasil, maka dilakukan proses granulasi ulang yang
kesemuanya dibawah pengawasan Supervisor Produksi. Proses Produksi sediaan tablet
Piroksikam, Farsikam bets selanjutnya dihentikan dahulu selama 2 x 24 jam.
FORMULIR I
LAPORAN PENYIMPANGAN DAN TINDAKAN YANG DIAMBIL
Penyimpangan No.
Nama
Produk/Proses/Pemeriksaan/Sistem/Alat *)
No. Bets
Tanggal terjadi penyimpangan
Rincian penyimpangan yang terjadi :
Pelapor
FORMULIR I
LAPORAN PENYIMPANGAN DAN TINDAKAN YANG DIAMBIL
Evaluasi Terhadap Laporan, Tindakan dan Resiko :
FORMULIR II
PENYELIDIKAN PENYIMPANGAN
Penyimpangan No.
Tanggal
Penyelidikan
Apa yang terjadi :
Usulan Tindakan Korektif dan Tindakan Preventif (Corrective Action and Preventive
Action/CAPA) yang akan dilakukan :
2.
3.
FORMULIR III
OTORISASI PENANGANAN TINDAKAN PERBAIKAN DARI PENYIMPANGAN
Penyimpangan No.
Tanggal
Tindakan Perbaikan yang dilakukan :
Kesimpulan :
Jakarta, ............................................
BAB III
LAPORAN VALIDASI METODE ANALISIS
Tujuan :
DASAR TEORI
VALIDASI
Pengertian validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan,
proses, prosedur, kegiatan, sistem perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi
dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan.
Terdapat beberapa parameter yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis
yaitu
1. Limit of detection (LOD) dan limit of quantification (LOQ)
LOD merupakan nilai konsentrasi zat yang diukur pada saat metode/instrumen mulai
mendeteksi keberadaan zat tersebut tetapi belum bisa dikuantifikasi secara tepat.
Sedangkan yang dimaksud LOQ adalah nilai konsentrasi terendah dari zat yang diukur
pada saat metode/instrumen dapat mendeteksi zat tersebut dengan akurasi dan presisi
yang baik.
Akurasi ditetapkan melalui uji rekoveri. Tingkat presisi dapat diperoleh dari nilai RSD
(relative standard deviasion) hasil pengukuran sampel pada beberapa seri pengulangan.
Semakin tinggi tingkat presisi dari suatu metode/instrumen maka semakin rendah nilai
RSD-nya.
5. Spesifisitas
Spesifisitas suatu metode merupakan kemampuan suatu metode untuk tidak dipengaruhi
oleh matriks sampel. Uji spesifisitas dilakukan dengan menambahkan bahan asing ke
dalam sampel. Suatu metode mempunyai spesifisitas yang tinggi jika adanya bahan asing
tersebut tidak mempengaruhi terhadap hasil analisis senyawa target.
6. Ketangguhan (Robustness)
Ketangguhan ditentukan pada saat tahap pengembangan dan tergantung dari kebutuhan.
Metode hendaklah handal terhadap variasi parameter yang ditetapkan. Misal : stabilitas
larutan analit.
7. Ketangguhan (ruggedness)
Ketangguhan metode merupakan kemampuan suatu metode untuk tidak dipengaruhi oleh
variasi kecil dalam analisis. Variasi tersebut dapat berupa variasi konsentrasi pelarut,
suhu, waktu ekstraksi dan lain-lain. Suatu metode mempunyai ketangguhan yang tinggi
jika adanya variasi tersebut tidak mempengaruhi terhadap hasil analisis senyawa target.
8. Spesifisitas
Spesifisitas merupakan ukuran seberapa spesifik metode analisis. Spesifisitas metode
analisis diuji terhadap bahan aktif obat, bahan pembantu (plasebo), pelarut, impuritas dan
produk jadi.
Bila menggunakan metode KCKT :
• Resolusi antara puncak yang berdampingan terpisah secara nyata atau sesuai
persyaratan.
• Kromatogram seluruh hasil uji disajikan dalam bentuk 1 gambar (“overlaid”)
LATIHAN SOAL
KODE A
• Hasil :
1. Parameter validasi : Selektivitas/spesifitas
Pada larutan standart dan larutan sampel dilakukan stressed test dan pengamatan pada
kromatogram menunjukkan hasil sebagai berikut :
KODE B
• Ketentuan Laporan :
- Nama Perusahaan : AKFARINDO JAYA
- No. Produk : TX 560980
- No. Laporan Validasi : LV3507.02 ; Tanggal : 25 Agustus 2017
- Analis yang melaksanakan validasi : Indriana Sari, Dessi Hanifa
- Baku kerja :
▪ Gastradin (no lot : NM9870) ; Tanggal kadaluarsa 20 Mei 2020.
▪ Ligustrazine (No. Lot : NM8865) ; Tanggal kadaluarsa 10 April 2018
- Rujukan :
▪ Protap validasi metode Analisa No. QC978.02
▪ Metode Penetapan kuantitatif kadar gastradin dan ligustrazine secara simultan dengan
HPLC dalam kapsul tianxiong No. MXD/9968/V
▪ No Protokol Validasi : PV1018.02 ; Tanggal : 8 Februari 2017
- Laporan validasi disusun bersama antara Manager Quality Control dan supervisor Quality
Control untuk kemudian disetujui oleh Manager QA. Protokol disusun oleh Supervisor
QC bernama Andini Farah S.Farm., Apt pada tanggal 08 Mei 2017. Diperiksa oleh
Manager produksi, bernama Ari Wicaksana S.Si., Apt pada tanggal 04 Juni 2017 Setelah
protap dirasa sudah tepat, Kemudian protap ini diberikan kepada Manager Quality
Assurance (QA) Seno Purwandi S.Si., Apt untuk kemudian disetujui. Protokol baru ini
berlaku mulai tanggal 18 Juli 2017
• Hasil pengujian parameter validasi :
1. Parameter Validasi : Selektivitas/spesifisitas
Pada plasebo sampel, larutan standar dalam plasebo sampel, dan sampel dilakukan
pengamatan pada kromatogram menunjukkan hasil sebagai berikut :
1.1 Kromatogram Plasebo sampel
Tidak ada peak-peak pengganggu pada daerah waktu retensi gastrodin dan
ligustrazin HCl
1.2 Kromatogram larutan standar dalam plasebo sampel
Puncak yang terdeteksi pada kromatogram pada waktu retensi 12,6 menit untuk
gastrodin dan 29,5 menit untuk ligustrazin HCl
1.3 Kromatogram sampel
Puncak yang terdeteksi pada kromatogram pada waktu retensi 12,6 menit untuk
gastrodin dan 29,5 menit untuk ligustrazin HCl
2. Parameter Validasi : Akurasi
Tiga larutan campuran standart gastrodin dan ligustrazine HCl dalam plasebo dengan
konsentrasi 2,0; 40,0; dan 100 ppm untuk gastrodin, dan 0,1998; 8,99; 29,96 ppm untuk
ligustrazine HCl yang masing-masing diuji tiga kali.
- Kriteria penerimaan → perolehan kembali : 70-130 %
Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Gastrodin Ligustrazine HCl
Konsentrasi (ppm) Rata-rata RSD (%) Konsentrasi (ppm) Rata-rata RSD (%)
Konsentrasi (ppm) Rata-rata RSD (%) Konsentrasi (ppm) Rata-rata RSD (%)
r2 = 0,992 r2 = 0,995
99.5 99.3
i. Referensi
Validasi dilaksanakan sesuai dengan :
1.1 Metode ...............................
1.2 Protokol validasi No. .......................Tanggal .............................
1.3 Protap validasi metode analisis no. ......................................
v. Hasil :
vi. Pembahasan :