Laporan
Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas praktek belajar lapangan mata kuliah
sanitasi lingkungan industri semester VIII (delapan)
Disusun oleh:
Syara Noor Ikhsani P17333113410
Yunanda Rezki Shola P17333113414
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa laporan Praktek Belajar
Lapangan di PT Sanbe Farma Unit II yang dilaksanakan mulai tanggal
13 Maret 2017 hingga tanggal 24 Maret 2017 telah disetujui.
Cimahi, 2017
Mengetahui,
_____________ ________________
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa laporan Praktek Belajar
Lapangan di PT. Sanbe Farma Unit II yang dilaksanakan mulai tanggal
13 Maret 2017 hingga tanggal 24 Maret 2017 telah disetujui.
Menyetujui,
5. Ibu Rizky Chyntia, S.KM, Bapak Iman, Bapak Yan, Bapak Hendrasa
selaku staff EHS PT. Sanbe Farma yang telah membimbing, membantu
mencari data dan membantu kelancaran penulis dalam pelaksanaan Tugas
Akhir Kuliah
8. Kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................2
1.4. Manfaat......................................................................................................2
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN....................................................4
1.2 IDENTITAS PERUSAHAAN..................................................................4
1.1.1. LOKASI USAHA DAN ATAU KEGIATAN.....................................4
1.1.2. JAM KERJA......................................................................................4
1.1.3. PROSES PRODUKSI........................................................................5
1.1.4. BAHAN BAKU.................................................................................6
1.1.5. STRUKTUR ORGANISASI EHS.....................................................6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................7
3.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja............................7
3.2 P2K3 (Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja)................7
3.3 Pesawat Angkat dan Angkut......................................................................8
3.3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan.............................................................15
3.4 K3 Listrik................................................................................................19
3.5 K3 Bahan Kimia Berbahaya....................................................................31
3.6 Klasifikasi Kebakaran.............................................................................32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................34
5.1. Kondisi Kesehatan Lingkungan..............................................................34
5.1.1. Kondisi Penyehatan Air...................................................................34
5.1.2. Kondisi Pengelolaan Limbah...........................................................34
5.1.3. Kondisi Penyehatan Udara...............................................................35
5.1.4. Kondisi Pengelolaan Sampah dan Penyehatan Tanah......................35
5.1.5. Kondisi Penyehatan Makanan dan Minuman..................................36
5.1.6. Kondisi Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu................36
5.2. Panitia Pembina Keselamatan Kesehatan Kerja......................................37
5.2.1. Organisasi P2K3..............................................................................37
5.3. Audit Keselamatan Kesehatan Kerja;......................................................37
5.3.1. Unit Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K).........................37
5.3.2. Keadaan Kesehatan Tenaga Kerja....................................................38
5.3.3. Pemeriksaan Kesehatan....................................................................38
5.3.4. Perlengkapan Kesehatan..................................................................38
5.3.5. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan............................................39
5.3.6. Jaminan Sosial Tenaga Kerja...........................................................40
5.4. Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK)..............................40
5.5. Instrumen Keselamatan Kesehatan Kerja................................................40
5.6. Instrumen Kesehatan Lingkungan...........................................................42
5.7. Norma-norma Keselamatan Kesehatan Kerja.........................................42
5.7.1. Potensi Bahaya.................................................................................42
5.7.2. Keselamatan Kerja Bidang Kebakaran............................................43
5.7.3. Keselamatan Kerja Bidang Bahan Berbahaya dan Beracun............44
5.7.4. Keselamatan Kerja Bidang Kelistrikan............................................45
5.7.5. Keselamatan Kerja Bidang Mekanik...............................................45
5.7.6. Keselamatan Kerja Bidang Angkat Angkut.....................................46
5.7.7. Keselamatan Kerja Bidang Bejana Uap dan Bejana Tekan.............46
5.8. Pengelolaan Program Keselamatan Kesehatan Kerja.............................46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................48
5.1. Kesimpulan..............................................................................................48
13.1. Saran....................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................52
Lampiran-lampiran.................................................................................................53
4
DAFTAR TABEL
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik
di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tempat kerja adalah ruangan atau
lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja untuk
suatu keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya, termasuk tempat kerja, semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja
tersebut (John Ridley,2006).
1
serta penyempurnaan secara bertahap dan berkesinambungan. Untuk mendukung
tekad tersebut, manajemen berupaya memenuhi standard mutu yang ditetapkan,
peraturan lingkungan, ketentuan dan norma-norma K3 serta
peraturan/perundangan terkait lainnya.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Melaksanakan sanitasi lingkungan Industri di PT Sanbe Farma Unit II
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengamatan dan pengukuran kesehatan lingkungan di
Industri;
b. Menganalisis P2K3 di industri;
c. Memahami audit Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
d. Memahami pemeriksaan kesehatan tenaga kerja;
e. Memahami kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja;
f. Menganalisis instrumen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
g. Melaksanakan pengamatan norma K3;
h. Melakukan pengelolaan program K3.
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi PT Sanbe Farma Unit II
Memberi gambaran mengenai industri dan keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) yang telah dilakukan
1.4.2. Bagi Institusi
Menambahkan bahan bacaan dan literatur bacaan mengenai sanitasi
industri dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
1.4.3. Bagi Mahasiswa
Mengetahui sanitasi industri dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di
industri
2
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Istirahat
3
b. Jumat : 11.30 13.00
A. Obat manusia
5. Suppositoria 140.000 - - -
suppo
6. Infus 70.000 - - -
flacon
4
vial
Bahan baku utama yang digunakan dalam kegiatan produksi PT. Sanbe
Farma Unit II antara lain adalah aerosol, alkohol, ammonium, klorida, asam
benzoat, asam sitrat, gliserin, gula batu, kayu putih, menthol, metil salisilat,
glukosa, oil anisi, paraffin solidum, saccharin Na, Sorbitol, Sulfur dan lain-lain.
Pada dasarnya proses produksi yang dilakukan oleh PT. Sanbe Farma Unit
II adalah proses pencampuran (mixing) berbagai macam bahan baku pada
komposisi, kondisi dan selama waktu tertentu hingga menjadi produk jadi. Produk
jadi selanjutnya dikemas (Packing) dan siap didistribusikan ke customer.
5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
6
kerjasama, saling pengertian dan partisifasi efektif adalah suatu bentuk
keterlibatan (involvement) dan kedua belah pihak dalam melancarkan usaha
produksi melalui peningkatan kinerja K3. Dalam hal ini, P2K3 mempunyai peran
sentral di dalm menjamin kinerja K3 di tempat kerja.
Perubahan kinerja K3 ke arah yang lebih baik akan lebih mudah dicapai
apabila antara pengurus atau pihak manajemen dengan tenaga kerja bekerja sama
(melalui forum P2K3), saling berkonsultasi tentang potensi bahaya,
mendiskusikan dan mencari solusi atas semua masalah K3 yang muncul di tempat
kerja. P2K3 sebagai wadah forum rembuk K3 dapat membawa pengurus dan
perwakilan tenaga kerja bersama-sama untuk mempertimbangkan isu-isu umum
K3 di tempat kerja secara luas, merencanakan, melaksanakan dan memantau
program-program K3 yang telah dibuat. (Octaviany dalam Tarwaka, 2016).
7
tengah tali baja. Ujung tali baja pada tromol gulung harus dipasang dengan kuat
pada bagian dalam tromol dan sekurang-kurangnya harus dibelit 2 kali secara
penuh pada tromol saat kait beban berada pada posisi yang paling rendah. Tali
baja yang digunakan untuk mengangkat harus:
Semua peralatan angkat harus dilengkapi dengan rem yang secara efektif
dapat mengerem suatu bobot yang tidak kurang dari 1 beban yang diijinkan.
Dalam menaik, menurunkan dan mengangkat muatan dengan pesawat pengangkat
harus diatur dengan sandi isyarat yang seragam dan yang benar-benar dimengerti.
Sebelum memberikan isyarat untuk menaikkan muatan, pemberi isyarat harus
yakin bahwa:
a. Penjaga sling atau penjaga rantai harus mengaitkan sling atau rantainya
pada kait secara kuat sebelum bergerak
b. Operator harus menaikan kait secukupnya agar orang-orang dan benda-
8
benda tidak tersentuh.
Operator alat kerek tidak boleh meninggalkan peralatannya dengan muatan
yang tergantung.Pesawat, alat-alat, bagian instalasi listrik pada peralatan angkat
harus dibuat, dipasang, dipelihara sesuai dengan ketentuan-ketentuan instalasi
listrik yang berlaku. Semua peralatan angkat yang digerakan dengan tenaga listrik
harus dilengkapi dengan alat batas otomatis yang dapat menghentikan motor, bila
muatan melebihi posisi yang diijinkan Peralatan angkat listrik harus:
a. dikonstruksi dari baja
b. dibuat dengan angka keamanan sekurang-kurangnya
a) 8 untuk baja tuang
b) 5 untuk baja konstruksi atau baja tempa
c) dilengkapi dengan rem otomatis yang mampu menahan muatan, jika
muatan dihentikan.
Alat kontrol dari peralatan angkat listrik harus dilengkapi dengan suatu
alat yang dapat mengembalikan secara otomatis tuas atau tombol pada posisi
netral, jika tuas atau tombol tersebut dilepaskan. Setiap peralatan angkat yang
dijalankan dengan tenaga listrik harus dilengkapi dengan alat pembatas otomatis
yang dapat menghentikan tenaga tarik beban, jika muatan melewati batas tertinggi
yang diijinkan. Setiap peralatan angkat harus dilengkapi dengan rem yang secara
efektif dapat mengerem sekurang-kurangnya 1 beban yang diijinkan.
Berdasarkan pasal 34 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 5 Tahun 1985,
peralatan angkat pneumatik harus:
a. dikonstruksi dari baja
b. dibuat dari angka keamanan sekurang-kurangnya
a) 8 untuk baja tuang
b) 5 untuk baja konstruksi atu baja tempa.
Silinder udara peralatan angkat pneumatik harus ditempatkan pada trolinya
secara kuat dan aman. Tuas pengontrol katup peralatan angkat pneumatik gantung
harus dilengkapi dengan alat yang dapat mengembalikan tuas kontrolnya secara
otomatis keposisi netral, jika handel pada tali control lepas. Kemudian untuk
setiap gondola harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Tidak mempunyai rintangan-rintangan pada tali baja penggantungnya;
9
b. Kemampuan daya ikat tuas pengaman terjamin;
c. Kedudukan tali baja pada alurnya;
Kelebihan tali baja yang berada diatas tanah selama gondola tergantung
sekurang-kurangnya 1 m.
Kecelakaan pada pesawat angkat dan angkut dapat disebabkan karena pada
bagian tertentu dari pesawat angkat dan angkut mengalami kerusakan/perlemahan
10
dan mendapat beban yang sangat kuat yang diberikan melibihi beban maksimum
yang diijinkan. Meskipun konstruksi pesawat angkat dan angkut telah memenuhi
persyaratan, tetapi jika kualitas pengoperasiannya tidak sesuai dengan prosedur
akan dapat juga mengakibatkan kecelakaan.
6. Kelalaian operator
1. Bahan di diamkan dalam waktu yang lama tanpa pembebanan disebut juga
penuaan alam
11
2. Bahan mengalami perubahan bentuk (deformasi) pada suhu kamar karena di
diamkan dalam waktu yang lama
Oleh sebab itu, untuk mengetahui sejauh mana terjadinya penuaan bahan,
perlu dilakukan penelitian di laboratorium terhadap bahan tersebut. Penelitian di
laboratorium dimaksudkan untuk mengetahui apakah bahan tersebut masih layak
digunakan sebagai bahan pesawat angkat dan angkut. Jika hal ini tidak
diperhatikan akan dapat menimbulkan terjadinya kerusakan-kerusakan pada
pesawat angkat dan angkut yang bersangkutan yang pada akhirnya dapat
mengakibatkan kecelakaan.
3.2.4.2 Konstruksi
Desain konstruksi peralatan mekanik harus dipersiapkan oleh pabrik
pembuat dengan membuat perencanaan gambar konstuksi pesawat angkat dan
angkut yang menggambarkan secara detail potongan-potongan (penampang),
ukuran-ukuran dimensi bagian yang lengkap dna jelas, sambungan-sambungan,
cara pengerjaannya dan perhitungan kekuatan konstruksinya.
Sangat penting untuk memperhitungkan kekuatan masing-masing bahan
yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan beban yang
diterima pesawat angkat dan angkut karena diharapkan bahan tersebut mampu
menahan, menerima beban pada saat peralatan mekanik tersebut dioperasikan.
Perhitungan kekuatan konstruksi ini harus mengikuti standar-standar
perhitungan desain pembuatan suatu peralatan mekanik yang berlaku diseluruh
dunia seperti SNI, ASME, JIS, DIN, dll. Kesalahan dalam desain perhitungan
kekuatan konstruksi pesawat angkat dan angkut dapat mengakibatkan suatu
kerusakan apabila peralatan mekanik tersebut dioperasikan.
3.2.4.3 Peralatan Pengaman
Peralatan/perlengkapan pengaman suatu pesawat angkat dan angkut harus
mengikuti ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
semuanya harus dijaga dan diusahakan agar dapat berfungsi/bekerja dengan baik
dan akurat. Untuk itu diperlukan ketelitian dan perawatan secara teratur dan
termasuk juga mengadakan pemeriksaan/pengujian kembali atau kalibrasi pada
alat-alat pengaman tertentu.
12
3.2.4.4 Pemeriksaan Tidak Lengkap
Pemeriksaan tidak lengkap pada umumnya terletak pada pemeriksaan yang
dilakukan sewaktu pesawat angkat dan angkut masih berada di dalam pabrik yang
meliputi pemeriksaan merusak dan pemeriksaan tidak merusak. Pemeriksaan
merusak dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan tarik, batas mulur dan
kandungan/komposisi kimia dari bahan yang digunakan dalam pembuatan
peralatan mekanik, sedangkan pemeriksaan tidak merusak dimaksudkan untuk
mengetahui kualitas sambungan las-lasannya apakah memenuhi syarat atau tidak,
misalnya adanya retak-retak, gelembung udara/kotoran dll, dimana dalam
pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan sinar radio aktif (X-ray atau
gamma ray) maupun ultra sonic. Pemeriksaan ini umumnya berkaitan dengan
perhitungan konstruksi pesawat angkat dan angkut tersebut.
Bila hasil pemeriksaan merusak dan tidak merusak ini baik, maka
dilakukan pengujian statis dan dinamis atas pesawat angkat dan angkut.
Pemeriksaan terhadap pengujian statis dan dinamis ini harus dilakukan dengan
seteliti mungkin agar kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerusakan sewaktu
pesawat angkat dan angkut di operasikan dapat diperkecil atau dihilangkan sama
sekali. Akibat adanya kelemahan atau pemeriksaan yang tidak lengkap dapat
mengakibatkan kerusakan pada pesawat angkat dan angkut dan kemungkinan juga
dapat menyebabkan terjadinya patah.
3.2.4.5 Pelayanan atau Perawatan
Pelayanan/perawatan pesawat angkat dan angkut merupakan pekerjaan
yang tidak boleh diabaikan. Dengan perawatan secara teratur dan teliti akan lebih
mudah diketahui secara dini adanya kelainan-kelainan yang terdapat pada pesawat
angkat dan angkut sehingga kerusakan yang lebih berat akan dapat dihindari.
13
menganggap mudah, sudah biasa, bekerja seenaknya, kurang memperhatikan
sehingga usaha pencegahan kecelakaan kerja dianggap tidak penting. Kelalaian
merupakan permasalahan yang paling tinggi sampai mencapai 75% kerusakan
terjadi disebabkan oleh faktor manusia.
Ketel uap adalah suatu pesawat yang dibuat untuk mengubah air ada di
dalamnya menjadi sebagian uap dengan jalan pemanasan. Pemanasan
dilakukan dari proses pembakaran sehingga dalam sistem tenaga uap selalu
terdapat tempat pembakaran. Dengan semakin tingginya tekanan uap maka
setiap ketel harus mampu menahan tekanan uap ini. Dengan memanfaatkan
tekanan uap ini maka dapat digunakan untuk menggerakan mesin atau
generator untuk menghasilkan energi listrik.
1. Harus hemat dalam pemakaian bahan bakar. Hal ini dinyatakan dalam
14
rendemen atau daya guna ketel.
2. Berat ketel dan pemakaian ruangan pada suatu hasil uap tertentu harus
kecil.
15
atau bejana selain pesawat uap yang di dalamnya terdapat tekanan yang
melebihi udara luar dan dipakai untuk menampun gas atau gas campuran
termasuk udara baik terkempa menjadi cair atau dalam keadaan larut atau
beku.
Contoh bejana tekan adalah: bejana penampung (storage tank), bejana
pengangkut, botol baja atau tabung gas, instalasi pendingin, instalasi pipa gas
atau udara, reactor atau suatu tempat berlangsungnya reaksi kimia dengan
jalan pencampuran, pemanasan dan pendinginan pada berbagai bahan-bahan
yang diperlukan. Proses pembuatan bejana perlu dilakukan pemilihan material
yang tahan korosi bila terlalu mahal atau tidak ada di pasaran maka dapat
dipilih material dengan laju korosi yang paling lambat namun perlu dilakukan
inspeksi secara berkala untuk menghindari terjadinya kebocoran atau ledakan.
3.3.3 Sumber bahaya dan akibat yang dapat ditimbulkan oleh bejana
tekan
Bejana tekan merupakan salah satu sumber bahaya yang dapat
menimpa tenaga kerja dan kerusakan yang fatal bagi lingkungan berupa
tenaga kerja, tempat kerja, perusahaan dan alam. Jenis bahaya tersebut
adalah :
16
nitrogen cair dan lain-lain.
Untuk menjaga keamanan penggunaan, setiap kandungan gas yang
berbeda, tabung-tabung gas memiliki warna yang berbeda seperti gas oksigen
ditampung dalam tabung gas berwarna biru muda.
17
pengujian dilakukan oleh Ahli K3 Spesialis Pesawat Uap dan Bejana Tekan.
Sedangkan pengesahan pemakaian baru harus ditangani oleh kepala dinas
setelah diparaf oleh pegawai pengawas dan atasan langsung pegawai
pengawas. Dalam pelaksanaan pemeriksan dan pengujian pada pesawat uap
dan bejana tekan digunakan formulir-formulir yang telah ditetapkan oleh
departemen tenaga kerja daerah.
3.4 K3 Listrik
Yang diatur oleh Undang-Undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala
tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun
udara, yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Ketentuan-
ketentuan tersebut berlaku dalam tempat kerja dimana salah satunya ialah
dibangkitkan, diubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagi atau disalurkaan listrik,
gas, minyak atau air. Diputar film, dipertunjukan sandiwara atau diselenggarakan
rekreasi lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.
Pada pasal 3 disebutkan bahwa ditetapkannya syarat-syarat keselamatan
kerja untuk mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.Materi yang diatur
dalam Undang-undang ini mengikuti perkembangan masyarakat dan kemajuan
teknik, teknologi serta senantiasa akan dapat sesuai dengan perkembangan proses
industrialisasi Negara kita dalam rangka Pembangunan Nasional. Selanjutnya
akan dikeluarkan peraturan-peraturan organiknya, terbagi baik atas dasar
pembidangan teknis maupun atas dasar pembidangan industri secara sektoral.
Setelah Undang-undang ini, diadakanlah Peraturan-peraturan perundangan
Keselamatan Kerja bidang Listrik, Uap, Radiasi dan sebagainya, pula peraturan
perundangan Keselamatan Kerja sektoral, baik di darat, di laut maupun di udara.
18
2. Transmisi listrik adalah kegiatan penyaluran tenaga listrik dari tempat
pembangkit tenaga listrik sampai ke saluran distribusi listrik.
3. Distribusi listrik adalah kegiatan menyalurkan tenaga listrik dari sumber
daya listrik besar sampai ke pemanfaat listrik.
4. Pemanfaatan listrik adalah kegiatan mengubah energy listrik menjadi
energy bentuk lain.
5. Instalasi listrik adalah jaringan perlengkapan listrik yang membangkitkan,
memakai, mengubah, mengatur, mengalihkan, mengumpulkan atau
membagikan tenaga listrik.
Pengusaha dan/atau pengurus wajib melaksanakan K3 listrik di tempat
kerja. Pelaksanaan K3 listrik bertujuan:
1. Melindungi keselamatan dan kesehatan kerja dan orang lain yang berada
di dalam lingkungan tempat kerja dari potensi bahaya listrik.
2. Menciptakan instalasi listrik yang aman, handal dan
3. Memberikan keselamatan bangunan beserta isinya dan menciptakan
tempat kerja yang selamat dan sehat untuk mendorong produktivitas.
Ruang lingkup peraturan ini adalah pada pelaksanaan K3 listrik yang
meliputi kegiatan perencanaan, pemasangan, penggunaan, perubahan,
pemeliharaan, pemasangan dan pengujian. Sedangakn pada persyaratan K3
dilaksanakan pada kegiatan pembangkitan listrik, transimisi listrik, distribusi
listrik dan pemanfaatan listrik.
19
c. Kompleks publik;
d. Kompleks industri;
e. Kompleks pertanian dan perkebunan;
f. Bangunan prafabrikasi;
g. Karavan, lokasi karavan, dan lokasi serupa;
h. Lokasi pembangunan, pameran, bazaar, dan instalasi lain untuk keperluan
temporer;
i. Marina;
j. Instalasi pencahayaan eksternal dan serupa;
k. Lokasi medik;
l. Unti portabel (mobile) atau dapat diangkut;
m. Sistem fotovoltaik;
n. Set pembangkit voltase rendah.
3.4.3 Persyaratan dan Prosedur Pengawasan K3 Listrik
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 33 Tahun 2015 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja mencantumkan bahwa
kegiatan penilaian dan pengukuran terhdap instalasi, perlengkapan dan peralatan
listrik untuk memastikan terpenuhnya standar bidang kelistrikan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Selain itu juga pengujian merupakan kegiatan
penilaian, perhitungan, pengetesan dan pengukuran terhadap instalasi,
perlengkapan dan peralatan listrik untuk terpenuhinya standar bidang kelistrikan
danketentuan peraturan perundang-undangan. Pemeriksaan dan pengujian ini
dilakukan pada kegiatan perencanaan, pemasangan, penggunaan, perubahan, dan
pemeliharaan untuk kegiatan pembangkitan, transmisi, distribusi dan pemanfaatan
listrik.
20
pelaksanaan K3 ditempat kerja dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan.
Pengusaha atau pengurus yang tidak memenuhi ketentuan dalam Peraturan
Menteri ini akan di kenakan sanksi sesuai dengan Undang-undang no 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja dan Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
21
MELEWATI TUBUH
1 mA, atau kurang Tidak ada akibat, tidak terasa
AMAN Sengatan terasa tetapi tidak sakit dan
1-8 mA
tidak mengganggu kesadaran
Sengatan terasa sakit, tetapi masih bisa
8-15 mA melepaskan diri, dan tidak hilang
kesadaran
Sengatan terasa sakit, bisa hilang
15-20 mA kesadaran dan tidak bisa melepaskan
diri
BERBAHAYA Kesakitan, susah bernafas, terjadi
20-50 mA kontraksi pada otot dan hilang
kesadaran
Kondisi mematikan langsung dan
100-200 mA
susah ditolong
Terbakar dan jantung berhenti
200 mA atau lebih
berdetak
Bahaya akibat listrik ada 3, yaitu :
1) Bahaya sentuhan langsung
Sentuhan langsung adalah bahaya sentuhan pada bagian konduktif yang secara
normal bertegangan. Adapun proteksi dari arus kejut sentuhan langsung:
22
Sentuhan tidak langsung adalah bahaya sentuhan pada bagian konduktif
yang secara normal tidak bertegangan, menjadi bertegangan karena terjadi
kegagalan isolasi. Adapun proteksi dari arus kejut tidak langsung:
a. Pembebanan lebih
b. Sambungan tidak sempurna
c. Perlengkapan tidak standar
d. Pembatas arus tidak sesuai
e. Kebocoran isolasi
f. Sambaran petir
Faktor yang mempengaruhi Tingkat Keparahan Cidera Akibat Listrik
1. Voltage/Kekuatan listrik (beda potensial)
23
2. Amper (Arus Listrik)
3. Type Arus/jenis aliran (searah/bolak-balik)
4. Lama Kontak (banyaknya energi yang terserap)
5. Daerah / bagian tubuh yang kontak (Tahanan)
6. Jalan Arus
7. Banyaknya Jaringan Resistance
8. Kandungan Air Dalam Jaringan
9. Kondisi fisik dan kejiwaan (perubahan tahanan)
3.4.5 Persyaratan Dasar Proteksi Untuk Keselamatan Listrik
Prinsip proteksi bahaya listrik
1. Mencegah mengalirnya arus listrik melalui tubuh manusia
2. Membatasi nilai arus listrik dibawah arus kejut listrik
3. Memutuskan suplai secara otomatis pada saat terjadi gangguan
Pada instalasi listrik bahaya berikut dapat timbul, yaitu:
a) arus kejut listrik;
b) suhu berlebihan yang mungkin mengakibatkan kebakaran, luka bakar atau
efek cedera lain;
c) penyulutan atmosfer ledak yang potensial;
d) voltase kurang, voltase lebih dan pengaruh elektromagnetik yang mungkin
menyebabkancedera atau kerusakan;
e) pemutusan suplai daya dan/atau pemutusan pelayanan keselamatan;
f) busur api listrik, yang mungkin menyebabkan efek menyilaukan, tekanan
yang berlebihan atau gas racun;
g) gerakan mekanis perlengkapan yang digerakkan listrik.
A. Proteksi dari kejut listrik
1. Proteksi dari sentuh langsung
Sistem proteksi kejut listrik dari sentuhan langsung diaplikasikan untuk
instalasi dengan voltase rendah. Proteksi harus disediakan terhadap bahaya yang
dapat timbul karena bersentuhan dengan bagian aktif instalasi listrik oleh manusia
atau ternak. Proteksi dapat dilakukan dengan salah satu metode berikut.
24
b. membatasi arus yang dapat mengalir melalui badan ke nilai yang tidak
berbahaya.
2. Proteksi dari sentuhan tak langsung
Sistem proteksi kejut listrik dari sentuhan tidak langsung diaplikasikan
untuk instalasi voltase rendah serta proteksi terhadap gangguan yang berkaitan
dengan kegagalan insulasi dasar.
25
1. Insulasi dasar bagian aktif
Insulasi dimaksudkan untuk mencegah sentuh dengan bagian aktif. Bagian
aktif harus tertutup seluruhnya dengan insulasi yang hanya dapat dilepas dengan
merusaknya. Untuk perlengkapan, insulasi harus memenuhi standar relevan untuk
perlengkapan listrik.
26
sengaja ke bagian aktif dan mencegah terjadinya sentuh tak sengaja dengan bagian
aktif selama operasi perlengkapan aktif dalam pelayanan normal.
Rintangan dapat dilepas tanpa menggunakan kunci atau perkakas, tetapi
harus aman sehingga tercegah lepasnya rintangan sengaja secara tidak sengaja.
B. Proteksi dari efek termal
Untuk menghindari bahaya dari efek termal, proteksi dapat dilakukan
melalui instalasi listrik yang disusun sedemikian rupa sehingga tidak ada risiko
tersulutnya bahan yang mudah terbakar karena tingginya suhu atau busur api
listrik. Selain itu, untuk menghindari bahaya efek termal maka tidak boleh ada
risiko luka bakar pada manusia maupun ternak selama perlengkapan listrik
beroperasi secara normal.
a. Dipasang pada atau dalam bahan yang tahan terhadap suhu tinggi dan
mempunyai konduktans termal yang rendah, atau
b. Disekat dari elemen kontruksi bangunan, dengan bahan yang akan tahan
terhadap suhu tersebut dan mempunyai konduktans termal yang tendah,
atau
c. Dipasang sedemikian agar memungkinkan disipasi bahan yang aman pada
jarak yang memadai dari setiap bahan yang dapat terkena efek termal yang
rusak karena suhu tersebut, dan setiap sarana penyangga mempunyai
konduktans termal yang rendah.
Jika busur api atau latu (sparks) dapat dipancarkan oleh perlengkapan
terhubung permanen dalam pelayanan normal, maka perlengkapan harus:
27
c. Dipasang untuk memungkinkan pemadaman busur api dengan aman pada
jarak yang memadai dari elemen bangunan dimana busur api dapat
member efek termal yang merusak.
Bahan tahan busur api yang digunakan untuk tindakan proteksi ini harus
tidak dapat terbakar, berkonduktivitas termal rendah, dan mempunyai tebal
memadai untuk memberikan kestabilan mekanis.
Bila perlengkapan listrik dalam suatu lokasi tunggal berisi cairan yang
mudah terbakar dalam jumlah yang signifikan (terendah 25 liter, apabila kurang,
maka suatu susunan yang mencegah keluarnya cairan telah memadai), maka harus
diambil tindakan pencegahan untuk mencegah cairan yang terbakar dan hasil
pembakaran cairan (api, asap, gas beracun) menyebar ke bagian bangunan yang
lain.
28
dengan membatasi arus berlebih ke durasi yang lebih aman. Proteksi dilakukan
dengan cara memilih gawai proteksi yang tepat untuk tetap sikrit, juga mencakup
koordinasi proteksi beban lebih dan proteksi hubungan pendek.
29
Manusia dan ternak harus diproteksi dari cedera dan harta benda harus
diproteksi dari setiap efek yang berbahaya akibat adanya gangguan antara bagian
aktif sirkit yang disuplai pada voltase yang berbeda, kerusakan akibat adanya
voltase lebih sedemikian seperti yang berasal dari peristiwa atmosfer atau dari
penyakelaran, serta kerusakan akibat adanya voltase kurang dan setiap pemulihan
voltase sesudah itu.
Instalasi harus mempunyai tingkat perlindungan yang memadai terhadap
gangguan elektromagnetik sehingga berfungsi secara benar pada lingkungan yang
ditentukan. Desain instalasi harus mempertimbangkan emisi elektromagnetik yang
ditimbulkan oleh instalasi atau perlengkapan yang terpasang dan disesuaikan
sebagai pemanfaat listrik yang digunakan atau dihubungkan dengan instalasi.
F. Proteksi perlengkapan dan instalasi listrik
1. Pada setiap perlengkapan listrik harus tercantum dengan jelas nama
pembuat dan atau merek dagang; daya, voltase, dan/atau arus pengenal;
serta data teknis lain seperti disyaratkan SNI atau standar yang relevan.
Dimana perlengkapan listrik yang memenuhi persyaratan adalah yang
memenuhi persyaratan standar perlengkapan tersebut, sudah lulus
pengujian sesuai SNI terkait dan mendapatkan sertifikat produk dari
Lembaga Sertifikasi Produk yang sudah diakreditasi oleh Komite
Akreditasi Nasional (KAN), serta diberi label SNI pada produknya.
2. Instalasi yang baru dipasang atau mengalami perubahan harus diperiksa
dan diuji dulu sesuai dengan ketentuan mengenai resistans insulasi,
pengujian sistem proteksi dengan diskoneksi otomatis suplai, serta
pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik, dimana instalasi listrik yang
sudah memenuhi semua ketentuan dapat dioperasikan setelah mendapat
izin atau pengesahan dari instansi/lembaga yang berwenang.
Instalasi listrik terpasang harus diverifikasi oleh KONSUIL (Komite
Nasional Keselamatan untuk Instalasi Listrik) atau PPILN (Perkumpulan
Pemeriksa Instalasi Listrik Nasional), yang saat ini telah mendapat izin dan
pengesahan dari instansi/lembaga yang berwenang, yaitu Direktorat Jendral
Ketenagalistrikan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Setelah
dinyatakan memenuhi syarat maka instalasi listrik dinyatakan laik operasi dan
30
akan diterbitkan Sertifikat Laik Operasi, sehingga instalasi listrik dapat
dioperasikan.
3.5 K3 Bahan Kimia Berbahaya
Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau
campuran yang berdasarkan sifat kimia dan atau fisika dan atau toksikologi
berbahaya terhadap tenaga kerja , instalasi dan lingkungan. Kriteria bahan kimia
di tempat kerja dan nilai ambang kuantitasnya (NAK), sebagaimana yang tertera
dalam Lampiran II Kepmenaker No 187 Tahun 1999 tentang Pengendalian Bahan
Kimia Berbahaya di Tempat Kerja. Bahan kimia berbahaya mempunyai sifat
mudah meledak, mudah menyala atau terbakat, oksidator, racun, karsinogenik,
iritasi, sensitivitas, teratogenik, mutagenic atau korosif. Cara bahan kimia tersebut
dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, saluran pencernaan dan
penyerapan melalui kulit.
Pengaruh negatif bahan kimia terhadap kesehatan yaitu dapat
terjadi iritasi, menimbulkan energi, menyebabkan sulit bernapas, menimbulkan
keracunan sistemik, menyebabkan kanker, menyebabkan kerusakan/kelainan
janin. Apabila perusahaan menggunakan, menyimpan, memakai, memproduksi
bahan kimia di tempat kerja, maka pengusaha wajib melakukan pengendalian
bahan kimia berbahaya di tempat kerja. Pengendalian dimaksud antara lain
dengan menyediakan lembar data keselamatan bahan (LKDB) dan label.
31
3.6.1.1 Pencegahan Darurat Kebakaran
Pencegahan kebakaran dimulai dari sejak perencanaan dan pengaturan
proses produksi. Suatu prinsip penting pada semua perencanaan adalah tidak
meluasnya kebakaran yang terjadi dan dimungkinkan untuk penanggulangan
kebakaran yang efektif. Pendekatannya dilakukan dengan penelahan secara cermat
atas bangunan menurut kegunaannya dan penetuan lokasi yang diperlukannya.
Bangunan-bangunan tersebut harus diatur letaknya sedemikian, sehingga aman
dari kebakaran dan cukup jarak diantara satu dengan yang lainnya. Perlengkapan
penanggulangan kebakaran termasuk alat-alat pemadam kebakaran harus tersedia
dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku (Sumamur, 1996).
Manajemen puncak perlu menyadari pentingnya perencanaan dan
persiapan keadaan darurat terutama masalah kebakaran. Untuk itu manajer
keselamatan kerja perlu memberikan penjelasan serta mengupayakan agar rencana
itu mendapat dukungan. Untuk menyusun rencana keadaan darurat terlebih dahulu
perlu di indentifikasi dan di evaluasi jenis dan skala keadaan darurat yang
mungkin terjadi. Selanjutnya disiapkan suatu rencana kerja. Perencanaan tersebut
harus dibuat oleh perusahaan, bila perlu dengan bantuan ahli dari pihak
pemerintah atau konsultan. Rencana juga bisa disusun bersama perusahaan yang
berada dalam satu kawasan (Syukri, 1997)
Rencana keadaan darurat harus praktis, sederhana dan mudah dimengerti.
Rencana harus sudah mengantisipasi berbagai scenario keadaan darurat, meliputi
bencana karena kesalahan operasi, bencana alam dan kemungkinan sabotase. Bila
hal ini tidak di antisipasi dan tidak diambil langkah penanggulangan yang
memadai akan dapat menimbulkan kerugian total, karena musnahnya seluruh
asset perusahaan. Karena itu persiapan keadaan darurat kebakaran perlu dilakukan
untuk mencegah kerugian besar baik harta, benda maupun jiwa manusia (Syukri,
1997).
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
33
i. Terdapat fasilitas dan sarana pengawasan dan pemantauan kualitas air
limbah,
j. Terdapat tempat penampungan sementara bahan berbahaya beracun
(TPS B3) yang dipergunakan untuk pengumpulan sementara limbah oli,
k. Limbah oli bekas dikelola oleh pihak ke tiga
34
o. Reagen dan obat-obatan kadaluarsa dikelola oleh pihak ke tiga yaitu
PPLI
35
mendukungnya sumber daya yang menjalankan penerapan K3 di tempat
kerja.
a) Pemeriksaan Awal
36
Pemeriksaan ini diperuntukkan bagi karyawan baru. Sebelum diterima
menjadi tenaga kerja PT Sanbe Farma Unit II setiap tenaga kerja harus
lolos test kesehatan, akan tetapi pemeriksaan kesehatan awal ini
dilakukan oleh karyawan baru bukan dilakukan oleh pihak perusahaan.
b) Pemeriksaan Berkala
Untuk meningkatkan kesehatan tenaga kerja PT Sanbe Farma Unit II
melakukan pemeriksaan berkala dalam jangka waktu 1 tahun sekali.
Pemeriksaan berkala dilakukan oleh paramedis yang telah bekerjasama
dengan perusahaan. Pemeriksaan kesehatan berkala ini hanya
dilakukan pada pekerja yang berada di ruang produksi saja.
37
Toilet adalah salah satu tempat penunjang kesehatan kerja tenaga kerja.
PT Sanbe Farma Unit II menyediakan toilet yang tersebar di setiap
gedung dan departemen perusahaan.
f. Wastafle
PT Sanbe Farma Unit II telah menyediakan wastafel yang berada di
depan kantin. Pengadaan wastafel tersebut dimaksudkan agar tenaga
kerja membiasakan diri untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan.
38
5.5. Instrumen Keselamatan Kesehatan Kerja
Instrumen Keselamatan Kesehatan Kerja yang ada di PT Sanbe Farma tersebar
disetiap unit dan perusahaan, instrument-instrumen yang digunakan di PT
Sanbe Farma antara lain :
39
bagaimana kecelakaan tersebut bisa terjadi untuk selanjutnya dapat
diberikan penanganan agar dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan.
e. Instrumen Pemantauan Alat Pemadam Api Ringan
Instrumen ini merupakan instrumen yang digunakan untuk memantau
kondisi sarana penanggulangan kebakaran yaitu APAR. Kegiatan yang
dilakukan berupa pengecekan keadaan APAR yang ada di perusahaan.
Pengecekan yang dilakukan berupa kondisi fisik dan masa pakai APAR.
Informasi yang akan didapatkan dari instrumen ini adalah kondisi APAR
agar selalu dalam keadaan baik sebelum adanya kejadian kebakaran.
f. Instrumen Pemeriksaan Hydrant
Instrumen ini merupakan instrumen yang digunakan untuk memantau
kondisi sarana penanggulangan kebakaran yaitu Hydrant. Kegiatan yang
dilakukan berupa pengecekan keadaan Hydrant yang ada di perusahaan.
Pengecekan yang dilakukan berupa kondisi fisik seperti selang, nozzle,
kran dan sebagainya. Informasi yang akan didapatkan dari instrumen ini
adalah kondisi Hydrant agar selalu dalam keadaan baik sebelum adanya
kejadian kebakaran.
40
Potensi bahaya merupakan segala sesuatu yang ada di tempat kerja yang
dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
PT Sanbe Farma Unit II merupakan industri farmasi yang memproduksi
bahan baku obat Bethalactam yang dalam proses produksinya memiliki
potensi-potensi bahaya. Identifikasi dan penilaian bahaya dilakukan oleh
pengurus unit K3. Identifikasi dan penilaian bahaya di tulis dalam Form
khusus yang telah disediakan oleh pengurus unit K3 (Lampiran 1).
41
disesuaikan dengan ruangan. APAR terdistribusi di seluruh area
perusahaan baik di dalam pabrik maupun di luar area pabrik.
Pengecekan APAR dilakukan oleh pengurus unit keselamatan
kesehatan kerja. Pemeriksaan APAR dilakukan setiap enam bulan
sekali secara visual. Penempatan APAR sesuai dengan sumber
bahaya kebakaran yang diidentifkasi. Jenis APAR yang digunakan
adalah powder dan foam. Di setiap APAR terdapat instruksi kerja,
jenis APAR, masa berlaku pemakaian, tanggal pemeriksaan dan
nomor pemasangan. APAR yang telah habis masa berlakunya akan
di isi ulang. APAR dipasang dengan ketinggian kurang dari 1,25 m
dari permukaan lantai dan terdapat simbol yang menandakan
keberadaan APAR.
2) Fire Hydrant
PT Sanbe Farma Unit II mempunyai potensi kebakaran cukup
besar, maka dari itu terdapat hydrant untuk alat pemadam.
Perusahaan menyediakan 6 hydrant di indoor dan 4 hydrant di
outdoor yang tersebar di seluruh peruhasaan. Pemeriksaan hydrant
dilakukan setiap 6 bulan sekali. Pengecekan untuk hydrant antara
lain pressure, selang, kran dan nozzle.
42
karyawan QC akan mengambil bahan kimia ke tempat penyimpanan
bahan kimia.
c. Pengendalian tumpahan bahan kimia berbahaya dan beracun
Untuk pengendalian tumpahan bahan kimia yang berbahaya dan
beracun di PT Sanbe Farma Unit II dlakukan denga memberikan
absorben pada area tumpahan misalnya berupa serbuk kayu atau pasir
lalu media absorben tersebut dimasukan kedalam wadah. Residu
absorben tersebut disimpan di TPS limbah B3.
43
keselamatan kerja bidang transportasi yang dilakukan adalah secara
administratif forklift dioperasikan oleh tenaga kerja yang memiliki Surat
Izin Operasi (SIO). Penggunaan truk dioperasikan oleh pekerja yang sudah
memiliki SIM B.
44
pengganggu di 2minggu sekali
perusahaan
Sumber : Data Sekunder EHS PT Sanbe Farma Unit II
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Penyehatan Air
Kondisi air bersih di PT Sanbe Farma Unit II berdasarkan data sekunder
yang diperiksa secara rutin memenuhi baku mutu Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990. Sumber air bersih di PT Sanbe Farma Unit
II berasal dari 2 sumur artesis yang berada di area PT Sanbe Farma Unit II. Air
tersebut ditampung dalam satu bak dan diberikan clor sebagai desinfektan.
Berdasarkan data sekunder untuk pemeriksaan kualitas kimia air diperiksa di
Laboratorium Kimia Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Bandung yang
hasilnya memenuhi baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416
Tahun 1990 sedangkan untuk kualitas mikrobiologi diperiksa di Laboratorium
Mikrobiologi Air Jurusan Kesehatan Lingkungan yang hasilnya memenuhi
baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990
2. Penyehatan Udara
Kualitas udara di PT Sanbe Farma Unit II sudah baik jika dilihat dari data-
data yang sudah ada. Setiap ruangan di PT Sanbe Farma Unit II dilengkapi
dengan alat penyegar udara seperti AC, Kipas Anging dan Exhaustfan
sehingga kondisi di ruangan nyaman bagi pekerja. Pada bagian ruangan
produksi, kondisi ruangan tersebut berdasarkan data yang diambil bahwa
dalam ruangan tersebut kondisi udaranya baik, mulai dari segi fisika maupun
kimia. Pengambilan sampel udara di PT Sanbe Farma Unit II dilakukan
sebanyak 6 bulan sekali dan pengambilan sampel dilakukan oleh Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kota Bandung. Sedangkan untuk data primer
dilakukan pengukuran suhu, kelembaban, pencahayaan serta pengukuran
kebisingan.
46
dapat meminta dibelikan oleh salah satu cleaning service yang ada di PT
Sanbe Farma Unit II dengan cara dikumpulkan dan dikoordinir untuk
dibelikan mkanan sesuai yang dihendaki. Data primer yang dilakukan yaitu
melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi alat makan yang diperiksa di
Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Kesehatan Lingkungan bahwa hasilnya
tidak memenuhi baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1096 Tahun
2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga.
4. Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah di PT Sanbe Farma Unit II dibagi menjadi 2 bagian
yaitu sampah B3 dan sampah non B3, sampah B3 dikelola oleh PT. PPLI
sedangkan sampah non B3 dikelola oleh PT Sanbe Farma Unit II itu sendiri.
Dalam pengelolaan sampah non B3 atau sampah organik dan sampah
anorganik tidak terdapat program 3R.
5. Pengendalian Vektor dan Binatang Penganggu
Pengendalian vektor dan binantang pengganggu atau juga disebut dengan
pest control yang dilakukan oleh PT Sanbe Farma Unit II dengan cara bekerja
sama dengan pihak ketiga. Pihak ketiga tersebut bernama rentokil yang
mampu mengendalikan masalah vektor dan binatang pengganggu yang ada di
PT Sanbe Farma Unit II. Contoh laporan rentokil terdapat dalam lampiran
laporan ini. Untuk mengtahui keberadaan vektor dalam kaitannya hal ini yaitu
lalat, maka secara primer dilakukan pengambilan data kepadatan lalat di TPS
sampah organik pada titik 0 meter maupun titik 10 meter yang hasilnya bahwa
kepadatan lalat dalam kategori rendah.
47
diperiksa di Badan Pengendalian Lingkungan Hidup hasilnya memenuhi baku
mutu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014
7. Struktur organisasi P2K3 di PT Sanbe Farma telah terbentuk Ketua P2K3 di
PT Sanbe Farma Unit II di pegang oleh Manajer Umum PT Sanbe Farma Unit
II yang mana memiliki cukup wewenang yang besar untuk mengambil
keputusan. Sedangkan sekretaris P2K3 di isi oleh koordinator EHS yang
sudah memiliki sertifikat pelatihan K3 umum. Sehingga program-program K3
dapat berjalan dengan cukup baik karena mendukungnya sumber daya yang
menjalankan penerapan K3 di tempat kerja.
8. Audit keselamatan kesehatan kerja jika di lihat dari program-program yang di
rencanakan PT Sanbe Farma Unit II melakukan audit K3 internal secara rutin
dilakukan 3 bulan sekali. PT Sanbe Farma Unit II sudah menerapkan ISO
9001, ISO 14001, OHSAS 18001.Selain itu juga PT Sanbe Farma telah
melakukan audit WHO untuk memenuhi persyaratan penjualan obat ke Benua
Afrika.
9. Pemeriksaan tenaga kerja di PT Sanbe Farma dilakukan pada saat menjadi
calon karyawan atau pemeriksaan awal dan dilakukan pemeriksaan kesehatan
berkala selama satu tahun sekakli untuk karyawan yang bekerja di ruang
produksi.
10. Kecelakaan kerja yang biasa terjadi di PT Sanbe adalah kecelakaan lalu lintas
atau kecelakaan yang terjadi pada saat karyawan dinas luar atau pada saat
karyawan berangkat dan pulang dari tempat kerja.
11. Instrumentasi K3 yang ada di PT sanbe Farma yaitu berupa kumpulan SOP
yang ada untuk setiap bidang pekerjaan atau Form pengisian pemeriksaan
sedangkan untuk instrumentasi kesehatan lingkungan yang ada di PT Sanbe
Farma Unit II adalah alat-alat yang digunakan PT Sanbe Farma untuk
pengujian atau pemeriksaan kualitas lingkungan.
12. Norma K3 yang ada di PT Sanbe Farma adalah norma K3 kebakaran, Norma
K3 bahan berbahaya dan beracun, norma K3 kelistrikan, Norma K3 bidang
mekanik, norma K3 bidang alat angkat angkut, Norma K3 bejana uap dan
bejana tekan.
13. Pengelolaan program K3 yang ada di PT Sanbe Farma yaitu dibagi menjadi 3
bagian yaitu, pemeriksaan, pemantauan dan investigasi.
48
13.1. Saran
Manajemen K3 di PT Sanbe Farma di tingkatkan, dilengkapinya sarana K3
sebagai instrumentasi K3 seperti jalur pejalan kaki dan jalur kendaraan,
pemantauan beberapa pekerjaan yang harus di damping oleh pihak EHS
ditingkatkan agar mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
49
DAFTAR PUSTAKA
Irawan Yudy Surya. 2012. Resume Pengawasan K3 Pesawat Uap Dan Bejana Tekan.
Malang:
John, Ridley. 2006. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Erlangga. Jakarta.
Kementerian Tenaga Kerja. 2015. Modul Pembinaan Calon Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Umum. Jakarta
Kepmenaker No 187 Tahun 1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di
Tempat Kerja
Keputusan Direktur Jenderal No. 47 tahun 2015 tentang Pembinaan Calon Ahli K3
Listrik
Keputusan Direktur Jenderal No. 48 tahun 2015 tentang Pembinaan Teknisi K3
Listrik
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 186 Tahun 1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
Octaviany, Rizky Chintya. 2016. Pelaksanaan Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3) di PT. Sanbe Farma Unit II. S1 thesis. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor : Per. 01/Men/1982
Tentang Bejana Tekanan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05 Tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan
Angkut
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 12 tahun 2015 tentang K3 Listrik
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 33 tahun 2015 tentang Perubahan Permenaker
No.12 tahun 2015
PUIL 2011 (SNI No. 0225:2011/Amd 1:2013 tentang Persyaratan Umum Instalasi
Listrik 2011 Amandemen 1)
Undang - Undang No. 01 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-Undang Uap Tahun 1930
50
Lampiran-lampiran
51
Lampiran 1 : Laporan Kecelakaan Kerja
JUMLAH LOST TIME/JUMLAH TEMPAT
TANGGAL BAGIAN YANG
NO NAMA BAGIAN JAM JAM KEHILANGAN JAM KEJADIAN KETERANGAN
KECELAKAAN TERLUKA
KERJA KERJA PERKARA(TKP)
Ane Kusnul Pengawasan Tangan kanan dan Kaki
1 Khotimah Mutu 09-01-16 6:45 WIB 8 Jam 32 Jam Jl Cimindi raya kanan sebelah kiri RS. Kasih Bunda
Kaki sebelah kanan dan
Sekitar Daaerah kiri, Perut, Tangan
2 Nike Andari DCC 11-Feb-16 6: 20 WIB 8 Jam 16 Jam Gasibu bandung kanan dan punggung RS. Avisena
Fajar Setyo Gudang Prodiksi
3 Wibowo Staff Penicillin 13-Feb-16 9:30 WIB - - Penicillin Jari kelingking kanan RS. Kasih Bunda
Lutfi GOJ Lantai 2 PT.
4 Andiansyah IT 22-Feb-16 11:48 WIB 8 Jam 36 Jam Sanbe Farma Wajah dan bahu memar RS. Kasih Bunda
Telapak kaki sebelah
5 Asep Tedi Teknik WFI 22-Apr-16 14.00 WIB 8 Jam - Depang Ruang Boiler kiri RS. Avisena
Tangan sebelah kanan
Sekitar daerah keseleo & lutut kaki
6 Rani Eka Putri GBB 28-Apr-16 06.45 WIB 8 Jam 24 Jam cimindi sebelah kiri terluka RS. Avisena
Jari telunjuk sebelah
7 Andika Ayu W Litbang 29-Apr-16 10.30 WIB 8 Jam - Lab Analisa kanan RS. Avisena
Muhamad Sekitar jalan raya
8 Ridwan Penicillin 18-Jun-16 8 jam cimindi RS. Avisena
Agus
9 Komarudin GOJ 21-Jun-16 06.45 WIB 8 Jam RS. Avisena
Effi Septi
10 Riyanti Litbang 30-Jun-16 Sekitar jaln jakarta Luka pelipis alis kiri
pada saat berangkat
11 Jahidin Gardening 29-Aug-16 kerja RS. Avisena
Pada saat akan
Gardening/ memotong pohon
12 Asep Sudrajat Service 08-Sep-16 terkena golok Ibu Jari sebelah kiri RS. Avisena
Laboratorium
Agnes Reitzena Formulasi Lt. 3 R&D
13 Delaneira Litbang 30-Sep-16 09.30 WIB 8 jam Center Ibu jari sebelah kanan RS Avisena
14 Nuraeni Sartika Pack. Penicillin 08-Nov-16 8 Jam Pack. Penicillin RS. Avisena
Lutfi
15 Andiansyah IT 11-Nov-16 Sanbe Uniht 2 RS. Avisena
52
Depan GD BSP PT
Sanbe Farma LG. Kepala terbentur ke
16 Ussi Lousiani Litbang 21-Nov-16 6.35 WIB 174 Aspal RS. Rajawali
Sumber : Data Sekunder Personalia PT Sanbe Farma Unit II 2016
53
54