Anda di halaman 1dari 26

KARYA TULIS ILMIAH

IPAL-TiO2: REAKTOR BERBASIS TiO2 SEBAGAI UPAYA


MENURUNKAN KADAR COD DAN BOD HASIL PENGOLAHAN
LIMBAH CAIR TAHU IPAL BIOLITA I DESA KALISARI
PURWOKERTO JAWA TENGAH

Diusulkan oleh:

Febiyanto (H1A011050) Angkatan 2011

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
PURWOKERTO
2014
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Karya Tulis Ilmiah : IPAL-TiO2: Reaktor Berbasis TiO2


Sebagai Upaya Menurunkan Kadar
COD dan BOD Hasil Pengolahan
Limbah Cair Tahu IPAL Biolita I
Desa Kalisari Purwokerto Jawa
Tengah
2. Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Febiyanto
b. NIM : H1A011050
c. Jurusan : MIPA Kimia
d. Universitas/Institut/Politeknik : Jenderal Soedirman
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Pangeran Antasari Ds/Kec:
Pumbon Kab. Cirebon 45155
f. Alamat email : alchemistry11@gmail.com
3. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Uyi Sulaeman, Ph.D
b. NIDN : 0005077306

Purwokerto, 17 Maret 2014

Mengetahui,
Dosen Pendamping Pelaksana

(Uyi Sulaeman, Ph.D) (Febiyanto)


NIDN. 0005077306 NIM. H1A011050

Menyetujui
Pembantu Dekan III
Fakultas Sains dan Teknik

(Dr. Ponco Iswanto, S.Si, M.Si)


NIP.19740101 200003 1 001
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Judul Karya Tulis Ilmiah yang kami ambil
adalah “IPAL-TiO2: Reaktor Berbasis TiO2 Sebagai Upaya Menurunkan
Kadar COD dan BOD Hasil Limbah Cair Tahu IPAL Biolita I Desa Kalisari
Purwokerto Jawa Tengah”. Hasil yang diperoleh menunjukkan kadar COD dan
BOD yang masih relatif tinggi dari pengolahan dengan menggunakan IPAL
Biolita I. Sehingga melalui IPAL-TiO2 yang digagas dapat meminimalisir kadar
COD dan BOD dari hasil pengolahan di IPAL Biolita I sehingga tidak
menimbulkan pencemaran di lingkungan.
Pembuatan Proposal Penelitian ini tidak terlepas dari saran serta dukungan
dari beberapa pihak yakni :
1. Keluarga, sahabat serta kerabat yang selalu mendoakan kesuksesan yang
gemilang.
2. Bapak Uyi Sulaeman, Ph.D selaku dosen pembimbing.
serta teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu dalam karya tulis ini.
Kami berharap dengan penelitian ini bisa memberikan manfaat bagi
lembaga pemerintah seperi Badan Lingkungan Hidup atau lembaga lainnya untuk
bersama-sama mengurangi pencemran limbah khusunya limbah cair industri tahu.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi penyempurnaan tulisan ini.

Purwokerto, 17 Maret 2014


Penulis,
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………... i


KATA PENGANTAR ………………………………………………………... ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………. iii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………. iv
RINGKASAN ………………………………………………………………… 1
SUMMARY …………………………………………………………………... 3
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ……………………………………………………... 5
2. Rumusan Masalah …………………………………………………… 7
3. Tujuan ……………………………………………………………… 7
4. Manfaat …………………………………………………………….. 7
TELAAH PUSTAKA
1 Fotokatalis TiO2 …………………………………………………………………………………... 8
2 Karakteristik dan Kandungan Limbah Cair Tahu ………………......... 9
3 Dampak Negatif Limbah Cair Tahu ………………………………...... 10
4 Parameter COD dan BOD ……………………………………………. 10
METODE PENULISAN
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan …………………………………… 12
3.2 Bahan dan Alat ……………………………………………………... 12
3.3 Prosedur Percobaan ………………………………………………… 12
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……………………………………... 16
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 17
LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………………… 20
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rancangan rekator yang disusun secara seri …………………….. 13


Gambar 2. keseluruhan rancang bangun reaktor IPAL-TiO2 ………………… 13
IPAL-TiO2: Reaktor TiO2 Sebagai Upaya Menurunkan Kadar COD dan
BOD Hasil Limbah Cair Tahu IPAL Biolita I Desa Kalisari Purwokerto
Jawa Tengah

Febiyanto1
1
Program Studi Kimia Jurusan MIPA Fakultas Sains dan Teknik
Universitas Jenderal Soedriman

RINGKASAN
Limbah tahu dihasilkan oleh indutri tahu seperti industri di Purwokerto Jawa
Tengah. Irmanto dan Suyata (2009), melaporkan pusat industri tahu berada 15 km
dari pusat Kota Purwokerto, tepatnya di Desa Kalisari Kecamatan Cilongok. Desa
Kalisari memiliki 374 UKM (Usaha Kecil Menengah) yang fokus memproduksi
tahu. Data dari kepala desa Kalisari, hampir setiap UKM menghasilkan limbah
cair sebanyak 40m3. Limbah ini dibuang ke sungai tanpa sebuah proses sehingga
bisa berdampak pada lingkungan seperti bau tidak enak. Lainnya adalah
meningkatkan kadar COD (Chemical Oxygen Demand) dan BOD (Biological
Oxygen Demand). Limbah dari indutri tahu yang diproduski di Purwokerto diolah
menggunakan IPAL dibawah pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Banyumas dengan nama IPAL Biolita I yang berfungsi menurunkan kadar COD
dan BOD. Laporan dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas (2013),
pada tahun 2013 limbah cair tahu setelah diproses masih menunjukkan tingginya
kadar COD dan BOD di air sekitar 717,05 ppm dan 765 ppm. Di lain pihak, inlet
kadar COD dan BOD hanya berkisar 900,37 ppm dan 7.610 ppm dimana IPAL
Biolita biasa menurunkan limbah namun kurang efektif untuk menurunkan
kandungan yang sebenanrnya. Jika dibandingkan dengan Perda Jawa Tengah No.
5 Tahun 2012 bahwa kadar maskimum dari COD dan BOD adalah 150 ppm dan
275 ppm. Besarnya COD dan BOD di air menunjukkan bahwa ada bahan organik
yang tidak bisa diuraikan di dalamnya. Oksigen memilki peran penting dalam
degradasi senyawa organik. Senyawa organik yang terlampau tinggi menunjukkan
COD dan BOD yang tinggi pula. Hal ini berbahaya untuk manuisa dan makhluk
hidup lainnya. Contohnya adalah menghasilkan amonia, karbondioksida, asam
asetat, asam sulfida sehingga mengurangi kemampuan lingkungan dan
mengganggu lingkungan. Teknologi untuk memecahkan masalah ini sangat
penting dimana dampak buruk dari kadar BOD dan COD yang tinggi di
lingkungan. Teknologi berbasis fotokatalis TiO2 yakni dengan melapisi reaktor
dengan fotokatalis TiO2. TiO2 disinari cahaya UV dengan energi yang sesuai
maka akan terbentuk pasangan elektron–hole (e- dan h+, elektron dan lubang
positif) pada permukaan lapisan. Lubang positif (hole) yang terbentuk akan
berinteraksi dengan air atau ion OH- menghasilkan radikal hidroksil (·OH).
Radika hidroksil ini merupakan spesies yang sangat reaktif menyerang molekul-
molekul organik dan dapat mendegradasinya menjadi CO2 dan H2O (dan ion
halida jika molekul organik mengandung halogen) (Linsebigler, 1995). Dengan
menggunakan TiO sebagai fotokatalis yang dijadikan sebuah lapisan reaktor bisa
mendegradasi kandungan dari limbah cair tahu dimana masih tertinggal sehingga
penurunan COD dan BOD bisa dioptimalisasi dan tidak berbahaya bagi
lingkungan.
Kata kunci: fotokatalis TiO2, limbah tahu, COD and BOD, reaktor
IPAL-TiO2: Reactor of TiO2 To Decrease BOD and COD Value From Liquid
Soybeanwaste IPAL Biolita I Kalisari Village Purwokerto Central Java

Febiyanto1
1
Chemistry Courses Departemen of MIPA Science and Engineering Faculty
Jenderal Soedriman University

SUMMARY

Soybeanwaste is produced by the soybean industries like the industry in


Purwokerto Central Java. Irmanto and Suyata (2009), reported that central of
soybean industries is there 15 km from central of Purwokerto city, exactly in
Kalisari village, Cilongok subdistrict. Kalisari village have 374 UKM (Usaha
Kecil Menengah) which focus to produced soyabean. Data from head office of
Kalisari village, almost each UKM produced liquid waste 40m3. It threw to river
without a prosses so that it can influence the environment like bad smell. The
others are increasing COD (Chemical Oxygen Demand) and BOD (Biological
Oxygen Demand) values. The soybeanwaste of industry which produced in
Purwokerto is prosseced to IPAL under Badan Lingkungan Hidup outhorities with
named it Biolita I to decrease the COD and BOD values. In 2013 reported that the
liquid of soybeanwaste which is processed still appear the great of COD and BOD
values in outlet of water after prossced the soybeanwaste by IPAL Biolita I. The
content of COD and BOD after prossced reported by Badan Lingkungan Hidup in
year 2013 that COD and BOD values in water amount 717,05 ppm dan 765 ppm
are so high. In order hand, inlet of the content of COD and BOD before prossced
only 900,37 dan 7.610 that IPAL Biolita I can decrease it but is not effectively to
decrease truly. If compared by Perda Central Java Province No 5 year 2012 that
maximum values of BOD and COD are 150 ppm and 275 ppm. The great of COD
and BOD in water show us that there organic component which can not to
degradation inside. Oxygen have important role to degradation orgnic component.
The organic components which over high in water show COD and BOD high too.
It is harmful for human and other living thing because of it. Examples are
produced ammonia, carbondioxide, acetat acid, methane, sulfida acid so that to
abate capability and distrubed the environemt. A technology to solve this problem
is so important whrere bad impact of BOD dan COD values are so great in
environment. Make a reactor which is coated by TiO2 is one of them. TiO2 is
lighted by UV rays with avaliable energy thus make a free electrone (e- and h+,
electrone and positive hole) on layer surface. Positive hole which is maked to
interaction with water or ion OH- produced hidroksil radical (·OH). It is a reactive
species to forced and degradationed organic molecules to be CO2 and H2O
(Linsebigler, 1995). With TiO as photocatalys to be a reactor layer can
degaration the component of liquid soybeanwaste where left inside so that
decrease the COD and BOD value can be reach optimalized and not harmful for
environment.
Keyword : photocatalys TiO2, soybeanwaste, COD and BOD, reactor
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan kadang menghasilkan
dampak terhadap lingkungan. Salah satu dampak negatif akibat aktivitas manusia
adalah turunnya kualitas lingkungan hidup (Widaningrum dkk., 2007). Contoh
aktivitas yang dapat menimbulkan pencemaran adalah kegiatan industri.
Pedeteksian terhadap suatu pencemran dapat dilihat dari paramater-parameter
yang ada seperti Biocehmical Oxygen Deman (BOD) dan Chemical Oxygan
Deman (COD). Salah satu studi kasus pencemaran adalah pada industri tahu.
Industri tahu merupakan usaha yang didirikan dalam rangka pengembangan
kegiatan di bidang pangan yang mempunyai dampak positif dan negatif bagi
lingkungan. Dampak positif berupa pemenuhan kebutuhan masyarakat akan
sumber pangan sedangkan dampak negatif dari industri tahu berupa limbah
buangan yang menimbulkan masalah pencemaran sehingga merusak lingkungan.
Pencemaran lingkungan tersebut berupa hasil pembuangan limbah padat (ampas
tahu) dan limbah cair. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri
pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang
disebut air dadih (Muhajir, 2013).
Studi kasus adalah masalah limbah cair industri seperti industri tahu di Desa
Kalisari Purwokerto. Irmanto dan Suyata melaporkan pusat industri tahu berada
15 km dari pusat Kota Purwokerto, tepatnya di Desa Kalisari Kecamatan
Cilongok. Desa Kalisari memiliki 374 UKM (Usaha Kecil Menengah) yang fokus
memproduksi tahu. Data dari Kepala Desa Kalisari, hampir setiap UKM
menghasilkan limbah cair sebanyak 40m3. Antisipasi dalam pengelolaan limbah
cair tahu ini salah satunya diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah atau IPAL
Biolita I untuk mengurangi dampak pencemaran terutama menurunkan COD dan
BOD. Namun, berdasarkan data yang diungkapkan Dinas Kesehatan Kabupaten
Purbalingga (2013), dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Pengolahan Air Limbah
Tahu Dan Pupuk Organik Cair menunjukkan hasil pengolahan IPAL Biolita I
dinilai belum maksimal. Dilaporakan kandungan COD dan BOD5 outlet sebesar
717,05 ppm dan 765 ppm yang masih tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan peraturan
Daerah Propinsi Jawa Tengah No. 5 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Air Limbah
dimana kadar maksimal COD dan BOD5 sebesar 275 ppm dan 150 ppm.
Meskipun teknologi yang digunakan dalam IPAL Biolita I mampu menurunkan
kadar COD dan BOD5 dari kadar BOD5 dan COD inlet masing-masing sebesar
900,37 dan 7.610 namun kandungan ini masih akan menimbulkan dampak
terhadap lingkungan. Oleh karena itu, semakin pesatnya perkembangan industri
dan semakin ketatnya peraturan mengenai limbah industri serta tuntutan untuk
mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan, maka teknologi
pengolahan limbah yang efektif dan efisien menjadi sangat penting (Slamet dkk,
2003). Teknologi berbasis fotokatalis menjadi salah satu solusi yang patut
diaplikasikan dalam mendegradasi hasil pengolahan berupa outlet limbah cair tahu
di IPAL Biolita I Desa Kalisari Purwokerto Jawa Tengah.
Teknologi fotokatalisis merupakan kombinasi dari proses fotokimia dan
katalis yang terintegrasi untuk dapat melangsungkan suatu reaksi transformasi
kimia. Reaksi transformasi tersebut berlangsung pada permukaan bahan katalis
semikonduktor yang terinduksi oleh sinar. Diantara sekian banyak jenis
semikonduktor, hingga saat ini serbuk TiO2 (terutama dalam bentuk kristal
anatase) memiliki aktivitas fotokatalitik yang tinggi, stabil dan tidak beracun
(Sopyan dalam Slamet dkk., 2003). Secara komersial serbuk TiO2 juga mudah
didapat dan diproduksi dalam jumlah besar (Slamet dkk, 2003). Namun, TiO2
dalam bentuk serubuknya yang disebar secara langsung ke dalam air limbah masih
memiliki kekurangan. Hal ini disebabkan karena ketika proses pembersihan
polutan organik telah selesai dilakukan air menjadi tercemar oleh serbuk TiO2
(Sutanto dkk., 2011). Pelapisan pada permukaan rekator manjadi salah satu upaya
pemaksimalan pendegradasian limbah sehingga outlet limbah yang dihasilkan dari
proses pengolahan IPAL Biolita I tidak menimbulkan masalah baru yang berujung
pencemaran di lingkungan.
Pendegradasian kandungan pencemaran outlet IPAL Biolita I melalui
oksidasi fofokatalis. Oksidasi fotokatalis merupakan proses dimana partikel
semikonduktor di dalam suspensi air limbah/kontaminan menangkap cahaya ultra-
violet (UV) dan selanjutnya energi ini digunakan untuk menghasilkan pasangan
elektron dan lubang (hole). Bahan titanium dioksida dikenal dengan titania (TiO2)
bersifat foto katalis. Sifat foto katalis tersebut dapat digunakan untuk pemecahan
ikatan-ikatan kimia yang terjadi pada air limbah. Peranan material TiO2 apabila
dikenai cahaya UV akan merusak polutan sehingga akan mereduksi
keberadaannya di air (Chang W. dan Lin W.Y., 1994). Melalui proses ini
kandungan bahan pencemar di dalam outlet akan menurun sehingga akan
menurunkan pula kadar BOD dan COD.

2. Rumusan Masalah
1. Apakah reaktor TiO2 dapat diaplikasikan untuk menurunkan kadar COD
dan BOD di IPAL Biolita I?
2. Bagaimana rancang bangun reaktor TiO2 sehingga mampu mengurangi
dampak pencemaran hasil pengolahan IPAL Biolita I yang kurang
maksimal?

3. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah :
1. Optimalisasi penuruan COD dan BOD pada hasil pengolahan limbah cair
tahu di IPAL Biolita Kalisari Purwokerto Jawa Tengah.
2. Mengurangi tingkat pencemaran di lingkungan.

4. Manfaat
Penelitian ini diharapkan akan memberikan kegunaan sebagai berikut :
1. Membentuk lingkungan yang bersih dan aman.
2. Meningkatkan daya kreatifitas dan inovasi dalam meminimalisir
pencemaran pada industri khusunya indutri tahu di Desa Kalisari
Purwokerto.
TELAAH PUSTAKA

1. Fotokatalis TiO2
Penelitian tentang fenomena fotokatalitik pada permukaan TiO2 berkembang
pesat meliputi aspek fundamental maupun aspek aplikasi sejak publikasi Fujisima
dan Honda (1972), tentang fotolisis elektrokimia air pada elektroda
semikonduktor TiO2. Pada proses fotokatalitik, ketika semikonduktor
mengadsorbsi cahaya yang berenergi sama atau lebih besar dari energi celah
pitanya maka akan terjadi pemisahan muatan atau fotoeksitasi dalam
semikonduktor. Elektron (e) akan tereksitasi ke pita konduksi meninggalkan
lubang positif (h+) pada pita valensi (Andayani dan Sumartono, 2006). Lubang
positif (hole) yang terbentuk akan berinteraksi dengan air atau ion OH-
menghasilkan radikal hidroksil (·OH). Radikal hidroksil ini merupakan spesies
yang sangat reaktif menyerang molekul-molekul organik dan dapat
mendegradasinya menjadi CO2 dan H2O (dan ion halida jika molekul organik
mengandung halogen) (Linsebigler, 1995). Hasil penelitian Matsunaga dan
kawan-kawan (1988) menyatakan bahwa fotokatalis TiO2 dapat mendegradasi
senyawa organik. Hal ini dapat diperlihatkan dalam reaksi yang ditulis oleh
Andarini dkk. (2013) berikut:
TiO2 + hv e-cb + h+vb
e-cb + O2 O2-•
h+vb + H2O •OH + H+
•OH + senyawa organik hasil fotooksidasi
Proses fotokatalitik konvensional, digunakan titanium dioksida serbuk untuk
mendegradasi polutan organik, tetapi penggunaannya memberikan dua hambatan
yang cukup serius. Pertama, diperlukannya tahap pemisahan TiO2 dari suspensi.
Pemisahan ini memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Ke dua,
dalam sistim suspensi, penetrasi sinar UV menjadi terbatas karena absorbsi yang
kuat dari TiO2. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah ini digunakan TiO2 yang
diimobilisasi pada suatu zat pendukung, biasanya pada logam atau silika.
(Andayani dan Sumartono, 2006).
Aktivitas fotokatalitik biasanya dipengaruhi oleh struktur kristal, luas
permukaan, ukuran partikel, porositas, dan ketebalan film. Kuantitas-kuantitas
tersebut akan berbeda tidak hanya dengan bahan awal yang dipakai, tetapi juga
dengan metode pelapisan, proses pengeringan dan perlakuan panas. Fotokatalis-
fotokatalis film untuk aplikasi lingkungan harus memperlihatkan aktivasi
fotokatalitik yang tinggi selain transparansi yang baik. Untuk memperoleh
fotokatalis film dengan sifat-sifat yang diinginkan, yakni transparan, melekat erat
dan sangat aktif, dilakukan dengan proses sol-gel Hal ini karena sol-gel
merupakan teknik yang paling sukses (Su, 2004). Sehingga metode pembuatan
reaktor yang dilapisi fotokatalis TiO2 ini menggunakan metode yang telah diteliti
sebelumnya yakni metode sol-gel.

2. Karakteristik dan Kandungan Limbah Cair Tahu


Karakteristik buangan industri tahu meliputi dua hal, yaitu karakteristik
fisika dan kimia. Karakteristik fisika meliputi padatan total, padatan tersuspensi,
suhu, warna, dan bau. Karakteristik kimia meliputi bahan organik, bahan
anorganik dan gas. Suhu air limbah tahu berkisar 37-45°C, kekeruhan 535-585
FTU, warna 2.225-2.250 Pt.Co, amonia 23,3-23,5 mg/1, BOD5 6.000-8.000 mg/1
dan COD 7.500-14.000 mg/1 (Herlambang, 2002).
Limbah cair pada proses produksi tahu berasal dari proses perendaman,
pencucian kedelai, pencucian peralatan proses produksi tahu, penyaringan dan
pengepresan/pencetakan tahu. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh
industri pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu
yang disebut dengan air dadih (whey). Cairan ini mengandung kadar protein yang
tinggi dan dapat segera terurai. Limbah ini sering dibuang secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari
lingkungan. Sedangkan. Limbah padat yang berupa kotoran berasal dari proses
awal (pencucian) bahan baku kedelai dan umumnya limbah padat yang terjadi
tidak begitu banyak (0,3% dari bahan baku kedelai). Sedangkan limbah padat
yang berupa ampas tahu terjadi pada proses penyaringan bubur kedelai. Ampas
tahu yang terbentuk besarannya berkisar antara 25-35% dari produk tahu yang
dihasilkan (Kaswinarni, 2007). Lainnya dapat berupa gas. Gas-gas yang biasa
ditemukan dalam limbah tahu adalah gas nitrogen (N2). Oksigen (O2), hidrogen
sulfida (H2S), amonia (NH3), karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas-gas
tersebut berasal dari dekomposisi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air
buangan (Herlambang, 2002).

3. Dampak Negatif Limbah Cair Tahu


Menurut Kaswinarni (2007), Limbah cair yang dihasilkan mengandung
padatan tersuspensi maupun terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia,
dan hayati yang akan menimbulkan gangguan terhadap kesehatan karena
menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman
penyakit atau kuman lainnya yang merugikan baik pada produk tahu sendiri
ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan, air limbah akan berubah warnanya
menjadi cokelat kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini mengakibatkan sakit
pernapasan. Apabila air limbah ini merembes ke dalam tanah yang dekat dengan
sumur maka air sumur itu tidak dapat dimanfaatkan lagi. Apabila limbah ini
dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan akan
menimbulkan gangguan kesehatan yang berupa penyakit gatal, diare, kolera,
radang usus dan penyakit lainnya, khususnya yang berkaitan dengan air yang
kotor dan sanitasi lingkungan yang tidak baik.

4. Parameter COD dan BOD


Kebutuhan oksigen dalam air limbah ditunjukkan melalui BOD dan COD.
Biocehmical Oxygen Deman (BOD) adalah parameter penduga jumlah oksigen
yang diperlukan oleh perairan untuk mendegradasi bahan organik yang
dikandungnya, sekaligus merupakan gambaran bahan organik mudah urai
(biodegradable) yang ada dalam air atau perairan yang bersangkutan (Sutanto
dkk., 2011). Menurut Wardahana (2000), BOD atau kebutuhan oksigen biologis
adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air untuk
memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada di dalam air
lingkungan tersebut. Mikroorganisme yang memerlukan oksigen untuk memecah
bahan buangan organik sering disebut dengan bakteri aerobik. Sedangkan
mikroorganisme yang tidak memerlukan oksigen untuk memecah bahan buangan
organik sering disebut dengan bakteri anerobik. Jadi, pemeriksaan BOD
didasarkan atas reaksi oksidasi zat organik dengan oksigen di dalam air dan proses
terseebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik (Boyn, 1982). Nilai BOD
bermanfaat untuk mengetahui apakah air limbah tersebut mengalami biodegradasi
atau tidak, yakni dengan membuat perbandingan antara nilai BOD dan COD
(Kaswinarni, 2007). Sedangkan Chemical Oxygan Deman (COD) adalah
parameter penduga jumlah total bahan organik yang ada dalam air atau perairan,
baik yang mudah urai maupun yang sulit urai. Dengan memperbandingkan nilai
COD dan BOD, akan diketahui gambaran jumlah bahan organik persisten (sulit
urai) yang terkandung di dalamnya (Sutanto dkk., 2011).
METODE PENULISAN

Metode penulisan yang dilakukan berdasarkan literatur baik jurnal atau


bacaan lainnya yang mendukung disertai dengan prosedur percobaan yang akan
dilakukan. Berikut merupakan rincian dari rangkaian kegiatan penelitian yang
akan dilakukan.

1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


1.1 Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dilakukakan di laboratorium Anorganik Jurusan
MIPA Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman. Sedangkan
pengambilan sampel berasal dari IPAL Biolita I untuk dianalisis dan diukur
kadungan BOD dan CODnya.
1.2 Waktu Pelaksanaan
Waktu berlangsungnya penelitian dilakukan selama 2 bulan.

2. Bahan dan Alat


Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: instrumen botol
reagen, kertas saring, pH meter, perangkat titrasi, labu takar 500ml, pipet ukur
50ml, pipet tetes, gelas arloji, desikator, oven, beaker glass 500ml, substrat kaca
dan furnance.
Bahan-bahan digunakan adalah FeCl3, CaCl2, MgSO4, alkali azida, MnSO4
10%, H2SO4 pekat, H2SO4 4N, HgSO4, KMnO4 0.1M, KI 10%, Na2S2O3, amilum
1%, Larutan buffer fosfat, aquades, TiCl4 +etanol, dietanol amin, es batu dan
alkohol.

3. Prosedur Percobaan
3.1 Pembuatan reaktor fotokatalis
Reaktor fotokatalis dibuat dari bahan kaca yang transparan berbentuk kubus
dengan bagian dalamnya terdapat pelat-pelat yang dilapisi oleh fotokatalis dan
pengaduk. Ukuran panjang, lebar dan tinggi rekator ini adalah 1x1x1. rekator ini
dibuat 4 rekator dimana setiap 2 reaktor disusun secara seri utuk menampung air
dari kran pertama dan lainnya untuk keran ke 2. Upaya ini untuk memaksimalkan
daya tampung dan memaksimalkan pendegradasian bahan organik limbah tahu.
Berikut merupakan gambaran reaktor IPAL-TiO2 yang ditunjukkan Gambar 1.
Secara keseluruhan rancang bangun reaktor IPAL-TiO2 ditunjukkan pada Gambar
2.

Gambar 1. Rancangan rekator yang disusun secara seri

Gambar 2. Keseluruhan rancang bangun reaktor IPAL-TiO


3.2 Pembuatan Fotokatalis TiO2
Sejumlah larutan TiCl4 dicampur dengan etanol dan etanolamin pada suhu

0°C (Wadah reaksi direndam batu es). Komposisi campuran (TiCl4 +etanol) :
dietanol amin = 1:1. Larutan campuran ini menjadi larutan sol. Larutan sol
kemudian dilapiskan pada substrat kaca (glass slide) yang sebelumnya telah
dicuci dengan alkohol. Kaca (sesuai dengan rancang bangun pada Gambar 1.)
yang sudah dilapisi sol dibuat berdiri selama 30 menit pada posisi sedemikian
rupa sehingga larutan sol turun dan lapisan menjadi rata dan jernih. Setelah itu
kaca yang terlapisi dengan rata ini dipanaskan pada suhu 500°C selama 1 jam
setelah sebelumnya dibiarkan pada suhu 120°C selama 15 menit (Asteti dan
Syarif, 2007).

3.3 Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel untuk dianalisis kadar COD dan BOD dilakukan untuk
mengetahui persentase pendegradasian hasil pengolahan IPAL Biolita I dari
limbah cair tahu. Pengujian dilakukan pada air hasil pengolahan limbah cair tahu
sebelum masuk ke dalam reaktor fotokatalisis dan setelah masuk reaktor
fotokatalis. Pengujian dilakukan setiap hari selama 1 bulan untuk mengetahui
efektifitas dari rekator ini. Pengambilan dilakukan saat inlet dimasukkan pada
sistem IPAL Biolita I setelah dilakukan pengumpulan dari industri-industri tahu
oleh petugas IPAL Biolita I.

3.4 Pengukuran Hasil Degradasi


3.4.1 Pengukuran COD
Penentuan COD dilakukan dengan menggunakan metode titrasi iodometri.
50 ml akuades sebagai blanko dan 50 ml sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer
250 ml ditambahkan 0,1 g HgSO4 dan KMnO4 0,1 M. Ditutup, lalu dipanaskan
selama 1 jam dalam penangas air, didinginkan dan ditambahkan 5 ml KI 10 % dan
10 ml H2SO4 4N. Kemudian dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 sampai
warna kuning pucat. Setelah itu ditambahkan beberapa tetes amilum 1 %
kemudian dititrasi kembali sampai warna biru hilang. Kadar COD dapat dihitung
dengan rumus :

Kadar COD (ppm)

dimana :
A = ml pentiter untuk blanko
B = ml pentiter untuk sampel
N = normalitas Na2S2O3

3.4.2 Pengukuran BOD


Penentuan BOD dilakukan dengan menggunakan metode titrasi Winkler,
dimana kadar BOD dihitung dengan rumus : BOD = DO(0) – DO(5)
3.4.2.1 Pengukuran DO(0)
Dipipet 50 ml sampel, dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 ml
ditambahkan masing-masing 1 mL buffer posfat, MgSO4, CaCl2 dan FeCl3
dan diencerkan dengan akuades sampai tanda batas. Dipindahkan ke beker
gelas 1000 ml lalu diaerasi selama 15 menit. Dimasukkan ke dalam botol
Winkler dan ditutup, tambahkan masing-masing 1 ml alkali azida dan
MnSO4 10 %, tutup lalu kocok dengan membalik-balikan botol winkler.
Dibiarkan selama 10 menit lalu dipindahkan ke erlenmeyer. Ditambahkan 1
ml H2SO4 pekat, dikocok dan dititrasi dengan tiosulfat hingga kuning
pucat. Ditambahkan beberapa tetes amilum 1 % kemudian titrasi dilanjutkan
sampai warna biru tepat hilang.
3.4.2.2 Pengukuran DO(5)
Sampel yang telah diaerasi pada pengerjaan DO(0) dimasukkan ke dalam
botol winkler dan ditutup rapat tanpa adanya udara dan disimpan 5 hari.
Kemudian dititrasi dengan cara yang sama pada penetuan DO(0). Kadar oksigen
terlarut dapat dihitung dengan rumus :

Kadar O2 (ppm)

DO = kadar O2 (ppm) x faktor pengenceran.


KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan kadang menghasilkan


dampak terhadap lingkungan. Salah satu dampak negatif akibat aktivitas manusia
adalah turunnya kualitas lingkungan hidup Contoh aktivitas yang dapat
menimbulkan pencemaran adalah kegiatan industri tahu di Desa Kalisari
Purwokerto Jawa Tengah. Parameter dalam hal pencemaran industri limbah tahu
dianataranya adalah COD dan BOD. Pencemaran ini telah diantisipasi oleh
adanya pengolahan di Instalasi Pengolahan Air Limbah atau IPAL. Namun
menurut laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga (2013), dalam Laporan
Hasil Pemeriksaan Pengolahan Air Limbah Tahu Dan Pupuk Organik Cair
menunjukkan hasil pengolahan IPAL Biolita I dinilai belum maksimal.
Dilaporakan kandungan COD dan BOD5 outlet sebesar 717,05 ppm dan 765 ppm
yang masih tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan peraturan Daerah Propinsi Jawa
Tengah No. 5 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Air Limbah dimana kadar
maksimal COD dan BOD5 sebesar 275 ppm dan 150 ppm. Dengan menggunakan
inovasi teknologi IPAL- TiO2 menggunakan reaktor yang dilapisi oleh fotokatalis
TiO2 (bilah-bilah berukuran 25x25 yang dilekatkan pada substrat kaca) mampu
mendegradasi kandungan organik dalam limbah industri tahu yang akhirnya
menurunkan kadar COD dan BOD. Penurunan kadar BOD dan COD merupakan
indikasi minimnya pencemaran atau bahan buangan limbah berupa senyawa
organik di lingkungan.

2. Rekomendasi

a. Pengembangan di sektor material fotokatalis TiO2 diperlukan sehingga


mampu membrikan efektifitas terhadap pendegradasian yang lebih efektif
terutama penangan limbah cair indutri tahu di IPLA Biolita I Purwokerto.

b. Pengembangan reaktor untuk lebih mengoptimalisasi pendegradasian


bahan-bahan organik limbah cair tahu sehingga mampu menurunkan kadar
COD dan BOD.
DAFTAR PUSTAKA

Andarini, N.R., S. Wardhani, dan M.M. Khunur, 2013, Fotodegradasi Zat Warna
Jingga Metil Menggunakan TiO2 – Zeolit dengan Penambahan Anion
Anorganik NO3- , Kimia Student Journal, 1[2]:98-104.
Andayani, W., dan S.Agustin, 2006, Karakterisasi Katalis TiO2 dan TiO2/Karbon
Aktif yang Diimobilisasi pada Pelat Titaniumm dan Uji Aktivitasnya
sebagai Fotokatalis, Jurnal Kimia Indonesia, 1[1]: 54-58.
Asteti, S.F., dan D.G. Syarif, 2007, Pembuatan Film Lapis Tipis TiO2 Fotokatalis
Pada Kaca dan Aplikasinya Untuk Degradasi Mrtilrn Biru, Prosiding
Seminar Naional Sains dan Teknologi Nuklir, 17-18 Juli 2007, Bandung,
Indonesia, hal. 133-137.
Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga, 2013, Laporan Hasil Pemeriksaan
Pengolahan Air Limbah Tahu dan Pupuk Organik Cair, Badan Lingkungan
Hidup Pemerintah Kabupaten Banyumas, Purwokerto.
Fujisima, A.K., K. Honda, 1972, Electrochemical Photolysis of water at a
Semiconductor Electroda, Nature, hal.238.
Gerishcher, H., 1993, Photoelectrochemical Catalysis of the Oxidation of Organic
Molecules by Oxygen on Small Semiconductor Particles with TiO2 as An
Examples, Electrochemica Acta, 38(1).
Herlambang, A, 2002, Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu, Pusat
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (BPPT) dan Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Samarinda, Samarinda.
Irmanto dan Suyata, 2009, Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu di Desa
Kalisari Kecamatan Cilongok dengan Metode Multi Soil Layering, Molekul,
4[1]: 21-32.
Kaswinarni, F., 2007, Studi Kasus Industri Tahu Tandang Semarang, Sederhana
Kendal dan Gagak Sipat Boyolali [Tesis], Universitas Diponegoro,
Semarang.
Linsebigler, A. L., Lu Guangguan and Yates Jr, J. T., 1995, Photocatalysis on TiO2
Surface: Principles, Mechanisms, and Selected Results, Chem. Rev., 95, 735-
758.
Matsunaga, L. et. Al. 1988. Continuuous-Sterilization System That Uses
Photosemiconductor Powders. Applied and Environmental Microbiology. 54
(6): 1330-1333
Muhajir, M.S., Penurunan Limbah Cair BOD dan COD Pada Industri Tahu
Menggunakan Tanaman Cattail (Typha Angustifolia) dengan Sistem
Constructed Wetland [Skripsi], Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Slamet, N. Suryantini, dan R. Syakur, 2002, Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Proses Kimia IV, Depok, Indonesia, hal.2–8.
Slamet, R. Syakur dan W. Danumulyo, 2003, Pengolahan Limbah Berat
Chromium (VI) dengan Fotokatalis TiO2, Makara, 7[1]: 27-32.
Su, C., 2004, Sol-gel Preparation and Photocatalysis of Titanium Dioxide, Catal,
96: 119-126.
Sutanto, H., E. Hidayanto, A. Subagio, H. Widiyandari, I.A. Nugroho dan Z.
Rahmawati, 2011, Pembutan Sistem Pengolahan Air Bersih Menggunakan
Material Fotokatalis Titania (TiO2), Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Teknologi ke-2 Tahun 2011, Semarang.
Wardhana, W.A., 1999, Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Widaningrum, Miskiyah dan Suismono, 2007, Bahaya Kontaminasi Logam Berat
dalam Sayuran dan Alternatif Pencegahan Cemarannya, Buletin Teknologi
Pascapanen Pertanian, 3: 16-27.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Identitas Peneliti
A. Identitas Diri
1 Nama lengkap (dengan gelar) Febiyanto
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Program Studi Kimia
4 NIM H1A011050
5 Tempat dan Tanggal Lahir Cirebon, 1 Februari 1993
6 E-mail alchemistry11@gmail.com
7 Nomor Telephone/ HP 089651010741

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SD Negeri 1 SMP Negeri 1 SMA N 1
Plumbon Plumbon Plumbon
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk- 2001-2007 2007-2009 2009-2011
Lulus

C. Karya Ilmiah yang Pernah Ditulis


No Judul Karya Ilmiah Jenis Karya Tahun
1. Mabishi : Pemanfaatan PKM GT 2012
Mangrove Sebagai Tsunami
Bio-Shield
2 Minyak Ketapang (MiyKe) : PKM GT 2013
Pemanfaatan Biji Ketapang
(Terminalia cattapa L) di
Daerah Cilacap Sebagai
Minyak Goreng
3. Plastik Ramah Lingkungan dari PKM P 2013
Biji Nangka (Artocarpus
heterophyllus L.)

4. Isolasi dan Identifikasi PKM P 2013


Senyawa Tanin dari Tanaman
Paci-Paci (Leucas
lavandulaefolia) Sebagai
Biopestisida
5. Save Our Water: “Dari Limbah Opini Ilmiah MITI 2014
Untuk Penanganan Limbah” Indoensia

6. “Melahirkan BaBE (Bahan Essay Ilmiah Tingkat 2014


Bakar Etanol) di Desa Gumelar Nasional oleh UPN
Kabupaten Banyumas Jawa Veteran Yogyakarta
Tengah”

C. Kepanitiaan yang Pernah Diikuti


No Judul Karya Ilmiah Sebagai Tahun
1. Bedah PKM 2012: Kupas Staf Humas 2012
Tuntas Kreatifitas Civitas
Universitas”
2. Sainsation 5 Science and Leader Commitee 2012
Engineering Faculty
3. Sainsation 5 Science and Adjudicator 2012
Engineering Faculty
4. Bedah PKM “Kreasi Ilmiah Staf Dekorasi dan 2013
Untuk Membangun Negeri” Dokumentasi

D. Organisasi yang Pernah Diikuti


No Nama Organisasi Sebagai Tahun
1. BASIC MIPA Unsoed Staf Talent and 2012
Development BASIC
MIPA Unsoed
2. BASIC MIPA Unsoed Koordinator Talent and 2013
Development BASIC
MIPA Unsoed

Anda mungkin juga menyukai