Diusulkan oleh:
Mengetahui,
Dosen Pendamping Pelaksana
Menyetujui
Pembantu Dekan III
Fakultas Sains dan Teknik
Febiyanto1
1
Program Studi Kimia Jurusan MIPA Fakultas Sains dan Teknik
Universitas Jenderal Soedriman
RINGKASAN
Limbah tahu dihasilkan oleh indutri tahu seperti industri di Purwokerto Jawa
Tengah. Irmanto dan Suyata (2009), melaporkan pusat industri tahu berada 15 km
dari pusat Kota Purwokerto, tepatnya di Desa Kalisari Kecamatan Cilongok. Desa
Kalisari memiliki 374 UKM (Usaha Kecil Menengah) yang fokus memproduksi
tahu. Data dari kepala desa Kalisari, hampir setiap UKM menghasilkan limbah
cair sebanyak 40m3. Limbah ini dibuang ke sungai tanpa sebuah proses sehingga
bisa berdampak pada lingkungan seperti bau tidak enak. Lainnya adalah
meningkatkan kadar COD (Chemical Oxygen Demand) dan BOD (Biological
Oxygen Demand). Limbah dari indutri tahu yang diproduski di Purwokerto diolah
menggunakan IPAL dibawah pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Banyumas dengan nama IPAL Biolita I yang berfungsi menurunkan kadar COD
dan BOD. Laporan dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas (2013),
pada tahun 2013 limbah cair tahu setelah diproses masih menunjukkan tingginya
kadar COD dan BOD di air sekitar 717,05 ppm dan 765 ppm. Di lain pihak, inlet
kadar COD dan BOD hanya berkisar 900,37 ppm dan 7.610 ppm dimana IPAL
Biolita biasa menurunkan limbah namun kurang efektif untuk menurunkan
kandungan yang sebenanrnya. Jika dibandingkan dengan Perda Jawa Tengah No.
5 Tahun 2012 bahwa kadar maskimum dari COD dan BOD adalah 150 ppm dan
275 ppm. Besarnya COD dan BOD di air menunjukkan bahwa ada bahan organik
yang tidak bisa diuraikan di dalamnya. Oksigen memilki peran penting dalam
degradasi senyawa organik. Senyawa organik yang terlampau tinggi menunjukkan
COD dan BOD yang tinggi pula. Hal ini berbahaya untuk manuisa dan makhluk
hidup lainnya. Contohnya adalah menghasilkan amonia, karbondioksida, asam
asetat, asam sulfida sehingga mengurangi kemampuan lingkungan dan
mengganggu lingkungan. Teknologi untuk memecahkan masalah ini sangat
penting dimana dampak buruk dari kadar BOD dan COD yang tinggi di
lingkungan. Teknologi berbasis fotokatalis TiO2 yakni dengan melapisi reaktor
dengan fotokatalis TiO2. TiO2 disinari cahaya UV dengan energi yang sesuai
maka akan terbentuk pasangan elektron–hole (e- dan h+, elektron dan lubang
positif) pada permukaan lapisan. Lubang positif (hole) yang terbentuk akan
berinteraksi dengan air atau ion OH- menghasilkan radikal hidroksil (·OH).
Radika hidroksil ini merupakan spesies yang sangat reaktif menyerang molekul-
molekul organik dan dapat mendegradasinya menjadi CO2 dan H2O (dan ion
halida jika molekul organik mengandung halogen) (Linsebigler, 1995). Dengan
menggunakan TiO sebagai fotokatalis yang dijadikan sebuah lapisan reaktor bisa
mendegradasi kandungan dari limbah cair tahu dimana masih tertinggal sehingga
penurunan COD dan BOD bisa dioptimalisasi dan tidak berbahaya bagi
lingkungan.
Kata kunci: fotokatalis TiO2, limbah tahu, COD and BOD, reaktor
IPAL-TiO2: Reactor of TiO2 To Decrease BOD and COD Value From Liquid
Soybeanwaste IPAL Biolita I Kalisari Village Purwokerto Central Java
Febiyanto1
1
Chemistry Courses Departemen of MIPA Science and Engineering Faculty
Jenderal Soedriman University
SUMMARY
1. Latar belakang
Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan kadang menghasilkan
dampak terhadap lingkungan. Salah satu dampak negatif akibat aktivitas manusia
adalah turunnya kualitas lingkungan hidup (Widaningrum dkk., 2007). Contoh
aktivitas yang dapat menimbulkan pencemaran adalah kegiatan industri.
Pedeteksian terhadap suatu pencemran dapat dilihat dari paramater-parameter
yang ada seperti Biocehmical Oxygen Deman (BOD) dan Chemical Oxygan
Deman (COD). Salah satu studi kasus pencemaran adalah pada industri tahu.
Industri tahu merupakan usaha yang didirikan dalam rangka pengembangan
kegiatan di bidang pangan yang mempunyai dampak positif dan negatif bagi
lingkungan. Dampak positif berupa pemenuhan kebutuhan masyarakat akan
sumber pangan sedangkan dampak negatif dari industri tahu berupa limbah
buangan yang menimbulkan masalah pencemaran sehingga merusak lingkungan.
Pencemaran lingkungan tersebut berupa hasil pembuangan limbah padat (ampas
tahu) dan limbah cair. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri
pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang
disebut air dadih (Muhajir, 2013).
Studi kasus adalah masalah limbah cair industri seperti industri tahu di Desa
Kalisari Purwokerto. Irmanto dan Suyata melaporkan pusat industri tahu berada
15 km dari pusat Kota Purwokerto, tepatnya di Desa Kalisari Kecamatan
Cilongok. Desa Kalisari memiliki 374 UKM (Usaha Kecil Menengah) yang fokus
memproduksi tahu. Data dari Kepala Desa Kalisari, hampir setiap UKM
menghasilkan limbah cair sebanyak 40m3. Antisipasi dalam pengelolaan limbah
cair tahu ini salah satunya diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah atau IPAL
Biolita I untuk mengurangi dampak pencemaran terutama menurunkan COD dan
BOD. Namun, berdasarkan data yang diungkapkan Dinas Kesehatan Kabupaten
Purbalingga (2013), dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Pengolahan Air Limbah
Tahu Dan Pupuk Organik Cair menunjukkan hasil pengolahan IPAL Biolita I
dinilai belum maksimal. Dilaporakan kandungan COD dan BOD5 outlet sebesar
717,05 ppm dan 765 ppm yang masih tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan peraturan
Daerah Propinsi Jawa Tengah No. 5 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Air Limbah
dimana kadar maksimal COD dan BOD5 sebesar 275 ppm dan 150 ppm.
Meskipun teknologi yang digunakan dalam IPAL Biolita I mampu menurunkan
kadar COD dan BOD5 dari kadar BOD5 dan COD inlet masing-masing sebesar
900,37 dan 7.610 namun kandungan ini masih akan menimbulkan dampak
terhadap lingkungan. Oleh karena itu, semakin pesatnya perkembangan industri
dan semakin ketatnya peraturan mengenai limbah industri serta tuntutan untuk
mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan, maka teknologi
pengolahan limbah yang efektif dan efisien menjadi sangat penting (Slamet dkk,
2003). Teknologi berbasis fotokatalis menjadi salah satu solusi yang patut
diaplikasikan dalam mendegradasi hasil pengolahan berupa outlet limbah cair tahu
di IPAL Biolita I Desa Kalisari Purwokerto Jawa Tengah.
Teknologi fotokatalisis merupakan kombinasi dari proses fotokimia dan
katalis yang terintegrasi untuk dapat melangsungkan suatu reaksi transformasi
kimia. Reaksi transformasi tersebut berlangsung pada permukaan bahan katalis
semikonduktor yang terinduksi oleh sinar. Diantara sekian banyak jenis
semikonduktor, hingga saat ini serbuk TiO2 (terutama dalam bentuk kristal
anatase) memiliki aktivitas fotokatalitik yang tinggi, stabil dan tidak beracun
(Sopyan dalam Slamet dkk., 2003). Secara komersial serbuk TiO2 juga mudah
didapat dan diproduksi dalam jumlah besar (Slamet dkk, 2003). Namun, TiO2
dalam bentuk serubuknya yang disebar secara langsung ke dalam air limbah masih
memiliki kekurangan. Hal ini disebabkan karena ketika proses pembersihan
polutan organik telah selesai dilakukan air menjadi tercemar oleh serbuk TiO2
(Sutanto dkk., 2011). Pelapisan pada permukaan rekator manjadi salah satu upaya
pemaksimalan pendegradasian limbah sehingga outlet limbah yang dihasilkan dari
proses pengolahan IPAL Biolita I tidak menimbulkan masalah baru yang berujung
pencemaran di lingkungan.
Pendegradasian kandungan pencemaran outlet IPAL Biolita I melalui
oksidasi fofokatalis. Oksidasi fotokatalis merupakan proses dimana partikel
semikonduktor di dalam suspensi air limbah/kontaminan menangkap cahaya ultra-
violet (UV) dan selanjutnya energi ini digunakan untuk menghasilkan pasangan
elektron dan lubang (hole). Bahan titanium dioksida dikenal dengan titania (TiO2)
bersifat foto katalis. Sifat foto katalis tersebut dapat digunakan untuk pemecahan
ikatan-ikatan kimia yang terjadi pada air limbah. Peranan material TiO2 apabila
dikenai cahaya UV akan merusak polutan sehingga akan mereduksi
keberadaannya di air (Chang W. dan Lin W.Y., 1994). Melalui proses ini
kandungan bahan pencemar di dalam outlet akan menurun sehingga akan
menurunkan pula kadar BOD dan COD.
2. Rumusan Masalah
1. Apakah reaktor TiO2 dapat diaplikasikan untuk menurunkan kadar COD
dan BOD di IPAL Biolita I?
2. Bagaimana rancang bangun reaktor TiO2 sehingga mampu mengurangi
dampak pencemaran hasil pengolahan IPAL Biolita I yang kurang
maksimal?
3. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah :
1. Optimalisasi penuruan COD dan BOD pada hasil pengolahan limbah cair
tahu di IPAL Biolita Kalisari Purwokerto Jawa Tengah.
2. Mengurangi tingkat pencemaran di lingkungan.
4. Manfaat
Penelitian ini diharapkan akan memberikan kegunaan sebagai berikut :
1. Membentuk lingkungan yang bersih dan aman.
2. Meningkatkan daya kreatifitas dan inovasi dalam meminimalisir
pencemaran pada industri khusunya indutri tahu di Desa Kalisari
Purwokerto.
TELAAH PUSTAKA
1. Fotokatalis TiO2
Penelitian tentang fenomena fotokatalitik pada permukaan TiO2 berkembang
pesat meliputi aspek fundamental maupun aspek aplikasi sejak publikasi Fujisima
dan Honda (1972), tentang fotolisis elektrokimia air pada elektroda
semikonduktor TiO2. Pada proses fotokatalitik, ketika semikonduktor
mengadsorbsi cahaya yang berenergi sama atau lebih besar dari energi celah
pitanya maka akan terjadi pemisahan muatan atau fotoeksitasi dalam
semikonduktor. Elektron (e) akan tereksitasi ke pita konduksi meninggalkan
lubang positif (h+) pada pita valensi (Andayani dan Sumartono, 2006). Lubang
positif (hole) yang terbentuk akan berinteraksi dengan air atau ion OH-
menghasilkan radikal hidroksil (·OH). Radikal hidroksil ini merupakan spesies
yang sangat reaktif menyerang molekul-molekul organik dan dapat
mendegradasinya menjadi CO2 dan H2O (dan ion halida jika molekul organik
mengandung halogen) (Linsebigler, 1995). Hasil penelitian Matsunaga dan
kawan-kawan (1988) menyatakan bahwa fotokatalis TiO2 dapat mendegradasi
senyawa organik. Hal ini dapat diperlihatkan dalam reaksi yang ditulis oleh
Andarini dkk. (2013) berikut:
TiO2 + hv e-cb + h+vb
e-cb + O2 O2-•
h+vb + H2O •OH + H+
•OH + senyawa organik hasil fotooksidasi
Proses fotokatalitik konvensional, digunakan titanium dioksida serbuk untuk
mendegradasi polutan organik, tetapi penggunaannya memberikan dua hambatan
yang cukup serius. Pertama, diperlukannya tahap pemisahan TiO2 dari suspensi.
Pemisahan ini memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Ke dua,
dalam sistim suspensi, penetrasi sinar UV menjadi terbatas karena absorbsi yang
kuat dari TiO2. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah ini digunakan TiO2 yang
diimobilisasi pada suatu zat pendukung, biasanya pada logam atau silika.
(Andayani dan Sumartono, 2006).
Aktivitas fotokatalitik biasanya dipengaruhi oleh struktur kristal, luas
permukaan, ukuran partikel, porositas, dan ketebalan film. Kuantitas-kuantitas
tersebut akan berbeda tidak hanya dengan bahan awal yang dipakai, tetapi juga
dengan metode pelapisan, proses pengeringan dan perlakuan panas. Fotokatalis-
fotokatalis film untuk aplikasi lingkungan harus memperlihatkan aktivasi
fotokatalitik yang tinggi selain transparansi yang baik. Untuk memperoleh
fotokatalis film dengan sifat-sifat yang diinginkan, yakni transparan, melekat erat
dan sangat aktif, dilakukan dengan proses sol-gel Hal ini karena sol-gel
merupakan teknik yang paling sukses (Su, 2004). Sehingga metode pembuatan
reaktor yang dilapisi fotokatalis TiO2 ini menggunakan metode yang telah diteliti
sebelumnya yakni metode sol-gel.
3. Prosedur Percobaan
3.1 Pembuatan reaktor fotokatalis
Reaktor fotokatalis dibuat dari bahan kaca yang transparan berbentuk kubus
dengan bagian dalamnya terdapat pelat-pelat yang dilapisi oleh fotokatalis dan
pengaduk. Ukuran panjang, lebar dan tinggi rekator ini adalah 1x1x1. rekator ini
dibuat 4 rekator dimana setiap 2 reaktor disusun secara seri utuk menampung air
dari kran pertama dan lainnya untuk keran ke 2. Upaya ini untuk memaksimalkan
daya tampung dan memaksimalkan pendegradasian bahan organik limbah tahu.
Berikut merupakan gambaran reaktor IPAL-TiO2 yang ditunjukkan Gambar 1.
Secara keseluruhan rancang bangun reaktor IPAL-TiO2 ditunjukkan pada Gambar
2.
0°C (Wadah reaksi direndam batu es). Komposisi campuran (TiCl4 +etanol) :
dietanol amin = 1:1. Larutan campuran ini menjadi larutan sol. Larutan sol
kemudian dilapiskan pada substrat kaca (glass slide) yang sebelumnya telah
dicuci dengan alkohol. Kaca (sesuai dengan rancang bangun pada Gambar 1.)
yang sudah dilapisi sol dibuat berdiri selama 30 menit pada posisi sedemikian
rupa sehingga larutan sol turun dan lapisan menjadi rata dan jernih. Setelah itu
kaca yang terlapisi dengan rata ini dipanaskan pada suhu 500°C selama 1 jam
setelah sebelumnya dibiarkan pada suhu 120°C selama 15 menit (Asteti dan
Syarif, 2007).
dimana :
A = ml pentiter untuk blanko
B = ml pentiter untuk sampel
N = normalitas Na2S2O3
Kadar O2 (ppm)
–
1. Kesimpulan
2. Rekomendasi
Andarini, N.R., S. Wardhani, dan M.M. Khunur, 2013, Fotodegradasi Zat Warna
Jingga Metil Menggunakan TiO2 – Zeolit dengan Penambahan Anion
Anorganik NO3- , Kimia Student Journal, 1[2]:98-104.
Andayani, W., dan S.Agustin, 2006, Karakterisasi Katalis TiO2 dan TiO2/Karbon
Aktif yang Diimobilisasi pada Pelat Titaniumm dan Uji Aktivitasnya
sebagai Fotokatalis, Jurnal Kimia Indonesia, 1[1]: 54-58.
Asteti, S.F., dan D.G. Syarif, 2007, Pembuatan Film Lapis Tipis TiO2 Fotokatalis
Pada Kaca dan Aplikasinya Untuk Degradasi Mrtilrn Biru, Prosiding
Seminar Naional Sains dan Teknologi Nuklir, 17-18 Juli 2007, Bandung,
Indonesia, hal. 133-137.
Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga, 2013, Laporan Hasil Pemeriksaan
Pengolahan Air Limbah Tahu dan Pupuk Organik Cair, Badan Lingkungan
Hidup Pemerintah Kabupaten Banyumas, Purwokerto.
Fujisima, A.K., K. Honda, 1972, Electrochemical Photolysis of water at a
Semiconductor Electroda, Nature, hal.238.
Gerishcher, H., 1993, Photoelectrochemical Catalysis of the Oxidation of Organic
Molecules by Oxygen on Small Semiconductor Particles with TiO2 as An
Examples, Electrochemica Acta, 38(1).
Herlambang, A, 2002, Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu, Pusat
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (BPPT) dan Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Samarinda, Samarinda.
Irmanto dan Suyata, 2009, Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu di Desa
Kalisari Kecamatan Cilongok dengan Metode Multi Soil Layering, Molekul,
4[1]: 21-32.
Kaswinarni, F., 2007, Studi Kasus Industri Tahu Tandang Semarang, Sederhana
Kendal dan Gagak Sipat Boyolali [Tesis], Universitas Diponegoro,
Semarang.
Linsebigler, A. L., Lu Guangguan and Yates Jr, J. T., 1995, Photocatalysis on TiO2
Surface: Principles, Mechanisms, and Selected Results, Chem. Rev., 95, 735-
758.
Matsunaga, L. et. Al. 1988. Continuuous-Sterilization System That Uses
Photosemiconductor Powders. Applied and Environmental Microbiology. 54
(6): 1330-1333
Muhajir, M.S., Penurunan Limbah Cair BOD dan COD Pada Industri Tahu
Menggunakan Tanaman Cattail (Typha Angustifolia) dengan Sistem
Constructed Wetland [Skripsi], Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Slamet, N. Suryantini, dan R. Syakur, 2002, Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Proses Kimia IV, Depok, Indonesia, hal.2–8.
Slamet, R. Syakur dan W. Danumulyo, 2003, Pengolahan Limbah Berat
Chromium (VI) dengan Fotokatalis TiO2, Makara, 7[1]: 27-32.
Su, C., 2004, Sol-gel Preparation and Photocatalysis of Titanium Dioxide, Catal,
96: 119-126.
Sutanto, H., E. Hidayanto, A. Subagio, H. Widiyandari, I.A. Nugroho dan Z.
Rahmawati, 2011, Pembutan Sistem Pengolahan Air Bersih Menggunakan
Material Fotokatalis Titania (TiO2), Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Teknologi ke-2 Tahun 2011, Semarang.
Wardhana, W.A., 1999, Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Widaningrum, Miskiyah dan Suismono, 2007, Bahaya Kontaminasi Logam Berat
dalam Sayuran dan Alternatif Pencegahan Cemarannya, Buletin Teknologi
Pascapanen Pertanian, 3: 16-27.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Identitas Peneliti
A. Identitas Diri
1 Nama lengkap (dengan gelar) Febiyanto
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Program Studi Kimia
4 NIM H1A011050
5 Tempat dan Tanggal Lahir Cirebon, 1 Februari 1993
6 E-mail alchemistry11@gmail.com
7 Nomor Telephone/ HP 089651010741
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SD Negeri 1 SMP Negeri 1 SMA N 1
Plumbon Plumbon Plumbon
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk- 2001-2007 2007-2009 2009-2011
Lulus