Disusun oleh :
Kelompok 1
BOGOR
2019
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR IS
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.2 Tujuan.................................................................................................................2
1.3 Manfaat...............................................................................................................2
2.1 Nata.....................................................................................................................3
3.1.1 Alat............................................................................................................9
3.1.2 Bahan.........................................................................................................9
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................11
BAB V KESIMPULAN..............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13
iii
BAB I PENDAHULUAN
Industri tahu merupakan industri kecil yang banyak tersebar di kota dan di
pedesaan. Tahu adalah makanan padat yang dicetak dari sari kedelai dengan
proses pengendapan protein. Limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan
tahu diantaranya adalah limbah cair, limbah padat, dan limbah gas.
Pengolahan limbah padat, cair, dan gas masih belum optimum, bahkan sering
langsung dibuang ke lingkungan oleh produsen tahu, sehingga menimbulkan
permasalahan baru yang memerlukan pemikiran, tenaga, dan biaya yang
banyak untuk pengelolaannya.
1
pupuk ZA pada produk yang dihasilkan. Untuk itu diperlukan bahan alternatif
pengganti fungsi pupuk ZA sebagai sumber nitrogen dalam pembuatan Nata.
Pengolahan limbah cair tahu menjadi Nata de Soya selama ini belum
banyak dilakukan oleh masyarakat, karena kurangnya pemahaman mengenai
hal tersebut, akan tetapi limbah cair yang dihasilkan dalam proses produksi
tahu harus di tangani untuk mengurangi dampak yang akan ditimbulkan ke
lingkungan.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Setelahdilakukannyapercobaanpengolahanlimbahpadatindustritapiokaberu
paonggokmenjadibioetanoldiharapkandapatmenjadibahanacuanmasyarakatunt
ukmemanfaatkanlimbahonggokmenjadisesuatu yang ergonomis
.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nata
Kenampakan nata adalah seperti sel, warna putih hingga abu-abu muda, aroma
asam, rasa tawar atau agak manis, tembus pandang dan teksturnya kenyal seperti
kolang-kaling (daging buah enau muda). Dalam keadaan dingin, nata agak
berserat dan agak rapuh pada saat panas (eBookPangan, 2006).
Nata siap santap biasanya disajikan dalam bentuk potonganpotongan kecil berupa
dadu dan bervariasi ukuran, seperti 1,5 x 1,5 cm. 4 5 Karena rasanya tawar, nata
3
biasanya ditambahkan air sirup/air gula sebagai pemanis. Agar nata awet,
biasanya ditambahkan natrium benzoat.
a) Persiapan starter
Air kelapa disaring menggunakan kain kasa. Air kelapa direbus sampai mendidih,
ditambahkan urea, gula pasir dan asam cuka, kemudian sampai larutan memikiki
pH 4. Larutan yang masih panas dituang ke dalam botol yang sudah disterilkan
sebanyak dua pertiga bagian botol. Botol ditutup dengan kertas koran dan diikat
kuat, disimpan diruang inkubasi selama satu minggu. Setelah satu minggu,
terbentuk lapisan berwarna putih, starter siap digunakan.
b) Proses Fermentasi
Bahan dasar nata didiamkan sampai kotoranya mengendap, disaring dengan kain
kasa, kemudian direbus sampai mendidih selama 15 menit. Pupuk ZA, gula pasir,
dan asam cuka dimasukan, diaduk sampai tercampur rata. 1 liter larutan yang
masih panas tersebut dimasukan ke dalam loyang plastik atau baki. Loyang
ditutup kertas koran dan diikat kuat, kemudian dibiarkan dingin. 100 ml starter
dimasukan ke dalam loyang, kemudian fermentasi selama satu minggu.
c) Pemanenan Nata
Nata siap dipanen setelah diinkubasi selama 8-14 hari. Kertas koran penutup
dibuka, nata diambil dan dikumpulkan dalam satu wadah. Saat memanen nata, ada
bagian yang tidak bisa dipanen yaitu cairan atau padatan. Cairan merupakan sisa
media nata, sedangkan padatan berupa nata yang busuk, rusak, berjamur, atau nata
yang bentuknya tidak teratur. Nata yang telah disortir selanjutnya dicuci 6 bersih
dan dipotong-potong sesuai selera. Aroma masam dihilangkan dengan cara
4
mencuci dan merendam nata dengan air bersih minimal dua kali setelah itu
direbus selama 5 menit.
5
Asam asetat glasial atau cuka biang berfungsi untuk mengatur derajat keasaman
(pH) media fermentasi.
3) pH / Keasaman
Metabolisme Acetobakter xylinum selama fermentasi dipengaruhi oleh keasaman
media. Hal ini disebabkan membran sel bakteri bersifat permeabel terhadap ion
hidrogen maupun ion hidroksil, sehingga perubahan keasaman media fermentasi
akan mempengaruhi sitoplasma sel bakteri. pH optimum pembuatan nata berkisar
antara 4- 5. Penambahan asam asetat berfungsi untuk menurunkan pH media
fermentasi dan digunakan oleh bakteri untuk membentuk asam glukonat.
Penambahan asam asetat 25% persen sebanyak 5 ml merupakan kondisi optimum
untuk pembentukan nata.
4) Suhu
Suhu yang dibutuhkan dalam pembuatan nata adalah suhu kamar (28°C - 31°C).
Suhu yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah akan menghasilkan nata yang
kurang berkualitas atau aktifitas Acetobacter xylinum terhambat (Pambayun,
2002).
5) Kebutuhan Oksigen
Bakteri nata Acetobacter xylinum merupakan mikroba aerobik. Bila kekurangan
oksigen, bakteri ini akan mengalami gangguan atau hambatan dalam
pertumbuhannya dan bahkan akan segera mengalami kematian. Wadah yang
digunakan untuk fermentasi nata tidak boleh ditutup rapat untuk mencukupi
kebutuhan oksigen. Udara yang secara langsung mengenai produk nata, dapat
menyebabkan terjadinya kegagalan proses pembuatan nata (Pambayun, 2002).
6) Penutup untuk pembuatan nata
Penutupan dilakukan menggunakan media kertas bersih untuk menghindari
kontaminasi dan mendapatkan pertukaran oksigen (Rony Palungkun, 1993).
Selama proses fermentasi wadah harus tertutup rapat agar kotoran yang terbawa
udara luar tidak dapat mencemari proses fermentasi.
7) Sumber Cahaya
6
Menurut Luwiyanti (2001), pembuatan nata pada ruang gelap akan mempercepat
pembentukan struktur nata dan lapisan nata yang 9 dihasilkan akan tebal. Ruang
gelap yang dimaksud adalah ruang gelap yang tidak mendapatkan cahaya
matahari secara langsung ataupun cahaya lampu.
8) Lama Fermentasi
Pada kondisi yang sesuai, lapisan nata terbentuk dipermukaan media akan terlihat
pada hari ketiga sampai keempat pemeraman. Secara perlahan-lahan dalam jangka
waktu 8-14 hari lapisan tersebut semakin menebal. Pemanenan nata dilakukan
setelah lebih dari 8 hari pemeraman. Jika setelah 14 hari tidak dilakukan
pemanenan, maka akan terdapat lapisan tipis yang terpisah di bawah lapisan nata
yang akan menjadi kurang asam sehingga nata menjadi busuk, akhirnya nata
menjadi turun. Selama fermentasi berlangsung media nata tidak boleh digoyang-
goyangkan ataupun digerakkan karena akan mengakibatkan pecahnya struktur
lapisan nata yang terbentuk sehingga didapat lapisan nata yang tipis dan terpisah
satu sama lainnya.
9) Sanitasi
Bekerja dengan mikroorganisme dituntut adanya tingkat sanitasi yang tinggi.
Sanitasi meliputi : sanitasi perorangan, lingkungan dan peralatan, harus dikontrol
dan dijaga agar bakteri tidak terkontaminasi.
7
Menurut Nisa, dkk. (2001) dalam Fitri (2004), whey tahu merupakan sumber
medium yang baik untuk pertumbuhan Acetobacter xylinum dalam hal ini bakteri
pembentuk nata, tetapi untuk memperoleh hasil nata yang optimal diperlukan
nutrisi berupa sumber karbon dan nitrogen. Komposisi whey tahu terdiri dari
bahan – bahan organik seperti protein, lemak dan karbohidrat yang mudah busuk
sehingga menimbulkan bau yang kurang sedap (Shurtleft dan Aoyogi, 1975).
8
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam proses pengolahan limbah
cair industri tahu menjadi Nata de Soya diantaranya :
3.1.1 Alat
3.1.2 Bahan
9
b. Didihkan limbah kemudian dinginkan
c. Masukkan limbah ke dalam loyang hingga rata
10
BAB IV PEMBAHASAN
Data Pengamatan
Hari Wuju
Variasi Warna Bau Keterangan
Ke- d
Khas
Tidak Limbah
10 Sendok 0 Cair
Berwarna
Tahu
Gula Pasir
Pada Jingga Gagal terbentuk Nata
14 Bau Asam
r Muda de Soya (ada jamur)
Khas
Limbah
5 Sendok 0 Cair Ungu
11
Pencemaran akibat air limbah tahu merupakan masalah utama yang
mengganggu kesehatan lingkungan. Khususnya pada musim kemarau. Selama ini
air limbah tahu tersebutbelum pernah dimanfaatkan sehingga dapat mencemari
lingkungan sekitar industri. Air limbah tahu adalah air sisa penggumpalan tahu
(whey tofu) yang dihasilkan selama proses pembuatan tah
Limbah air tahu (whey tofu) selain mengandung protein juga mengandung
vitamin B terlarut dalam air, lesti dan oligosakarida. Whey tahu mempunyai
prospek untuk dimanfaatkan sebagai media fermentasi bakteri, diantaranya bakteri
asam asetat Acetobacter sp termasuk bakteri Acetobacter xylinum. Acetobacter
xylinum dapat mengubah gula subtat menjadi gel selulosa yang biasa dikenal
dengan nata.
Pemanfaatan air limbah industri tahu untuk produk pangan yang digemari
masyarakat merupakan alternatifterbaik yang dapat ditawarkan kepada pengusaha
tahu. Selama ini mereka hanya memproses kedelai menjadi tahu serta susu kedelai
dan membuang
12
seluruh limbah pabrik. Pada umumnya mereka berpendapat bahwa limbah
tersebut tidak bernilai ekonomis sama sekali. padahal pemanfaatan bisa
meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar industri dengan adanya industri
UKM baru berupa pemanfaatan limbah tahu menjadi nata de soya
percobaan kali ini dilakukan pembuatan nata de soya dari limbah tahu
dengan beberapa variasi. Yaitu 10 sendok gula pasir, 5 sendok gula pasir ditambah
5 sendok gula merah, dan 7 sendokgula merah ditambah 3 sendok gula pasir. Dan
hasil yang didapat adalah serbagai berikut
Pada hari ke-0, wujudnya masih cair dengan warna yang tidak berwarna
dan bau yang khas dari limbah tahu. Namun pada hari 14 wujudnya yang
tadinya cari menjadi padat dan berbau asam. Tapi sayang untuk variasi ini
mengakami kegagalan karena terdapat jamur pada natade soya
Pada hari ke-0 wujudnya masih cairan berwarna ungu dengan bau khas
limbah tahu. Dan untuk hari ke-14 wujudnya menjadi padatan berwarna
hijau dengan bau asam dan berhasil membentuk natade soya. Untuk hari
ke-19wujudnya tetap padatang namun warnanya sedikit berubah menjadi
putih kehijauan dan bau asamnya pun berkurang, tapi pada hari ke-19 ini
limbah tahunya berhasil membentuk natade soya dengan sempurna dan
rasanyapun sangat lezat
Pada hari ke-0 wujudnya masih berupa cairan berwarna merah muda
dengan bau khas limbah tahu. Dan untuk dihari ke-14 sudah berbentuk
padatan berwarna merah muda dengan sedikit berbau asam namun gagal
membentuknatade soya karena berjamur.
13
BAB V KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
16
Data Pengamatan Nata de Soya
Data Sampling
Petugas
Sampling
Lokasi Depan Puskesmas
Sampling Tanah Baru
Waktu 10:45 WIB
Sampling
Tanggal Kamis, 30 Oktober 2019
Sampling
Jenis Limbah Limbah Cair Tahu
Data Sampel
Pengamatan Fisik
Sampel Wuju Warn
Bau
d a
Bau Khas
Limbah Kunin
Cair Limbah
Tahu g
Tahu
17
Hasil Nata de Soya
18