Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH LAPORAN

PRAKTIK PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI AGRO


Percobaan Pengolahan Limbah Cari Tahu Menjadi Nata de Soya

Disusun oleh :

Kelompok 1

1. CHOIRUN NISA 1730133


2. HANDRIAN SAPUTRA 1730 145
3. M. IRFAN MAULANA 1730157
4. PUTERIMAS ARUM 1730166
5. PUTRI FAJRIAH 1730167

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK AKA BOGOR

BOGOR

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat


Allah SWT atas segala rahmat, karunia, dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan Makalah Laporan Praktik Pengolahan Limbah Industri Agro ini.
Dalam makalah ini akan dibahas terkait laporan percobaan analisis
pengolahan limbah cari sagu hasil proses pembuatan sagu. Mulai dari metode
yang digunakan untuk percobaan hingga kesimpulan dan saran untuk
pengolahan limbah cair industri tahu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi untuk kedepannya. Semoga
dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya.

Bogor, 2 Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR IS

KATA PENGANTAR..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

1.2 Tujuan.................................................................................................................2

1.3 Manfaat...............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3

2.1 Nata.....................................................................................................................3

2.1.1 Pengertian Nata...............................................................................................3

2.1.2 Karakteristik Nata.......................................................................................3

2.1.3 Pembuatan Nata...........................................................................................4

2.1.4 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kualitas Nata........................5

2.2 Whey Tahu..........................................................................................................7

2.3 Starter Nata........................................................................................................8

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN....................................................................9

3.1. Alat dan Bahan..................................................................................................9

3.1.1 Alat............................................................................................................9

3.1.2 Bahan.........................................................................................................9

3.2 Cara Kerja..........................................................................................................9

BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................11

BAB V KESIMPULAN..............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri tahu merupakan industri kecil yang banyak tersebar di kota dan di
pedesaan. Tahu adalah makanan padat yang dicetak dari sari kedelai dengan
proses pengendapan protein. Limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan
tahu diantaranya adalah limbah cair, limbah padat, dan limbah gas.
Pengolahan limbah padat, cair, dan gas masih belum optimum, bahkan sering
langsung dibuang ke lingkungan oleh produsen tahu, sehingga menimbulkan
permasalahan baru yang memerlukan pemikiran, tenaga, dan biaya yang
banyak untuk pengelolaannya.

Limbah cair tahu merupakan limbah yang paling dominan dihasilkan


dalam proses pembuatan tahu karena dalam proses pembuatan tahu
membutuhkan banyak air untuk memperoleh produk utama yang diinginkan.
Teknologi pengolahan limbah tahu saat ini sangat diperlukan, baik pengolahan
limbah secara fisika, kimia, biologi atau pengolahan limbah menjadi produk
pangan, seperti pengolahan limbah cair tahu menjadi Nata de Soya.
Pengolahan limbah cair tahu menjadi Nata de Soya diharapkan mampu
mengurangi pencemaran lingkungan atau permasalahan lingkungan.

Proses pembuatan Nata de Soya biasanya menggunakan bahan kimia


tambahan berupa ZA (Zwavelzur amoniak) yang berfungsi sebagai sumber
nitrogen dalam pembuatan produk olahan Nata. ZA sebagai sumber nitrogen
dalam pembuatan Nata memang mudah di dapat, tetapi harganya tidak
ekonomis jika dibandingkan dengan harga Nata yang dihasilkan dalam
produksi Nata. Selain itu, penggunaan bahan kimia ZA yang biasanya
digunakan sebagai pupuk untuk tanaman, jika digunakan tidak sesuai dengan
takaran dalam hal pembuatan Nata, maka dapat menimbulkan permasalahan
baru, diantaranya seperti terganggunya kesehatan orang yang mengkonsumsi
Nata tersebut. Hal tersebut diakibatkan karena masih terdapat sisa atau residu

1
pupuk ZA pada produk yang dihasilkan. Untuk itu diperlukan bahan alternatif
pengganti fungsi pupuk ZA sebagai sumber nitrogen dalam pembuatan Nata.

Nata de Soya dapat terbentuk melalui proses fermentasi. Dalam proses


pembuatan Nata de Soya biasanya menggunakan jasa mikroorganisme seperti
bakteri asam cuka yaitu Acetobacter xylinum. Penggunaan bakteri Acetobacter
xylinum pada media seperti limbah cair tahu menjadi Nata de Soya dapat
menghasilkan lapisan Nata pada media tersebut, tanpa bantuan dari
mikroorganisme Acetobacter xylinum lapisan Nata atau selulosa yang
diinginkan tidak akan terbentuk. Seperti yang dilakukan oleh para peneliti
IKIP PGRI Madiun atau peneliti lainnya (penelitian pendahuluan). Jadi peran
mikroorganisme Acetobacter xylinum dalam pembuatan produk Nata sangat
penting.

Pengolahan limbah cair tahu menjadi Nata de Soya selama ini belum
banyak dilakukan oleh masyarakat, karena kurangnya pemahaman mengenai
hal tersebut, akan tetapi limbah cair yang dihasilkan dalam proses produksi
tahu harus di tangani untuk mengurangi dampak yang akan ditimbulkan ke
lingkungan.

1.2 Tujuan

 Untuk mengetahui cara pengolahan limbah cair tahu


 Untuk mengetahui jumlah gula pasir yang efektif dalam proses
pengolahan limbah cair tahu menjadi Nata de Soya

1.3 Manfaat
Setelahdilakukannyapercobaanpengolahanlimbahpadatindustritapiokaberu
paonggokmenjadibioetanoldiharapkandapatmenjadibahanacuanmasyarakatunt
ukmemanfaatkanlimbahonggokmenjadisesuatu yang ergonomis
.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nata

2.1.1 Pengertian Nata

Nata berasal dari bahasa Spanyol yang apabila diterjemahkan ke dalam


bahasa latin menjadi “natare” yang berarti terapung-apung (Susanti, 2005). Nata
termasuk produk fermentasi, seperti halnya yoghurt. Starter yang digunakan
adalah bakteri Acetobacter xylinum, jika ditumbuhkan di media cair yang
mengandung gula, bakteri ini akan menghasilkan asam asetat dan lapisan putih
yang terapung-apung di permukaan media cair tersebut. Lapisan putih itulah yang
dikenal sebagai nata (Sumiyati, 2009).

Nata dikembangkan pertama kali di negara Filipina. Percobaan pengembangan di


Indonesia dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil
Pertanian Bogor tahun 1975 (Warisno, 2004).
Kandungan terbesar dalam nata adalah air 98% (Susanti, 2005). Nata sangat baik
dikonsumsi terutama oleh mereka yang diet rendah kalori atau diet tinggi serat,
kandungan air yang tinggi berfungsi untuk memperlancar proses metabolisme
tubuh. Serat nata di dalam tubuh manusia akan mengikat semua unsur sisa hasil
pembakaran yang tidak diserap oleh tubuh, kemudian dibuang melalui anus
berupa tinja atau bolus (Kusharto, 2006).

2.1.2 Karakteristik Nata

Kenampakan nata adalah seperti sel, warna putih hingga abu-abu muda, aroma
asam, rasa tawar atau agak manis, tembus pandang dan teksturnya kenyal seperti
kolang-kaling (daging buah enau muda). Dalam keadaan dingin, nata agak
berserat dan agak rapuh pada saat panas (eBookPangan, 2006).

Nata siap santap biasanya disajikan dalam bentuk potonganpotongan kecil berupa
dadu dan bervariasi ukuran, seperti 1,5 x 1,5 cm. 4 5 Karena rasanya tawar, nata

3
biasanya ditambahkan air sirup/air gula sebagai pemanis. Agar nata awet,
biasanya ditambahkan natrium benzoat.

Nata dapat digunakan sebagai makanan penyegar (pencuci mulut), yaitu


dihidangkan dalam bentuk campuran dengan buah-buahan (cocktail). Produk ini
juga dapat dihidangkan secara dingin, dicampur dengan es, campuran kue, atau
sebagai pengisi es krim, pengisi jelly dan sebagainya sesuai selera (Suratiningsih,
1997).

2.1.3 Pembuatan Nata

Pembuatan nata menurut Warisno (2004) adalah sebagai berikut :

a) Persiapan starter
Air kelapa disaring menggunakan kain kasa. Air kelapa direbus sampai mendidih,
ditambahkan urea, gula pasir dan asam cuka, kemudian sampai larutan memikiki
pH 4. Larutan yang masih panas dituang ke dalam botol yang sudah disterilkan
sebanyak dua pertiga bagian botol. Botol ditutup dengan kertas koran dan diikat
kuat, disimpan diruang inkubasi selama satu minggu. Setelah satu minggu,
terbentuk lapisan berwarna putih, starter siap digunakan.
b) Proses Fermentasi
Bahan dasar nata didiamkan sampai kotoranya mengendap, disaring dengan kain
kasa, kemudian direbus sampai mendidih selama 15 menit. Pupuk ZA, gula pasir,
dan asam cuka dimasukan, diaduk sampai tercampur rata. 1 liter larutan yang
masih panas tersebut dimasukan ke dalam loyang plastik atau baki. Loyang
ditutup kertas koran dan diikat kuat, kemudian dibiarkan dingin. 100 ml starter
dimasukan ke dalam loyang, kemudian fermentasi selama satu minggu.
c) Pemanenan Nata
Nata siap dipanen setelah diinkubasi selama 8-14 hari. Kertas koran penutup
dibuka, nata diambil dan dikumpulkan dalam satu wadah. Saat memanen nata, ada
bagian yang tidak bisa dipanen yaitu cairan atau padatan. Cairan merupakan sisa
media nata, sedangkan padatan berupa nata yang busuk, rusak, berjamur, atau nata
yang bentuknya tidak teratur. Nata yang telah disortir selanjutnya dicuci 6 bersih
dan dipotong-potong sesuai selera. Aroma masam dihilangkan dengan cara

4
mencuci dan merendam nata dengan air bersih minimal dua kali setelah itu
direbus selama 5 menit.

2.1.4 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kualitas Nata


1) Pemilihan Bahan
Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan nata harus memenuhi
kualitas baik, hal ini bertujuan agar nata yang dihasilkan kualitasnya baik. Apabila
bahan-bahan yang digunakan kualitasnya kurang baik, maka akan mempengaruhi
kualitas nata 7 secara keseluruhan, baik warna, rasa, aroma, dan tekstur yang
kurang disukai. Kriteria singkong yang baik dalam pembuatan nata adalah
singkong dalam keadaan segar, utuh, tidak cacat, dan singkong berumur 8-11
bulan karena penundaan panen singkong sampai umur lebih dari 12 bulan dapat
menurunkan kualitas singkong (Rukmana, 1997).
2) Bahan Pembantu
Kandungan nutrisi sari singkong yang dibuat nata de cassava masih perlu
diperkaya agar bakteri nata produktif dalam menghasilkan nata. pH diatur sesuai
dengan persyaratan tumbuh optimal bakteri tersebut. Bahan pembantu yang
digunakan dalam pembuatan nata adalah :
a) Gula Pasir
Gula berfungsi sebagai sumber karbon (sumber energi). Sumber karbon bisa
menggunakan glukosa, sukrosa maupun maltosa. Produsen nata biasanya
menggunakan sukrosa (gula pasir) karena mudah diperoleh dan harganya relatif
murah. Dosis pemakaian 30 gr per liter air sari cassava.
b) Amonium sulfat
Amonium sulfat juga disebut urea berfungsi sebagai sumber nitrogen untuk
merangsang pertumbuhan dan aktivitas bakteri Acetobacter xylinum. Selain
senyawa ini, bisa juga menggunakan ekstrak khamir, pepton, kalium nitrat dan
amonium fosfat. Produsen nata menggunakan amonium sulfat karena harganya
lebih murah dan mudah diperoleh. Kandungan nitrogen urea antara 20,5–21
persen, sedang wujudnya berupa kristal atau umumnya berwarna putih.
c) Asam asetat glasial

5
Asam asetat glasial atau cuka biang berfungsi untuk mengatur derajat keasaman
(pH) media fermentasi.

3) pH / Keasaman
Metabolisme Acetobakter xylinum selama fermentasi dipengaruhi oleh keasaman
media. Hal ini disebabkan membran sel bakteri bersifat permeabel terhadap ion
hidrogen maupun ion hidroksil, sehingga perubahan keasaman media fermentasi
akan mempengaruhi sitoplasma sel bakteri. pH optimum pembuatan nata berkisar
antara 4- 5. Penambahan asam asetat berfungsi untuk menurunkan pH media
fermentasi dan digunakan oleh bakteri untuk membentuk asam glukonat.
Penambahan asam asetat 25% persen sebanyak 5 ml merupakan kondisi optimum
untuk pembentukan nata.
4) Suhu
Suhu yang dibutuhkan dalam pembuatan nata adalah suhu kamar (28°C - 31°C).
Suhu yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah akan menghasilkan nata yang
kurang berkualitas atau aktifitas Acetobacter xylinum terhambat (Pambayun,
2002).
5) Kebutuhan Oksigen
Bakteri nata Acetobacter xylinum merupakan mikroba aerobik. Bila kekurangan
oksigen, bakteri ini akan mengalami gangguan atau hambatan dalam
pertumbuhannya dan bahkan akan segera mengalami kematian. Wadah yang
digunakan untuk fermentasi nata tidak boleh ditutup rapat untuk mencukupi
kebutuhan oksigen. Udara yang secara langsung mengenai produk nata, dapat
menyebabkan terjadinya kegagalan proses pembuatan nata (Pambayun, 2002).
6) Penutup untuk pembuatan nata
Penutupan dilakukan menggunakan media kertas bersih untuk menghindari
kontaminasi dan mendapatkan pertukaran oksigen (Rony Palungkun, 1993).
Selama proses fermentasi wadah harus tertutup rapat agar kotoran yang terbawa
udara luar tidak dapat mencemari proses fermentasi.
7) Sumber Cahaya

6
Menurut Luwiyanti (2001), pembuatan nata pada ruang gelap akan mempercepat
pembentukan struktur nata dan lapisan nata yang 9 dihasilkan akan tebal. Ruang
gelap yang dimaksud adalah ruang gelap yang tidak mendapatkan cahaya
matahari secara langsung ataupun cahaya lampu.

8) Lama Fermentasi
Pada kondisi yang sesuai, lapisan nata terbentuk dipermukaan media akan terlihat
pada hari ketiga sampai keempat pemeraman. Secara perlahan-lahan dalam jangka
waktu 8-14 hari lapisan tersebut semakin menebal. Pemanenan nata dilakukan
setelah lebih dari 8 hari pemeraman. Jika setelah 14 hari tidak dilakukan
pemanenan, maka akan terdapat lapisan tipis yang terpisah di bawah lapisan nata
yang akan menjadi kurang asam sehingga nata menjadi busuk, akhirnya nata
menjadi turun. Selama fermentasi berlangsung media nata tidak boleh digoyang-
goyangkan ataupun digerakkan karena akan mengakibatkan pecahnya struktur
lapisan nata yang terbentuk sehingga didapat lapisan nata yang tipis dan terpisah
satu sama lainnya.
9) Sanitasi
Bekerja dengan mikroorganisme dituntut adanya tingkat sanitasi yang tinggi.
Sanitasi meliputi : sanitasi perorangan, lingkungan dan peralatan, harus dikontrol
dan dijaga agar bakteri tidak terkontaminasi.

2.2 Whey Tahu


Menurut Istuti dan Prabasari (2004), limbah cair tahu sesungguhnya masih
mengandung nutrient - nutrien seperti vitamin B, lesitin, dan oligosakarida. Pada
pembuatan tahu, 74% protein kedelai akan terdapat pada tahu, sedangkan 9%
protein akan terbuang bersama air limbah. Setiap 0,5 kg kedelai yang dibuat tahu,
akan menghasilkan 4 liter limbah cair tahu sehingga perlu dipikirkan cara
pemanfaatannya.
Pemanfaatan whey tahu sebagai medium pembuatan nata de soya atau nata yang
terbuat dari air limbah tahu merupakan cara memanfaatkan limbah atau hasil
samping produksi tahu sekaligus menghasilkan produk yang memiliki nilaitambah
yaitu produk Nata de Soya.

7
Menurut Nisa, dkk. (2001) dalam Fitri (2004), whey tahu merupakan sumber
medium yang baik untuk pertumbuhan Acetobacter xylinum dalam hal ini bakteri
pembentuk nata, tetapi untuk memperoleh hasil nata yang optimal diperlukan
nutrisi berupa sumber karbon dan nitrogen. Komposisi whey tahu terdiri dari
bahan – bahan organik seperti protein, lemak dan karbohidrat yang mudah busuk
sehingga menimbulkan bau yang kurang sedap (Shurtleft dan Aoyogi, 1975).

2.3 Starter Nata


Starter nata atau disebut biang adalah Acetobacter xylinum. Penggunaan starter
merupakan syarat yang sangat penting, yang bertujuan untuk memperbanyak
jumlah bakteri Acetobacter xylinum yang menghasilkan enzim pembentuk nata,
disamping itu starter juga berguna sebagai media adaptasi bakteri dari media padat
(agar) ke media cair (Lazuardi, 1994). Starter merupakan populasi mikroba dalam
jumlah yang memadai dan kondisi fisiologis yang siap diinokulasikan pada media
fermentasi. Media starter biasanya identik dengan media dalam fermentasi nata
(Anonymous, 2004).
Pembentukan nata memerlukan starter sebanyak 10-20% dari volume media
sebagai starter mikroba (Saragih, 2004). Dengan adanya jumlah stater yang sesuai,
maka bakteri dapat mencapai pertumbuhan secara optimum. 10 Umur kultur
Acetobacter xylinum yang digunakan dalam fermentasi berpengaruh terhadap
pembentukan nata.
Bakteri asam asetat termasuk mikroorganisme penghasil nata yang dapat
membentuk asam asetat melalui proses oksidasi metil alkohol menjadi asam asetat
dan mampu mengoksidasi komponenkomponen organik lain, termasuk asam
asetat sendiri.

8
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam proses pengolahan limbah
cair industri tahu menjadi Nata de Soya diantaranya :

3.1.1 Alat

Berikut adalah alat yang dibuhtuhkan meliputi :

 Kompor  Gelas Ukur


 Panci  Sendok
 Kain Belacu  Plastik Wrapping
 Loyang  Pisau
 Pipet Volume 25 mL

3.1.2 Bahan

Berikut adalah bahan yang dibutuhkan meliputi :

 Limbah Cair Tahu  Pewarna Makanan


 Bakteri Acetobacter Xylinum (plain/hijau/merah)
 Asam Asetat Glasial  Air Hangat
 Gula Pasi  Air Gula

3.2 Cara Kerja


Berikut adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengolah
limbah cari tahu menjadi Nata de Soya :

a. Disaring 1 liter limbah cair tahu dengan menggunakan kain belacu

9
b. Didihkan limbah kemudian dinginkan
c. Masukkan limbah ke dalam loyang hingga rata

d. Tambahkan gula pasir dengan variasi


 10 sdm gula pasir
 10 sdm gula pasit + 5 sdm gula merah
 5 sdm gula pasir + 10 sdm gula merah
 10 sdm gula pasir + 10 sdm gula merah
 15 sdm gula pasir + 15 sdm gula merah
 15 sdm gula pasir + 10 sdm gula merah
e. Tambahkan 25 mL asam asetat glasial hingga pH menjadi 4,5
f. Tambahkan 100 mL Acetobacter Xylinum 18%
g. Semua penambahan dimasukkan melalui 1 titik yang sama
h. Aduk limbah dengan cara digoyang
i. Biarkan limbah selama 12-14 hari pada suhu (24-25)oC
j. Buang lapisan air asam asetat glasial
k. Cuci dan bilas dengan air hangat yang diganti setiap hari selama 3 hari
l. Potong Nata de Soya dan rebus dengan air gula
m. Lakukan uji organoleptik

10
BAB IV PEMBAHASAN

Data Pengamatan

Hari Wuju
Variasi Warna Bau Keterangan
Ke- d
Khas

Tidak Limbah
10 Sendok 0 Cair
Berwarna
Tahu
Gula Pasir
Pada Jingga Gagal terbentuk Nata
14 Bau Asam
r Muda de Soya (ada jamur)
Khas
Limbah
5 Sendok 0 Cair Ungu

Gula Pasir + Tahu

Pada Mulai terbentuk Nata


5 Sendok 14 Hijau Bau Asam
t de Soya
Gula Merah
Pada Putih Sedikit Berhasil terbentuk
19
r kehijauan Bau Asam Nata de Soya
7 Sendok Khas

Gula Merah Merah Limbah


0 Cair
+ rose
Tahu

3 Sendok Merah Gagal terbentuk Nata


14 Pada Bau Asam
Gula Pasir muda de Soya (ada jamur)

11
Pencemaran akibat air limbah tahu merupakan masalah utama yang
mengganggu kesehatan lingkungan. Khususnya pada musim kemarau. Selama ini
air limbah tahu tersebutbelum pernah dimanfaatkan sehingga dapat mencemari
lingkungan sekitar industri. Air limbah tahu adalah air sisa penggumpalan tahu
(whey tofu) yang dihasilkan selama proses pembuatan tah

Air limbah tahu masih mengandung bahan-bahan organik seperti protein,


lemak dan karbohidrat yang mudah busuk sehingga menimbulkan bau yang
kurang sedap (Shurtleft dan Aoyogi, 1975). Jika ditinjau dari komposisi kimianya,
ternyata air limbah tahu mengandung nutrien-nutrien protein, karbohidrat, dan
bahan-bahan lainnya) yang jika dibiarkan dibuang begitu saja ke sungai justru
dapat menimbulkan pencemaran. Tetapi jika dimamfaatkan akan menguntungkan
perajin tahu atau masyarakat yang berminat mengolahnya.

Limbah air tahu (whey tofu) selain mengandung protein juga mengandung
vitamin B terlarut dalam air, lesti dan oligosakarida. Whey tahu mempunyai
prospek untuk dimanfaatkan sebagai media fermentasi bakteri, diantaranya bakteri
asam asetat Acetobacter sp termasuk bakteri Acetobacter xylinum. Acetobacter
xylinum dapat mengubah gula subtat menjadi gel selulosa yang biasa dikenal
dengan nata.

Dengan pertolongan bakteri tersebut (Acetobacter xylinum) maka


komponen gula yang ditambahkan ke dalam substrat air limbah tahu dapat diubah
menjadi suatu bahan yang menyerupai gel dan terbentuk di permukaan media.
Menurut hasil penelitian microbial cellulose in nata selain untuk makanan,
sekarang (terutama di Jepang) telah dikembangkan untuk keperluan peralatan-
peralatan yang berteknologi tinggi, misalnya untuk membran sound system.

Pemanfaatan air limbah industri tahu untuk produk pangan yang digemari
masyarakat merupakan alternatifterbaik yang dapat ditawarkan kepada pengusaha
tahu. Selama ini mereka hanya memproses kedelai menjadi tahu serta susu kedelai
dan membuang

12
seluruh limbah pabrik. Pada umumnya mereka berpendapat bahwa limbah
tersebut tidak bernilai ekonomis sama sekali. padahal pemanfaatan bisa
meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar industri dengan adanya industri
UKM baru berupa pemanfaatan limbah tahu menjadi nata de soya

percobaan kali ini dilakukan pembuatan nata de soya dari limbah tahu
dengan beberapa variasi. Yaitu 10 sendok gula pasir, 5 sendok gula pasir ditambah
5 sendok gula merah, dan 7 sendokgula merah ditambah 3 sendok gula pasir. Dan
hasil yang didapat adalah serbagai berikut

 10 sendok gula pasir

Pada hari ke-0, wujudnya masih cair dengan warna yang tidak berwarna
dan bau yang khas dari limbah tahu. Namun pada hari 14 wujudnya yang
tadinya cari menjadi padat dan berbau asam. Tapi sayang untuk variasi ini
mengakami kegagalan karena terdapat jamur pada natade soya

 5 sendok gula pasir + 5 sendok gula merah

Pada hari ke-0 wujudnya masih cairan berwarna ungu dengan bau khas
limbah tahu. Dan untuk hari ke-14 wujudnya menjadi padatan berwarna
hijau dengan bau asam dan berhasil membentuk natade soya. Untuk hari
ke-19wujudnya tetap padatang namun warnanya sedikit berubah menjadi
putih kehijauan dan bau asamnya pun berkurang, tapi pada hari ke-19 ini
limbah tahunya berhasil membentuk natade soya dengan sempurna dan
rasanyapun sangat lezat

 7 sendok merah + 3 sendok gula pasir

Pada hari ke-0 wujudnya masih berupa cairan berwarna merah muda
dengan bau khas limbah tahu. Dan untuk dihari ke-14 sudah berbentuk
padatan berwarna merah muda dengan sedikit berbau asam namun gagal
membentuknatade soya karena berjamur.

13
BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan pengolahan limbah cair tahu


menjadi nata de soya, dapat disimpulkan bahwa hanya variasi
penambahan 5 sendok gula pasir ditambah 5 sendok gula merah
yang berhasil, sedangkan variasi yang lainnya tidak berhasil
karena tumbuh jamur pada nata de soya.

14
DAFTAR PUSTAKA

ASTUTI, A. & I. PRABASARI. 1994. Pengaruh Limbah Tahu


Cair terhadap Pertumbuhan Acetobacter xylinum dan
Pembentukan Nata. Universitas Muhammadiyah.
Yogyakarta.

BROCK, T. D. &  M. MADIGAN. 1988. Biology of


Mikroorganism. Englewood. New Jersey.

PAMBAYUN, R. 2002. Teknologi Pengolahan Nata de Coco.


Kanisius. Yogyakarta.

SURYANI, A., E.  HAMBALI., & P. SURYADARMA. 2005.


Membuat Aneka Nata. Penebar Swadaya. Jakarta.

15
LAMPIRAN

16
Data Pengamatan Nata de Soya

Data Sampling
Petugas
Sampling
Lokasi Depan Puskesmas
Sampling Tanah Baru
Waktu 10:45 WIB
Sampling
Tanggal Kamis, 30 Oktober 2019
Sampling
Jenis Limbah Limbah Cair Tahu

Data Sampel
Pengamatan Fisik
Sampel Wuju Warn
Bau
d a
Bau Khas
Limbah Kunin
Cair Limbah
Tahu g
Tahu

17
Hasil Nata de Soya

18

Anda mungkin juga menyukai