Anda di halaman 1dari 13

FORMULASI SEDIAAN SABUN PADAT SARI BERAS (Oryza Sativa)

SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Staphylococcus Epidermis

Makalah Seminar Tinjauan Pustaka

Disusun Oleh :
Raden Roro Aisyah Tryanti Subiakto
062119088

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Makalah Seminar Tinjauan Pustaka
dengan judul "Formulasi Sediaan Sabun Padat Sari Biji Pala (Myristica Fragrans
Houtt) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus Epidermis".
Disamping itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Asep Denih, S.Kom., M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA Universitas
Pakuan Bogor.
2. Ibu Ade Heri Mulyati, M.Si selaku Ketua Program Studi Kimia FMIPA
Universitas Pakuan Bogor.
3. Seluruh dosen Program Studi Kimia FMIPA Universitas Pakuan Bogor atas
ilmu yang telah diberikan dan seluruh staf Tata Usaha FMIPA Universitas
Pakuan Bogor atas segala kemudahan dan bantuan yang telah diberikan.
4. Suami dan anak-anak ku tercinta yang senantiasa mendoakan dan selalu
memotivasi hingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini.
5. Serta berbagai pihak yang tidak mungkin dapat penulis sebutkan satu per
satu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karenanya, saran dan kritik
yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, 23 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 1

1.3 Hipotesis Penelitian .................................................................................. 2

1.4 Manfaat Peneltian ..................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3

2.1 Beras ......................................................................................................... 3

2.1.1 Beras Putih ........................................................................................ 3

2.1.2 Beras Merah ...................................................................................... 4

2.1.3 Beras Hitam ....................................................................................... 4

2.2 Sabun ........................................................................................................ 5

2.3 Bakteri Staphylococcus Epidermis ........................................................... 5

2.4 Uji Aktivitas Antibakteri .......................................................................... 6

2.5 Uji Daya Hambat ...................................................................................... 7

2.5.1 Metode Difusi Sumuran .................................................................... 7

2.6 Kadar Air .................................................................................................. 7

2.7 Derajat Keasaman ..................................................................................... 7

2.8 Uji Organoleptik ....................................................................................... 7

2.9 Uji Stabilitas Busa .................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 9

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Beras Putih ............................................................................................ 3
Gambar 2. Beras Merah .......................................................................................... 4
Gambar 3. Beras Hitam ........................................................................................... 5
Gambar 4. Sediaan Sabun ....................................................................................... 5
Gambar 5. Bentuk Bakteri Staphylococcus Epidermis ........................................... 6

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beras menjadi salah satu bahan alam yang dapat dijadikan sebagai facial wash.
Beras merupakan makanan pokok yang biasa dikonsumsi oleh sebagian besar
penduduk di Asia (Liang et al. 2008). Indonesia merupakan negara yang kaya akan
sumber daya alam yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Beras memiliki
kandungan yang kaya akan protein, karbohidrat, lemak, zat pigmen warna, mineral,
serta vitamin B6, B12 dan B1( Damarjati, 1981). Hal ini menandakan bahwa
kandungan zat oryzonal yang terdapat di dalam beras bisa untuk merawatkan kulit,
beberapa produk kosmetik yang terkandung bahan dari beras seperti Facial Wash
(Asia BioBusiness, 2006).
Kulit kita adalah persoalan besar—secara harfiah. Kulit adalah organ tubuh
yang paling besar, dan salah satu yang paling rumit. Ia memiliki banyak peran
dalam memelihara kehidupan dan kesehatan, tapi juga memiliki banyak potensi
masalah. Kulit itu hidup, responsif dan dapat berubah sesuai dengan stimulasi dari
lingkungan luar. dengan demikian kulit menjadi sangat efektif dalam melndungi
tubuh dari luar, berkat mekanismenya yan brilian. walaupun memilik funghsi yang
sangat penting, kulit memiliki tingkat penyerapan yang terbatas. tidak semua bahan
bisa terserap baik oleh kulit.Sebagian besar gangguan pada kulit disebabkan oleh
penyakit atau gangguan hormon seperti jerawat.
Jerawat adalah salah satu masalah kulit yang paling umum menimpa umat
manusia dan dapat terjadi pada semua orang. Jerawat digambarkan sebagai
peradangan merah pada kulit, seringkali mengandung zat putih, serta menyebabkan
ketidak nyamanan dan iritasi. perawatan kulit berjerawat bisa sangat sulit tetapi
sebenarnya ini adlaah tentang rutinitas dan memahami penyebab jerawat itu sendiri.
Prevalensi penderita jerawat di Indonesia berkisar 80-85% pada remaja dengan
puncak insiden usia 15-18 tahun, 12% pada wanita usia > 25 tahun dan 3% pada
usia 35-44 tahun.
1.2 Tujuan Penelitian
Penilitan ini bertujuan untuk mengetahui ...dari sari beras sebagai antibakteri
terhadap Staphylococcus Epidermis.
2

1.3 Hipotesis Penelitian


Kandungan dari ekstrak sari beras dapat digunakan untuk pembuatan Facial
Wash yang dapat berperan sebagai anti bakteri penyebab jerawat yaitu
Staphylococcus Epidermis.
Formulasi Sabun Ekstark Sari beras dapat ditentukan hasil optimumnya
terhadap daya hambat bakteri Staphylococcu Epidermis
1.4 Manfaat Peneltian
Manfaat dari penelitian ini adalah pemanfaatan sari beras untuk pembuatan
facial wash untuk mengatasi kulit berjerawat.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beras
Beras merupakan bulir gabah yang sudah dikupas kulitnya dan bagian ini
sudah dapat dimasak serta di konsumsi yang melalui proses penggilingan dan
penyosohan. Gabah sendiri terdiri dari sekam (kulit luar), aleuron (kulit ari),
bekatul, endosperm (bagian utama butir beras tempat sebagian besar pati dan proein
terkandung), dan embrio (yang tidak bisa tumbuh lagi setelah diolah) (Ide, 2010).
Kandungan zat pada setiap jenis beras bervariasi. Perbedaan kandungannya
terdapat pada kadar protein, besi, seng, dan serat. Kadar gizi sangat bervariasi dari
keempat unsur yang terdapat dalam kandungan gizi beras, yaitu seperti kandungan
protein berkisar antara 6.8-8.5, kandungan besi 1.2-5.5, kandungan seng 0.5-3.5,
dan kandungan serat 0-2.2. Keunggulan beras dibanding dengan sumber pangan
lainnya yaitu dari kandungan karbohidrat dan energi yang dihasilkannya lebih
tinggi. Misalnya beras memiliki kandungan karbohidrat 79 g dengan kandungan
energi 360 kal, sedangkan bahan pangan lainnya mempunyai kandungan
karbohidrat dan kalori yang di hasilkannya lebih rendah (Utama, 2015).
2.1.1 Beras Putih
Beras putih (Oryza sativa L.) merupakan bahan makanan pokok sebagian
besar masyarakat Indonesia. Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan
konsumsi beras putih berkaitan dengan peningkatan resiko diabetes tipee 2
(13,14). Beras putih memiliki sedikit aleuron, dan kandungan amilosa
umumnya sekitar 20%. Beras putih umumnya dimanfaatkan terutama untuk
diolah menjadi nasi, makanan pokok.

Gambar 1. Beras Putih


4

2.1.2 Beras Merah


Beras merah (Oryza nivara) merupakan bahan pangan pokok lain di
Indonesia selain beras putih (Suliartini et al., 2011) yang bernilai keehatan
tinggi. Selain mengandung karbohidrat, lemak, protein, serat dan mineral,
beras merah juga mengandung antosianin. Antosianin merupakan pigmen
merah yang terkandung pada pericarp dan tegmen (lapisan kulit) beras, atau
dijumpai pula pada setiap bagian gabah (Chang & Bardenas, 1965).
Kandungan antosianin yang terdapat pada beras merah berfungsi sebagai
antioksidan (Suliartini et al., 2011).

Gambar 2. Beras Merah


2.1.3 Beras Hitam
Beras hitam merupakan varietas lokal yang mengandung pigmen, berbeda
dengan beras putih atau beras warna lain (Suardi et al., 2009). Beras hitam memiliki
pericarp, aleuron dan endosperm yang berwarna yang berwarna merah-biru-ungu
pekat, warna tersebut menunjukkan adanya kandungan antosianin. Beras hitam
merupakan varietas lokal yang mengandung pigmen yang paling baik
dibandingkan beras putih atau beras warna yang lain. Beras hitam merupakan salah
satu jenis beras yang mulai populer di masyarakat dan dikonsumsi sebagai pangan
fungsional karena bermanfaat bagi kesehatan.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa senyawa alami dalam makanan
berperan
penting dalam pencegahan berbagai penyakit kronis. Beberapa
buktimenunjukkan bahwa antosianin sebagai antioksidan yang mempunyai efek
protektif terhadap peradangan, aterosklerosis, karsinoma, dan diabetes. Antosianin
merupakan pigmen alami yang termasuk golongan flavonoid yang bertanggung
jawab terhadap warna merah, ungu, dan biru pada
5

Gambar 3. Beras Hitam


2.2 Sabun
Sabun adalah satu macam surfaktan (bahan surface active), senyawa yang
menurunkan tegangan permukaan air. Sifat ini menyebabkan larutan sabun dapat
memasuki serat, Menghilangkan dan mengusir kotoran dan minyak. Setelah
kotoran dan minyak dari permukaan serat, sabun menolong mencucinya. Seperti
yang banya beredar di pasaran terdapat 2 bentuk sabun diantaranya sabun
batang dan sabun cair, tentunya perbedaan keduanya ada pada bentuknya. Di
mana sabun batang memiliki bentuk padat, sedangkan sabun cair dalam bentuk
cairan. Namun, secara umum komponen pembuat dari sabun batang dan sabun
cair tetap sama.

Gambar 4. Sediaan Sabun


2.3 Bakteri Staphylococcus Epidermis
Staphylococcus epidermidis merupakan satu dari tiga spesies bakteri Gram
positif Staphylococcus yang sering dijumpai dan memiliki kepentingan klinis
(Jawetz et al., 2010). Staphylococcus epidermidis adalah flora normal pada kulit,
saluran napas dan saluran cerna manusia (Jawetz et al., 2010). Staphylococcus
epidermidis juga dapat ditemukan pada membran mukosa ( Namvar et al., 2014).
6

Klasifikasi Staphylococcus epidermidis dalam Soedarto (2015)


Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus epidermidis
Sel bakteri Staphylococcus epidermidis berbentuk sferis dengan diameter
sekitar 1μm dan tersebar dalam kelompok iregular. Koloni Staphylococcus
epidermidis memiliki penampakan bulat halus timbul dan mengkilap, berwarna
abu-abu hingga putih, bersifat nonmotil dan tidak membentuk spora. Stafilokokus
tumbuh op mal pada uhu C dalam media aerob atau mikroaerofilik dan membentuk
pigmen terbaik pada suhu 20-25 C (Jawetz et al., 2010).

Gambar 5. Bentuk Bakteri Staphylococcus Epidermis


Staphylococcus epidermidis adalah salah satu mikroorganisme yang terletak
pada kulit manusia dan permukaan mukosa dengan kemampuan menyebabkan
infeksi nosokomial karena penggunaan yang luas dari implan dan perangkat medis.
Oleh karena itu, hingga tahun 1980 Staphylococcus epidermidis dianggap sebagai
mikroorganisme oportunistik (Namvar et al., 2014).
2.4 Uji Aktivitas Antibakteri
7

Uji aktivitas merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan


bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang
memiliki aktivitas antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri secara in
vitro (Vandepitte et al., 2010).
2.5 Uji Daya Hambat
Prosedur untuk pengujian daya antibakteri terhadap pertumbuhan
mikroorganisme yang umum digunakan adalah metode dilusi dan difusi (Harmita
dan Radji, 2008).
2.5.1 Metode Difusi Sumuran
Media agar yang telah ditumbuhi bakteri dibuat sumuran dengan garis
tengah tertentu. Sumuran tersebut diisi dengan lautan antibakteri. Media
diinkubasi dan diamati adanya area jernih yang terbentuk di sekitar sumuran
(Pratiwi, 2008).
2.6 Kadar Air
Kadar air menunjukkan banyaknya kandungan air yang terdapat dalam suatu
bahan (Suryani et al.,2002). Menurut SNI (1994), kadar air dalam sabun maksimum
sebesar 15%
2.7 Derajat Keasaman
Produk kosmetika terutama sabun memiliki karakteristik fisik yang sangat
penting, yaitu nilai pH. Menurut Wasitaatmadja (2007), nilai pH yang sangat tinggi
atau sangat rendah dapat menambah daya absorbsi kulit sehingga memungkinkan
kulit teriritasi .
2.8 Uji Organoleptik
Tujuan dari uji organoleptik adalah untuk mengukur tingkat kesukaan atau
hedonik terhadap sabun beras padat. Penelitian ini menggunakan beberapa orang
panelis yang tidak terlatih yang diminta untuk menilai warna, aroma, busa, kesan
segar, lembab, halus dan kesat dari sabun mandi beras padat melalui lembar
kuisioner yang telah disediakan.
2.9 Uji Stabilitas Busa
Uji stabilitas busa bertujuan untuk mengetahui kestabilan busa yang dihasilkan
oleh sabun beras padat, dengan penambahan cocomid DEA 5% sebagai surfaktan
dan penstabil busa pada sabun. Menurut Deragon et al. (1968) kriteria stabilitas
8

busa yang baik yaitu, apabila dalam waktu 5 menit diperoleh kisaran stabilitas busa
antara 60-70%.
9

DAFTAR PUSTAKA
Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelberg, E. A.. 2005. Mikrobiologi Kedoktera.,
diterjemahkan oleh Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E. B., Mertaniasih, N.
M., Harsono, S., Alimsardjono, L., Edisi XXII, 49, 79-80, 327-335, 362-363,
Penerbit Salemba Medika. Jakarta.
Namvar, A. E., Bastarahang, S., Abbasi, N., Ghehi, G. S., Farhadbakhtiarian, S.,
Arezi, P., Chermahin, S. G. 2014. Clinical Characteristics Of Staphylococcus
Epidermidis: A Systematic Review. Gms Hygiene And Infection Control,
9(3), Doc23. https://Doi.Org/10.3205/Dgkh000243.
Suardi, D. dan Ridwan, I. (2009). Beras Hitam, Pangan berkhasiat yang belum
populer. Warta penelitian dan Pengembangan Pertanian. 31(2):9-10.
Suliartini, R. Gusti, W. Teguh, dan Muhidin. 2011. Pengujian Kadar Antosianin
Padi Gogo Beras Merah Hasil Koleksi Plasma Nutfah Sulawesi Tenggara.
J.Crop Agro 4: 43-48.
Asia BioBusiness, 2006. Potensi pasar dunia untuk bisnis beras inovatif di
Thailand.
Terakhir melaporkan disiapkan untuk Inovasi Nasional Agency, Thailand.
Asia BioBusiness Pte Ltd, Singapura.
Badan Standarisasi Nasional. 1994. Standar Mutu Sabun Mandi. SNI 06-3532-
1994. Dewan Standardisasi Nasional. Jakarta.
Deragon, S.A., Daley, P.M., Maso, H.F., and Conrad, L.I., 1968, Studies on Lanolin
Derivatives in Shampoo Systems, J. Soc. Chemis.’s, 20, 777-793.

Anda mungkin juga menyukai