Disusun Oleh :
Raden Roro Aisyah Tryanti Subiakto
062119088
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Beras Putih ............................................................................................ 3
Gambar 2. Beras Merah .......................................................................................... 4
Gambar 3. Beras Hitam ........................................................................................... 5
Gambar 4. Sediaan Sabun ....................................................................................... 5
Gambar 5. Bentuk Bakteri Staphylococcus Epidermis ........................................... 6
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beras menjadi salah satu bahan alam yang dapat dijadikan sebagai facial wash.
Beras merupakan makanan pokok yang biasa dikonsumsi oleh sebagian besar
penduduk di Asia (Liang et al. 2008). Indonesia merupakan negara yang kaya akan
sumber daya alam yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Beras memiliki
kandungan yang kaya akan protein, karbohidrat, lemak, zat pigmen warna, mineral,
serta vitamin B6, B12 dan B1( Damarjati, 1981). Hal ini menandakan bahwa
kandungan zat oryzonal yang terdapat di dalam beras bisa untuk merawatkan kulit,
beberapa produk kosmetik yang terkandung bahan dari beras seperti Facial Wash
(Asia BioBusiness, 2006).
Kulit kita adalah persoalan besar—secara harfiah. Kulit adalah organ tubuh
yang paling besar, dan salah satu yang paling rumit. Ia memiliki banyak peran
dalam memelihara kehidupan dan kesehatan, tapi juga memiliki banyak potensi
masalah. Kulit itu hidup, responsif dan dapat berubah sesuai dengan stimulasi dari
lingkungan luar. dengan demikian kulit menjadi sangat efektif dalam melndungi
tubuh dari luar, berkat mekanismenya yan brilian. walaupun memilik funghsi yang
sangat penting, kulit memiliki tingkat penyerapan yang terbatas. tidak semua bahan
bisa terserap baik oleh kulit.Sebagian besar gangguan pada kulit disebabkan oleh
penyakit atau gangguan hormon seperti jerawat.
Jerawat adalah salah satu masalah kulit yang paling umum menimpa umat
manusia dan dapat terjadi pada semua orang. Jerawat digambarkan sebagai
peradangan merah pada kulit, seringkali mengandung zat putih, serta menyebabkan
ketidak nyamanan dan iritasi. perawatan kulit berjerawat bisa sangat sulit tetapi
sebenarnya ini adlaah tentang rutinitas dan memahami penyebab jerawat itu sendiri.
Prevalensi penderita jerawat di Indonesia berkisar 80-85% pada remaja dengan
puncak insiden usia 15-18 tahun, 12% pada wanita usia > 25 tahun dan 3% pada
usia 35-44 tahun.
1.2 Tujuan Penelitian
Penilitan ini bertujuan untuk mengetahui ...dari sari beras sebagai antibakteri
terhadap Staphylococcus Epidermis.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beras
Beras merupakan bulir gabah yang sudah dikupas kulitnya dan bagian ini
sudah dapat dimasak serta di konsumsi yang melalui proses penggilingan dan
penyosohan. Gabah sendiri terdiri dari sekam (kulit luar), aleuron (kulit ari),
bekatul, endosperm (bagian utama butir beras tempat sebagian besar pati dan proein
terkandung), dan embrio (yang tidak bisa tumbuh lagi setelah diolah) (Ide, 2010).
Kandungan zat pada setiap jenis beras bervariasi. Perbedaan kandungannya
terdapat pada kadar protein, besi, seng, dan serat. Kadar gizi sangat bervariasi dari
keempat unsur yang terdapat dalam kandungan gizi beras, yaitu seperti kandungan
protein berkisar antara 6.8-8.5, kandungan besi 1.2-5.5, kandungan seng 0.5-3.5,
dan kandungan serat 0-2.2. Keunggulan beras dibanding dengan sumber pangan
lainnya yaitu dari kandungan karbohidrat dan energi yang dihasilkannya lebih
tinggi. Misalnya beras memiliki kandungan karbohidrat 79 g dengan kandungan
energi 360 kal, sedangkan bahan pangan lainnya mempunyai kandungan
karbohidrat dan kalori yang di hasilkannya lebih rendah (Utama, 2015).
2.1.1 Beras Putih
Beras putih (Oryza sativa L.) merupakan bahan makanan pokok sebagian
besar masyarakat Indonesia. Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan
konsumsi beras putih berkaitan dengan peningkatan resiko diabetes tipee 2
(13,14). Beras putih memiliki sedikit aleuron, dan kandungan amilosa
umumnya sekitar 20%. Beras putih umumnya dimanfaatkan terutama untuk
diolah menjadi nasi, makanan pokok.
busa yang baik yaitu, apabila dalam waktu 5 menit diperoleh kisaran stabilitas busa
antara 60-70%.
9
DAFTAR PUSTAKA
Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelberg, E. A.. 2005. Mikrobiologi Kedoktera.,
diterjemahkan oleh Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E. B., Mertaniasih, N.
M., Harsono, S., Alimsardjono, L., Edisi XXII, 49, 79-80, 327-335, 362-363,
Penerbit Salemba Medika. Jakarta.
Namvar, A. E., Bastarahang, S., Abbasi, N., Ghehi, G. S., Farhadbakhtiarian, S.,
Arezi, P., Chermahin, S. G. 2014. Clinical Characteristics Of Staphylococcus
Epidermidis: A Systematic Review. Gms Hygiene And Infection Control,
9(3), Doc23. https://Doi.Org/10.3205/Dgkh000243.
Suardi, D. dan Ridwan, I. (2009). Beras Hitam, Pangan berkhasiat yang belum
populer. Warta penelitian dan Pengembangan Pertanian. 31(2):9-10.
Suliartini, R. Gusti, W. Teguh, dan Muhidin. 2011. Pengujian Kadar Antosianin
Padi Gogo Beras Merah Hasil Koleksi Plasma Nutfah Sulawesi Tenggara.
J.Crop Agro 4: 43-48.
Asia BioBusiness, 2006. Potensi pasar dunia untuk bisnis beras inovatif di
Thailand.
Terakhir melaporkan disiapkan untuk Inovasi Nasional Agency, Thailand.
Asia BioBusiness Pte Ltd, Singapura.
Badan Standarisasi Nasional. 1994. Standar Mutu Sabun Mandi. SNI 06-3532-
1994. Dewan Standardisasi Nasional. Jakarta.
Deragon, S.A., Daley, P.M., Maso, H.F., and Conrad, L.I., 1968, Studies on Lanolin
Derivatives in Shampoo Systems, J. Soc. Chemis.’s, 20, 777-793.