Anda di halaman 1dari 55

STUDI PENGEMBANGAN FORMULASI SEDIAAN

NANOPARTIKEL DARI EKSTRAK KULIT BUAH NAGA


(HYLOCEREUS POLYRHIZUS) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DAN
PEWARNA PADA LIP BALM

COVER
PROPOSAL

IMELDA CHRISTIANI NAIBAHO


1948201037

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2022
KATA PENGANTAR

Puji tuhan penulis ucapkan kehadiran Tuhan yang maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan anugerah Nya kepada penulis dalam menyelesaikan

proposal ini dalam rangka memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan

Sarjana Universitas Fort De Kock Program Studi Farmasi yang berjudul “Studi

Pengembangan Foemulasi Sediaan Nanopartikel Antioksidan Dari Ekstrak

Kulit Buah Naga ( Hylocereus Polyrhizus) Sebagai Lipbalm “

Dalam penyusunan Proposal ini, penulis banyak mendapat bantuan, motivasi

serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karna itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya terkhusus kepada kedua orang tua yaitu

Bapak dan Mamak yang tak putus-putusnya mendukung, dan juga semua keponakan

yang bersedia menghibur penulis hingga selesai proposal ini. Penulis juga

mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat IbuYulia Yesti, S.Si, M.Si, selaku

pembimbing 1 dan Ibu Nola Rahmadasmi, S.Farm, selaku pembimbing 2. Untuk

itu, tidak lupa penulis ucapkan terimaksih yang sebesar-besarnya kepada yang

terhormat :

1. Ibu Dr.Hj.Evi Hasnita, S.Pd, Ns, M.Kes Sebagai Rektor Universitas Fort De

Kock Bukittinggi

2. Ibu Oktavianis, S.ST, M.Biomed sebagai dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Fort De Kock Bukittinggi

3. Bapak Rido Farnandi, S.Farm, M.Farm Selaku Ketua Prodi Farmasi

Universitas Fort De Kock Bukittinggi

i
4. Seluruh Staf Dosen Akademik dan Seluruh Dosen Pengajar Prodi Farmasi

di Universitas Fort De Kock Bukittinggi yang sudah membantu dalam

penulisan proposal ini

5. Dan yang teristimewa dalam hidup penulis, keluarga tercinta yang tak

putus-putusnya mengirim do’a dan juga memberikan dorongan baik moril

maupun material serta semangat

6. Serta teman-teman tercita senasip dan seperjuangan yang telah memberikan

semangat, motivasi, serta dorongan dalam penyelesaian proposal ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga proposal ini bisa

bermanfaat bagi penulis khususnya pembaca. Terakhir kepada tuhan yang

maha esa penulis menyerahkan segalanya.

Bukittinggi, 2 Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER.........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................4
C. Tujuan.................................................................................................................4
D. Manfaat Penulisan.............................................................................................5
E. Ruang lingkup Penelitian..................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................6
A. Tanaman Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)...................................6
B. Nanopartikel.......................................................................................................9
C. Definisi Kosmetik.............................................................................................17
D. Bibir...................................................................................................................18
E. Lip Balm............................................................................................................20
F. Metode maserasi untuk ekstrak......................................................................24
G. Uji ekstrak kulit buah naga.............................................................................24
H. Kerangka Teori................................................................................................29
BAB III KERANGKA KONSEP.............................................................................30
A. Konsep Penelitian.............................................................................................30
B. Kerangka Konsep.............................................................................................30
C. Definisi Operasional.........................................................................................31
D. Hipotesis............................................................................................................34
BAB IV METODE PENELITIAN...........................................................................35
A. Jenis dan Rancangan Penelitian.....................................................................35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................................35

iii
C. Alat dan Bahan.................................................................................................35
D. Prosedur Kerja.................................................................................................36
E. Uji Ekstrak Kulit Buah Naga..........................................................................40
F. Evaluasi Stabilitas Fisik Sediaan Lip balm....................................................41
G. Analisi Data.......................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................44

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Pembuatan Nano Partikel...........................................................................13

Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel....................................................................31

Tabel 4. 1 Pemerian.....................................................................................................37

Tabel 4. 2 Pemeriksaan Kelarutan...............................................................................38

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Tumbuhan Buah Naga (Daniel, 2014)......................................................6

Gambar 2. 2 Skema Histologi Kulit Bibir (Daniel, 2014)...........................................19

Gambar 2. 3 Alat Delsa™Nano Zeta Potential and Submicron Particle.....................25

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Defenisi kosmetik adalah setiap bahan atau sediaan yang bertujuan untuk

digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ

bagian luar lainnya) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan,

mewangikan, mengubah penampilan, mengurangi bau badan, dan memelihara tubuh

agar dalam kondisi baik (Pangaribuan, 2017)

Berdasarkan manfaatnya kosmetik dibagi menjadi dua , yang pertama kosmetik

riasan (make-up) adalah kosmetik yang diperlukan untuk merias atau memperindah

penampilan kulit. Kedua adalah kosmetik perawatan kulit atau skin care adalah

kosmetik yang diutamakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan kulit, bahkan

kadang-kadang untuk menghilangkan kelainan-kelainan pada kulit (Briliani et al.,

2016)

Bibir merupakan salah satu bagian wajah yang penampilannya dapat

mempengaruhi keindahan wajah. Bibir mempunyai lapisan korneum yang sangat

tipis, yaitu 3 sampai 4 lapisan dibanding kulit wajah biasa. Kulit bibir tidak

mempunyai folikel rambut dan tidak mempunyai kelenjar keringat yang berfungsi

untuk melindungi bibir dari lingkungan luar. Hingga dapat menyebabkan kerusakan

kulit pada bibir yaitu bibir menjadi kering, pecah-pecah dan warna bibir yang menjadi

kusam (Utami et al., 2021)

1
2

Paparan sinar UV matahari dapat merusak keratin bibir yang berfungsi untuk

melindungi bibir. Sel keratin yang rusak akan terlupas dan jatuh. Kondisi inilah yang

membuat bibir menjadi pecah-pecah. Proses ini akan terus berlanjut hingga

digantikan dengan sel yang baru maka dari itu dibutuhkan pelembab bibir untuk

menjaga bibir agar tidak kering dan pecah-pecah. Kosmetik yang biasa digunakan

untuk pelembab bibir adalah lip balm (Amalia et al., 2021)

Lipbalm merupakan sediaan kosmetik dengan komponen utama seperti lilin,

lemak dan minyak dari ekstrak alami atau yang disintesis. Adapun tujuan dari lipbalm

untuk mencegah terjadinya kekeringan pada bibir dengan meningkatkan kelembaban

bibir dan melindungi pengaruh buruk lingkungan pada bibir. Lipbalm dari bahan

alami akan banyak diminati daripada yang tidak alami (Lutfia, 2019). Karna bahan

yang digunakan dari alam dan efek samping lebih sedikit. Bahan alami serta zat

warna yang dapat digunakan contohnya adalah buah naga.

Buah naga merah merupakan tanaman dari golongan kaktus berbentuk bulat

lonjong dengan permukaan kulit dikelilingi oleh helaian seperti sisik yang berwarna

merah. Bagian dari buah naga yang sering dimanfaatkan untuk dikonsumsi adalah

daging buah, sedangkan kulit buah naga yang terdiri dari 30-35% bagian buah

seringkali dibuang dan tidak dimanfaatkan dengan baik. Kulit buah naga merupakan

limbah hasil pertanian yang mengandung banyak sekali manfaaat. (Kusuma et al.,

2022)
3

Buah naga ini memiliki kandungan antioksidan seperti vitamin C, senyawa

flavonoid, serta polifenol. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) ini memiliki pigmen

warna berupa antosianin yang berfungsi sebagai antioksidan. Kulit buah naga selama

ini jarang dimanfaatkan dan lebih sering menjadi limbah. Padahal, kulit buah naga

juga memiliki kapasitas antioksidan, efek antiproliferatif, serta pelembap dalam

produk-produk kosmetik (Yanty & Siska, 2018).

Beberapa perusahaan kosmetik banyak memproduksi lipbalm hanya

mempertimbangkan aspek kecantikan, mengabaikan manfaat kesehatan dan karakter

lembut kulit. Produk semacam itu secara bertahap akan merusak warna alami,

kelembutan dan kilauan bibir. Warna dan rasa secara alami sulit diperoleh dan juga

memiliki masalah terkait stabilitas produk ( kadu et al., 2014). Maka dari kelemahan

lip balm biasa perlu di inovasi dalam bentuk nanopartikel. Formulasi sediaan lip balm

dalam bentuk nanopartikel bertujuan 4 untuk pengembangan formulasi tersebut agar

dapat diperoleh sediaan lip balm yang lebih optimal untuk bibir (Agustina et al.,

2020)

Nanopartikel merupakan pengembangan dari nanoteknologi. Nanopartikel dapat

dijadikan sebagai alternatif dalam pembuatan kosmetik dengan senyawa aktif bahan

alam yang sulit terserap. Hal ini dikarenakan ukuran partikel yang lebih kecil dengan

luas permukaan yang lebih besar sehingga memudahkan dalam proses penembusan

membrane sel Pengaplikasian. Dalam pembuatan kosmetik harus memperhatikan

proses sintesis tersebut, hal ini dikarenakan proses ini menentukan ukuran dan bentuk

dari kosmetik yang akan dihasilkan. (Tiara Putri et al., 2021)


4

Berdasarkan uraian latar belakang maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian. Dengan judul Pengembangan “Studi Pengembangan Formulasi Sediaan

Nanopartikel Dari Ekstrak Kulit Buah Naga (hylocereus polyrhizus) Sebagai

Antioksidan Dan Pewarna Pada Lip balm”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah pada sediaan nanopartikel lipbalm dari kulit buah naga merah

(hylocereus polyrhizus) memiliki kandungan antioksidan?

2. Apakah sediaan nanopartikel dari ekstrak kulit buah naga (hylocereus

polyrhizus) pada lipbalm dapat berfungsi sebagai pewarna ?

3. Bagaimana hasil uji aktivitas antioksidan pada sediaan kulit buah naga, uji

PSA, uji organoleptis, uji pH, uji homogenitas, uji titik lebur sediaan,uji

warna, uji iritasi, dan uji kelembapan terhadap formulasi nanopartikel

sediaan lip balm dari ekstrak kulit buah naga


5

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Studi pengembangan formulasi sediaan nanopartikel dari

ekstrak kulit buah naga (hylocereus polyrhizus) sebagai antioksidan dan pewarna

pada sediaan lipbalm

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Aktivitas Antioksidan pada sediaan lipbalm dari ekstrak

kulit buah naga (hylocereus polyrhizus)

b. Untuk menjadikan sediaan nanopartikel antioksidan dari ekstrak kulit buah

naga (hylocereus polyrhizus) sebagai pewarna alami pada lipbalm

c. Untuk Mengetahui uji PSA, uji organoleptis, uji pH, uji homogenitas, uji titik

lebur sediaan, uji iritasi,uji warna, dan uji kelembapan terhadap formulasi

nanopartikel antioksidan dari ekstrak kulit buah naga dalam bentuk sediaan

lipbalm.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya guna dari kulit buah

naga merah sebagai bahan alami dalam pembuatan nanopartikel antioksidan sediaan

lip balm (pelembab bibir) yang aman digunakan oleh masyarakat.

E. Ruang lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah studi pengembangan formulasi sediaan

nanopartikel antioksidan dari ekstrak kulit buah naga (hylocereus polyrhizus) .


6

Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi sediaan nanopartikel antioksidan

dari ekstrak kulit buah naga sebagai lipbalm. Penelitian ini dilaksanakan di

laboratoriun Farmasi Universitas Ford De Kock Bukitinggi dan Laboratorium

Universitas Andalas Padang pada bulan januari 2022. Populasi dan sampel yang

digunakan yaitu kulit buah naga yang terdapat di Bukittinggi. Analisa data yang

digunakan pada penelitian ini one way anova.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)

Buah naga (Hylocereus Polyrhizus) atau biasa disebut dengan Dragon Fruit

merupakan buah dari tanaman tropis yang berasal dari Amerika tengah dan Amerika

Utara. Buah naga banyak dibudidayakan di Asia seperti Vietnam dan Thailand.

Kemudian pada tahun 2000 buah naga merah mulai di kenal di Indonesia dan mulai di

budidayakan bibitnya dari Thailand (Daniel, 2014)

Buah naga merah merupakan tanaman dari golongan kaktus berbentuk bulat

lonjong dengan permukaan kulit dikelilingi oleh helaian seperti sisik yang berwarna

merah .Bagian dari buah naga yang sering dimanfaatkan untuk dikonsumsi adalah

daging buahnya, sedangkan kulit buah naga yang terdiri dari 30-35% bagian buah

seringkali dibuang sebagai sampah dan belum dimanfaatkan secara optimal. Kulit

buah naga merupakan limbah hasil pertanian yang mengandung zat warna alami

antosianin cukup tinggi dengan rata-rata kadar total antosianin ekstrak kulit buah naga

merah berkisar 26,4587 ppm.

Gambar 2. 1 Tumbuhan Buah Naga (Daniel, 2014)

7
8

1. Klasifikasi Buah naga Merah (Dani, 2019)

Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji)

Subdivisi : Agiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua)

Ordo : Cactales

Famili : Cactaceae

Subfamili : Hylocereanea

Genus : Hylocereus

Spesies :

- Hylocereus undatus (daging putih )

- Hylocereus polyrhizus (daging merah )

- Hylocereus costaricensis (daging super merah atau

superred)

- Selenicereus megalanthus (kulit kuning , daging putih, dan

tanpa sisik)

2. Morfologi Tanaman

Terdapat dua jenis akar yang dimiliki oleh tanaman buah naga. Pertama akar

tanah dan akar udara. Karakteristik perakaran tanaman buah naga adalah tidak

terlalu panjang serta memiliki akar cabang yang mempunyai akar rambut. Akar

tanah mempunyai warna coklat dengan kedalaman 20-30 cm dan semakin dalam

sekitar 50-60 cm ketika akan berbuah. Akar tanah dan akar udara berfungsi

mencari air dan unsur hara. Akar udara berfungsi sebagai pernapasan. Batang
9

tanaman buah naga tidak berkambium dan berduri, berwarna hijau tua, bersudut

tiga (triangular). Apabila sudah dewasa batang tanaman tidak memiliki lapisan

lilin dan lender. Bentuk bunga menyerupai bel yang panjang. Mahkota bunga

bagian dalam berwarna putih bersih. Buah naga memiliki bentuk lonjong agak

mengerucut. Buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus) berkulit merah dan

berdaging merah keunguan. Berat rata-rata kurang lebih 400 gram (Rahma, 2021)

3. Kulit Buah Naga

Kulit buah naga bermanfaat bagi kesehatan namun kenyataannya hanya

dianggap sebagai limbah hasil pertanian yang belum dimanfaatkan secara baik,

kulit buah mengandung zat warna alami betasianin cukup tinggi. Betasianin

merupakan zat warna yang berperan memberikan warna merah dan merupakan

golongan betalain yang berpotensi menjadi pewarna alami pangan dan dapat

dijadikan alternatif pengganti pewarna sintentik yang lebih aman bagi kesehatan.

Kulit buah naga (hylocereus polyrhyzus) dapat diaplikasikan sebagai pewarna

alami pangan dan sebagai bahan tambahan untuk meningkatkan nilai gizi produk.

Kulit buah naga sangat bermanfaat untuk kulit wajah sehingga dapat awet muda.

Kulit buah naga mudah didapat dan mudah untuk mengolahnya karena

kulitnya lunak sehingga mudah dipotong dan tidak memerlukan proses

pengolahan yang memakan waktu lama. Kulit buah naga memiliki kekurangan

diantaranya mudah busuk dan mudah kering apabila disimpan salah dalam proses

penyimpanan. Antosianin merupakan zat warna yang berperan memberikan warna


10

merah, dapat dijadikan alternatif pengganti pewarna sintesis, yang baik digunakan

untuk pewarna (Dani, 2019) kulit buah naga merah mengandung beberapa

senyawa seperti vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3 dan vitamin C, protein,

lemak, karbohidrat, serat kasar, flavonoid, tiamin, niasin, pyridoxine, kobalamin,

glukosa, fenol, betasianin, polifenol, karoten, fosfor, besi dan fitoalbumin yang

beberapa diantaranya merupakan senyawa antioksidan.

Beberapa senyawa dalam ekstrak kulit buah naga merah yang memiliki

aktivitas sebagai antioksidan, yaitu betasianin, flavonoid,fenolik (Utami W,

Mardawati E, 2020)

B. Nanopartikel

Nanopartikel adalah partikel berukuran 1-100 nanometer dan kebanyakan

metode menyarankan sebaiknya ukuran diameter partikel antara 200 dan 400 nm.

Dalam bidang farmasi, terdapat dua pengertian nanopartikel yaitu senyawa obat

melalui suatu cara dibuat berukuran nanometer (nanokristal) dan suatu obat

dienkapsulasi dalam suatu sistem pembawa berukuran nanometer, yaitu nanocarier

(Abdassah, 2017) Jenis-jenis nanopartikel

a. Nanokristal

Nanokristal merupakan penggabungan dari ratusan bahkan ribuan molekul

yang membentuk menjadi kristal, terdiri dari senyawa obat muri dengan

penyaluran tipis menggunakan surfaktan. Pembuatan nanokristal ini disebut

nanosiasi. Tidak seperti nanocarier, nanokristal hanya memerlukan sedikit


11

sirfaktan untuk stabilitas permukaan, karna gaya elektrostatik sehingga

mengurangi kemungkinan keracunan karena bahan tambahan untuk pembawa.

b. Nanocarrier

1) Nanotube

Nanotube merupakan lembaran atom yang diatur dalam bentuk tube atau

struktur menyerupai benang dalam skala nanometer. Struktur ini mempunyai

rongga di tengah, dan memiliki struktur menyerupai sangkar yang berbahan

dasar karbon. Nanotube terdiri dari dua macam yaitu yang berdinding tunggal

dan yang berdiniding ganda (Lisnawati, n.d.).

2) Nanoliposom

Mempunyai ukuran 50-100. Karakteristik dari Nanoliposom adalah vesikel

fosolipid, bersifat biokompatibel, penyerapan nya efisian dan mudah

diproduksi. Aplikasi nya yaitu dengan meningkatkan waktu sirkulasi,

penghantar gen (Alhara Yuwanda, S.Si., 2021)

1. Karakterisasi Nanopartikel

a) Sifart organoleptik

Mengetahui morfologi dari nanopartikel yang mempengaruhi sifat

pelepasan zat aktif dari nanopartikel tersebut. Pengamatan ini dapat

dilakukan menggunakan mikroskop optik dengan perbesaran yang

disesuaikan. Pengamatan kejernihan dilakukan untuk mengetahui

morfologi dan ukuran dari nanocarrier secara visual. Partikel yang

berukuran nanometer tidak bisa terlihat dengan kasat mata, suspense akan
12

terlihat jernih serta transparan. (Abdassah, 2017)

b) Ukuran dan distribusi ukuran nanopartikel

Menggunakan alat Particle Size Analyzer (PSA) dengan prinsip

Photon Correlation Spectroscopy/Electrophetic Light Scattering. Alat ini

memiliki rentang ukuran 0,6 µm hingga 7 µm. Gambarannya yaitu

partikel keicl dalam suspense bergerak dengan pola secara acak, lalu sinar

laser akan menyinari. Semakin lambat gerak brown maka semakin besar

ukuran partikelnya. Ukuran dan distribusi partikel dalah karakteristik

terpenting karena untuk memprediksi toksisitas, distribusi secara in vivo

serta kemampuan mencapai target suatu sistem dari suatu sistem

nanopartikel (Tiara Putri et al., 2021)

c. Zeta Potensial

Zeta potensial menunjukan sifat muatan dari permukaan partikel

berukuran nanometer melalui interaksi elektrostatistik nanopartikel yang

memperlihatkan kecendrungan tolak menolak serta agregasi. Zeta

potensial < -30 mV dan >+30 mV menunjukan nanopartikel mempunyai

stabilitas yang besar/tinggi . Sistem disperse dengan nilai potensial

lumayan rendah akan memiliki kecendrungan beragregat. (Wibrianto,

2021)

2. Kelebihan Nanopartikel

Keunggulan dalam penggunaan nanopartikel adalah bahan pembawa

bahan aktif yang kemampuan pengikatnya tinggi dan bersifat lepas

(Teknologi, 2020)
13

a) Ukuran partikel dan karakteristik permukaan partikel yang dapat

dimodifikasi dengan mudah untuk penargetan obat secara pasif atau

aktif.

b) Dapat mengendalikan pelepasan obat selama transportasi dan

penghantaran, mengubah distribusi obat dan klirens, dan meningkatkan

efektivitas dan mengurangi efek samping obat.

c) Controlled realease dan karakteristik degradasi partikel dapat dirancang

dengan mudah berdasarkan pemilihan sistem nanopartikel.

d) Penargetan obat dapat dicapai dengan menempelkan ligan pengikat ke

permukaan partikel.

e) Sistem ini dapat digunakan untuk berbagai rute administrasi termasuk

oral, nasal, parenteral, dan lain-lain.(Butarbutar, 2019)


14

Tabel 2. 1
Pembuatan Nano Partikel

NO METODE KETERANGAN B

1 Emulsion Pembuatan nanopartikel dilakukan dengan Bersifat


- emulsifikasi larutan polimer dan diikuti liposoluble
Solvent penguapan pelarut polime
Evaporation

2 Double Pembentukan nanopartikel dengan Bersifat


Emulsion and menambahkan fase cair bahan aktif ke dalam hidrofilik
Evaporation larutan polimer organik hingga membentuk
emulsi tipe a/m. Emulsi ini ditambahkan lagi
dengan fase cairan hingga terbentuk emulsi
a/m/a, kemudian diuapkan dan partikel nano
diisolasi dengan sentrifugasi kecepatan tinggi.

3 Saltingout Pembentukan nanopartikel berdasarkan Bersifat


pemisahan pelarut yang bercampur dengan air hidrofilik,
dari suatu fase cairan dengan liposluble,
mekanisme salting-out. Polimer dan obat dan
dilarutkan ke dalam pelarut kemdiann tidak tahan
diemulsikan ke dalam gel yang mengandung pemanasan
bahan salting-out (MgCl2, CaCl2, atau
sukrosa) dan penstabil kolidal (PVP atau
HEC). Emulsi m/a kemudan diencerkan
dengan sejumlah air untuk mengingkatkan
difusi pelarut ke dalam fase cair untuk
membentuk partikel nano.

4 Emulsion Polimer enkapsulasi dilarutkan secara Bersifat


Difusion terpisah dengan pelarut yang dapat larut hidrofilik
dengan air, kemudian dijenuhkan dengan air dan
Sampai terbentuk kesetimbangan Termodinamik lipofilik
antara kedua cairan. Fase ini diemulsikan ke
dalam larutan stabilizer yang menyebabkan
terjadinya difusi pelarut ke dalam fase
eksternal, kemudian pelarut diuapkan atau
disaring hingga didapatkan partikel nano.
15

5 Solvent Pembentukan nanopartikel yang meliputi Bersifat


Displacement/ presipitasi pengendapan polimer yang lipofilik,
Precipitation dibentuk sebelumnya dari larutan organik dan hidrofilik,
difusi pelarut organik dalam suatu media cairan dan
dengan ada atau tidaknya surfaktan surfaktan
yang
lipofilik

6 Coaservation/ Pembentukan nanopartikel dengan campuran Bersifat


ionic dua fase cairan yang terdiri dari polimer hidrofilik,
gelation hidrofilik dan biodegradable yang bermuatan hidrofobik,
positif yang berinteraksi dengan muatan polimer
negatif polianion untuk membentuk koaservat. yang
Interaksi elektrostatik yang terjadi antara dua bermuatan
fase cairan akan menyebabkan transisi bentuk positif, dan
dari cair ke gel karena adanya interaksi pasangan
ionik multivalent
yang
bermuatan
negatif

Pembuatan Nanopartikel (Ahdyani et al., 2020)

*PVP :
Polyvinylpyrrolidone
HEC : Hydroxyethylcellulose
a/m : air dalam minyak
a/m/a. : air dalam minyak dalam air
16

3. Analisis Spektroskopi UV-VIS

Analisis spektrofotometri UV-Vis sebagai analisi kuantitatif untuk

mengonfirmasi pembentukan nanopartikel dan digunakan juga untuk

memantau stabilitas. Spektroskopi UV-Vis sangatlah sederhana. Sensitif

dan cepat, serta yang paling penting selektif untuk nanopartikel yang

berbeda. Di antara teknik dalam karakterisasi nanopartikel , analisis

spektroskopi UV-Visible adalah teknik yang paling umum digunakan

untuk karakteristik nanopartikel. Teori dan dasar matematika hamburan

cahaya dinamis dan UV-Vis sangat terkenal.

Dalam kasus spektroskop UV-Vis, intensitas cahaya diukur setelsah

melewati larutan koloid. Sebagaimana diketahui bahwa nanopartikel

memiliki sifat optic yang unik dari nanopartikel logam adalah konsekuensi

dari osilasi kolektif electron konduksi yang diekstasi oleh radiasi

elektromagnetik, yang disebutresonansi plasmon permukaan. Untuk

nanopartikel yang lebih kecil <20 nm, resonansi plasmon permukaan

ditemukan terjadi pergeseran biru(blue shift) sedangkan untuk partikel

yang lebih besar atau asimetris >20nm , SPR ditemukan pergeseran merah

(red shift) dengan pelebaran pita plasmon.

Beberapa penelitian juga mengemukakan melalui spectrum SPR

memprediksi ukuran partikel dari spectrum UV-Vis menggunakan teori

mie dan menyelidiki mekanisme pembentukan nanopartikel selama proses

sintesis nanopartikel perak.


17

Karakteristik nanopartikel emas didasarkan pada fenomena

SPR(Surface Plasmon Rensonance) yang merupakan rensonansi antara

gelombang cahaya dengan electron-elektronpada permukaan logam yang

menghasilkan osilasi electron di permukaan logam yang terkuantisasi. SPR

pada nanopartikel disebut dengan LSR (Local Surface Plasmon

Resonance)

C. Antioksidan

Secara kimia senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi electron, Secara

biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa yang dapat menangkal dampak dari

stress oksidatif. Antioksidan adalah senyawa yang mampu menghilangkan,

membersihkan, menahan, dan menangkal pembentukan reaksi oksidasi yang

disebabkan oleh radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas adalah atom yang tidak

stabil karna tidak memiliki electron dengan mengikat sel-sel tubuh. Apabila hal

tersebut terjadi terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan dan kematian sel.

(Lutfia, 2019)

Antioksidan sangat penting dalam bidang kesehatan, kecantikan dan bahan

pangan. Manfaat antioksidan dalam bidang kesehatan berfungsi untuk mencegah

penyakit degeneratif dan penyakit kanker. Antioksidan dalam bidang kecantikan

berfungsi untuk mencegah diri dari penuaan dini (anti aging), menjaga kesehatan kulit.

Dalam bidang pangan dapat digunakan untuk mencegah proses oksidasi yang dapat

menyebabkan kerusakan seperti ketengikan, perubahan aroma dan warna dan dapat

mencegah peroksidasi lipid pada bahan pangan(Ambari et al., 2020)


18

Senyawa antioksidan yang dapat menghambat oksidasi dengan cara bereaksi

dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tak reaktif yang relatif stabil.

Senyawa fenolik dan flavonoid merupakan sumber antioksidan alami yang biasanya

terdapat dalam tumbuhan. Selain itu, antioksidan memiliki kemampuan dalam

memberikan elektron, mengikat dan mengakhiri reaksi berantai radikal bebas yang

mematikan. Antioksidan yang dipakai kemudian didaur ulang oleh antioksidan lain

untuk mencegahnya menjadi radikal bebas (bagi dirinya sendiri) atau tetap dalam

bentuk tersebut tetapi dengan struktur (Ambari et al., 2020)

D. Definisi Kosmetik

BPOM atau Badan Pengawasan Obat dan Makanan mendefinisikannya sebagai

bahan atau sediaan yang biasa digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis,

rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar termasuk bagian gigi dan mukosa

mulut). Tujuannya untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan atau

memperbaiki bau badan atau melindungi dan memelihara tubuh pada keadaan baik

(BPOM, 2018)

Kosmetik sudah dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu, baru abad ke 19

mendapat perhatian khusus, dimana selain untuk kecantikan juga mempunyai fungsi

untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru di mulai pada

abad ke 20 dan kosmetik menjadi salah satu bagian dari dunia usaha. Pada saat ini,

ternologi kosmetik begitu maju dan merupakan paduan antara kosmetik dan obat

(pharmaceutical) atau dikenal dengan istilah kosmetik medis (cosmecueticals)


19

Kosmetik berasal dari kata Yunani ‘kosmetikos’ yang mempunyai arti keterampilan

menghias atau (Maryani & Fachrurrazi, 2017)

Berikut pengertian kosmetik menurut para ahli (Rismana et al., 2014) :

1) menurut Jellinex, kosmetologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari

hukum-hukum kimia, fisika, biologi dan mikrobiologi tentang pembuatan,

penyimpanan dan penggunaan bahan kosmetika

2) Lubowe mengemukakan istilah Cosmedics disusul oleh Faust dengan

istilah Medicated Cosmetics untuk bentuk gabungan dari kosmetika dan

obat. Cosmedics adalah kosmetika yang dalamnya ditambahkan bahan-

bahan aktif tertentu seperti zatzat anti bakteri atau jasad renik lainnya, anti

jerawat, anti gatal, anti produk keringat, anti ketombe dan lain-lain dengan

tujuan profilaksis, desinfektan, terapi dan lain-lain

E. Bibir

1. Definisi Bibir

Pada bagian luar ,ulut terdapat dua buah bibir, bagian atas, dan bawah.

Permukaan luar dari bibir ini dilapisi kulit luar yang mengandung folikel rambut

serta beberapa kelenjar. Permukaan tengah (area transisional) bibir merupakan

lapisan epidermis yang transparan. Permukaan bibir merupakan membrane

mukosa. Kemudian terdapat tempat bertemunya bibir atas dan bawah disamping

mulut disebut komisura bibir. Berfungsi untuk memegang makanan dan

meneruskannya ke saluran pencernaan (Satiti, 2021)


20

2. Anatomi dan fisiologi kulit bibir

Bibir mengandung otot buccinators dan kelenjar bukal. Titik awal yang

baik adalah mengidentifikasi lapisan utama (epidermis, dermis, dan hypodermis)

kulit. Tiga lapisan pembentuk kulit dapat dikenali di semua bagian kulit. Epitel

yang membentuk lapisan paling gelap dan terlihat di epidermis, biasanya

merupakan lapisan yang paling gelap yang terlihat. Sedangkan dermis jauh lebih

tebal darpada epidermis. Pada kulit yang tebal,papilla dermis membuat batas

yang sangat tidak teraturantara epidermis dan dermis membuat batas yang sangat

tidak teratur antara epidermis dan dermis. Hipodermis adalah lapisan yang terlihat

dari sebagian besar terdiri dari jaringan adipose. Untaian jaringan ikat yang padat

dapat meluas dari dermis jauh ke dalam hypodermis dan mengikat kulit di

struktur dibagian (Hakim Rachmi Fanani, 2021)vc

Gambar 2. 2 Skema Histologi Kulit Bibir (Daniel, 2014)

3. Bibir kering

Penyebab utama yang terjadi pada bibir kering atau pecah-pecah adalah

dehidrasi, dehidrasi terjadi karena kurang asupan cairan. Jika lapisan keratin
21

rusak dan mengelupas maka seseorang sedang mangalami. Bibir yang pecah-

pecah. “Chaps” merupakan lapisan keratin yang mengelupas pada bagian

permukaan bibir. Pada bibir apabila bagian permukaan luar kulit mati akan

membentuk lapisan yang mengeras sebagai lapisan pelindung yang tangguh.

Permukaan luar yang lebih tebal dan tertutup keratin (disebut sebagai lapisan

keratin) melindungi pertumbuhan sel-sel yang halus dari efek berbahaya yang

berasal dari lingkungan umumnya dari matahari (ultraviolet) dan dari kekeringan.

(Mersil et al., 2022)

F. Lip Balm

1. Definisi Lip Balm

Lip balm digunakan sebagai langkah awal untuk Pencegahan terjadinya

masalah pada bibir. Lip balm merupakan sediaan kosmetik dengan komponen

utama seperti lilin, lemak dan minyak dari ekstrak alami atau yang di sintesis

dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kekeringan pada bibir dengan

meningkatkan kelembaban bibir dan melindungi pengaruh buruk lingkungan pada

bibir. Dengan adanya Lip balm kelembaban akan lebih terjaga pada lapisan

korneum yang berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bibir. (Penambahan et al.,

2019)

2. Persyaratan Lip Balm yang benar

Pada formulasi sediaan lip balm harus memenuhi syarat-syarat yang telah

ditentukan. Persyaratan lip balm yang benar yaitu: dapat melapisi bibir secara

menyeluruh, cukup melekat pada bibir tapi tidak sampai lengket, tidak
22

menyebabkan iritasi, dapat melembabkan, memperbaiki penampilan, tidak

meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak bopeng atau berbintik-bintik, atau

memperlihatkan hal-hal lain yang tidak menarik. (RI, Ditjen POM Dan Depkes,

2004)

3. Komponen Lip Balm

a) Cera alba

Cera alba mempunyai titik leleh 62 − 64⁰C. Bahan ini digunakan untuk

mengikat minyak dan waxes yang memiliki titik leleh yang tinggi (Kadu, M.,

Suruchi, V., Sonia, 2014). Pemeriannya padatan putih kekuningan, sedikit

tembus cahaya dalam keadaan lapisan tipis, memiliki bau yang khas dan bebas

dari bau tengik. Cera alba tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol

dingin, larut sempurna dalan kloroform, eter, minyak lemak dan minyak atsiri

dan pada suhu lebih kurang 30⁰C larut sempurna dalam benzen dan dalam

karbon disulfida. Khasiatnya sebagai zat tambahan. (Farmakope indonesia ed

III, 1979)

b) Nipagin

Nipagin atau Metil paraben dikenal dengan nama nipagin . Nipagin

merupakan senyawa fenolik, stabil di udara, sensitif terhadap pemaparan

cahaya, tahan terhadap panas dan dingin termasuk uap sterilisasi, stabilitas

menurun dengan meningkatnya pH yang dapat menyebabkan hidrolisis.

Pemerian dari metil paraben adalah serbuk hablur halus, berwarna putih, tidak

berbau, tidak berasa. Metil paraben mempunyai kelarutan yang baik pada air,

aseton, eter, dan gliserol. Titik lebur dari metil paraben adalah 125-128oC.
23

Metil paraben berkhasiat sebagai pengawet. (Farmakope Indonesia V,

2014)Propilen glikol

Propilen glikol adalah propana-1,2-diol dengan rumus C3H8O12dan berat

molekul 76,09). Propilen glikol berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna,

tidak berbau, rasa agak manis, dan higroskopik, Propilen glikol dapat

dicampur dengan air, dengan etanol (95% dan dengan kloroform, larut dalam 6

bagian eter, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah dan dengan minyak

lemak.

Penggunaan propilen glikol adalah sebagai zat tambahan dan pelarut

Sebagai pelarut atau kosolven propilen glikol digunakan dalam konsentrasi 10-

30% larutan aerosol, 10-25% larutan oral, 10-60% larutan parentral dan 5-80%

larutan topikal.(Farmakope Indonesia ed III, 1979)

Sifat propilen glikol hampir sama dengan gliserin hanya saja propilen

glikol lebih mudah melarutkan berbagai jenis zat. Sama seperti gliserin fungsi

propilen glikol adalah sebagai humektan, namun fungsi dalam formula krim

adalah sebagai pembawa emulsi sehingga emulsi menjadi lebih stabil. Propilen

glikol dapat berfungsi sebagai humektan pada sediaan salep digunakan pada

konsentrasi 15% (Farmakope Indonesia ed III, 1979)

c) Lanolin

Lanolin adalah adeps lanae yang mengandung air 25% dan digunakan

sebagai pelumas dan penutup kulit dan mudah dipakai. Pemakaian pada kulit

dapat merupakan lapisan penutup, melunakkan kulit sehingga mudah dipakai.

Keberatannya bau dan banyak yang alergi terhadap adeps lanae (Anif, 1993).
24

Lanolin adalah pengemulsi yang sangat baik dan digunakan dalam kosmetik.

Lanolin merupakan lemak yang ditemukan dalam wol domba. wol tersebut

diolah dengan larutan sabun encer dan dicuci, kemudian diolah dengan asam

sulfat encer yang membantu menguraikannya lalu diperoleh lanolin murni

yang digunakan dalam produksi kosmetik sebagai emolien (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2014)

d) Gliserin

Gliserin digunakan sebagai humektan dan emolien pada sediaan topikal

dan kosmetik. Gliserin memiliki cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna,

rasa, manis, berbau khas lemah (tajam atau tidak enak), higroskopisnya netral

terhadap lakmus. Kelarutannya yaitu dapat bercampur dengan air dan etanol,

tidak larut dalam kloroform, eter, minyak lemak dan minyak

menguap(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014)

e) Minyak

Lemak coklat (cocoa butter) adalah lemak alami yang berasal dari biji

coklat dan memberikan kelembutan pada lip balm. Bahan ini dapat menutrisi

dan memberikan kelembaban pada kulit serta membantu menyembuhkan kulit

yang kering. Serta berfungsi untuk membentuk lapisan film pada bibir,

memberi tekstur yang lembut, mengurangi efek berkeringat dan pecah pada lip

balm(Lutfia, 2019)
25

G. Metode maserasi untuk ekstrak

Ekstrak adalah Sediaan kental yang diperoleh dengan menyari senyawa aktif

dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua

atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan

sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Farmakope Indonesia ed

III,1979)

Metode Maserasi Metode maserasi merupakan metode ekstraksi dengan

merendam sampel menggunakan pelarut organik pada suhu ruangan. Metode ini

biasanya digunakan pada bahan yang mengandung zat aktif mudah larut ketika

diekstrak dan tidak mengandung benzoin. Waktu yang digunakan dalam metode ini

sangat signifikan dengan kualitas ekstrak. . Jumlah pelarut yang diuapkan dapat

mempengaruhi bentuk dari ekstrak yang dihasilkan seperti berupa ekstrak kental atau

ekstrak kering bahan yang akan diekstrak berasal dari bahan kering yang telah

dihancurkan dan dapat berbentuk seperti serbuk maupun cacahan(Utami W,

Mardawati E, 2020)

H. Uji ekstrak kulit buah naga

1. Ukuran dan Distribusi Nanopartikel ( Uji PSA)

Analisis ukuran partikel merupakan sifat dasar dari endapan suatu partikel

yang dapat memberikan informasi tentang asal dan sejarah partikel tersebut.

Distribusi ukuran merupakan hal penting seperti untuk menilai perilaku granular

yang digunakan oleh suatu senyawa atau gaya gravitasi (Wibrianto, 2021)
26

Ukuran dan distribusi nanopartikel diukur menggunakan Particle Size

Analyzer (PSA) menggunakan prinsip Photon Correlation Spectroscopy dan

Electrophoretic Light Scattering. article Size Analyzer (PSA) digunakan untuk

mengukur   distribusi ukuran partikel dengan metode Dynamic Light

Scattering (DLS) menggunakan teknik Non-Invasive Back Scatter (NIBS),

dengan sumber laser HeNe 4 mW dengan panjang gelombang 633 nm. Rentang

ukur (hydrodynamic size) 0.6 nm – 9000 nm (tergantung jenis sampel). Sampel

berupa cairan, atau serbuk berukuran nanometer yang didispersikan dalam media

cair. Hasil yang diperoleh berupa kurva distribusi ukuran partikel.(Ahdyani et al.,

2020)

Rentang pengukuran dengan alat ini yaitu 0,6 μm – 7 nm . Konsepnya bahwa

partikel kecil dalam suspense bergerak dengan pola secara acak, kemudian sinar

laser menyinarinya. Semakin besar ukuran partikel, semakin lambat Gerak

Brown. Ukuran dan distribusi partikel merupakan karakteristik yang paling

penting dalam sistem nanopartikel. Hal ini digunakan untuk memperkirakan

distribusi secara in vivo, biologis, toksisitas, dan kemampuan membidik dari

sistem nanopartikel (Syvitski, 1991)


27

Gambar 2. 3 Alat Delsa™Nano Zeta Potential and Submicron Particle(Coulter, 2008)

2. Uji Antioksidan pada kandungan kulit buah naga

a) Pembuatan larutan DPPH

Pembuatan larutan DPPH (1,1-difenil-2-pikrihidrazil) (0,4Mm). Ditimbang

seksama DPPH (1,1-difenil-2-pikrihidrazil) dengan berat kurang lebih 15,8 mg

(BM 394,32 g/mol), kemudian dilarutkan dengan methanol proanalisis hingga

mencapai volume 100 ml labu ukur. Perhitungan pembuatan larutan DPPH

(1,1-difenil-2- pikrihidrazil) kemudian ditempatkan didalam botol gelap untuk

menghindari kerusakan sampel karna pengaruh cahaya. Proses pembuatan

larutan DPPH (1,1- difenil-2-pikrihidrazil).

b) Pembuatan larutan blanko dan penentuan panjang gelombang.

Pembuatan larutan blanko dengan cara 1ml larutan DPPH (1,1-difenil-2-

pikrihidrazil) (0,4mM), ditambahkan methanol proanaisis sebanyak 4ml, ad

volume larutan sebanyak 5 ml di dalam vial. Larutan kemudian dikocok ad


28

homogen. Tutup rapat dan tutup botol dengan alomunium foil agar vial tidak

tembus cahaya karna DPPH (1,1-difenil-2- pikrihidrazil)

3. Uji sediaan lip balm

1) Uji Organoleptis

Organoleptis adalah suatu pengujian dengan menggunakan indera manusia

sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap suatu sediaan

Uji organoleptik dilakukan untuk melihat tampilan fisik sediaan dengan cara

melakukan pengamatan terhadap bentuk, warna dan bau dari sediaan yang telah

dibuat.(Mappa et al., 2013)

2) Uji pH

Uji pH dilakukan untuk melihat tingkat keasaman sediaan lip Balm untuk

menjamin sediaan tidak menyebabkan iritasi pada kulit. pH sediaan lip balm

diukur dengan menggunakan stik pH universal.(Amalia et al., 2021)

3) Uji Titik Lebur Sediaan

Uji ini dilakukan dengan cara sediaan lip balm dimasukkan kedalam oven

dengan suhu awal 50 °Cselama 15 menit, lalu amati apakah terjadi peleburan

atau tidak. Kemudian naikkan suhu 1 °Ctiap 15 menit kemudian amati pada

suhu berapakah sediaan lip balm mulai melebur. Sediaan lipbalm yang baik

memiliki titik lebur 50⁰C - 70⁰C. (Lutfia, 2019)

4) Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan dengan menggunakan plat kaca dengan

mengoles sebagian sediaan pada plat kaca, kemudian amati. Dilihat apakah
29

sudah tidak ada butiran kasar. Sediaan haruslah menunjukan susunan yang

homogen dan tidak terdapat butiran kasar.(Utami et al., 2021)

5) Uji Iritasi

Hewan uji yang digunakan adalah tikus. Tujuan uji ini adalah melihat

respon lokal pada kulit karena adanya suatu reaksi kulit setelah terpapar zat

kimia, sehingga menyebabkan inflamasi atau luka.(Amalia et al., 2021)

6) Uji Kelembapan

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan keadaan sebelum dan

sesudah menggunakan sediaan lip balm. Kemudian dilakukan pengecekan

menggunakan skin moinsture analyzer.(Lutfia, 2019)

7) Uji Daya Sebar

Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui sejauh mana lip balm dapat

menyebar dan merata ketika diaplikasikan. Daya sebar merupakan karakteristik

penting dalam formulasi dan bertanggung jawab terhadap kemudahan saat

diaplikasikan.(Ambari et al., 2020)

8) Uji Daya Lekat

Uji daya lekat bertujuan untuk mengetahui lama waktu kontak lip balm

dengan kulit, semakin lama maka semakin maksimal absorbsi ke dalam kulit.

(Ambari et al., 2020)

9) Uji Stabilitas

Uji freeze-thaw dilakukan dengan memaparkan lipbalm pada suhu beku

(sekitar -24°c) selama 10 jam dan kemudian dibiarkan mencair selama 24

jam pada suhu kamar. Sampel kemudian ditempatkan pada suhu yang
30

lebih tinggi (sekitar24°c) selama 24 jam.Pengujian dilakukan sebanyak 6 siklus

dan diamati terjadinya perubahan fisik dari sediaan pada awal dan akhir

pengujian yang sudah melalui berbagai uji.(Mardhiani et al., 2018)

I. Kerangka Teori

KOSMETIK

MODERN TRADISIONAL

setiap bahan atau sediaan yang bertujuan untuk


digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis,
rambut, kuku, bibir, dan organ bagian luar lainnya) atau
gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan, mengurangi bau
badan, dan memelihara tubuh agar dalam kondisi baik

LIP
LIPSTIK
KOSMETIK PADA
LIP BUTTER
BIBIR LIP TINT
GLOSS
LIP BALM

Komponen sediaan NANOPARTIKEL


lipbalm:
Cera alba
Formulasi sediaan :
Gliserin F(0) = sediaan dengan
kulit buah naga 0%
Nipagin F(1) = Sediaan dengan
Lanolin kulit buah naga 6%

Oleum F(2)= sediaan dengan


cacaum kulit buah naga 8%

Ekstrak F(3)= sediaan dengan


nanopartikel kulit buah naga 10%
BAB III
KERANGKA KONSEP
N
a
A. Konsep Penelitian n
o
Kerangka konsep dibuat untuk menyempitkan pbidang pandang dan
a
menyederhanakan permasalahan penelitian. Kerangka konsep r merupakan kerangka
t
hubungan antara konsep-konsep atau variable-variabel yang i akan diamati(diukur
k
E
melalui penelitian). Kerangka konsep lazimnya
v berbentuk eskema atau bagan yang
l E
a v
menunjukan jenis serta hubungan antarvariabel
l yang diteliti.(Soedijarto, 2007) a
E l
u
k u
B. Kerangka Konsep a a
s
s s
t
i i
r
a e
s
k k
e s
d t
K
i r
u
a a
l k
a
i
n k
t
u
l l
B
i i
u t
p
a
h b
b u
a a
N
l h
a
m
g n
: a
a
Uji Homogenitas g
a
Uji stabilitas formulasi :

Uji Organoleptis Uji PSA (Particle Size


Analyzer)
Uji Daya Sebar
Uji kelembapan
Uji Daya Lekat 31

Uji Iritasi
Uji pH
32

A. Definisi Operasional

Tabel 3. 1
Definisi Operasional Variabel

Variabel
Defenisi Alat Hasil Skala
No Penelitia Cara Ukur
Operasional Ukur ukur Ukur
n
1. Nanopa Nanopartikel adalah Menggu Particle Nanoparti Ordinal
parti kel adalah partikel yang nakan alat Size kel ( nm )
ekstrak berukuran 1 dan 100 Analyze
kulit nanometer. partikel r ( PSA)
buah halus berukuran
naga antara 100 dan
2.500 nanometer,
dan partikel kasar
berukuran antara
2.500 dan 10.000
nanometer.
2. Aktivita Antioksidan Perbanding Spektrof Dengan Ordinal
s merupakan suatu an dengan otometri metode
Antioksi senyawa Vit.C DPPH
dan ataukomponen kimia
yang dalam kadar
atau jumlah tertentu
yang mampu
menghambat atau
memperlambat
keruasakan akibat
dari proses.
2. Lip Lip balm adalah Melakukan Secara formulasi Ordinal
balm sediaan yang uji visual dan lip balm
diaplikasikan pada alat hasil
bibir untuk mencegah modifikas
bibir kering dan i
melindungi dari efek
lingkungan yang
buruk.
33

3. Uji PSA Particle Size Menggu Particle Ukuran Ordinal


Analyzer ( PSA) alat nakan alat Size partikel
yang dapat PSA Analyze ( nm)
digunakan untuk dipanask r ( PSA)
mengetahui distr an
ibusi ukuran terlebih
partikel ekstrak dahulu
kulit buah naga. ±20
menit
4. Uji Organoleptis : Menggu Visual Sediaan Ordinal
Organal menunjukan fisik nakan tidak
eptis dari sediaan lip panca berubah
balm meliputi indra warna,
warna, bau, tekstur bau, dan
dan bentuk sediaan. bertekstur
lembut.
5. Uji Homogenitas : Oleskan Gelas Homogen Ordinal
Homoge Menunjukkan pada objek i tas atau
nita s sediaan lipbalm sekeping Tidak
yang sudah kaca, Homogen
tercampur merata sediaan i tas
pada setiap bagian menunjuk
an
homogen
atau
tidaknya
6. Uji PH PH : Menunjukkan Celupka n Kertas Nilai PH Ordinal
tingkat kesamaan kertas ph PH meter
dari lip balm kedalam universa (dalam
sampel lip l angka )
balm

7. Uji Titik Titik lebur : melihat Masukan Oven Nilai Ordinal


Lebur pada suhu berapa lip lip balm suhu
balm mulai kedalam (dalam
melebur. oven angka )
34

8. Uji Iritasi : Oleskan 4 ekor Ada atau Ordinal


Iritasi Menunjukkan amansediaan hewan tidaknya
tidaknya sediaaan
yang coba iritasi
lipbalm digunakan
dibuat ( tikus )
amati
apa yang
terjadi
9. Uji Kelembapan : Diukur Menggu Lembab Ordinal
Kelemb pengujian kadar nakan atau
apan kemampuan sediaan kulit alat tidaknya
untuk melembabkan sebelum digital sediaan
bibir meengg skin
unakan moisture
lip analyzer
balmke 4 ekor
mudian hewan
diukur coba
lagi ( tikus )
setelah
menggu
nakan
lip balm
10 Uji Daya Lekat : Sampel Gelas Lama Ordin al
Daya mengetahui lama sediaan objek waktu
Lekat waktu kontak lip lip balm lekat
balm dengan kulit, ditimbang
semakin lama maka ,ditaruh
semakin maksimal diatas
absorbsi ke dalam gelas
kulit objek,
tempelka
n gelas
kaca
hingga
menyatu.
11 Uji daya Daya Sebar : diletakka Gelas Nilai PH Ordin al
Sebar dilakukan n di atas Objek meter
untuk mengetahui lempenga (dalam
sejauh mana lip n kaca angka )
balm dapat beralaska
menyebar dan n kertas
merata ketika skala
diaplikasikan tutup
dengan
kaca
35

pasangan
nya

B. Hipotesis

1. Adanya Nanopartikel ekstrak kulit buah naga sebagai antioksdian pada

sediaan lipbalm (H1)

2. Tidak Adanya Nanopartikel ekstrak kulit buah naga sebagai antioksdian pada

sediaan lipbalm ( H0 )
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental. Penelitian ini ditujukan

studi pengembangan formulasi sediaan Nanopartikel antioksidan dari ekstrak kulit

buah naga (hylocereus polyrhizus) sebagai lip balm. Kemudian dilakukan pengujian

Uji aktivitas antioksidan, uji organoleptis, uji PH, uji titik lebur, uji homongenitas,

uji iritasi, uji kelembaban, Uji PSA, Uji daya sebar, Uji daya lekat

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Bahan uji simplisia kulit buah naga (Hylocereus polyrhizus) diperoleh dari

Bukittinggi, Sumatera Barat. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmasi

Universitas Fort De Kock Bukittinggi dan Laboratorium Universitas Andalas Padang,

Sumatera Barat. Waktu penelitian bulan Januari tahun 2023.

C. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari blender (Philips), Pisau,

timbangan digital, beaker glass(Iwak), Particle Size

Analyzer(PSA),Spektrofotometri, Sonikator, Skin Moister Analyzer, botol gelap,

batang pengaduk,gelas ukur (Iwak), cawan penguap (Iwak), Penangas Air, Rotary

Evaporator,Freeze drying, magnetik stirer, tissu, spatula, kaca objek, pH kertas

perkamen, kertas saring dan pot wadah lip balm

36
37

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Kitosan (sigma Aldrich),

Na.TPP (Wako, jepang), asam asetat glasial (merck), NaOH (Merck), aquadest,

kulit buah naga merah, gliserin(PHARMA GRADE), cera alba (beeswax), nipagin

(UENO),lanolin (oleum cacao, etanol 96%(Merck), larutan DPPH, Vitamin C.

D. Prosedur Kerja

1. Penyiapan Sampel

a) Pengambilan sampel

Sampel kulit buah naga diambil di wilayah bukittinggi, Sumatera barat.

Kulit buah naga yang diambil adalah kulit buah naga yang segar dan tidak

busuk.

b) Pengolahan sampel

Langkah pertama adalah kulit dipisahkan , lalu dicuci di air mengalir

hingga bersih untuk menghilangkan kotoran yang menempel. Kulit buah naga

yang sudah dicuci ditiriskan menggunakan tampah. Kemudian dikeringkan

dengan suhu 60°C. Kulit buah naga yang telah dikeringkan lalu dihaluskan.

Kemudian di ayak dengan ayakan mesh nomor 60. Hingga didapat sampel

ekstraksi yang diinginkan..

2. Proses Ekstraksi Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)

Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi. Serbuk kulit buah

naga merah diekstraksi dengan etanol 96% dengan 1:3 selama 2x24 jam.

Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk kulit buah naga merah
38

dengan pelarut etanol 96% sambil sesekali diaduk. Hasil ekstraksi dipekatkan

menggunakan rotary evaporator dengan suhu 55°C untuk mendapatkan ekstrak

kental. (Yanty & Siska, 2018) Ekstrak kental yang sudah didapatkan kemudian

dikeringkan menggunakan Freeze dryer Produk yang dihasilkan akan menjadi

lebih stabil kualitasnya (tidak terjadi perubahan aroma, warna, dan unsur

organoleptik lainnya).

3. Pemeriksaan bahan baku

Ekstrak kulit buah naga merah dilakukan pemeriksaan organoleptis,

lanolin, cera alba, gliserin, nipagin, dan oleum cacao dilakukan pemeriksaan

menurut persyaratan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi IV dan

Tabel 4. 1
Pemerian

Pemerian

Bentuk Warna Bau Rasa

Nama
No
zat
Peng Peng
FI IV Peng FI IV Peng FI IV
Standa r Amata amat
dan V Amatan dan V Amatan dan V
N an

1. Cera Zat Putih Bau


alba padat kekun khas
ingan lemah
2. Gliserin Cairan Jernih Tidak Rasa
berbau Manis
3. Nipagin Serbuk Putih Tidak Tidak
berbau mempu
39

nyai
rasa

a. Pemeriksaan Kelarutan

Tabel 4. 2
Pemeriksaan Kelarutan

Kelarutan
Nama
No
zat
FI IV dan V Pengamatan
1. Cera alba Tidak larut dalam air, agak sukar
larut dalam etanol, larut sempurna
dalam kloroform
dalam eter.

2. Gliserin Larut dalam etanol praktis dan air


tidak larut dalam
kloroform.

3. Nipagin Sukar larut dalam air,


mudahlarut
dalam etanol.
5. Lanolin Agak sukar larut dalam etanol,
mudah larut dalam
kloroform.

6. Oleum cacao Sukar larut dalam etanol, mudah


Larut dalam kloroform dan eter.

4. Pembuatan Nanopartikel

a) Pembuatan larutan dapar asetat pH 4, larutan kitosan dan Na. TPP Dapar

asetat pH 4 dibuat dengan menggunakan asam asetat glasial dan NaOH.

Kitosan dilarutkan dalam larutan dapar asetat pH 4 dengan konsentrasi 1


40

mg/ml. Sedangkan larutan Na.TPP dalam air dibuat dengan konsentrasi 0,4

mg/ml (Abdassah, 2017)

b) Nanopartikel dibuat dengan perbandingan konsentrasi ekstrak buah naga dan

kitosan yaitu 4:1. Na.TPP yang digunakan sebanyak 0,05 bagian untuk

seluruh formula. Larutan buah naga ditambahkan dengan larutan kitosan

disertai pengadukan menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 400

rpm selama 30 menit. Na. TPP ditambahkan menggunakan pipet tetes

selama 10 menit selanjutnya lakukan sonikasi selama 10 menit. Dispersi

nanopartikel diunjukkan dengan terbentuknya disperse koloid (opalesensi)

(Abdassah, 2017)

c) Cara Kerja Pembuatan Lip balm. Ditimbang semua bahan, kemudian basis

lemak coklat (Oleum cacao) dilelehkan pada suhu lelehnya yaitu sekitar 31-

34°C. Lemak coklat dimasukkan kedalam cawan penguap, diaduk sampai

seluruh lemak coklat meleleh sempurna. Cera alba kemudiaan dilelehkan

pada suhu lelehnya 62-64°C. diatas penangas air, kemudian dimasukkan

kedalam lelehan basis tersebut (Lutfia, 2019). Lalu basahi lumpang dengan

gliserin tambahkan basis gerus ditambahkan nipagin, lanolin gerus dan

kemudiaan tambahkan sedikit demi sedikit nanopartikel ekstrak kulit buah

naga merah dimasukkan kemudian diagerus lagi sampai semuanya merata,

pada keadaan cair. dituangkan kedalam wadah lipbalm lalu dibiarkan pada

suhu ruangan sampai membeku


41

C. Uji Ekstrak Kulit Buah Naga

1. Uji nanopartikel ( PSA )

Alat PSA dipanaskan terlebih traaaaaaaaaaaqdahulu selama ± 20 menit.

Setelah itu, perangkat kompuer yang terhubung dengan alat dinyalakan.

Dilakukan pengaturan alat. Untuk pertama kali digunakan cara otomatis dengan

bentuk grafik distribusi standard. Larutan standar 20 kali pengenceran dikocok

menggunakan vortex mixer selama ± 1 menit. Dimasukkan ke dalam cuvet bersih

hingga terisi 2/3 cuvet. Setelah itu cuvet yang berisi larutan standar di masukkan

kedalam alat dan ditutup dengan sebuah sensor. Suhu dikondisikan terlebih dahulu

pada 25 oC dengan menekan menu “Temp.Panel”. Standar mulai diukur dengan

menekan menu “Auto1”. Otomatis alat akan mengukur besarnyan ukuran partikel

sebanyak enam kali pengukuran. Prosedur yang sama dilakukan terhadap larutan

standar 200 kali pengenceran dan 2000 kali pengenceran. Prosedur selanjutnya

menggunakan cara otomatis dengan bentuk distribusi sharp. Prosedur dilakukan

sama dengan pada metode otomatis pertama, tetapi pengaturan grafik distribusi

diganti dengan bentuk sharp.(Alhara Yuwanda, S.Si., 2021)

D. Evaluasi Fisik Sediaan Lip balm

1. Uji organoleptis

Pengujian organoleptis dilakukan dengan mengamati penampakan sediaan

secara kasat mata seperti warna, aroma, tekstur, rasa serta perubahan- perubahan

lainnya yang mungkin terjadi setelah pembuatan


42

2. Uji pH

Caranya yaitu kertas pH universal dicelupkan kedalam sampel lipbalm 1

gram yang telah diencerkan dengan air panas 100 ml, diamkan beberapa saat dan

hasilnya disesuaikan dengan standar pH universal. pH yang memenuhi kriteria pH

kulit bibir antara 4,5-6,5.

3. Uji Homogenitas

Lip balm dioleskan pada objek glass atau kaca transparan lain yang cocok,

sediaan tersebut harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat

adanya butiran kasar.

4. Uji Iritasi

Hewan uji yang digunakan adalah tikus. Pencukuran dilakukan 24 jam

sebelum pengujian dari area tulang belikat (bahu) sampai tulang pangkal paha

(tulang pinggang) dan setengah kebawah badan pada tiap sisi (BPOM, 2014).

Jumlah sediaan uji sebanyak 0,5 g. Sediaan uji dipaparkan di area kulit seluas 2 x

3 cm2 . (BPOM, 2014). Periode pemaparan dilakukan selama 4 jam. Residu

sediaan segera dihilangkan menggunakan air atau pelarut lain setelah pemaparan 4

jam. Nilai iritasi diberikan dengan mengamati tingkat eritema dan edema,

kemudian untuk melihat level iritasi diperoleh dari rerata dari eritema dan edema.

Semua hewan uji harus diamati ada atau tidaknya eritema dan edema, penilaian

respon dilakukan pada jam ke 1, 24, 48, dan 72 jam setelah pembukaan tempelan.

Skor iritasi (Indeks Iritasi Primer) sediaan uji adalah kombinasi dari seluruh

observasi dari pengujian


43

5. Uji Kelembapan

Hewan uji yang digunakan Tikus. Penyiapan mulai dari tikus dicukur di

bagian punggung menggunakan alat pencukur. Tikus yang telah dicukur, diukur

diameternya 2,8 cm. Kulit yang sudah dicukur dilakukan orientasi terlebih dahulu.

Siapkan tikus yang sudah dicukur kemudian diolesi basis lip balm. Pengukuran

kelembaban menggunakan alat pengukur kelembaban skin moinsture analyzer,

sebelum diberi lip balm dan sesudah di beri di catat hasil nya

6. Uji daya Lekat

Sampel sediaan lip balm ditimbang sebanyak 0,25 gram, lalu diletakkan

diatas gelas objek. Kedua gelas objek ditempelkan sampai menyatu. Kemudian

diletakkan dengan beban seberat 1 kg selama 5 menit setelah itu dilepaskan, lalu

diberi beban 80 gram dan dicatat waktunya hingga kedua gelas obyek tersebut

terlepas. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali (Ambari et al., 2020)

7. Uji Daya Sebar

Sampel sediaan lip balm ditimbang sebanyak 0,5 gram diletakkan di atas

alat uji daya sebar yang berupa lempengan kaca beralaskan kertas skala,tutup

dengan kaca pasangannya (yang sebelumnya sudah ditimbang), dan dibiarkan

selama 1 menit, diukur diameter penyebaran lip balm dengan cara mengukur dari

berbagai sisi dan dihitung rata-ratanya, diulang sebanyak 3 kali replikasi dengan

cara yang sama dengan penambahan beban secara berkala (50 g, 100 g, 150 g, 200

g)(Ambari et al., 2020)


44

E. Analisi Data

Analisis data yang dilakukan adalah dengan pengujian statistika, yakni dengan

menggunakan uji ANOVA (Analysis of Varian) satu arah tingkat kepercayaan 95%.

Syarat uji homogenitas dan normalitas memenuhi persyaratan yaitu harga p > 0,05.

Jika sudah memenuhi persyaratan uji normalitas dan homogenitas, maka dapat

dilakukan uji ANOVA. Syarat uji ANOVA adalah p < 0,05.


DAFTAR PUSTAKA

Abdassah, M. (2017). Nanopartikel dengan gelasi ionik. Jurnal Farmaka, 15(1), 45–
52.

Ahdyani, R., Rahayu, S., Zamzani, I., & Andika. (2020). Review : Pengembangan
Sistem Penghantaran Berbasis Nanopartikel Dalam Sediaan Kosmetika
Herbal. Journal of Current Pharmaceutical Science, 4(1), 289–299.

Alhara Yuwanda, S.Si., M. S. et all. (2021). Sistem Penghantaran Obat dan


Pentargetan Sediaan Nanopartikel dan Penghantarannya ( rerung r Rintho
(ed.)). Media Sains Indonesia.
https://www.google.co.id/books/edition/Sistem_Penghantaran_Obat_dan_Pen
targetan/DDlBEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=0

Amalia, I., Prabandari, S., & Susiyarti. (2021). FORMULASI DAN UJI SIFAT FISIK
LIP BALM EKSTRAK ETANOL BUAH STRAWBERRY (Fragraria Sp). 09, 3.

Ambari, Y., Hapsari, F. N. D., Ningsih, A. W., Nurrosyidah, I. H., & Sinaga, B.
(2020). Studi Formulasi Sediaan Lip Balm Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia
sappan L.) dengan Variasi Beeswax. Journal of Islamic Pharmacy, 5(2), 36–
45. https://doi.org/10.18860/jip.v5i2.10434

anonim. (1979). Farmakope Indonesia edisi III.

Butarbutar, M. E. T. (2019). Sistem Penghantaran Obat Baru Nanopartikel Hibrid


Lipid-Polimer. Farmasetika.Com (Online), 4(1), 11.
https://doi.org/10.24198/farmasetika.v4i1.22532

Coulter, B. (2008). Delsa TM Nano – The Solution to Your Nanoparticle Size and Zeta
Potential Analysis Needs. 4.
https://www.aphys.kth.se/polopoly_fs/1.190116.1397150310!/Menu/general/
column-content/attachment/catalogo_DelsaNano.pdf

45
46

Dani, H. (2019). Khasiat Ampuh Buah Naga dan Buah Delima (K. Aldi (ed.)).
laksana.
https://www.google.co.id/books/edition/Khasiat_Ampuh_Buah_Naga_dan_D
elima/K9jEDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1

Daniel, K. (2014). Berkebuh Buah Naga (F. Ainurrohmah (ed.)). Penebar Swadaya.
https://www.google.co.id/books/edition/Berkebun_Buah_Naga/xJ4PBwAAQ
BAJ?hl=id&gbpv=1

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Farmakope Indonesia (5Th Ed).


In Jakarta.

Hakim Rachmi Fanani. (2021). Anatomi, Histologi, Fisiologi Sistem Rongga Mulut.
Syiah Kuala University Press.

https://www.google.co.id/books/edition/
Anatomi_Histologi_Fisiologi_Sistem_Rongg/VT1vEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=0

Lisnawati, P. T. dan N. (n.d.). EKSTRAK ETANOL DAUN ILER (Coleus


Atropurpureus [L.] Benth) (L. Tika (ed.)). Jakad Media Publishing.
https://www.google.co.id/books/edition/EKSTRAK_ETANOL_DAUN_ILER
_Coleus_Atropurp/-kPgDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1

Lutfia, F. (2019). Mutu Fisik Sediaan Lipbalm Dengan Pewarna Ekstrak Kayu
Secang (Caesalpinia sappan L.). Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang,
48.

Mappa, T., Edy, H. J., & Kojong, N. (2013). Formulasi Gel Ekstrak Daun
Sasaladahan (Peperomia Pellucida (L.) H.B.K) Dan Uji Efektivitasnya
Terhadap Luka Bakar Pada Kelinci (Oryctolagus Cuniculus). Pharmacon,
2(2), 49–56.

Mardhiani, Y. D., Yulianti, H., Azhary, D., & Rusdiana, T. (2018). Formulasi dan
47

Stabiltas Sediaan Serum dari Ekstrak Kopi Hijau (Coffe Canephora). Indones
Nat Res Pharm J, 2(2), 19–33.

Maryani, M., & Fachrurrazi, S. (2017). Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan


Kosmetik Produk Latulipe Yang Sesuai Dengan Jenis Kulit Wajah Perempuan
Indonesia Menggunakan Metode Promethee. Sisfo: Jurnal Ilmiah Sistem
Informasi, 1(2), 97–126. https://doi.org/10.29103/sisfo.v1i2.245

Mersil, S., Limanda, N., Ilmu, D., Mulut, P., Kedokteran, F., Universitas, G., &
Moestopo, P. (2022). Management of Exfoliative Cheilitis. 10(30), 214–220.

Penambahan, D. A. N., Ceri, B., & Pewarna, S. (2019). FORMULASI SEDIAAN LIP
BALM DARI MINYAK ZAITUN ( Olive oil ) SEBAGAI EMOLIEN DAN
PENAMBAHAN BUAH CERI ( Prunus avium ) SEBAGAI PEWARNA ALAMI.
1(1), 24–31.

BPOM, (2018).

Rahma, S. A. E. (2021). Buah-Buahan Indonesia (M. P. Team (ed.)). Media Nusa


Creative (MNC Publishing).
https://www.google.co.id/books/edition/Buah_buahanIndonesia/6u9IEAAAQ
BAJ?hl=id&gbpv=1

RI, Ditjen POM dan Depkes, (2004).

Rismana, E., Kusumaningrum, S., Bunga, O., Nizar, N., & Marhamah, M. (2014).
PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIACNE NANOPARTIKEL KITOSAN –
EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana). Media
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 24(1).
https://doi.org/10.22435/mpk.v24i1.3483.19-27

Satiti, K. (2021). Modul Pelatihan Kader Kesehatan Gigi dan Mulut pada 1000 Hari
Pertama Kehidupan Anak. Airlangga University Press.
https://www.google.co.id/books/edition/Modul_Pelatihan_Kader_Kesehatan_
48

Gigi_dan/vOEiEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=0

Soedijarto. (2007). Ilmu & Aplikasi pendidikan. Grasindo.

Syvitski, J. P. M. (1991). Principles, methods, and application of particle size


analysis. Principles, Methods, and Application of Particle Size Analysis,
April. https://doi.org/10.1139/t92-115

Utami, S. M., Fadhilah, H., & Malasari, M. N. (2021). UJI STABILITAS FISIK
FORMULASI SEDIAAN LIP BALM YANG MENGANDUNG EKSTRAK
ETANOL BUAH LABU KUNING (Curcubita moschata D.).
HERBAPHARMA : Journal of Herb Farmacological, 3(2), 78–88.
https://doi.org/10.55093/herbapharma.v3i2.265

Utami W, Mardawati E, P. H. (2020). Pengujian Aktivitas Antioksidan Kulit Buah


Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) Sebagai Masker Gel Peel Off. Jurnal
Industri Pertanian, 2(1), 95–102.

Wibrianto, F. Z. M. dan A. (2021). KIMIA NANO: Konsep, Sejarah, dan Aplikasinya


bagi Indonesia. Airlangga University Press.
https://www.google.co.id/books/edition/KIMIA_NANO_Konsep_Sejarah_da
n_Aplikasiny/QARDEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1

Yanty, Y. N., & Siska, V. A. (2018). EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH
(Hylocereus Polyrhizus) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DALAM FORMULASI
SEDIAAN LOTIO. Jurnal Ilmiah Manuntung, 3(2), 166.
https://doi.org/10.51352/jim.v3i2.123

Anda mungkin juga menyukai