Anda di halaman 1dari 32

UJI SIFAT FISIK MASKER WASH-OFF BERBASIS CLAY

YANG BEREDAR DI KECAMATAN TAMPAN


KOTA PEKANBARU

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

INDRI JULIARNI
NIM : 1600010

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
PEKANBARU
2018
Proposal penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan

penelitian Program Studi DIII Farmasi

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau

Akan diseminarkan pada hari/ tanggal : …………………………

Telah Disetujui dan Disahkan oleh Dosen Pembimbing :

Pembimbing

Anita Lukman,M.Farm.,Apt
NIDN. 1021118002
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................3
1.5 Ruang Lingkup Penelitian.....................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1. Kosmetik...............................................................................................4
2.1.1 Definisi Kosmetik........................................................................4
2.1.2 Tujuan Penggunaan Kosmetik.....................................................4
2.1.3 Manfaat Kosmetik.......................................................................5
2.2 Masker Wajah.......................................................................................7
2.2.1 Fungsi, Manfaat dan Kegunaan Masker Wajah.........................8
2.2.2 Jenis-Jenis Masker Wajah...........................................................9
2.3 Masker Clay........................................................................................10
2.4 Kulit.....................................................................................................11
2.4.1 Definisi Kulit.............................................................................11
2.4.2 Lapisan Kulit.............................................................................12
2.4.3 Fungsi Kulit...............................................................................15
2.4.4 Jenis Kulit..................................................................................16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................18
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.............................................................18
3.2 Jenis Penelitian....................................................................................18
3.3 Rancangan Penelitian..........................................................................18
3.4 Alat dan Bahan Penelitian...................................................................19
3.4.1 Alat............................................................................................19
3.4.2 Bahan.........................................................................................19

3
3.5 Prosedur Penelitian..............................................................................19
3.5.1 Pemilihan Sampel......................................................................19
3.5.2 Evaluasi Fisik Sediaan...............................................................19
3.6 Analisa Data........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halama

1. Anatomi Kulit..................................................................................12
2. Skema Kerja Penelitian...................................................................24

5
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Skema Kerja Penelitian...................................................................24

6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Permenkes No. 1176/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Notifikasi

Kosmetik, Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk

digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan

organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk

membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau

badan, melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Salah satu contoh

kosmetik perawatan kulit adalah masker [ CITATION Ano10 \l 14345 ].

Masker merupakan sesuatu yang digunakan untuk menutupi permukaan

wajah dan sangat bermanfaat untuk menjaga dan merawat kulit wajah,

menyegarkan, memperbaiki serta mengencangkan kulit wajah. Selain itu

melancarkan peredaran darah, merangsang kembali kegiatan sel-sel kulit,

mengangkat sel tanduk yang telah mati, sehingga merupakan pembersih yang

paling efektif. Manfaat dari masker tersebut akan lebih baik bila dilakukan secara

teratur (Pulmono et al, 2015). Masker juga termasuk kosmetik yang bekerja

secara mendalam (depth cleansing) karena dapat mengangkat sel-sel kulit mati

[ CITATION Mas09 \l 14345 ].

Salah salah satu sedian masker wajah yang sangat populer adalah tipe wash-

off dengan basis clay, yang sering disebut dengan clay facial mask

(Gaffney,1992). Masker wajah berbahan dasar clay memiliki efek untuk

mengencangkan kulit dan membersihkan kulit. Pada penelitian ini dipilih sediaan

7
masker wajah bentuk clay karena clay mask mampu menyerap minyak dengan

baik dan juga dapat membersihkan kulit pada lapisan lebih dalam (Harry,2000).

Masker clay merupakan perawatan wajah yang ampuh untuk

membersihkan pori-pori tersumbat. Masker ini cocok untuk kulit berminyak

karena memiliki kemampuan menyerap kandungan minyak pada wajah sekaligus

mengencangkan permukaan kulit [ CITATION Gay10 \l 14345 ]. Masker wajah

dengan tipe clay telah banyak digunakan karena mampu meremajakan kulit.

Perubahan kulit terasa ketika masker mulai memberikan efek yang menarik

lapisan kulit ketika masker mengering. Sensasi ini menstimulasi sensasi

penyegaran kulit dimana masker clay mampu mengangkat kotoran dari wajah

(Harry, 2000). Keuntungan masker clay ini adalah mengandung surfaktan dan air

sehingga mampu melunakkan dan membersihkan sebum kulit yang telah

mengeras [CITATION Goe15 \l 14345 ].

Berbagai penelitian tentang formulasi masker clay telah banyak dilakukan,

diantaranya oleh Polumono et al (2015) tentang formulasi dan evaluasi sediaan

masker sari ketimun (Cucumis sativus L.) dengan menggunakan basis kaolin dan

bentonit, Intan Pratiwi dan Youstiana Dwi Rusita (2018) tentang formulasi

masker serbuk ekstrak daun papaya (Carica papaya L.) sebagai anti jerawat, Dewi

Winni Fauziah (2017) tentang pengaruh basis kaolin dan bentonit terhadap sifat

fisik masker lumpur kombinasi minyak zaitun (Olive oil) dan teh hijau (Camelia

sinensis). Dari penelitian yang telah dilakukan memberikan hasil sifat fisik

masker yang bervariasi dan ini menunjang untuk banyaknya sediaan masker yang

beredar di pasaran. Sehingga banyaknya industri farmasi mengembangkan bentuk

sediaan masker.

8
Perkembangan industri kosmetik yang juga terus meningkat menyebabkan

beragamnya produk masker yang beredar di pasaran, baik dari segi merk, fasilitas,

jenis, harga, maupun variasi yang terkandung dalam produk tersebut. Kenyataan

ini membuat sebagian konsumen kesulitan dalam menentukan produk masker

wajah yang sesuai dengan kondisi kulitnya [ CITATION Ali94 \l 14345 ].

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

uji sifat fisik masker wash-off berbasis clay yang beredar di Kecamatan Tampan

Kota Pekanbaru.

1.2 Rumusan Masalah

Dari hasil penelusuran latar belakang diatas, rumusan masalahnya adalah

bagaimanakah sifat fisik masker wash-off berbasis clay yang beredar di

Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik masker wash-off

berbasis clay dalam kemasan tube dan sachet yang beredar di Kecamatan Tampan

Kota Pekanbaru.

1.4 Manfaat Penelitian

Memberikan informasi mengenai sifat fisik produk masker wajah bentuk

clay dalam kemasan tube dan sachet yang beredar di Kecamatan Tampan Kota

Pekanbaru.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini, penulis membatasi pada membandingkan sifat fisik

sediaan yang meliputi pemeriksaan organoleptis, pemeriksaan homogenitas, uji

9
pH, pemeriksan stabilitas fisik masker, pemeriksaan daya sebar, pemeriksaan daya

tercuci masker, uji kecepatan mengering dan uji iritasi kulit.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kosmetik

2.1.1 Definisi Kosmetik

Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan

pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital

bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan,

mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau badan atau

melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik [ CITATION Ano10 \l

14345 ].

Kosmetik juga dapat menyegarkan, memperindah dan sebagainya pada

beberapa bagian tubuh seperti kulit, rambut, dan lain-lain. Pemakaian kosmetik

harus memperhatikan beberapa hal seperti jenis kulit, warna kulit, keadaan iklim,

cuaca, waktu penggunaan, umur dan jumlah pemakaian agar tidak menimbulkan

efek yang tidak diinginkan [ CITATION Ros05 \l 14345 ].

Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu

diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat disekitarnya. Sekarang kosmetik

dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk

maksud meningkatkan kecantikan [ CITATION Sya97 \l 14345 ].

2.1.2 Tujuan Penggunaan Kosmetik

Tujuan adanya kosmetik adalah untuk memelihara dan merawat kecantikan

kulit dengan teratur. Sehubungan dengan itu, maka tujuan dari penggunaan

kosmetik dapat dikelompokkan sebagai berikut: [CITATION Ros05 \l 14345 ]

11
1. Melindungi kulit dari pengaruh-pengaruh luar yang merusak misalnya sinar

matahari, perubahan cuaca, dan sebagainya.

2. Mencegah lapisan terluar kulit dari kekeringan, terutama orang-orang yang

tinggal di daerah yang iklimnya dingin seperti daerah pegunungan yang selalu

lembab dan diselimuti awan.

3. Mencegah kulit cepat kering dan berkeriput, karena kosmetik menembus ke

bawah lapisan luar dan memasukkan bahan-bahan aktif ke lapisan-lapisan yang

terdapat lebih dalam.

4. Melekat di atas permukaan kulit untuk mengubah warna atau rona daerah kulit

tertentu.

5. Memperbaiki kondisi kulit misalnya kulit yang kering, berminyak dan

sebagainya.

6. Menjaga kulit tetap remaja (kencang).

7. Mengubah rupa atau penampilan misalnya, bila telah dipakai kosmetik yang

diinginkan sehingga orang memandang kita ada perasaan berubah, bisa

berubah bertambah cantik atau segar atau sebaliknya.

2.1.3 Manfaat Kosmetik

Bila dasar kecantikan adalah kesehatan, maka penampilan kulit yang sehat

adalah bagian yang langsung dapat kita lihat, karena kulit merupakan organ tubuh

yang berada paling luar dan berfungsi sebagai pembungkus tubuh. Dengan

demikian pemakaian kosmetik yang tepat untuk perawatan kulit, rias atau

dekoratif akan bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Berikut ini merupakan manfaat

dari kosmetik, yaitu [ CITATION Sya97 \l 14345 ] :

1. Pemeliharaan dan Perawatan Kulit

12
Pemeliharaan berarti usaha pencegahan terhadap timbulnya kelainan-kelainan

atau penyebab dari kelainan tersebut. Usaha perawatan berarti

mempertahankan keadaan yang sekarang baik agar tidak berubah menjadi

buruk. Kosmetik pemeliharaan dan perawatan terdiri atas :

a. Pembersih

Kulit harus dibersihkan karena sebagai organ tubuh yang berada paling

luar, kulit terpapar pada setiap unsur yang ada di lingkungan luar yang dapat

merusak kulit, misalnya debu, sinar matahari, suhu panas atau dingin atau

zat kimia yang menempel pada kulit. Kotoran yang menempel pada kulit ini

perlu dibersihkan agar kulit tetap sehat dan mampu melakukan fungsinya

dengan baik.

b. Pelembab

Pada kulit kering yang terjadi pada keadaan kelambaban udara sangat

rendah, penguapan air dari kulit sangat tinggi,kulit orang tua atau kelainan

kulit tertentu yang menyebabkan kulit menjadi kering dan kasar, kosmetik

pelembab dapat mengurangi kekeringan kulit dan mnegurangi penguapan

pada kulitdengan cara menutupinya.

c. Pelindung

Pada keadaan tertentu, kulit memerlukan perlindungan tambahan.

Pertama, pada polusi yang bersifat iritan sangat kuat, misalnya di dalam

lingkungan kerja pabrik kimia atau gas. Kedua, pada pajanan sinar matahari

yang mengandung sinar ultraviolet secara langsung dan lama, perlindungan

kulit dapat dilakukan dengan kosmetik tabir surya.

d. Penipisan

13
Penipisan kulit kadang-kadang perlu dilakukan pada keadaan kulit

menebal dan agak kasar, misalnya pada gangguan keratinisasi kulit, pada

keadaan kulit kotor dan berminyak sehingga lapisan tanduk tidak mudah

terlepas, atau pada tempat terjadi gesekan kulit sehingga keratinisasi kulit

bertambah cepat. Penipisan kulit dapat dilakukan oleh penipis yang

biasanya mengandung zat dengan partikel kasar.

2. Rias atau Dekoratif

Kosmetik rias bermanfaat untuk memperbaiki penampilan seseorang. Kulit

yang hitam dapat dirias menjadi lebih putih, kulit yang terlalu terang dapat

dirias menjadi agak gelap, dan lain sebagainya.

3. Wangi-wangian (Parfum)

Parfum mempunyai tingkat resiko yang tinggi bagi kulit yang mungkin

sensitive terhadap zat kimia yang terdapat dalam salah satu komposisinya.

Oleh karena itu perhatikan dan kenalilah dengan baik jenis parfum yang akan

digunakan.

4. Kosmetik Medik

Untuk menambah kegunaan kosmetik dibuatlah berbagai kosmetik yang

mengandung zat yang dapat bekerja lebih dalam dan biasa digunakan sebagai

obat, misalnya sulphur, heksaklorofen, hormone, merkuri. Golongan ini disebut

kosmetik medik (kosmedik).

2.2 Masker Wajah

Masker adalah kosmetik yang dipergunakan pada tingkat terakhir dalam

perawatan kulit wajah tidak bermasalah. Penggunaannya dilakukan setelah

massage, dioleskan pada seluruh wajah kecuali alis, mata dan bibir sehingga akan

14
tampak memakai topeng wajah. Masker juga termasuk kosmetik yang berkerja

secara mendalam (deepth cleansing) karena dapat mengangkat sel-sel tanduk yang

sudah mati [ CITATION Mas09 \l 14345 ].

Lama perawatan menggunakan masker ditentukan dengan lamanya sediaan

masker mengering. Formula masker yang dibuat harus memenuhi syarat dimana

sediaan berupa sediaan pasta yang halus, mudah dicuci, memberikan efek menarik

bagi kulit wajah dan tidak beracun [ CITATION Har00 \l 14345 ].

Masker dioleskan ke wajah dalam keadaan basah, dan akan mengering

dengan sendirinya sehingga sangat bermanfaat untuk menjaga dan merawat kulit

wajah, menyegarkan, memperbaiki serta mengencangkan kulit wajah. Selain itu

melancarkan peredaran darah, merangsang kembali kegiatan sel-sel kulit,

mengangkat sel tanduk yang telah mati, sehingga merupakan pembersih yang

paling efektif. Kemanfaatan dari masker tersebut akan lebih baik bila digunakan

secara teratur (Nurhayati et al, 2015).

2.2.1 Fungsi, Manfaat dan Kegunaan Masker Wajah

Masker berfungsi untuk meningkatkan taraf kebersihan, kesehatan, dan

kecantikan kulit, memperbaiki, dan meransang kembali aktivitas sel kulit.

Bahan kosmetik wajah pada umumnya bertujuan untuk menyegarkan,

mengencangkan kulit, dan sebagai antioksidan[ CITATION Sri06 \l 14345 ].

Manfaat masker wajah bagi kulit menurut Muliyawan dan Suriana

(2013) yaitu:

1. Kulit yang rutin menggunakan masker wajah akan meningkatkan taraf

kebersihan, kesehatan, dan kecantikannya.

2. Kulit tampak lebih kencang, halus, lembut, dan terhindar dari gejala

15
penuaan dini.

3. Wajah senantiasa tampak lebih cerah, segar dan sehat.

Kegunaan masker wajah adalah sebagai berikut[ CITATION Mas09 \l

14345 ]:

1. Meningkatkan taraf kebersihan, kesehatan, dan kecantikan kulit, memperbaiki

dan merangsang kembali kegiatan-kegiatan sel kulit.

2. Melenyapkan kesuraman kulit, mengeluarkan sisa-sisa kotoran dan sel-sel

tanduk yang masih melekat pada kulit.

3. Memperbaiki dan mengencangkan kulit.

4. Memupuk kulit, memberi makanan kulit, menghaluskan dan melembutkan

kulit.

5. Mencegah, menyamarkan, mengurangi keriput-keriput.

6. Melancarkan peredaran darah kulit.

7. Melancarkan peredaran cairan limfe (getah bening) dalam membawa sisa-sisa

zat pembakar untuk disalurkan ke organ organ ekskresi.

2.2.2 Jenis-Jenis Masker Wajah

Masker terdiri atas berbagai macam bentuk. Berikut ini adalah macam-

macam masker dan penggunaannya :

1. Masker Bubuk

Masker ini terdiri dari bahan serbuk (koalin, titanium, dioksida, magnesium

karbonat), gliserin, air suling, hidrogen peroksida (H2O2). Berfungsi

memutihkan dan mengencangkan kulit. Dalam penggunaannya, bahan bubuk

tersebut dicampurkan dengan aquadestilator atau air mawar, hingga menjadi

16
adonan kental. Dalam membuat adonan tersebut memerlukan keahlian agar

tidak terlalu cair maupun tidak terlalu kental dan mudah dioleskan pada kulit

wajah [ CITATION Mas09 \l 14345 ].

2. Masker Kolagen

Masker ini meningkatkan tekstur kelembutan dan mengurangi kekeringan kulit

sementara. Masker wajah ini dapat sangat efektif untuk pembersihan,

membuka pori-pori yang tertututp dan melembapkan kulit, tetapi tidak ada

bukti secara ilmiah untuk membuktikan klain beberapa salon, seperti

menghilangkan toksin, absorpsi vitamin melalui kulit, atau penurunan ukuran

pori dan lain sebagainya [CITATION Goe15 \l 14345 ].

3. Masker Gelatin (Peel of Mask)

Masker ini membentuk tembus terang (transparant) pada kulit. Bahan dasar

adalah bersifat jelly dari gum, tragacant, latex dan biasanya dikemas dalam

tube. Penggunaanya langsung diratakan pada kulit wajah. Adapun cara

mengangkatnya dengan cara mengelupas, diangkat pelan-pelan secara utuh

mulai dagu ke atas sampai ke pipi dan berakhir di dahi. Jenis masker yang ada

di pasaran biasanya tergantung merk, ada yang untuk semua jenis kulit, ada

yang dibedakan sesuai jenis kulit [ CITATION Mas09 \l 14345 ].

4. Masker Bahan Alami (Biological Mask)

Masker ini dibuat dari bahan-bahan alami, misalnya ekstrak dari buah-buahan

atau sayur-sayuran, kuning telur, putih telur, kepalu susu, madu, minyak zaitun,

dan sebagainya [ CITATION Mas09 \l 14345 ].

17
2.3 Masker Clay

Masker clay diformulasikan untuk menyegarkan kulit, mengabsorpsi

kelebihan sebum, dan mengecilkan pori, serta berfungsi sebagai astringen,

penghilang sumbatan pada pori serta mengangkat sel kulit mati dan pengotor pada

kulit wajah [CITATION Goe15 \l 14345 ]. Masker clay memiliki berbagai

kandungan, salah satu kandungan masker clay adalah bentonit dan kaolin.

Masker clay berbentuk seperti lumpur dan akan mengeras dan mudah retak

setelah masker ini kering [CITATION Har00 \l 14345 ].

Masker wajah dengan tipe clay telah banyak digunakan karena

kemampuannya untuk meremajakan kulit. Perubahan kulit terasa ketika masker

mulai memberikan efek yang menarik lapisan kulit ketika masker mengering.

Sensasi ini menstimulasi sensasi penyegaran kulit dimana masker clay mampu

mengangkat kotoran dari wajah. Kotoran dan komedo terangkat ketika sediaan

dicuci dari kulit wajah. Efek setelah penggunaan masker adalah kulit yang

tampak cerah dan bersih [ CITATION Har00 \l 14345 ]. Keuntungan tipe masker

ini adalah mengandung surfaktan dan air sehingga mampu melunakkan dan

membersihkan sebum kulit yang telah mengeras [CITATION Goe15 \l 14345 ].

Masker clay digunakan untuk membersihkan permukaan kulit wajah dalam

bentuk lapisan film rata pada wajah dan tubuh. Produk dibiarkan mengering

selama 5-10 menit. Pada saat air dalam formulasi menguap, lapisan masker

berkontraksi menimbulkan efek pengencangan pada kulit. Melalui kerja kapiler,

clay yang mengering menjadi material yang bersifat (abrasis) lemah sehingga

dapat menghilangkan kulit mati dan kelebihan minyak sehingga kulit wajah

terlihat cerah dan licin[CITATION Goe15 \l 14345 ].

18
2.4 Kulit

2.4.1 Definisi Kulit

Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutup seluruh tubuh dan

melindunginya dari bahaya atau intervensi yang datang dari luar. Kulit normal

tidak dapat ditembus cairan yang dapat ditemukan sehari-hari. Bagi wanita, kulit

merupakan bagian tubuh yang perlu mendapat perhatian khusus demi

memperindah kecantikan, dan bagi seorang dokter apa yang terlihat pada kulit

dapat membantu menemukan penyakit yang diderita pasien [ CITATION Dan13 \l

14345 ].

Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh dari paparan polusi lingkungan,

terutama kuit wajah yang sering terpapar oleh sinar ultraviolet (UV) akibatnya

dapat menimbulkan masalah kulit seperti keriput, penuaan, jerawat dan pori

kulit yang membesar, sehingga merupakan hal yang penting untuk merawat kulit

itu sendiri (Grace et al, 2015).

Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh, dan bersambung dengan

selaput lendir yang melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang masuk. Kulit

mempunyai banyak fungsi, di dalamnya terdapat ujung saraf peraba, membantu

mengatur suhu dan mengendalikan hilangnya air dari tubuh dan mempunyai

sedikit kemampuan ekskretori, sekretori dan absorpsi [ CITATION Eve09 \l

14345 ].

Kulit setiap kali tidak henti-hentinya menerima berbagai rangsangan

mekanik dari luar tubuh. Itulah sebabnya tidak mengherankan bila setiap hari

jutaan sel kulit rusak dan harus diperbaharui [ CITATION Kus13 \l 14345 ].

2.4.2 Lapisan Kulit

19
Gambar 1. Anatomi Kulit

Kulit dibagi menjadi dua lapisan, yaitu :

1. Kulit Ari (Epidermis atau Kutikula)

Kulit ari tersusun atas epitelium berlapis dan terdiri dari sejumlah lapisan sel

yang disusun atas dua [ CITATION Kus13 \l 14345 ], yaitu :

a. Lapisan tanduk, merupakan lapisan terluar yang tersusun atas sel-sel mati

dan dapat mengelupas setiap saat. Lapisan ini tidak mengandung pembuluh

darah dan saraf, sehingga kalau mengelupas tidak mengeluarkan darah.

b. Lapisan malpighi, yaitu lapisan yang terletak dibawah lapisan tanduk.

Lapisan ini merupakan lapisan hidup, yang mendapatkan makanan dari

darah pada kapiler-kapiler darah dibawahnya. Lapisan malpighi banyak

mengandung zat warna (pigmen), yang menyebabkan kulit menjadi

berwarna. Warna ini sangat penting untuk melindungi kulit dari sengatan

sinar matahari yang berlebihan.

Pada permukaan kulit terdapat pori-pori yang merupakan tempat

bermuaranya kelenjar keringat. Kulit ari tidak berisi pembuluh darah. Saluran

kelenjar keringat menembus kulit arid an mendampingi rambut. Sel epidermis

membatasi folikel rambut. Diatas permukaan epidermis terdapat garis lekukan

20
yang berjalan sesuai dengan papil dermis di bawahnya. Garis-garis ini berbeda-

beda, pada ujung jari berbentuk ukiran yang jelas yang pada setiap orang tidak

sama [ CITATION Kus13 \l 14345 ].

Lapisan tanduk terletak paling luar dan tersusun atas tiga lapisan sel yang

membentuk kulit ari (epidermis) [ CITATION Kus13 \l 14345 ], yaitu :

a. Lapisan korneum, selnya tipis, datar, seperti sisik dan terus menerus

dilepaskan.

b. Lapisan lusidum, selnya mempunyai batas tegas tetapi tidak ada intinya.

c. Lapisan granulosum, sel lapis sel yang jelas tampak berisi inti.

2. Kulit Jangat (Dermis atau Korium)

3. Kulit jangat tersusun atas jaringan fibrus dan jaringan ikat yang elastis. Pada

permukaan kulit jangat tersusun papil-papil kecil yang berisi ranting-ranting

pembuluh/kapiler darah, kandung rambut, serta ujung-ujung saraf dari alat

indera [ CITATION Kus13 \l 14345 ].

a. Kelenjar keringat

Menghasilkan Keringat. Kelenjar keringat yang berbentuk tabung berbelit-

belit dan yang banyak jumlahnya, terletak di sebelah dalam kulit jangat,

bermuara di atas permukaan kulit di dalam lekukan halus yang disebut pori.

Ada beberapa kelenjar keringat yang berubah sifat yang dapat dijumpai di

kulit di sebelah dalam telinga, yaitu kelenjar serumen [ CITATION Kus13 \l

14345 ].

b. Saraf indera

Ujung akhir saraf sensoris, yaitu puting peraba, terletak di dalam kulit jangat

atau dermis. Ujung-ujung saraf indera perasa dan peraba yang meliputi:

21
peraba, perasa panas, perasa dingin, perasa nyeri, dan lain sebagainya

[ CITATION Kus13 \l 14345 ].

c. Kandung rambut

Di dalamnya terdapat akar rambut dan batang rambut. Di dekat akar rambut

terdapat otot polos yang merupakan otot penegak rambut dan terdapat pula

ujung saraf indera perasa nyeri. Bila tubuh kita kedinginan, maka otot

penegak rambut akan berkontraksi sehingga rambut akan berdiri. Bila

rambut dicabut akan terasa nyeri. Untuk menjaga agar rambut tidak kering,

di sekitar rambut terdapat kelenjar minyak. Akar rambut mendapatkan

makanan dari pembuluh-pembuluh darah, sehingga memungkinkan rambut

dapat tumbuh terus. [ CITATION Kus13 \l 14345 ].

2.4.3 Fungsi Kulit

Kulit mempunyai fungsi yang sangat penting bagi tubuh manusia. Fungsi

tersebut antara lain :

1. Kulit sebagai organ pengatur panas

Suhu tubuh seseorang adalah tetap, meskipun terjadi perubahan suhu

lingkungan. Hal itu dipertahankan karena penyesuaian antara panas yang

hilang dan panas yang dihasilkan, yang diatur oleh pusat pengatur panas. Pusat

ini segera menyadari bila ada perubahan pada panas tubuh, karena suhu darah

yang mengalir melalui medulla oblongata. Suhu normal (sebelah dalam) tubuh,

yaitu suhu visera dan otak adalah 360 sampai 37,50C. Suhu kulit sedikit rendah [

CITATION Eve09 \l 14345 ].

2. Sebagai alat menyatakan emosi atau perasa batin

22
Warna kulit sesaat dapat menjadi indikator kondisi emosi seseorang misalnya

muka merah karena marah atau malu, mukanya pucat karena takut atau kaget

[ CITATION Mas09 \l 14345 ].

3. Kulit sebagai indra peraba

Rasa sentuhan yang disebabkan rangsangan pada ujung saraf di dalam kulit

berbeda-beda menurut ujung saraf yang dirangsang. Perasaan panas, dingin,

sakit, semua ini perasaan yang berlainan. Di dalam kulit terdapat tempat-

tempat tertentu, yaitu tempat perabaan, beberapa sensitive terhadap dingin,

beberapa terhadap panas, dan lain lagi terhadap sakit [ CITATION Eve09 \l

14345 ].

4. Persepsi sensoris

Kulit adalah organ sensoris besar dan sumber utama sensasi umum tubuh

terhadap lingkungan luar. Banyak ujung saraf sensoris bersimpai dan bebas di

dalam kulit berespons terhadap suhu (panas dan dingin), sentuhan, nyeri dan

tekanan [CITATION Vic03 \l 14345 ].

5. Tempat penyimpanan

Kulit dan jaringan di bawahnya bekerja sebagai tempat penyimpanan air,

jaringan adiposa di bawah kulit merupakan tempat penyimpanan lemak yang

utama di bawah tubuh [ CITATION Eve09 \l 14345 ].

6. Organ ekskretoris

Melalui produksi keringat oleh kelenjar keringat, air, larutan garam, dan

limbah bernitrogen dapat diekskresi melalui permukaan kulit [CITATION

Vic03 \l 14345 ].

7. Pembentukan vitamin D

23
Bila kulit terpapar terhadap sinar ultraviolet dari matahari dibentuk vitamin D

dari precursor yang disintesis di dalam epidermis. Vitamin D diperlukan untuk

penyerapan kalsium dari mukosa usus dan metabolisme mineral yang memadai

[CITATION Vic03 \l 14345 ].

2.4.4 Jenis Kulit

Kulit dapat digolongkan dalam 3 macam jenis yang pokok [ CITATION

Mas09 \l 14345 ]:

a. Kulit Berminyak

Pada kulit berminyak kelenjar lemak bekerja berlebihan sehingga kulit

kelihatan mengkilat, tebal, tonus kuat, pori-pori besar serta mudah sekali

mendapat gangguan berupa jerawat (komedo, acne, dan sejenisnya).

b. Kulit Kering

Pada kulit kering, kelenjar lemak bekerja kurang aktif. Kulit terlihat kusam,

tipis, bersisik, halus, lebih cepat timbul keriput. Lubang pori-pori tidak

kelihatan, mudah mendapat gangguan pelebaran pembuluh darah rambut.

c. Kulit Normal

Kulit tidak berminyak dan tidak kering, sehingga kelihatan segar dan bagus,

lubang pori-pori hampir tidak kelihatan. Pengeluaran kotoran dan penyerapan

zat-zat yang berguna melalui kulit serta peredaran darah berjalan dengan baik,

maka jarang sekali mendapat gangguan jerawat maupun timbulnya cacat-cacat

pada kulit muka dan tonusnya baik.

d. Kulit Campuran

24
Kulit jenis campuran, yakni bagian tengah muka (sekitar hidung, dagu, dan

dahi) kadang-kadang berminyak atau normal. Sedangkan bagian lain normal

atau kering. Dapat terjadi pada semua umur, tetapi lebih sering terdapat pada

usia 35 tahun ke atas.

25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai Maret 2019 di

Laboratorium Teknologi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFAR) Riau.

3.2 Jenis Penelitian

Penelitiaan yang dilakukan merupakan penelitiaan sistematis, untuk

mengevaluasi sifat fisik dari masker clay yang beredar di Kecamatan Tampan

Kota Pekanbaru. Dengan melakukan pemeriksaan organoleptis, pemeriksaan

homogenitas, uji pH, pemeriksaan stabilitas fisik masker, pemeriksaan daya

menyebar masker, pemeriksaan daya tercuci masker, uji kecepatan mengering

masker dan uji iritasi kulit.

3.3 Rancangan Penelitian

1. Pemilihan sampel

2. Evaluasi fisik sediaan

a. Pemeriksaan organoleptis

b. Pemeriksaan homogenitas

c. Uji pH

d. Pemeriksaan stabilitas fisik masker

e. Pemeriksaan daya menyebar masker

f. Pemeriksaan daya tercuci masker

g. Uji kecepatan mengering masker

h. Uji iritasi kulit

3. Analisa Data

26
3.4 Alat dan Bahan Penelitian

3.4.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kaca transparan, pH

meter, jangka sorong, timbangan analitik, kertas grafik, plastik transparan, buret,

beker gelas, perban, plaster.

3.4.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah masker clay A

dan B kemasan tube, masker clay C dan D kemasan sachet, aquadest, larutan

dapar pH 4 dan 7.

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Pemilihan Sampel

Pemilihan sampel dilakukan secara non random dan sampel yang digunakan

adalah masker clay dengan wadah kemasan tube dan sachet. Sampel diambil dari

beberapa toko kosmetik dan supermarket yang berada di Kecamatan Tampan

Kota Pekanbaru.

3.5.2 Evaluasi Fisik Sediaan

1. Pemeriksaan Organoleptis

Meliputi pemeriksaan terhadap bentuk, warna serta bau yang dilakukan secara

visual [ CITATION Ano95 \l 14345 ].

2. Pemeriksaan Homogenitas

0,1 gram masker dioleskan pada sekeping kaca transparan. Masker harus

menunjukkan susunan yang homogen dan tidak boleh terlihat adanya bintik-

bintik partikel [CITATION Car75 \l 14345 ].

27
3. Pemeriksaan pH

Uji pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat dikalibrasi dengan

larutan dapar pH 4 dan 7. Kemudian elektroda dibilas dengan aquadest dan

dikeringkan dengan kertas tissu. Pengukuran dilakukan dengan cara

mencelupkan elektroda ke dalam 1 gram masker yang telah diencerkan dengan

10 ml aquadest. Biarkan jarum bergerak pada posisi konstan. Angka yang

ditunjukkan oleh pH meter merupakan nilai pH dari (Carter, 1975; Martin et

al., 1993).

4. Pemeriksaan Stabilitas Fisik

Pemeriksaan stabilitas fisik masker setelah disimpan pada waktu tertentu.

Masker clay menggunakan kemasan asli dibiarkan di ruang terbuka selama 24

jam selama 1 bulan, pada setiap minggunya diamati apakah terjadi pemisahan

atau tidak dan dilihat organoleptisnya.

5. Pemeriksaan Daya Tercuci Sediaan Masker

Sebanyak 0,1 gram masker dioleskan pada telapak tangan kemudian dicuci

dengan sejumlah volume air. Air dilewatkan dari buret dengan perlahan-lahan,

amati secara visual ada atau tidaknya masker yang tersisa oleh telapak tangan,

catat volume air yang terpakai [ CITATION JSt70 \l 14345 ].

6. Uji Daya Sebar

Sediaan ditimbang sebanyak 0,5 gram, lalu diletakkan dengan hati-hati

diatas kertas grafik yang dilapisi plastik transparan, dibiarkan sesaat (15 detik)

dan dihitung luas daerah penyebarannya, lalu tutup lagi dengan plastik

transparan dan beri beban tertentu (10, 20, 30, 40, dan 50 gram) dan dibiarkan

28
selama 60 detik. Lalu hitung lagi luas area penyebaran masker [ CITATION

Rud94 \l 14345 ].

7. Uji Kecepatan Mengering

Sebanyak 0,5 gram masker ditimbang, kemudian di oleskan tiap formula ke

punggung tangan dengan panjang diameter 5,0 x 2,5 cm sehingga membentuk

lapisan tipis seragam dengan tebal kira-kira 1 mm. kemudian diamati waktu

yang dibutuhkan basis untuk mengering, yaitu waktu dari saat dioleskan

masker wajah hingga benar-benar mengering (Vieira et al., 2009).

8. Uji Iritasi Kulit

Pengujian dilakukan dengan uji tempel tertutup pada kulit manusia. Caranya

yaitu, sediaan diambil sebanyak 0,1 gram. Kemudian dioleskan pada lengan

bagian dalam dengan ukuran diameter 2 cm, ditutup dengan perban, lapisi

dengan plastik dan diplaster dibiarkan selama 24 jam. Diamati gejala yang

timbul seperti kemerahan, gatal-gatal pada kulit. Uji iritasi ini dilakukan

terhadap 4 orang panelis [ CITATION Ano85 \l 14345 ].

3.6 Analisa Data

Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan membandingkan hasil

pemeriksaan sediaan satu dengan lainnya dan disajikan dalam bentuk tabel dan

grafik.

29
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G., 2015. Sediaan Kosmetik (SFI-9). Bandung: Penerbit Institusi


Teknologi Bandung.
Anonim, 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonim, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1176/Menkes/Per/VIII/2010
Tentang Notifikasi Kosmetika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Carter, S. J., 1975. Dispensing for Pharmaceutical Student. 12 th ed. s.l.:Pitman
Medical London.
Eroschenko, V. P., 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional. 9
th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Fauziah, D. W., 2017. Jurnal Farmasi, Sains dan Kesehatan. Pengaruh Basis
Kaolin dan Bentonit Terhadap Sifat Fisik Masker Lumpur Kombinasi
Minyak Zaitun (Olive oil) dan Teh Hijau (Camelia Sinensis). Volume 3.
Gayatri, 2010. Women's Guide. In: Buku Cerdas Untuk Perempuan Cantik.
Jakarta: Gagas Media.
Grace, F.X., C. Darsika, K.V. Sowmya, K. Suganya, and S. Shanmuganathan,
2015. American Journal of PharmTech Research. Preparation and
Evaluation of Herbal Peel Off Face Mask, Volume 5.
Harry, R. G., 2000. Harry's Cosmeticology. 8 th ed. New York: Chemical
Amerika Co.Inc.
Haynes, A., 1994. Facefacts. In: Chioice Books. Australia: s.n.
Irianto, K., 2013. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis.
Bandung: Yrama Widya.
Jellinek, J. S., 1970. Formulation and Function of Cosmetics. New York: Willey
Intersciens.
Kumalaningsih, S., 2006. ntioksidan Alami Penangkal Radikal Bebas. Surabaya:
Trubus Agisarana.
Maspiyah, 2009. Modul Perawatan Kulit Wajah. Surabaya: Surabaya University
Press.
Muliyawan, D. dan Suriana, N., 2013. A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: Elex Media
Komputindo.

30
Pearce, E. C., 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Pratiwi, I. dan Rusita, Y. D., 2018. Formulasi Masker Serbuk Ekstrak Daun
Pepaya (Carica papaya L.) Sebagai Anti Jerawat.
Polumono, N. I. R., Robert, T., dan Hamsidar, H. 2015. Formulasi dan Evaluasi
Sediaan Masker Ketimun (Curcumis sativus L) dengan Menggunakan Basis
Kaolin dan Bentonit.
Rostamailis, 2005. Penggunaan Kosmetik. In: Dasar Kecantikan dan Berbusana
yang Serasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Vieira, R.P., Alessandra, R.F., Telma, M.K., Vladi, O.C., Claudineia, A.S., De
Olivera, P., Claudia, S.C.P., Andrea, R.B., And Mariavaleria, R.V., 2009.
Bifidobacterium Animals. Physical and Physicochemical Stability
Evaluation of Cosmetic Formulation Containing Soyben Extract Fermnded,
45(3)(515-525).
Voigt, R., 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. V ed. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Wasitaatmadja, S. M., 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Wibowo, D. S., 2013. Anatomi Fungsional Elementer dan Penyakit yang
Menyertainya. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

31
Lampiran 1. Skema Kerja Penelitian

Pemilihan Sampel

Pengambilan Sampel

Masker Clay

Masker Clay Masker Clay Masker Clay Masker Clay


tube A tube B sachet C sachet D

Evaluasi

Evaluasi Fisik
Organoleptis
Homogeny
pH
Stabilitas Fisik
Daya Sebar
Kecepatan Mengering
Uji Iritasi Kulit

Data

Analisa Data

Gambar 2. Skema Kerja Penelitian

32

Anda mungkin juga menyukai