Disusun oleh:
Praktikum Teknologi Sediaan Setengah Padat-A (Kelompok 4)
Responser :
Prof. Dr. Effionora A, M.S
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2017
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah
dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Cairan
Antiseptik Mulut” ini dengan tepat waktu. Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Praktikum Sediaan Semi Solid.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Effionora A, M.S selaku pembimbing
praktikum karena atas bimbingan dan masukan dari beliau, makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Selain itu, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Kami pun menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang membangun kepada
kami. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mejabarkan dan menjelaskan bahan-bahan apa saja
yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan antiseptik mulut, memberikan informasi
mengenai proses formulasi cairan antiseptik mulut, meliputi penetapan zat aktif dan eksipien
lainnya yang sesuai, kemudian melakukan perhitungan bahan dan metode yang digunakan
dalam pembuatan cairan antiseptik mulut yang tepat agar dapat menghasilkan sediaan baik bagi
dari segi penampilan maupun dari segi efektivitasnya, proses evaluasi cairan antiseptik mulut
yang dibuat, serta menjelaskan hasil dari pembuatan serta sediaan yang diperoleh.
LANDASAN TEORI
2.1 Anatomi Mulut
Pintu masuk ke saluran cerna adalah dari mulut atau rongga mulut. Fungsi dari
rongga mulut antara lain (1) analisis sensorik sebelum mengunyah; (2) proses mekanik
melalui gigi dan lidah; dan (3) lubrikasi dengan mencampur sekresi mucus dan kelenjar
ludah. Lubang masuk dibentuk oleh bibir yang terdapat otot dan akan membantu
mengambil, menuntun, dan manampung makanan di mulut. Pada mulut juga terdapat
langit-langit (palatum), yang membentuk atap lengkung rongga mulut, memisahkan mulut
dari saluran hidung. Di belakang tenggorokan terdapat uvula yang berperan penting
dalam menutup saluran hidung sewaktu menelan. Selanjutnya terdapat lidah yang
membentuk dasar rongga mulut, yang terdiri dari otot rangka yang dikontrol secara
volunteer. Gerakan lidah penting untuk makanan masuk ke dalam mulut sewaktu
mengunyah dan menelan serta penting dalam berbicara. Faring adalah rongga di belakang
tenggorokan. Bagian ini berfungsi sebagai saluran bersama untuk sistem pencernaan
(dengan fungsi sebagai penghubung antara mulut dan esophagus, untuk makanan) dan
sistem pernafasan (dengan memberi akses antara saluran hidung dan trakea, untuk udara).
Susunan ini mengharuskan adanya mekanisme untuk menuntun makanan dan udara
menuju saluran yang benar setelah melewati faring. Di dinding samping faring terdapat
tonsil, jaringan limfoid yang merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh.
Menurut Matthews (2003), “obat kumur merupakaan suatu sediaan cair yang
ditahan di dalam mulut secara pasif atau membilas bagian mulut dengan kontraksi dari
otot perioral dan/atau gerakan kepala, dan dapat dikumur di mana kepala sedikit
mendongak dan cairan menggelegak di bagian belakang mulut”.
minyak esensial.
2) Astringent, seperti seng klorida, seng asetat dan alumunium potasium sulfat.
3) Komposisi lain, seperti alkohol, pewarna, agen pemanis, dan surface active
agents.
Menurut Powers dan Sakaguchi (2006), komposisi obat kumur terdiri atas tiga
komponen utama yaitu :
1) Bahan aktif, yang secara spesifik dipilih untuk kesehatan rongga mulut seperti
2) Pelarut, biasanya yang digunakan adalah air atau alkohol. Alkohol biasanya
digunakan untuk melarutkan bahan aktif, menambah rasa, dan bahan tambahan
3) Surfaktan, untuk menghilangkan debris pada gigi dan melarutkan bahan lain.
mentol, timol, dan metil salisilat yang digunakan untuk menyegarkan nafas.
Volpe (1977) menyebutkan bahan dasar pembuatan obat kumur adalah air,
alkohol, bahan penyedap rasa, dan bahan pewarna. Bahan-bahan lain yang dapat
ditambahkan yakni humektan, astringent, pengemulsi, bahan antimikroba,
pemanis, dan bahan terapeutik.
Secara umum, komponen obat kumur terdiri dari dua kompnen utama yaitu bahan
aktif dan inaktif.
Bahan inaktif
1. Pelarut
Pelarut berfungsi sebagai pembawa untuk bahan lainnya. Pada umumnya,
digunakan dua pelarut utama dalam formulasi obat kumur, yaitu air dan alkohol
(contohnya, etanol). Alkohol juga memiliki aktivitas antibakteri dengan berperan
sebagai astringen, memberikan sensasi pedas dalam mulut, dan membantu
stabilitas produk dengan melarutkan minyak perasa (flavouring oil) yang digunakan
pada produk.
2. Humektan
Humektan berfungsi menjaga agar zat aktif dalam sediaan obat kumur tidak
menguap sehingga membantu memperlama kontak zat aktif pada gigi serta
memperbaiki stabilitas suatu bahan dalam jangka lama (Jackson, 1995). Humektan
menjaga bahan-bahan mouthwash tidak menguap ke udara (Ireland, 1999). Humektan
yang sering digunakan adalah gliserin yang juga dapat berperan sebagai bahan
pelarut dan bahan pengatur kekentalan (Fauzi, 2002).
3. Surfaktan
4. Astringen
6. Flavouring agent
7. Pemanis
8. Pewarna
Pewarna juga merupakan bagian penting dari obat kumur. Pewarna larut air
yang ditambahkan hanya dalam jumlah yang sedikit. Pewarna yang ditambahkan
harus selaras dengan rasa yang diberikan pada sediaan obat kumur tersebut.
Bahan Aktif
Untuk tujuan terapetik, berbagai bahan aktif dapat dimasukkan ke dalam sediaan
obat kumur. Sebagian besar jenisnya sama dengan yang digunakan untuk pasta gigi,
yaitu antibakteri, antilubang, antihipersensitivitas, antiplak, antitartar, dan bahan-bahan
pemutih. Hanya saja, bahan-bahan aktif yang digunakan haruslah larut dalam air.
Beberapa contoh bahan aktif yang umumnya digunakan adalah sebagai berikut.
Pembuatan cairan mulut antiseptik ini diawali dengan menyiapkan bahan-bahan yang
dibutuhkan dalam formulasi. Adapun pembuatan obat kumur dibuat dengan pertama-tama
adalah menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan. Bahan-bahan
utama yang dibutuhkan zat aktif, pelarut, surfaktan, dan bahan tambahan yang digunakan
untuk menambah kualitas sediaan baik dari segi fisik maupun rasa seperti pemanis dan
pewarna. Pelarut yang digunakan dalam formulasi sediaan cairan mulut antiseptik ini
yaitu alkohol dan air. Air yang digunakan adalah air matang yang sudah dididihkan sampai
100oC.
Prinsip pembuatan cairan mulut antiseptik ini adalah mencampurkan bahan dengan
pelarut sesuai dengan tingkat kelarutannya. Bahan yang larut dalam alkohol dilarutkan di
dalam alkohol, sedangkan bahan yang larut dalam air dilarutkan dalam air. Bahan
tambahan seperti pewarna dan pemanis ditambahkan terakhir. Setelah semua bahan sudah
dilarutkan, kedua fase tersebut (fase alkohol dan fase air) dicampur dan diaduk hingga
homogen. Bahan- bahan tambahan seperti pewarna dan perasa kemudian ditambahkan
pada larutan untuk meningkatkan kualitas dari penampilan.
Alasan menggunakan kemasan primer berbahan dasar plastik adalah karena plastik
ringan, tahan pecah dan bocor, dan lebih murah dalam biaya. Bentuk kemasan ini dipilih
karena mudah digenggam sehingga mempermudah dalam pemakaian cairan antiseptic
mulut.
Pada sediaan ini hanya akan digunakan kemasan primer dan label yang ditempelkan
pada kemasan primer sebagai identitas sediaan. Tidak menggunakan kemasan sekunder
karena pertimbangan untuk memberikan daya tarik yang lebih bagi konsumen. Apabila
konsumen dapat melihat secara langsung sediaan yang ada di dalam kemasan primer, hal
ini akan lebih cepat menarik perhatian dibandingkan harus tertutupi oleh kemasan sekunder
selama penjualan.
Label yang dibuat berguna sebagai identitas dari produk sehingga konsumen dapat
membedakan produk satu dengan yang lainnya. Label ini juga dipakai sebagai salah satu
daya tarik dan sumber informasi konsumen mengenai produk ini. Pada label yang dibuat
terdapat informasi berupa nama produk, deskripsi produk, identitas perusahaan, berat
bersih, komposisi, kegunaan, cara pemakaian, peringatan, nomor registrasi produk, nomor
bets, tanggal produksi, tanggal kadaluarsa, petunjuk penyimpanan, layanan konsumen, dan
barcode. Untuk gambaran kemasan primer dan label yang akan digunakan dapat dilihat
pada lampiran.
BAB III
CAIRAN ANTISEPTIK MULUT
2. Etanol 96%
16
Dalam kondisi asam, larutan etanol dapat bereaksi dengan
bahan pengoksidasi. Campuran dengan alkali dapat
menggelapkan warna karena bereaksi dengan jumlah sisa
Inkompatibilitas aldehida. Larutan etanol juga tidak sesuai dengan wadah
aluminium dan dapat berinteraksi dengan beberapa obat.
Ketika berinteraksi dengan surfaktan non-ionik, sifat
antimikroba alkohol menjadi terhambat
Kegunaan Sebagai pelarut, adstringen
Co-solvent yang aman, tidak toksik dalam suatu sediaan.
Alasan Pemilihan Bahan
Etanol turut memberikan sensasi kesegaran pada mulut
3. Sorbitol
17
Pemerian Kristal putih, rasa pahit, dan bau yang tidak terlalu
menyengat
Kelarutan Mudah larut dalam air
Inkompatibilitas Surfaktan kation, ion logam
Kegunaan Wetting agent
Untuk membantu membasahi pengotor-pengotor pada
Alasan Pemilihan Bahan
mulut
5. Air
H O H
Gambar 3.1.5. Struktur Air
Pemerian
Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
Kelarutan -
Inkompatibilitas -
Kegunaan Pelarut
Pelarut yang stabil dan kompatibel dengan seluruh bahan.
Alasan Pemilihan Bahan Selain itu, cairan mouthwash antiseptik lebih cocok dengan
pelarut air agar nyaman digunakan oleh konsumen
6. Pewarna Ungu
Pemerian
Serbuk berwarna ungu
7. Perisa Anggur
Pemerian
Larutan jernih, berasa, dan berbau anggur
18
Inkompatibilitas -
Kegunaan Flavoring agent
Meningkatkan daya tarik sediaan dan kenyamanan
Alasan Pemilihan Bahan
pengguna
8. Asam Sitrat
Pemerian
Kristal putih, tidak berbau, memiliki rasa asam yang kuat
3.2. Formulasi
No. Nama Bahan Fungsi Konsentrasi Berat 1 Berat 1
yang Dipakai Sediaan Batch
(250 gr) (800 gr)
1. Mentol Antiseptik 0.1% 0.25 0.8
2. Etanol 96% Adstringen 12% 30 96
3. Sorbitol Pemanis 5% 12.5 40
4. Natrium Lauril Sulfat Wetting agent 0.4% 1 3.2
5. Pewarna Ungu Pewarna q.s q.s q.s
6. Perisa Anggur Flavoring agent q.s q.s q.s
7. Asam Sitrat pH adjuster 6.24% 15.6 50
8. Air Pelarut 75.72% 189.65 606
19
3.3. Alat Dan Bahan
Alat : Bahan :
Evaluasi suatu sediaan cair ditujukan untuk menguji serta menjaga spesifikasi
sediaan sesuai dengan desain awal formula dan tujuan penggunaan sediaan tersebut.
20
Pemilihan bahan dan cara pembuatan menjadi faktor-faktor utama yang berperan dalam
keberhasilan sediaan ini.
Evaluasi pada sediaan cairan antiseptik mulut yang akan dilakukan adalah :
a. Evaluasi fisik
Organoleptis
Penampilan pada suatu sediaan merupakan hal yang penting terlebih pada
sediaan yang akan dijual di pasaran dan berkompetisi dengan merk lain. Oleh
karena itu diperlukan pengecekan melalui panca indra manusia dengan
parameter warna, bau, dan rasa. Parameter-parameter tersebut harus memenuhi
standart yang telah ditetapkan masing-masing pabrik dengan
mempertimbangkan pula keinginan dari konsumen. Pengujian warna dilakukan
dengan melihat dengan mata warna apa yang nampak pada sediaan dan
memenuhi keinginan produsen atau tidak. Pengujian bau dilakukan dengan
menghirup bau yang dikeluarkan oleh sediaan. Secara formulasi, seharusnya
sediaan memiliki bau buah anggur dan mentol. Pengujian rasa dilakukan dengan
mencicipi sedikit sediaan yang ada dan apakah terdapat rasa dari flavouring
agent yang telah digunakan atau tidak.
Uji Kejernihan/Partikulat
Sediaan cairan antiseptik mulut ini berbentuk larutan. Syarat larutan yang
mutlak adalah terlihat dari kejernihannya yang megambarkan bahwa seluruh
bahan telah tercampur secara sempurna. Oleh karena itu uji kejernihan ini
dibutuhkan dalam mengevaluasi sediaan cairan antiseptic mulut ini. Berikut
adalah cara yang dapat dilakukan :
1. Taruh beaker glass berisi cairan antiseptic mulut di depan kertas bewarna
hitam dan putih.
2. Amati beberapa saat pada latar yang berbeda dan perhatikan apakah
terdapat partikel di dalam larutan tersebut
3. Larutan dikatakan jernih apabila tidak ditemukan adanya partikel dalam
larutan
21
Berat Jenis
Uji ini untuk mengetahui berapa berat jenis dari cairan antiseptik mulut
yang dibuat. Seharusnya larutan ini memiliki berat jenis yang tidak terlalu jauh
dari air untuk meningkatkan kenyamanan konsumen dalam menggunakan sediaan
ini. Berikut adalah cara yang dapat dilakukan :
1. Menyiapkan dua buah piknometer kosong
2. Menimbang kedua buah piknometer (beserta tutup) dan catat berat
masing-masing
3. Menuangkan air hingga leher pada piknometer pertama dan menuangkan
sediaan hingga leher pada piknometer kedua
4. Menimbang kembali kedua piknometer yang telah berisi cairan masing-
masing (beserta tutup) dan catat berat masing-masing
5. Data yang didapat, disubtitusikan ke dalam rumus berikut untuk
mendapatkan berat jenis sediaan
b. Evaluasi kimia
Pengukuran pH
Pengukuran pH dilakukan untuk memastikan bahwa pH sediaan memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Kriteria tersebut ditetapkan
berdasarkan pH optimal pada mukosa mulut, tempat dimana cairan antiseptik
mulut diaplikasikan agar tidak merusak anatomi dan fisiologi dari mukosa
mulut. Sediaan yang memiliki nilai pH terlampau asam atau basa, apabila
diaplikasikan pada mukosa mulut dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan risiko timbulnya mikroorganisme-mikroorganisme yang tidak
diinginkan seperti Streptococcus. Oleh karena itu, pengecekan nilai pH pada
sediaan ini sangat diperlukan. Berikut adalah cara untuk mengukur nilai pH :
1. Mengambil sedikit sampel dari sediaan yang telah dibuat dan dituang
dalam wadah yang sesuai
2. Mengkalibrasi pH meter dengan larutan standart bernilai pH 4 dan 7 yang
telah disediakan dan pastikan nilai yang ditampilkan pH meter adalah
sama seperti pH larutan standart
22
3. Apabila tidak sama, jangan menggunakan pH meter tersebut dan kalibrasi
ulang
4. Apabila sama, semprotkan elektroda dengan aquadest
5. Celupkan elektroda ke dalam sampel sediaan dan catat hasil yang
ditampilkan pada pH meter
Pemastian cara lain juga dapat dilakukan yaitu dengan pH universal yang
merupakan metode semi-kuantitatif. Berikut adalah prosedurnya :
1. Mengambil sedikit sampel dari sediaan yang telah dibuat dan dituang
dalam wadah yang sesuai
2. Celupkan kertas pH universal ke dalam sampel dan amati hingga kertas
berubah warna
3. Amati perubahan warna yang terjadi dan bandingkan pada parameter yang
ada pada kotak pH universal.
23
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan Sediaan Cairan Antiseptik Mulut
Sediaan antiseptik mulut dibuat oleh praktikan dengan tujuan sebagai pencegah
pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menyebabkan munculnya bau mulut, karies,
plak pada mulut, dan untuk menyegarkan mulut. Pada sediaan antiseptik mulut,
komposisi bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat sediaan yaitu zat aktif yang
memiliki efek sebagai antibakteri dan antiseptik, astringen sebagai penghilang bau,
pelarut (yang umumnya digunakan adalah air dan etanol), surfaktan untuk membantu
membersihkan debris-debris dalam mulut, dan flavoring agent seperti pemanis, pewarna
dan perasa untuk meningkatkan penampilan fisik sediaan dan kenyamanan penggunaan
sediaan oleh konsumen.
Pada studi praformulasi, praktikan memilih bahan utama atau zat aktif yaitu mentol,
yang digunakan sebagai antibakteri untuk mengurangi dan menurunkan jumlah bakteri
pada mulut. Mentol dipilih oleh praktikan karena memiliki bau yang seperti minyak
permen sehingga nyaman saat digunakan, tidak mengiritasi mulut, memberikan rasa segar
dan terbukti efektif sebagai agen antibakteri. Kemudian praktikan memilih etanol 96%
sebagai astringen, karena kompatibel dengan bahan-bahan lain yang digunakan pada
sediaan, tidak toksik, dan dapat memberikan sensasi kesegaran pada mulut. Kemudian
untuk meningkatkan kenyamanan pada pengguna praktikan menggunakan pemanis, yaitu
sorbitol. Sorbitol dipilih karena kompatibel dengan semua bahan yang digunakan, dan
merupakan pemanis yang umum digunakan pada sediaan farmasetika. Untuk
meningkatkan waktu kontak antara mulut dan sediaan, yang juga dapat berperan dalam
membersihkan debris-debris yang terdapat di dalam mulut, praktikan menggunakan
wetting agent yaitu sodium lauril sulfat atau SLS. SLS merupakan surfaktan anionik,
sehingga kompatibel dengan semua bahan serta memiliki bau yang tidak menyengat.
Kemudian untuk membuat sediaan berada pada rentang pH mulut (5,6-7), maka praktikan
memilih asam sitrat sebagai pH adjuster. Asam sitrat dipilih karena compatible dengan
semua bahan dan merupakan asam lemah sehingga dapat mempermudah praktikan untuk
membuat sediaan dalam pH yang diinginkan. Untuk melarutkan bahan-bahan yang
digunakan dalam formulasi, maka praktikan memerlukan pelarut. Pelarut yang dipilih
adalah air, karena tidak memiliki bau yang dapat mengganggu kenyamanan konsumen,
tidak toksik dan kompatibel dengan semua bahan yang digunakan. Perisa anggur serta
24
pewarna ungu juga digunakan praktikan untuk meningkatkan kenyamanan selama
penggunaan dan meningkatkan penampilan fisik sediaan agar menarik bagi konsumen.
Evaluasi fisik yang pertama yaitu organoleptis dengan memanfaatkan fungsi dari
indera penglihatan, penciuman, perasa dihasilkan data berupa,
Hasil tersebut telah menunjukan bahwa sediaan cairan pembersih mulut yang dibuat
sudah memenuhi kriteria awal pembuatan. Warna ungu yang tidak berlebih dan tidak
berkurang membuat tampilan sediaan lebih menarik. Bau anggur yang dapat dirasakan
pada sediaan sejalan dengan warna sediaan yang mencirikan warna dari buah anggur.
Bentuk sediaan memenuhi kaidah cairan pembersih mulut yang ada yaitu berbentuk
cairan. Rasa yang dihasilkan pada saat pemakaian adalah mentol, hal ini terkait dari zat
aktif yang digunakan pada sediaan ini yaitu mentol.
Evaluasi fisik yang kedua yaitu uji partikulat, uji ini dilakukan dua kali dengan latar
belakang pengamatan yang berbeda. Latar pertama yaitu latar berwarna putih digunakan
untuk mengamati partikel berwarna hitam pada sediaan. Sedangkan latar kedua yaitu latar
berwarna hitam digunakan untuk mengamati partikel berwarna putih pada sediaan. Dari
dua latar yang diamati, tidak ditemukan adanya partikel putih atau hitam pada sediaan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan cairan antiseptic mulut ini jernih dan tidak
mengandung partikel yang kasat mata.
25
Uji Partikulat Latar Putih Uji Partikulat Latar Hitam
Gambar 4.2.1 Hasil Uji Partikulat
Evaluasi fisik yang ketiga adalah berat jenis, uji ini menggunaka alat yang disebut
piknometer. Piknometer kosong ditimbang dan dicatat hasilnya, kemudian piknometer
yang sama diisi dengan air hingga leher dan ditutup lalu ditimbang serta dicatat hasilnya.
Selanjutnya hal yang sama seperti air dilakukan pada sediaan. Dari hasil penimbangan
didapat data seperti berikut,
PIKNOMETER HASIL
Kosong 13,6811 gr
(+) Air 24,1663 gr
(+) Sediaan Cairan Antiseptik Mulut 24,2919 gr
Perhitungan
24,2919
Berat Jenis Cairan : 24,1663 𝑥 1 𝑔𝑟/𝑚𝑙
26
Berat Piknometer Kosong Berat Piknometer Berisi Air
Dari hasil yang didapatkan, dapat dikatakan bahwa berat jenis sediaan cairan
antiseptik mulut ini hampir sama dengan air sehingga karakteristiknya juga tidak berbeda
jauh dan dapat bercampur dengan air. Sifat yang dimiliki ini akan memudahkan
penggunaan cairan antiseptic mulut pada rongga mulut karena memiliki karakteristik
seperti air yang merupakan komponen terbesar dari saliva.
28
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Formula sediaan cairan antiseptik mulut ini adalah :
Evaluasi yang berhasil dilakukan pada sediaan cairan antiseptic mulut adalah :
5.2 Saran
Sediaan cairan antiseptic mulut yang telah berhasil dibuat tentunya belum sempurna.
Oleh sebab itu, praktikan akan menerima dengan terbuka kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan dari sediaan ini di kemudian hari.
29
DAFTAR PUSTAKA
Mangundjaja, Soeherwin. et al. Pengaruh Obat Kumur Khlorheksidin terhadap
Populasi Bakteri Streptococcus Mutans di dalam Air Liur. Retrieved from
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/soeherwin/publication/engaruhobatkumurkhlorhek
sidin2000.pdf (Diakses pada tanggal 9 April 2017. Pukul 14:06).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia Edisi
III.Jakarta: Korpri Sub Unit Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Sherwood, Lauralee. Essentials Of Physiology. 1st ed. Pacific Grove, Calif.: Brooks/Cole
Cengage Learning, 2012.
Suparwi, Ajeng Destian. 2010. Perbedaan Efektivitas Obat Kumur Chlorhexidine
dan Methylsalicylate dalam Menurunkan Jumlah Koloni Bakteri Rongga Mulut.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., & Quinn, M. E. (Eds.). (2009). Handbook of
Pharmaceutical Excipients (6th ed.). London: Pharmaceutical Press. doi:10.1016/S0168-
3659(01)00243-7
30
LAMPIRAN
1. Kemasan primer
2. Label
3. Sediaan Jadi
Depan Belakang
31