Anda di halaman 1dari 42

EVIDENCE BASED PRACTICE (EBP)

EFEKTIFITAS DAUN JAMBU BIJI SEBAGAI ANTIDIARE

Dosen Pembimbing Klinik:

Ns. Novan Kurniawan,. S.Kep


NIP : 198411092010011010

Disusun Oleh :

Fitri Yanti Rahayu G1B221005


Pazela Kumala Putri G1B221006
Apriadi Rahmad G1B221023
Safira Angelia Saragih G1B221025

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya serta yang telah membukakan pintu pikiran penulis sehingga tugas
evidence base practice (EBP) ini dapat penulis selesaikan. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Fadliyana Ekawaty M.Kep.,Sp.Kep.An
dan Ns. Suryati, M.Kep.,Sp.Kep.An selaku dosen pembimbing pada penugasan
kali ini dalam Stase Anak Profesi Ners yang telah membimbing dan membantu
kami, sehingga kami terbantu dalam penulisan tugas ini. Serta tak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak-pihak yang telah mengambil
peran dalam membantu kami dalam penyelesaian makalah ini yang tidak dapat
kami sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis ikhlas dengan lapang dada menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun. Terakhir penulis berharap semoga makalah ini dapat
berguna bagi penulis dan bagi pembaca.

Jambi, September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................ ..........i

DAFTAR ISI ..............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................1


1.1.Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah..................................................................................................2
1.3.Tujuan Penulisan....................................................................................................2
1.4.Metode Penulisan..................................................................................................3
1.5.Manfaat Penulisan.................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................4


2.1.Konsep Diare.........................................................................................................4
2.1.1 Definisi Enuresis ……………………………………………..4
2.1.2 Epidemiologi ……………………………………………………..4
2.1.3 Etiologi………………………………………………………………………………………........... .5
2.1.4 Patofisiologi ………………………………………………………...6
2.1.5 Klasifikasi Diare ……………………………………………………..7
2.1.6 Tanda Dan Gejala Diare……………………………………………………………............ ..8
2.1.7 Pencegahan diare…………………………………………………...9
2.1.8 Pemeriksaan penunjang……………………………………………………………………… 10
2.1.9 Penatalaksanaan diare………………………………………………………………..……11
2.2.Konsep Daun Jambu Biji........................................................................................11
2.2.1 morfologi dan klasifikasi daun jambu biji……………………….11
2.2.2 sistematika tumbuhan jambu biji…………………………………..11
2.2.3 manfaat tanaman daun jambu biji………………………………..12
2.2.4 kandungan tanaman jambu biji…………………………………..13
2.2.5 kandungan kimia daun jambu biji………………………………………………………. 13
2.2.6 kegunaan tumbuhan daun jambu biji ……………………………….14
2.2.7 ramuan herbal tanaman daun jambu biji…………………………………………….15

ii
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................16
3.1.Topik/Judul..........................................................................................................16
3.2.Metode Penulisan................................................................................................16
3.3.Pembahasan........................................................................................................32

BAB IV PENUTUP.....................................................................................34
4.1.Kesimpulan..........................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................35

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare merupakan salah satu penyebab angka kesakitan dan kematian
tertinggi pada anak, terutama pada umur dibawah lima tahun (balita). Diare adalah
suatu kondisi dimana seseorang buang aing besar dengan konsistensi lembek atau
cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya 3x atau
lebih) dalam 1 hari (Depkes,2011). Diperkirakan di dunia terjadi 4 milyar kasus
diare pada anak balita setiap tahun, dengan kematian 1,5 juta balita. Sebagian
kematian tersebut terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes,
2010).
Diare pada balita dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani secara serius,
karena tubuh balita sebagian besar terdiri dari air. Sehingga bila balita mengalami
diare sangat mudah terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan yang dapat
mengakibatkan kematian. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak- anak
menderita diare lebih dari 1-2 kali per tahun dan hal ini yang menjadi penyebab
kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian (Depkes, 2010).
Berdasarkan etiologinya, penyakit diare dapat disebabkan oleh
mikroorganisme seperti bakteri, virus dan protozoa. Mikroorganisme penyebab
diare terutama pada anak yang paling banyak ditemukan di negara berkembang
antara lain Escherichia coli enterotoksigenik, Shigella, Campylobacter jejuni, dan
Cryptosporidium (Juffrie M, dkk, 2010). Upaya penatalaksanaan pada penderita
diare sebagian besar dengan rehidrasi yang berfungsi untuk mengganti cairan
tubuh yang hilang akibat adanya dehidrasi. Walaupun demikian diare yang
berkelanjutan harus diatasi dengan pengobatan simtomatik dan pengobatan
kausatif. Untuk pengobatan kausatif mikroorganisme penyebab diare dimatikan
dengan menggunakan antibiotik (Komala O, 2008).
Pengobatan modern yang banyak dilakukan adalah dengan pemberian
antibiotik oral yang banyak ditemukan di apotek dengan biaya yang relatif mahal
dan dapat menyebabkan efek samping bagi penderita diare. Alternatif pengobatan

1
lain adalah dengan obat tradisional yang mempunyai keuntungan mudah diperoleh
dan relatif murah. Alternatif pengobatan yang banyak digunakan di kalangan
masyarakat adalah dengan memanfaatkan tanaman herbal.4 Beberapa tanaman
herbal yang telah banyak digunakan oleh masyarakat sebagai anti diare terdiri dari
Aegle marmelos, Cyperus rotundus, Psidium guajava L., dan Zingiber officinale.
Telah banyak penelitian mengenai tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk
mengatasi diare, salah duanya yaitu tanaman jambu biji (Psidium guajava L).
Jambu biji telah diketahui merupakan tanaman yang relatif baik dalam pengobatan
diare. Pada bagian daun, jambu biji memiliki khasiat untuk disentri, diare, radang
lambung dan gusi bengkak (Ajizah, 2004).
Tanaman jambu biji ini terbukti secara ilmiah memiliki aktivitas anti bakteri.
Penelitian melaporkan bahwa ekstrak etanol daun jambu biji merah getas(Psidium
guajava l.’merah getas’) lebih berpengaruh terhadap staphylococcus epidermidis
(Nuraeni, 2010) dan Gel kombinasi ekstrak daun sirsak dan daun jambu biji
dengan konsentrasi terbesar yaitu 30% lebih efektif dapat sebagai obat antijerawat
(Rika et al, 2015). Aktivitas anti bakteri ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava
L) dipengaruhi karena keberadaan alkaloid, tanin, daglikosida flavonoid pada
daunnya. Flavonoid dan saponinpada daun jambu biji terbukti memiliki efek
bakteriostatik dan alkaloid memiliki efek bakteriosidal terhadap bakteri gram
positif yaitu dengan menghambat pertumbuhan bakteri tersebut (Steenis, 2008).
Senyawa yang aktif pada dinding sel adalah bakterisidal, sedangkan yang
menghambat sintesis protein adalah bakteriostatik (Katzung, 2004).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah yaitu
apakah daun jambu biji dapat sebagai antidiare pada anak?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan evidence based practice (EBP) pada kesempatan
kali ini adalah untuk melihat efektifitas daun jambu biji sebagai antidiare pada
anak yang mengalami diare

2
1.4 Metode Penulisan
Dalam penulisan evidence based practice (EBP) ini, penulis menggunakan
media elektronik untuk memperoleh informasi serta analisis efektifitas daun
jambu biji sebagai antidiare pada anak yang mengalami diare.

1.5 Manfaat Penulisan


Kami berharap dengan adanya evidance based practice (EBP) ini memberi
manfaat bagi Puskesmas Pakuan Baru maupun pembaca lainnya mengenai
efektifitas daun jambu biji sebagai antidiare pada anak sehingga terapi ini
dapat diterapkan atau diimpelmentasikan pada kasus tersebut.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diare


2.1.1 Pengertian Diare
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi tinja lebih
lembek dari biasanya atau bisa berupa air saja, biasanya paling
tidak tiga kali dalam jangka waktu 24 jam (WHO, 2005). Diare
merupakan suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu
hari (Depkes RI, 2011).
Diare termasuk penyakit akut dan berbahaya karena jika
terlambat dalam menanganinya maka akan menyebabkan kematian.
Diare sering dialami pada bayi dan anak. Pada anakanak, konsistensi
feces lebih diperhatikan daripada frekuensi BAB karena bayi atau
anak lebih sering BAB dibandingkan dengan orang dewasa. Diare
dapat mengkibatkan penderita kekurangan cairan (Pudiastuti, 2011).

2.1.2 Epidemiologi Diare


Berdasarkan data World Health Organization (WHO) ada 2 milyar kasus
diare pada orang dewasa di seluruh dunia setiap tahun. Di Amerika Serikat,
insidens kasus diare mencapai 200 juta hingga 300 juta kasus per tahun. Sekitar
900.000 kasus diare perlu perawatan di rumah sakit. Di seluruh dunia, sekitar 2,5
juta kasus kematian karena diare per tahun. Di Amerika Serikat, diare terkait
mortalitas tinggi pada lanjut usia. Satu studi data mortalitas nasional melaporkan
lebih dari 28.000 kematian akibat diare dalam waktu 9 tahun, 51% kematian
terjadi pada lanjut usia. Selain itu, diare masih merupakan penyebab kematian
anak di seluruh dunia, meskipun tatalaksana sudah maju (WHO, 2015). Dari
semua kasus kematian anak balita karena penyakit diare, 78% terjadi di wilayah
Afrika dan Asia Tenggara. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan

4
masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan
mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit
Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan
insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1.000 penduduk, tahun
2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1.000
penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1.000 penduduk. Kejadian Luar Biasa
(KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun
2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8.133 orang, kematian
239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan
jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan
tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4.204
dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.) (KEMENKES RI, 2011).
Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita.
dan nomor lima bagi semua umur. Insidensi Diare dan Period Prevalence diare
pada balita di Sumatera Selatan yaitu: 4,8% dan 4,5%. Di Sumatera Selatan,
Palembang merupakan kota dengan jumlah penderita diare terbanyak yaitu 51.623
kasus. Diare selalu menjadi 10 besar penyakit yang selalu ada setiap tahun dan
terdapat peningkatan jumlah kasus diare pada balita di Palembang tahun 2012-
2013 dari 8.236 menjadi 16.033 balita (Destri et al, 2010). Menurut Departemen
Kesehatan RI (2003), insidensi diare di Indonesia pada tahun 2000 adalah 301 per
1.000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,5 episode setiap tahunnya
untuk golongan umur balita. Cause Specific Death Rate (CSDR) diare golongan
umur balita adalah sekitar 4 per 1.000 balita. Kejadian diare pada anak laki-laki
hampir sama dengan anak perempuan. Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral
melalui makanan dan minuman yang tercemar. Di negara yang sedang
berkembang, insiden yang tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari
sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan
turunnya daya tahan tubuh (Suharyono, 2003).

2.1.3 Etiologi Diare

5
Umumnya diare disebabkan oleh virus rota virus, bakteri (Shigella,
Salmonella, Eshersia choli, Vibrio), dan parasit (cacing perut). Perilaku yang tidak
baik juga dapat menjadi jalan untuk penularan diare. Misalnya kebiasaan buang
air besar di tempat terbuka yang menyebabkan air tercemar, tanah tercemar dan
akhirnya menjadi tempat yang dihinggapi lalat. Tidak mencuci tangan atau tidak
menggunakan sabun saat mencuci tangan, tidak memanfatkan air bersih
( Pudiastuti, 2011).
Biasanya diare pada anak disebabkan oleh hal sebagai berikut :
1. Infeksi bakteri : biasanya anak yang mengalami diare akibat infeksi akan
terjadi kejang, darah di feses dan demam.
2. Infeksi virus : Rotavirus adalah virus penyebab diare
3. Antibiotik : Penggunaan antibiotik saat menderita penyakit tertentu kadang
antibiotik tersebut dapat membunuh bakteri baik didalam usus yang akhinya
memicu timbulnya diare
4. Makanan dan Minuman : Pada bayi, jika terlalu banyak minuman manis
dapat membuat perutnya kaget dan akhirnya terjadi diare. Diare juga dapat
disebabkan karena terlalu banyak minum jus (terutama pada jus buah yang
didalamnya terkandung sorbital dan fruksosa yang tinggi). Makanan yang
basi, beracun, dan tidak higenis juga bisa menyebabkan diare.
5. Alergi makanan : Alergi makanan adalah reaksi sistem imun tubuh terhadap
makanan yang masuk. Alergi pada bayi terjadi saat bayi mulai mengenal
makanan pendamping ASI. Selain protein susu, penyebab diare yang sering
dijumpai yaitu telur, ikan, kacang, kedelai, gandum, dan kerang-kerangan.
6. Intoleransi Makanan : Sistem imun tidak berpengaruh pada intolerensi
makanan. Contohnya yaitu intolerensi laktosa (gula dalampsusu
sapipdanpsusu lainnya). Gejala yang muncul adalah diare,
perutpkembungpdan banyakpgas ( Pudiastuti, 2011).

2.1.4 Patofisiologi Diare


Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam

6
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin didinding usus, sehingga sekresi air
dan elektrolit meningkat kemudian menjadi diare. Gangguan motilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air
dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa
(asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah (Zein dkk, 2004).
Mekanisme terjadinya diare dan termaksut juga peningkatan sekresi atau
penurunan absorbsi cairan dan elektrolit dari sel mukosa intestinal dan eksudat
yang berasal dari inflamasi mukosa intestinal (Wiffen et al, 2014). Infeksi diare
akut diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare noninflamasi
dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitoksin di
kolon dengan manifestasi sindrom disentri dengan diare disertai lendir dan darah.
Gejala klinis berupa mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, tetenus, serta
gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin makroskopis ditemukan
lendir dan atau darah, mikoroskopis didapati sek lukosit polimakronuklear. Diare
juga dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme, yaitu peningkatan sekresi usus
dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan
mengeluarkan toksin yang menyebakan terjadinya diare.

2.1.5 Klasifikasi Diare


Menurut Dwienda (2014), klasifikasi diare dibedakan menjadi 3 yaitu
sebagai berikut:
a. Diare akut: keluarnya tinja cair tanpa darah selama 7-14 hari.
b. Diare persisten atau diare kronis: keluarnya tinja cair selama 14 hari
atau lebih dan dapat disertai darah atau tidak. Diare persisten atau
diare kronis dalam waktu lama akan mengakibatkan dehidrasi.
c. Diare disentri: keluarnya tinja sedikit-sedikit dan sering dan mengeluh
sakit perut saat BAB. Diare disentri dapat mengakibatkan anoreksia,
kehilangan berat badan yang cepat, dan kerusakan mukosa usus

7
karena bakteri

Gejala/ derajat Diare tanpa Diare dehidrasi Diare dehidrasi

dehidrasi dehidrasi Ringan/ Sedang Berat


Bila terdapat dua Bila terdapat dua Bila terdapat dua

tanda atau lebih tanda atau lebih tanda atau lebih


Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lusu, Lunglai/

tidak sadar
Mata Tidak Cekung Cekung Cekung
Keinginan untuk Normal, tidak ada Ingin minum Malas minum
Minum rasa haus terus, ada rasa
haus
Turgor Segera kembali Kembali lambat Kembali sangat

lambat

(Depkes RI,2011)

2.1.6 Tanda dan Gejala Diare


Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015), tanda dan gejala diare pada
anak adalah sebagai berikut:
d. Diare akut
1) Diare dehidrasi berat: letargi/tidak sadar, mata cekung, tidak bisa
minum/malas minum, cubitan kulit perut kembali sangat lambat.
2) Diare dehidrasi ringan/sedang: gelisah, rewel, mudah marah, mata
cekung, cubitan kulit perut kembali lambat, selalu ingin minum/ada
rasa haus.
3) Diare tanpa dehidrasi: keadaan umum baik dan sadar, mata tidak
cekung, tidak ada rasa haus berlebih, turgor kulit normal.
e. Diare persisten atau kronis dengan dehidrasi/tanpa dehidrasi

8
f. Diare disentri: ada darah dalam tinja

2.1.7 Pencegahan Diare


Penyakit diare dapat dicegah melalui tindakan yang tepat dan efektif,
yaitu: (Depkes, 2011)
a. Memberikan ASI eksklusif pada bayi selama 6 bulan dan diteruskan
sampai 2 tahun. Pemberian ASI mempunyai banyak keuntungan bagi
bayi atau ibunya. Bayi yang mendapat ASI lebih sedikit dan lebih
ringan episode diarenya dan lebih rendah risiko kematiannya jika
dibanding bayi yang tidak mendapat ASI.
b. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur. Memberikan
makanan setelah bayi berumur 6 bulan secara bertahap untuk
penyesuaian pencernaan bayi. Penyimpanan dan penyiapan makanan
pendamping ASI dengan baik, untuk mengurangi paparan dan
perkembangan bakteri.
c. Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air bersih
yang cukup. Sediaan air yang cukup bisa membantu membiasakan hidup
bersih seperti cuci tangan, mencuci peralatan makan, membersihkan WC
dan kamar mandi.
d. Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah
buang air besar. Dengan perilaku cuci tangan yang benar, yaitu pakai
sabun dan menggunakanair bersih yang mengalir akan dapat menurunkan
kejadian diare sampai 45%.
e. Buang air besar di jamban. Upaya penggunaan jamban mempunyai
dampak yang besar dalam penurunan resiko penularan diare karena
penularan kuman penyebab diare melalui tinja dapat dihindari.
f. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar. Tinja merupakan sumber
infeksi bagi orang lain. Keadaan ini terjadi baik pada yang diare
maupun yang terinfeksi tanpa gejala.

9
g. Memberikan imunisasi campak. Anak-anak yang menderita campak
mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjangkit diare atau disentri yang
berat dan fatal. Karena kuatnya hubungan antara campak dan diare,
imunisasi campak yang diberikan dapat mencegah sampai 25 % kematian
balita.
h. Menjaga kebersihan lingkungan. Menjaga kebersihan lingkungan sekitar
rumah sangat penting sebagai pencegahan dire, seperti tidak membuang
sampah sembarangan, menjaga aliran selokan, dan sebagainya.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan tinja yang terdiri dari pemeriksaan makroskopis dan
mikroskopis, Ph dan kadar gula darah dalam tinja, biakan dan resitensi
feses.
2. Analisa gas darah apabila didapatkakn tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk faal ginjal
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K, Kalsium dan Fosfat
(Nurarif,2015)

2.1.9 Penatalaksanaan Diare


Terapi rehidrasi oral terdiri dari rehidrasi yaitu mengganti kehilangan air
dan elektrolit: terapi cairan rumatan yaitu menjaga kehilangan cairan yang sedang
berlangsung (Maliny, 2014). Pemberian Zinc selama 10 hari terbukti membantu
memperbaiki mucosa usus yang rusak dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh
secara keseluruhan. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan dosis
sebagai berikut:
a. Balita umur < 6 bulan: ½ tablet (10 mg)/hari

b. Balita umur ≥ 6 bulan : 1 tablet (20 mg)/hari.

Oralit diberikan untuk mengganti cairan elektrolit yang banyak


dibuang dalam tubuh yang terbuang pada saat diare. Meskipun air

10
sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak
mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit.
Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat
diserap dengan baik oleh usus penderita diare (Depkes RI, 2011).

Umur (Tahun) 3 jam Pertama saat tidak Selanjutnya setiap kali

merasa haus diare


<1 1 ½ gelas 1 ½ gelas
1-5 3 gelas 1 gelas
>5 6 gelas 4 gelas

2.2 Konsep Daun Jambu Biji


2.2.1 Morfologi Daun dan Klasifikasi Jambu Biji (Psidium Guajava L.)
Jambu biji (psidium guajava L.) merupakan tanaman yang berasal dari
daerah tropis amerika dan dapat tumbuh di tanah liat maupun gembur. Pada saat
ini tanaman ini sudah banyak tersebar di seluruh dunia khususnya di daerah
tropis. Diperkirakan ada sekitar 150 spesies dari tanaman ini yang tersebar di
daerah tropis dan berhawa sejuk. Tanaman yang dapat di temukan di 1-1200 m
di bawah permukaan laut ini termasuk ke dalam jenis perdu atau pohonn kecil
dengan tingginya kira-kira 2-10 m, percabangan banyak. Batangnya berkayu
dan keras, kulit batang licin, mengelupas, berwarna cokelat kehijauan (Septia,
A. 2010).
Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan, daun yang muda
berambut halus, dan permukaan atas daun tua licin. Tanaman ini sangat adaptif
dan dapat tumbuh tanpa perawatan. Daun jambu biji termasuk daun tidak
lengkap, karena daunnya hanya terdiri dari tangkai (petioles) dan helaian
(lamina) saja yang disebut daun bertangkai. Bagian terlebar daun jambu biji
terletak ditengah-tengah dan memiliki bagian jorong. Daun jambu biji
mempunyai tulang daun yang menyirip, artinya daun ini memiliiki tulang yang

11
membentang dari pangkal sampai keujung daun, sehingga susunannya
menyerupai sirip ikan (Renata, A.2012).
Ujung daun jambu biji tumpul, dan biasanya warna daun bagian atas

tampak lebih hijau dibandingkan dengan sisi bagian bawah daun. Tungkai daun
berbentuk silindris dan tidak menebal pada bagian tangkainya.
Gambar 2.2 Morfologi Daun Jambu Biji (Psidium Guajva L)

2.2.2 Sistematika Tumbuhan Jambu Biji (Psidium Guajava L.)


Dari sistem sistematika (taksonomi), tumbuhan jambu biji
dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledonaeae
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genius : Psidium
Spesies : Psidium Guajava L.

2.2.3 Manfaat Tanaman Jambu Biji (Psidium Guajava L.)


Daun jambu biji memiliki khasiat tersendiri bagi tubuh manusia, baik

12
untuk kesehatan maupun untuk pengobatan tertentu. Manfaat daun jambu biji
diantranya yaitu sebagai antiinflamasi, anti mutagenik, anti mikroba,dan
analgesik. Pada umumnya daun jambu biji di gunakan utuk ppengobatan
seperti diare akut dan kronis, perut kembung pada bayi dan anak, kadar
kolesterol yang tinggi, luka, sariawan, sakit gigi, dan demam berdarah (W.
Christijanti dkk, 2013).

2.2.4 Kandungan Tanaman Jambu Biji (Psidium Guajava L.)


Daun jambu biji memiliki kandungan flovanoid yang sangat tinggi,
terutama quercetin. Senyawa tersebut bermanfaat sebagai antibakteri,
kandungan daun jambu biji lainyya yaitu saponin, minyak atrsiri, tanin,
antimutagenik, dan alkaloid (W. Christijanti dkk, 2013)..

Flovanid adalah senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon yang


umumnya tersebar didunia tumbuhan. Quercetin adalah zat sejenis flovanoit
yang di temukan dalam buah-buahan, sayuran, daun dan biji-bijian. Hal ini
juga dapat di jadikan sebagai suplemen dalam makanan dan minuman.
Saponin adalah jenis glokisida yang banyak di temukan dalam tumbuhan,
saponin memiliki karakteristik berupa buih sehingga ketika di reaksikan
dengan air dan dikocok maka akan terbentuk buih yang akan bertahan lama.
Minyak atsiri adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan
kental pada suhu ruangan numun mudah menguap sehingga memberikan
aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan utama dari wangi-wangian
atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Tanin merupakan substansi
besar yang tersebar luas dalam tanaman dan di gunakan sebagai energi dalam
proses metabolisme dalam bentuk oksidasi, tanin juga sebagai sumber asam
pada buah. Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang
kebanyakan heterosiklik dan terdapat di dunia tumbuhan.

2.2.5 Kandungan kimia daun jambu biji


Daun mengandung tannin, minyak atsiri (eugenol), minyak lemak,
dammar, zat samak, triterpenoid, asam malat (Dalimartha, 2004).

13
Tanin secara ilmiah didefinisikan sebagaisenyawa polipenol yang
mempunyai berat molekultinggi dan mempunyai gugus hidroksil dan
guguslainnya (seperti karboksil) sehingga dapatmembentuk kompleks dengan
protein (Danarto, dkk., 2011).
Menurut teori warna, struktur tanin dengan ikatan rangkap dua yang
terkonjugasi pada polifenol sebagai kromofor (pengemban warna) dan adanya
gugus (OH) sebagai auksokrom (pengikat warna) dapat menyebabkan warna
coklat (Wijaya, dkk., 2011). Tanin merupakan senyawa yang dapat larut
dalamair, gliserol, alkohol, dan hidroalkohol, tetapi tidaklarut dalam petroleum
eter, benzene dan eter (Sax dan Lewis, 1989). Struktur dan kelas tanin dapat
dilihat pada Gambar 2.2 berikut:

Base Unit:

Gallic acid Flavone Phloroglucinol


Class: Hydrolyzable tannins Non-Hydrolyzable Phlorotannins
or condensed tannins

Gambar 2.2. Struktur dan kelas tanin (Haslam, 1989).

2.2.6 Kegunaan tumbuhan jambu biji


Daun jambu biji berkhasiat astringen (pengelat), antidiare, antiradang,
penghenti perdarahan (homeostatis) dan peluruh haid. Buah berkhasiat
antioksidan karena kandungan beta karoten dan vitamin C yang tinggi

14
sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh (Hapsoh dan Hasanah, 2011).

2.2.7 Ramuan Herbal Daun Jambu Biji


Bahan-bahan untuk Ramuan herbal untuk diare :

1. 11 lembar dari daun jambu biji.


2. 2 sdm untuk beras.
3. Sediakan 4 SDM untuk madu manis.
4. 300 ml air bersih secukupnya untuk merebus.

Cara Mengolah :

1. Cuci bersih daun jambu biji.


2. Siapkan wajan untuk menyangrai beras aduk2 hingga hitam, sisihkan.
3. Sediakan panci beri air lalu masukkan daun jambu biji rebus hingga
mendidih lalu matikan kompor.
4. Sediakan gelas bersih lalu masukkan beras yg di sangrai tadi kemudian
masukkan air rebusan daun jambu biji aduk rata lalu tunggu hingga
anget kuku.
5. Bila sudah sedikit hangat saring di gelas lainnya lalu tambahkan madu
aduk hingga rata, dan siap untuk di minum.

15
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Topik/Judul
Pada penulisan EBP ini, penulis akan membahas topik efektifitas daun
jambu biji sebagai antidiare pada anak

3.2 Metode Penulisan

a. Pencarian Jurnal
- https://scholar.google.com/
b. Alasan Penulisan Jurnal
Alasan penulisan Hasil jurnal ini adalah untuk lebih mengetahui manfaat
penggunaan daun jambu biji sebagai pengganti diare pada anak

16
17
c. Hasil Review Jurnal

No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal

1 Efektivitas Ekstrak Dian Vita Sari, 2019 Jurnal ini diambil melalui mesin Introduction : Diare merupakan penyakit
Daun Jambu Biji Rika Mursyida. pencari google schoolar dengan kata menular yang menjadi masalah kesehatan di
(Psidium Guajava kunci bahasa indonesia “ daun jambu dunia, tidak hanya di negara berkembang tetapi di
L) Dengan biji, antidiare, anak”. Didapatkan negara maju. Diare menempati peringkat kedua
Pengobatan hasil sebanyak 3 artikel dari 349 penyakit dengan kasus terbanyak di dunia setelah
Tradisional Dan artikel, abstrak pada jurnal sesuai Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). World
Pengobatan dengan tujuan pembuatan EBP ini. Health Organization (WHO) menempatkan diare
Modern Pada sebagai peringkat pertama penyebab kematian
Balita Diare Akut balita di dunia dan diperkirakan 1,4 juta anak
Di Desa Ulee meninggal setiap tahunnya. Bahkan, Badan PBB
Rubek Kabupaten untuk urusan anak (UNICEF) memperkirakan
Aceh Utara Tahun setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal
2019 karena diare (WHO, 2009). Kasus diare di
Indonesia menjadi masalah yang penting dan
serius untuk diperhatikan, karena angka insidensi,
prevalensi dan mortalitasnya masih cukup tinggi,

18
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal

khususnya pada balita. Survei Kesehatan Nasional


(Surkesnas) tahun 2002, mencatat prevalensi diare
diperkotaan sebesar 3,3% dan dipedesaan 3,2%,
dengan angka kematian diare balita 23/100.000
penduduk. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2007, mencatat diare tersebar di semua kelompok
umur dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada
balita (16,7%) dan 25,2% penyebab kematian bayi
dan balita diakibatkan diare. (Kemekes. RI, 2011).

Methods : Penelitian ini merupakan jenis


Penelitian Eksperimental menggunakan rancangan
penelitian quasi eksperimental dengan non-
equivalent control group design. Penelitian ini
dilaksanakan di Desa Ulee Rubek Kabupaten
Aceh Utara Tahun 2019, selama 35 hari mulai
tanggal 24 Juli s.d 9 September 2019 dan
intervensi pada kelompok diberikan selama 3

19
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal

haris. Adapun sasaran penelitian ini adalah balita


yang menderita diare di Desa Ulee Rubek
Kabupaten Aceh Utara. Populasi penelitian adalah
ibu yang memiliki balita berjumlah 51 ibu di Desa
Ulee Rubek tahun 2019. Sedangkan penentuan
sampel penelitian menggunakan teknik sampling
dengan metode total sampling, yaitu jumlah
sampel sama dengan populasi atau sebanyak 51
ibu yang memiliki balita, sehingga total sampel
setiap kelompok yaitu 25 balita diberikan
pengobatan modern dan 26 balita diberikan
ekstrak daun jambu biji.

Hasil : Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh


bahwa sebagian besar kelompok balita yang
diberikan ekstrak daun jambu biji sebanyak 20
balita (76,9%) sembuh diarenya, sedangkan
kelompok balita yang diberikan pengobatan

20
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal

modern, sebanyak 24 balita (96,0%) yang sembuh


diarenya. Maka, secara statistik nilai p = 0,048,
artinya pemberian ekstrak daun jambu biji
berpengaruh terhadap tingkat kesembuhan diare
pada balita. Setyo., Nasihah (2016), menyatakan
daun jambu biji memiliki aktivitas antioksidan
yang cukup tinggi serta tannin sebagai anti diare,
karena ekstrak daun jambu biji memiliki aktivitas
menghambat pertumbuhan bakteri gram positif
dan negatif. Yuliani, Udarno., Hayani (2003),
bahwa daun jambu biji banyak dimanfaatkan
untuk mengobati diare, mencret dan sakit
kembung, dengan kandungannya berupa senyawa
tanin 9-12%, minyak atsiri, minyak lemak dan
asam malat.

Discussion : Ekstrak daun jambu biji memiliki


beberapa senyawa aktif yang dapat

21
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal

menyembuhkan diare, diantaranya flavonoid,


tanin, minyak atsiri dan alkaloid. Adanya senyawa
tersebut menjadi agen anti diare, tetapi dapat
memberikan efek sebagai inhibitor atau
menghambat atau menurunkan pertumbuhan dan
perkembangan bakteri penyebab diare, seperti
Escherichia coli, Salmonella, Shigella,
Staphylococus aureus dan Vibrio cholera.
Terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan
bakteri di usus akan mencegah proses iritasi pada
usus dan mengurangi peningkatan kecepatan
gerakan peristaltik usus. Peristiwa ini dapat
mengurangi kontraksi usus dan memperpanjang
waktu absorbsi makanan di usus sehingga dapat
menghentikan diare.

Conclusion : Berdasarkan hasil dan pembahasan


penelitian, disimpulkan bahwa sebagian besar

22
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal

kelompok balita yang diberikan ekstrak daun


jambu biji yaitu sebanyak 20 balita (76,9%)
sembuh diarenya, sedangkan kelompok balita
yang diberikan pengobatan modern, sebanyak 24
balita (96,0%) sembuh diarenya. Maka, secara
statistik nilai p = 0,048, artinya pemberian ekstrak
daun jambu biji berpengaruh terhadap tingkat
kesembuhan diare pada balita. Oleh karena itu,
ekstrak daun jambu biji efektif dalam pengobatan
diare pada balita dan dapat dijadikan alternatif
pengobatan diare pada balita.

2 The Potential Of Yolanda Fratiwi 2015 Jurnal ini diambil melalui mesin Introduction : Diare merupakan salah satu
Guava Leaf pencari google schoolar dengan kata masalah kesehatan yang masih menjadi penyebab

23
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal

(Psidium Guajava kunci bahasa indonesia “ daun jambu utama tingginya morbiditas dan mortalitas pada
L.) For Diarrhea biji, antidiare, anak”. Didapatkan anak di negara berkembang termasuk di Indonesia.
hasil sebanyak 3 artikel dari 349 Menurut WHO angka kesakitan diare pada tahun
artikel, abstrak pada jurnal sesuai 2010 yaitu sebanyak 411 penderita per 1.000
dengan tujuan pembuatan EBP ini. penduduk.

Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia tahun


2010 jumlah kasus diare yang ditemukan sekitar
213.435 penderita dengan jumlah kematian 1.289,
dan sekitar 70–80% dari jumlah tersebut terjadi
pada anak-anak terutama usia dibawah 5 tahun.
Dari data tersebut dapat diperkirakan bahwa
selama 20–30 tahun ke depan diare dan beberapa
penyakit infeksi lainnya akan tetap menjadi
perhatian sebagai penyebab masalah kesehatan di
dunia. Beberapa tanaman herbal yang telah
banyak digunakan oleh masyarakat sebagai anti
diare terdiri dari Aegle marmelos, Cyperus

24
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal

rotundus, Psidium guajava L., dan Zingiber


officinale. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Tannaz, tanaman jambu biji atau


Psidium guajava L. terutama bagian daun,
memiliki efektifitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan beberapa tanaman lain yang
digunakan sebagai anti diare. Hal tersebut
berkaitan dengan beberapa kandungan metabolit
sekunder pada daun Psidium guajava L.

Methods : review, Penilaian pada penelitian


dilakukan dengan menggunakan garis sel HEp-2

Hasil : Dari hasil penelitian tersebut dapat


diketahui bahwa kandungan Psidium guajava L.
mampu menghambat perlekatan EPEC dan invasi
oleh EIEC serta perlekatan Shigella flexneri ke sel
HEp-2. Sedangkan quercetin tidak memiliki

25
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal

aktivitas antibakteri pada konsentrasi yang


digunakan dan juga tidak mempengaruhi salah
satu enterotoksin.

Discussion : Aktivitas antidiare pada tanaman


herbal terdapat pada kandungan metabolit
sekunder yang terdiri dari flavonoid, tanin,
alkaloid, minyak astiri, dan beberapa komponen
lain. Beberapa penelitian telah menjelaskan bahwa
flavonoid, tanin, alkaloid, minyak astiri dan
beberapa komponen tersebut memiliki
kemampuan farmakologi sebagai antidiare,
antiinflamasi, hipoglikemi, antihipertensi, dan
kemampuan farmakologi lainnya. Psidium guajava
L. diketahui mengandung beberapa bahan aktif
antara lain tanin, flavonoid, guayaverin,
leukosianidin, minyak atsiri, asam malat, damar,
dan asam oksalat, tetapi hanya komponen khusus

26
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal

seperti flavonoid, tanin, minyak atsiri, dan


alkaloid yang memiliki efek farmakologi sebagai
antidiare terutama pada penyakit diare yang
disebabkan oleh bakteri.

Conclusion : Flavonoid khususnya quercetin,


tanin, minyak atsiri, dan alkaloid merupakan
kandungan bahan aktif daun Psidium guajava L.
yang merupakan zat berpotensi sebagai antidiare.
Oleh karena itu, ekstrak daun Psidium guajava L.
dapat dijadikan sebagai alternatif pengobatan pada
pasien diare.

3 Daun Jambu Biji Siti Nuriyatin, 2020 Jurnal ini diambil melalui mesin Introduction : Jambu biji merupakan salah satu
Sebagai The Elok Puspita Sari, pencari google schoolar dengan kata tanaman yang sering di budidayakan dan
Herbal Famous Yulia Citra Putri kunci bahasa indonesia “ daun jambu berkembang di Indonesia. Menurut Mahfiatus
Care Desa Atlanta, M. biji, antidiare, anak”. Didapatkan (dalam Megumi, 2019) bahwa jenis jambu biji
Kebaron Masrur Hidayat, hasil sebanyak 3 artikel dari 349 yang banyak dibudidayakan di Indonesia yaitu
Vivin Fauziyah, artikel, abstrak pada jurnal sesuai jambu getas merah, jambu kristal, jambu bangkok,

27
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal

M. Ilham dengan tujuan pembuatan EBP ini. jambu kamboja, dan jambu sukun. Jenis tersebut
Awaludin, Arya banyak dibudidayakan dan dikembangkan
Cipta Nugraha, dikarenakan banyak diminta oleh pasar dan
Yulius Nardi memiliki nilai ekonomi tinggi. Selain memiliki
nilai ekonomi yang tinggi, tanaman jambu biji
mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan.
Seperti yang dijelaskan (Megumi, 2019) bagian
tanaman dari jambu biji yang dapat digunakan
sebagai obat adalah buah dan daunnya. Beberapa
penelitian menjelaskan banyak sekali kandungan
mineral dan vitamin yang dibutuhkan tubuh.
Antara lain vitamin C, vitamin A, asam folat,
vitamin B3, vitamin B6, kalium, tembaga dan
magnesium. Buah jambu memiliki kandungan
vitamin C lebih tinggi dibandingkan buah jeruk,
selain itu juga merupakan buah yang tinggi akan
serat. Jambu biji juga dapat digunakan sebagai
anti kanker (Dwitianti, 2015). Bukan hanya

28
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal

buahnya saja yang tinggi akan manfaat, bahkan


bagian dari daun jambu biji ternyata memiliki
banyak manfaat dalam kesehatan. Daun jambu biji
bermanfaatkan sebagai anti diare, radang usus,
disentri, dan gangguan pencernaan dikarenakan
mengandung zat tannin sebagai anti mikroba dan
astringent. Selain itu, daun jambu biji juga
berkhasiat mengobati sariawan, ambeien, kencing
manis, dan perut kembung pada anak. Daun jambu
biji cocok digunakan dalam pengobatan herbal,
yang memiliki banyak manfaat kesehatan dan juga
aman bagi kesehatan karena tidak terdapat zat-zat
kimia. Hal tersebut sesuai dengan warga Desa
Kebaron yang memiliki banyak tanaman jambu
biji dirumah. Pemanfaatan jambu bji di desa ini
lebih banyak memanfaatkan bagian buahnya.
Pemanfaatan daub jambu biji masih dilakukan
secara tradisional dengan cara ditumbuk untuk

29
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal

pengobatan penyakit diare. Dengan adanya


penelitian ini, diaharapkan warga dapat
mengetahui manfaat dari jambu biji secara lebih
luas sebagai obat herbal keluarga ataupun
digunakan sebagai usaha rumah herbal Desa
Kebaron.

Methods : Penelitian ini dilakukan selama ± 3


minggu di Desa Kebaron Kecamatan Tulangan
pada waktu pelaksanaan program KKN 2019
STKIP PGRI Sidoarjo. Jenis penelitian ini
menggunakan jenis penelitian eksperimental.
Penelitian ini terdiri tahap persiapan bahan dan
tahap pelaksanaan. Bahan utama yang harus
disiapkan yaitu daun jambu biji muda segar dan
air. Alat yang perlu disiapkan adalah blender yang
digunakan untuk menghaluskan daun. Kemudian
pada tahap pelaksanaan daun dibersihkan

30
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal

kemudian digiling menggunakan blender sampai


dengan halus. Tahap selanjutnya daun yang sudah
dihaluskan dimasukkan dalam penggorengan
dimasak sampai daun mengering menjadi bubuk-
bubuk daun. Bubuk tersebut kemudian ditiriskan
pada tempat yang sudah disediakan.

Hasil : Dalam penelitian yang dilakukan oleh


Pratiwi (2015), bahwa jambu biji juga efektif
untuk mengobati diare. Penyembuhan terhadap
sariawan ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Desiana (2015) bahwa uji ekstrak
dari daun jambu biji dapat secara efektif
mengatasi luka terbuka. Aturan pemakaian obat
herbal jambu biji tersebut sudah dicocokkan
dengan seminar TOGA (Tanaman obat keluarga)
oleh dokter Puskesmas Kepadangan di Desa
Kebaron. Dan sesuai rujukan penelitian

31
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal

sebelumnya

Conclusion : menyimpulkan bahwa jambu biji


juga efektif untuk mengobati diare.

32
3.3 Pembahasan

Pada artikel pertama, disebutkan bahwa diare merupakan salah satu penyakit
yang terjadi di seluruh dunia. Diare ini sendiri merupakan penyakit yang menjadi
sebab kematian anak terutama pada balita. Kematian pada anak akibat diare ini
disebabakan karena tata laksana yang kurang tepat, baik itu penanganan di rumah
ataupun saat ke sarana kesehatan yang ada. Sehingga perlu adanya penanganan
yang cepat dan tepat dalam mengatasi diare pada anak.
Diare ini dapat dikendalikan dengan bermacam cara, bisa dengan
menggunakan pengobatan modern seperti pemberian obat antibiotic oral ataupun
juga bisa menggunakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang
dimaksud disini adalah dengan menggunakan tanaman herbal. Banyak sekali
tanaman herbal yang dapat ditemui di Indonesia, khususnya untuk mengatasi diare
ini dapat menggunakan ekstrak daun jambu biji sebagai alternatif pengobatan.
Ekstrak daun jambu biji ini dapat digunakan sebagai pengobatan antidiare
karena adanya senyawa aktif didalamnya flavonoid, tannin, minyak atsiri dan
alkaloid yang dapat menyembuhkan diare dikarenakan senyawa tersebut berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan bakteri penyebab diare dan akhirnya
meminimalisir terjadinya iritasi pada usus dan mengurangi kecepatan gerakan
peristaltic usus. Hal ini dibuktikan dengan balita yang sembuh dari diarenya
sebanyak 20 balita (76,9 %) dengan memberikan ekstrak daun jambu biji sebagai
pengobatannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun jambu biji
efektif dalam pengobatan diare pada balita dan dapat dijadikan alternatif
pengobatan.
Pada artikel kedua, ditambahkan lagi tentang adanya potensi yang ada pada
daun jambu biji terhadap penyakit diare. Disebutkan bahwa kandungan pad daun
jambu biji seperti flavonoid, tannin, alkaloid, minyak astiri serta beberapa
komponen tersebut memiliki kemampuan farmakologi sebagai antidiare,
antiinflamasi, hipoglikemi, antihipertensi dan kemampuan lainnya. Senyawa yang
ada pada daun jabu biji ini memiliki peranan sebagai inhibitor pertumbuhan dan
perkembangan bakteri penyebab diare seperti Escherichia coli, Salmonella,

33
Shigella, Staphylococus aureus, dan ibrio cholera. Efek ini lah yang mencegah
terjadinya iritasi pada usus serta mengurangi kontraksi usus dan memeperpanjang
waktu absorbs makanan di usus sehingga dapat menghentikan diare.
Untuk artikel terakhir, kegiatan difokuskan kepada penatalaksaan pemberian
yang baik dalam pengobatan alternatif diare. Pada tahapan pertama yang harus
dilakukan adalah memilih daun jambu biji yang masih muda dan juga bebas dari
hama sehingga kandungan vitamin dalam daun tidak hilang. Kemudian daun tadi
di cuci bersih dan jika sudah bersih maka daun tadi bisa diblender hingga halus.
Daun yang sudah halus dapat ditiriskan ke tempat yang sudah disediakan dan juga
kering sehingga menjadi bentuk bubuk. Bubuk ini dapat dikemas menggunakan
kapsul yang bisa didapatkan di apotek.
Pengobatan herbal ini selain dapat digunakan sebagai antidiare, juga dapat
digunakan untuk pengobatan lain, sehingga aturan pemakaian disesuaikan dengan
kondisi yang terjadi pada penderita. Untuk diare dikonsumsi 2 – 3 kali sehari,
untuk perut kembung 3 kali sehari, sebagai penurunan kadar kolesterol darah yang
tinggi mengonsumsi 2 kali sehari, anyang – anyangan 3 kali sehari, pada sariawan
ditempelkan pada luka 3 kali sehari dan terakhir pada demam berdarah
dikonsumsi 3 kali sehari.

34
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dari analisis artikel di atas, dapat disimpulkan bahwa daun jambu biji
terbukti efektif dalam mengatasi diare. Hal ini dapat diketahui bahwa terjadi
pengurangan nilai frekuensi diare sebelum dan sesudah diberikan terapi daun
jambu biji. Hasil dari pre dan post pemberian daun jambu biji terdapat pada
semua artikel yang ditelaah. Tindakan terapi daun jambu biji tergolong mudah
diberikan karena tindakan ini bisa diajarkan oleh tenaga kesehatan kepada orang
tua. Penggunaan daun jambu biji dapat menjadi salah satu terapi alternatif dengan
memiliki keuntungan menjadi non-invasif, tanpa rasa sakit, dan hemat biaya,
sehingga terapi ini dapat diterapkan dikalangan masyarakat luas.

35
DAFTAR PUSTAKA

Ajizah, A., 2004. Sensitivitas Salmonella Typhimurium Terhadap Ekstrak Daun


Jambu Biji (Psidium Guajava L.), Bioscientie, 1 (1): 31-8

Dalimartha, S. (2004). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 2. Jakarta: Trubus


Agriwidya. Halaman 98.

Danarto, Y.C., Ajie, S.P., dan Anjas, Z.P. (2011). Pemanfaatan Tanin dari Kulit
Kayu Bakau sebagai Pengganti Gugus Fenol pada Resin Fenol
Formaldehid. Jurnal Teknik Kimia FT UNS. 6(2): 252-256.

Departemen Kesehatan RI. (2010). Penuntun Hidup Sehat, Jakarta:


Departemen Kesehatan

Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan


Penyehatan Lingkungan. (2011). Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas
Diare, Jakarta: Departemen Kesehatan Hapsoh dan Hasanah, Y. (2011).
Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. Medan: USU Press. Halaman 17-
18.

Dwienda Octa R D. 2014. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita Dan Anak


Prasekolah. Yogyakarta: Deepublish

Haslam, E. (1989). Plant Polyphenols: Vegetable Tannins Revisited. Britania


Raya: University Cambridge Press. Halaman 14.

. Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS. 2010.


Gastroenterohepatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI

Katzung, B. G., 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi XIII. Buku 3.
Translation of Basic and Clinical Pharmacology Eight Edition Alih bahasa
oleh Bagian Farmakologi Fakultas kedokteran Universitas Airlangga.
Jakarta: Salemba Medika

36
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Situasi Diare di Indonesia.
Jakarta 12950. Volume 2,pp:1

Komala O, Ismanto. 2008.Daya antimikroba ektrak tanaman obat terhadap bakteri


Staphylococcus aureus. Ekologia.8(2):29-36

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction

Renata Ayuni. 2012. Khasiat Selangit Daun-Daun Ajaib Tumpas Beragam


Penyakit, Alaska,Yogyakarta. hlm. 130

Pudiastuti, D. R. 2011. Waspada Diare Pada Anak. PT Indeks. Jakarta.

Sax, I. dan Lewis, R.J. (1989).Condensed Chemical Dictionary, edisi ke-11. New
York: Van Nostrad Reinhold Companya. Halaman 36.

Septia Anggraini, 2010.Optimasi Formula Fast Disintegrating Tablet Ekstrak


Daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.) Dengan Bahan Penghancur
Sodium Starch Glycolate Dan Bahan Pengisi Manitol, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Suharyono. 2003. Strategi Pembelajaran Diare. Jakarta : Depdikbud.

W Christijanti, A Marianti. 2013. “Aktivitas Spermatoprtective Ekstrak Daun


Jambu Biji Pada Jumlah Spermatozoa Tikus Putih Terinduksi Kadmium”.
Jurnal MIPA, Vol.36, No.2

Wijaya, A., Fazrin, A.F., Nurul, D.A., Susilo, F.A., dan Ameliya, S. (2011). Zat
Warna Alam dalam Daun Asam Jawa (Tamarindus indica L.) sebagai
Pewarna Alam pada Bahan Tekstil. Skripsi. Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil Bandung

World Health Organization/The United Nations Children’s Fund (UNICEF).


2013. Ending Preventable Child Deaths from Pneumonia and Diarrhea by

37
2025: The Integrated Global Action Plan for Prevention and Control of
Pneumonia and Diarrhoea (GAPPD). Retrieved Januari 25, 2014, from
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/79200/1/9789241505239_en
g.pdf?ua=1

Zein, U. dkk. 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri. e-USU Repository, 1- 15.
Retrieved March 20, 2014, from
http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar5.pdf

38

Anda mungkin juga menyukai