Disusun Oleh :
Puji syukur ke hadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya serta yang telah membukakan pintu pikiran penulis sehingga tugas
evidence base practice (EBP) ini dapat penulis selesaikan. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Fadliyana Ekawaty M.Kep.,Sp.Kep.An
dan Ns. Suryati, M.Kep.,Sp.Kep.An selaku dosen pembimbing pada penugasan
kali ini dalam Stase Anak Profesi Ners yang telah membimbing dan membantu
kami, sehingga kami terbantu dalam penulisan tugas ini. Serta tak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak-pihak yang telah mengambil
peran dalam membantu kami dalam penyelesaian makalah ini yang tidak dapat
kami sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis ikhlas dengan lapang dada menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun. Terakhir penulis berharap semoga makalah ini dapat
berguna bagi penulis dan bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................16
3.1.Topik/Judul..........................................................................................................16
3.2.Metode Penulisan................................................................................................16
3.3.Pembahasan........................................................................................................32
BAB IV PENUTUP.....................................................................................34
4.1.Kesimpulan..........................................................................................................34
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
lain adalah dengan obat tradisional yang mempunyai keuntungan mudah diperoleh
dan relatif murah. Alternatif pengobatan yang banyak digunakan di kalangan
masyarakat adalah dengan memanfaatkan tanaman herbal.4 Beberapa tanaman
herbal yang telah banyak digunakan oleh masyarakat sebagai anti diare terdiri dari
Aegle marmelos, Cyperus rotundus, Psidium guajava L., dan Zingiber officinale.
Telah banyak penelitian mengenai tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk
mengatasi diare, salah duanya yaitu tanaman jambu biji (Psidium guajava L).
Jambu biji telah diketahui merupakan tanaman yang relatif baik dalam pengobatan
diare. Pada bagian daun, jambu biji memiliki khasiat untuk disentri, diare, radang
lambung dan gusi bengkak (Ajizah, 2004).
Tanaman jambu biji ini terbukti secara ilmiah memiliki aktivitas anti bakteri.
Penelitian melaporkan bahwa ekstrak etanol daun jambu biji merah getas(Psidium
guajava l.’merah getas’) lebih berpengaruh terhadap staphylococcus epidermidis
(Nuraeni, 2010) dan Gel kombinasi ekstrak daun sirsak dan daun jambu biji
dengan konsentrasi terbesar yaitu 30% lebih efektif dapat sebagai obat antijerawat
(Rika et al, 2015). Aktivitas anti bakteri ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava
L) dipengaruhi karena keberadaan alkaloid, tanin, daglikosida flavonoid pada
daunnya. Flavonoid dan saponinpada daun jambu biji terbukti memiliki efek
bakteriostatik dan alkaloid memiliki efek bakteriosidal terhadap bakteri gram
positif yaitu dengan menghambat pertumbuhan bakteri tersebut (Steenis, 2008).
Senyawa yang aktif pada dinding sel adalah bakterisidal, sedangkan yang
menghambat sintesis protein adalah bakteriostatik (Katzung, 2004).
2
1.4 Metode Penulisan
Dalam penulisan evidence based practice (EBP) ini, penulis menggunakan
media elektronik untuk memperoleh informasi serta analisis efektifitas daun
jambu biji sebagai antidiare pada anak yang mengalami diare.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan
mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit
Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan
insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1.000 penduduk, tahun
2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1.000
penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1.000 penduduk. Kejadian Luar Biasa
(KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun
2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8.133 orang, kematian
239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan
jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan
tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4.204
dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.) (KEMENKES RI, 2011).
Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita.
dan nomor lima bagi semua umur. Insidensi Diare dan Period Prevalence diare
pada balita di Sumatera Selatan yaitu: 4,8% dan 4,5%. Di Sumatera Selatan,
Palembang merupakan kota dengan jumlah penderita diare terbanyak yaitu 51.623
kasus. Diare selalu menjadi 10 besar penyakit yang selalu ada setiap tahun dan
terdapat peningkatan jumlah kasus diare pada balita di Palembang tahun 2012-
2013 dari 8.236 menjadi 16.033 balita (Destri et al, 2010). Menurut Departemen
Kesehatan RI (2003), insidensi diare di Indonesia pada tahun 2000 adalah 301 per
1.000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,5 episode setiap tahunnya
untuk golongan umur balita. Cause Specific Death Rate (CSDR) diare golongan
umur balita adalah sekitar 4 per 1.000 balita. Kejadian diare pada anak laki-laki
hampir sama dengan anak perempuan. Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral
melalui makanan dan minuman yang tercemar. Di negara yang sedang
berkembang, insiden yang tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari
sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan
turunnya daya tahan tubuh (Suharyono, 2003).
5
Umumnya diare disebabkan oleh virus rota virus, bakteri (Shigella,
Salmonella, Eshersia choli, Vibrio), dan parasit (cacing perut). Perilaku yang tidak
baik juga dapat menjadi jalan untuk penularan diare. Misalnya kebiasaan buang
air besar di tempat terbuka yang menyebabkan air tercemar, tanah tercemar dan
akhirnya menjadi tempat yang dihinggapi lalat. Tidak mencuci tangan atau tidak
menggunakan sabun saat mencuci tangan, tidak memanfatkan air bersih
( Pudiastuti, 2011).
Biasanya diare pada anak disebabkan oleh hal sebagai berikut :
1. Infeksi bakteri : biasanya anak yang mengalami diare akibat infeksi akan
terjadi kejang, darah di feses dan demam.
2. Infeksi virus : Rotavirus adalah virus penyebab diare
3. Antibiotik : Penggunaan antibiotik saat menderita penyakit tertentu kadang
antibiotik tersebut dapat membunuh bakteri baik didalam usus yang akhinya
memicu timbulnya diare
4. Makanan dan Minuman : Pada bayi, jika terlalu banyak minuman manis
dapat membuat perutnya kaget dan akhirnya terjadi diare. Diare juga dapat
disebabkan karena terlalu banyak minum jus (terutama pada jus buah yang
didalamnya terkandung sorbital dan fruksosa yang tinggi). Makanan yang
basi, beracun, dan tidak higenis juga bisa menyebabkan diare.
5. Alergi makanan : Alergi makanan adalah reaksi sistem imun tubuh terhadap
makanan yang masuk. Alergi pada bayi terjadi saat bayi mulai mengenal
makanan pendamping ASI. Selain protein susu, penyebab diare yang sering
dijumpai yaitu telur, ikan, kacang, kedelai, gandum, dan kerang-kerangan.
6. Intoleransi Makanan : Sistem imun tidak berpengaruh pada intolerensi
makanan. Contohnya yaitu intolerensi laktosa (gula dalampsusu
sapipdanpsusu lainnya). Gejala yang muncul adalah diare,
perutpkembungpdan banyakpgas ( Pudiastuti, 2011).
6
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin didinding usus, sehingga sekresi air
dan elektrolit meningkat kemudian menjadi diare. Gangguan motilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air
dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa
(asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah (Zein dkk, 2004).
Mekanisme terjadinya diare dan termaksut juga peningkatan sekresi atau
penurunan absorbsi cairan dan elektrolit dari sel mukosa intestinal dan eksudat
yang berasal dari inflamasi mukosa intestinal (Wiffen et al, 2014). Infeksi diare
akut diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare noninflamasi
dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitoksin di
kolon dengan manifestasi sindrom disentri dengan diare disertai lendir dan darah.
Gejala klinis berupa mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, tetenus, serta
gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin makroskopis ditemukan
lendir dan atau darah, mikoroskopis didapati sek lukosit polimakronuklear. Diare
juga dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme, yaitu peningkatan sekresi usus
dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan
mengeluarkan toksin yang menyebakan terjadinya diare.
7
karena bakteri
tidak sadar
Mata Tidak Cekung Cekung Cekung
Keinginan untuk Normal, tidak ada Ingin minum Malas minum
Minum rasa haus terus, ada rasa
haus
Turgor Segera kembali Kembali lambat Kembali sangat
lambat
(Depkes RI,2011)
8
f. Diare disentri: ada darah dalam tinja
9
g. Memberikan imunisasi campak. Anak-anak yang menderita campak
mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjangkit diare atau disentri yang
berat dan fatal. Karena kuatnya hubungan antara campak dan diare,
imunisasi campak yang diberikan dapat mencegah sampai 25 % kematian
balita.
h. Menjaga kebersihan lingkungan. Menjaga kebersihan lingkungan sekitar
rumah sangat penting sebagai pencegahan dire, seperti tidak membuang
sampah sembarangan, menjaga aliran selokan, dan sebagainya.
10
sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak
mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit.
Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat
diserap dengan baik oleh usus penderita diare (Depkes RI, 2011).
11
membentang dari pangkal sampai keujung daun, sehingga susunannya
menyerupai sirip ikan (Renata, A.2012).
Ujung daun jambu biji tumpul, dan biasanya warna daun bagian atas
tampak lebih hijau dibandingkan dengan sisi bagian bawah daun. Tungkai daun
berbentuk silindris dan tidak menebal pada bagian tangkainya.
Gambar 2.2 Morfologi Daun Jambu Biji (Psidium Guajva L)
12
untuk kesehatan maupun untuk pengobatan tertentu. Manfaat daun jambu biji
diantranya yaitu sebagai antiinflamasi, anti mutagenik, anti mikroba,dan
analgesik. Pada umumnya daun jambu biji di gunakan utuk ppengobatan
seperti diare akut dan kronis, perut kembung pada bayi dan anak, kadar
kolesterol yang tinggi, luka, sariawan, sakit gigi, dan demam berdarah (W.
Christijanti dkk, 2013).
13
Tanin secara ilmiah didefinisikan sebagaisenyawa polipenol yang
mempunyai berat molekultinggi dan mempunyai gugus hidroksil dan
guguslainnya (seperti karboksil) sehingga dapatmembentuk kompleks dengan
protein (Danarto, dkk., 2011).
Menurut teori warna, struktur tanin dengan ikatan rangkap dua yang
terkonjugasi pada polifenol sebagai kromofor (pengemban warna) dan adanya
gugus (OH) sebagai auksokrom (pengikat warna) dapat menyebabkan warna
coklat (Wijaya, dkk., 2011). Tanin merupakan senyawa yang dapat larut
dalamair, gliserol, alkohol, dan hidroalkohol, tetapi tidaklarut dalam petroleum
eter, benzene dan eter (Sax dan Lewis, 1989). Struktur dan kelas tanin dapat
dilihat pada Gambar 2.2 berikut:
Base Unit:
14
sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh (Hapsoh dan Hasanah, 2011).
Cara Mengolah :
15
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Topik/Judul
Pada penulisan EBP ini, penulis akan membahas topik efektifitas daun
jambu biji sebagai antidiare pada anak
a. Pencarian Jurnal
- https://scholar.google.com/
b. Alasan Penulisan Jurnal
Alasan penulisan Hasil jurnal ini adalah untuk lebih mengetahui manfaat
penggunaan daun jambu biji sebagai pengganti diare pada anak
16
17
c. Hasil Review Jurnal
1 Efektivitas Ekstrak Dian Vita Sari, 2019 Jurnal ini diambil melalui mesin Introduction : Diare merupakan penyakit
Daun Jambu Biji Rika Mursyida. pencari google schoolar dengan kata menular yang menjadi masalah kesehatan di
(Psidium Guajava kunci bahasa indonesia “ daun jambu dunia, tidak hanya di negara berkembang tetapi di
L) Dengan biji, antidiare, anak”. Didapatkan negara maju. Diare menempati peringkat kedua
Pengobatan hasil sebanyak 3 artikel dari 349 penyakit dengan kasus terbanyak di dunia setelah
Tradisional Dan artikel, abstrak pada jurnal sesuai Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). World
Pengobatan dengan tujuan pembuatan EBP ini. Health Organization (WHO) menempatkan diare
Modern Pada sebagai peringkat pertama penyebab kematian
Balita Diare Akut balita di dunia dan diperkirakan 1,4 juta anak
Di Desa Ulee meninggal setiap tahunnya. Bahkan, Badan PBB
Rubek Kabupaten untuk urusan anak (UNICEF) memperkirakan
Aceh Utara Tahun setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal
2019 karena diare (WHO, 2009). Kasus diare di
Indonesia menjadi masalah yang penting dan
serius untuk diperhatikan, karena angka insidensi,
prevalensi dan mortalitasnya masih cukup tinggi,
18
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal
19
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal
20
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal
21
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal
22
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal
2 The Potential Of Yolanda Fratiwi 2015 Jurnal ini diambil melalui mesin Introduction : Diare merupakan salah satu
Guava Leaf pencari google schoolar dengan kata masalah kesehatan yang masih menjadi penyebab
23
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal
(Psidium Guajava kunci bahasa indonesia “ daun jambu utama tingginya morbiditas dan mortalitas pada
L.) For Diarrhea biji, antidiare, anak”. Didapatkan anak di negara berkembang termasuk di Indonesia.
hasil sebanyak 3 artikel dari 349 Menurut WHO angka kesakitan diare pada tahun
artikel, abstrak pada jurnal sesuai 2010 yaitu sebanyak 411 penderita per 1.000
dengan tujuan pembuatan EBP ini. penduduk.
24
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal
25
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal
26
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal
3 Daun Jambu Biji Siti Nuriyatin, 2020 Jurnal ini diambil melalui mesin Introduction : Jambu biji merupakan salah satu
Sebagai The Elok Puspita Sari, pencari google schoolar dengan kata tanaman yang sering di budidayakan dan
Herbal Famous Yulia Citra Putri kunci bahasa indonesia “ daun jambu berkembang di Indonesia. Menurut Mahfiatus
Care Desa Atlanta, M. biji, antidiare, anak”. Didapatkan (dalam Megumi, 2019) bahwa jenis jambu biji
Kebaron Masrur Hidayat, hasil sebanyak 3 artikel dari 349 yang banyak dibudidayakan di Indonesia yaitu
Vivin Fauziyah, artikel, abstrak pada jurnal sesuai jambu getas merah, jambu kristal, jambu bangkok,
27
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal
M. Ilham dengan tujuan pembuatan EBP ini. jambu kamboja, dan jambu sukun. Jenis tersebut
Awaludin, Arya banyak dibudidayakan dan dikembangkan
Cipta Nugraha, dikarenakan banyak diminta oleh pasar dan
Yulius Nardi memiliki nilai ekonomi tinggi. Selain memiliki
nilai ekonomi yang tinggi, tanaman jambu biji
mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan.
Seperti yang dijelaskan (Megumi, 2019) bagian
tanaman dari jambu biji yang dapat digunakan
sebagai obat adalah buah dan daunnya. Beberapa
penelitian menjelaskan banyak sekali kandungan
mineral dan vitamin yang dibutuhkan tubuh.
Antara lain vitamin C, vitamin A, asam folat,
vitamin B3, vitamin B6, kalium, tembaga dan
magnesium. Buah jambu memiliki kandungan
vitamin C lebih tinggi dibandingkan buah jeruk,
selain itu juga merupakan buah yang tinggi akan
serat. Jambu biji juga dapat digunakan sebagai
anti kanker (Dwitianti, 2015). Bukan hanya
28
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal
29
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal
30
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal
31
No Judul Jurnal Penulis Tahun Metode Pengambilan Jurnal Isi Jurnal
sebelumnya
32
3.3 Pembahasan
Pada artikel pertama, disebutkan bahwa diare merupakan salah satu penyakit
yang terjadi di seluruh dunia. Diare ini sendiri merupakan penyakit yang menjadi
sebab kematian anak terutama pada balita. Kematian pada anak akibat diare ini
disebabakan karena tata laksana yang kurang tepat, baik itu penanganan di rumah
ataupun saat ke sarana kesehatan yang ada. Sehingga perlu adanya penanganan
yang cepat dan tepat dalam mengatasi diare pada anak.
Diare ini dapat dikendalikan dengan bermacam cara, bisa dengan
menggunakan pengobatan modern seperti pemberian obat antibiotic oral ataupun
juga bisa menggunakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang
dimaksud disini adalah dengan menggunakan tanaman herbal. Banyak sekali
tanaman herbal yang dapat ditemui di Indonesia, khususnya untuk mengatasi diare
ini dapat menggunakan ekstrak daun jambu biji sebagai alternatif pengobatan.
Ekstrak daun jambu biji ini dapat digunakan sebagai pengobatan antidiare
karena adanya senyawa aktif didalamnya flavonoid, tannin, minyak atsiri dan
alkaloid yang dapat menyembuhkan diare dikarenakan senyawa tersebut berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan bakteri penyebab diare dan akhirnya
meminimalisir terjadinya iritasi pada usus dan mengurangi kecepatan gerakan
peristaltic usus. Hal ini dibuktikan dengan balita yang sembuh dari diarenya
sebanyak 20 balita (76,9 %) dengan memberikan ekstrak daun jambu biji sebagai
pengobatannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun jambu biji
efektif dalam pengobatan diare pada balita dan dapat dijadikan alternatif
pengobatan.
Pada artikel kedua, ditambahkan lagi tentang adanya potensi yang ada pada
daun jambu biji terhadap penyakit diare. Disebutkan bahwa kandungan pad daun
jambu biji seperti flavonoid, tannin, alkaloid, minyak astiri serta beberapa
komponen tersebut memiliki kemampuan farmakologi sebagai antidiare,
antiinflamasi, hipoglikemi, antihipertensi dan kemampuan lainnya. Senyawa yang
ada pada daun jabu biji ini memiliki peranan sebagai inhibitor pertumbuhan dan
perkembangan bakteri penyebab diare seperti Escherichia coli, Salmonella,
33
Shigella, Staphylococus aureus, dan ibrio cholera. Efek ini lah yang mencegah
terjadinya iritasi pada usus serta mengurangi kontraksi usus dan memeperpanjang
waktu absorbs makanan di usus sehingga dapat menghentikan diare.
Untuk artikel terakhir, kegiatan difokuskan kepada penatalaksaan pemberian
yang baik dalam pengobatan alternatif diare. Pada tahapan pertama yang harus
dilakukan adalah memilih daun jambu biji yang masih muda dan juga bebas dari
hama sehingga kandungan vitamin dalam daun tidak hilang. Kemudian daun tadi
di cuci bersih dan jika sudah bersih maka daun tadi bisa diblender hingga halus.
Daun yang sudah halus dapat ditiriskan ke tempat yang sudah disediakan dan juga
kering sehingga menjadi bentuk bubuk. Bubuk ini dapat dikemas menggunakan
kapsul yang bisa didapatkan di apotek.
Pengobatan herbal ini selain dapat digunakan sebagai antidiare, juga dapat
digunakan untuk pengobatan lain, sehingga aturan pemakaian disesuaikan dengan
kondisi yang terjadi pada penderita. Untuk diare dikonsumsi 2 – 3 kali sehari,
untuk perut kembung 3 kali sehari, sebagai penurunan kadar kolesterol darah yang
tinggi mengonsumsi 2 kali sehari, anyang – anyangan 3 kali sehari, pada sariawan
ditempelkan pada luka 3 kali sehari dan terakhir pada demam berdarah
dikonsumsi 3 kali sehari.
34
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari analisis artikel di atas, dapat disimpulkan bahwa daun jambu biji
terbukti efektif dalam mengatasi diare. Hal ini dapat diketahui bahwa terjadi
pengurangan nilai frekuensi diare sebelum dan sesudah diberikan terapi daun
jambu biji. Hasil dari pre dan post pemberian daun jambu biji terdapat pada
semua artikel yang ditelaah. Tindakan terapi daun jambu biji tergolong mudah
diberikan karena tindakan ini bisa diajarkan oleh tenaga kesehatan kepada orang
tua. Penggunaan daun jambu biji dapat menjadi salah satu terapi alternatif dengan
memiliki keuntungan menjadi non-invasif, tanpa rasa sakit, dan hemat biaya,
sehingga terapi ini dapat diterapkan dikalangan masyarakat luas.
35
DAFTAR PUSTAKA
Danarto, Y.C., Ajie, S.P., dan Anjas, Z.P. (2011). Pemanfaatan Tanin dari Kulit
Kayu Bakau sebagai Pengganti Gugus Fenol pada Resin Fenol
Formaldehid. Jurnal Teknik Kimia FT UNS. 6(2): 252-256.
Katzung, B. G., 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi XIII. Buku 3.
Translation of Basic and Clinical Pharmacology Eight Edition Alih bahasa
oleh Bagian Farmakologi Fakultas kedokteran Universitas Airlangga.
Jakarta: Salemba Medika
36
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Situasi Diare di Indonesia.
Jakarta 12950. Volume 2,pp:1
Sax, I. dan Lewis, R.J. (1989).Condensed Chemical Dictionary, edisi ke-11. New
York: Van Nostrad Reinhold Companya. Halaman 36.
Wijaya, A., Fazrin, A.F., Nurul, D.A., Susilo, F.A., dan Ameliya, S. (2011). Zat
Warna Alam dalam Daun Asam Jawa (Tamarindus indica L.) sebagai
Pewarna Alam pada Bahan Tekstil. Skripsi. Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil Bandung
37
2025: The Integrated Global Action Plan for Prevention and Control of
Pneumonia and Diarrhoea (GAPPD). Retrieved Januari 25, 2014, from
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/79200/1/9789241505239_en
g.pdf?ua=1
Zein, U. dkk. 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri. e-USU Repository, 1- 15.
Retrieved March 20, 2014, from
http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar5.pdf
38