Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TPKS PENGOLAHAN/PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PKS

Oleh :
ABDUL HALIM DOLY ALFA TUAHTA KEVIN DAVID N LUBIS NICO DICKY (0905011002) (0905011026) (0905011055) (0905011071)

SEPANDU SIHOMBING (0905011094)

ME-6C
Spesialisasi Perawatan dan Perbaikan Jurusan Teknik Mesin

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pengolahan/pemanfaatan Limbah Padat Pada PKS. Walaupun berbagai macam tantangan yang dihadapi, tapi semua itu telah memberikan pengalaman yang berharga untuk dijadikan pelajaran dimasa yang akan datang.

Tugas makalah ini disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh nilai tambah dalam mata kuliah TPKS di Jurusan Teknik Mesin Program Studi Teknik Mesin Politeknik Negeri Medan.

Penulis Menyadari bahwa selesainya penulisan makalah ini banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak berupa petunjuk, bimbingan maupun dorongan moril dan materil, untuk itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis hanturkan terima kasih kepada:

1. Bapak Syahruddin,S.T.,M.T selaku Direktur Politeknik Negeri Medan. 2. Bapak Ir. Gidion Sembiring, M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Medan. 3. Bapak Drs.Infarizal, selaku Kepala Program Studi Teknik Mesin Politeknik Negeri Medan. 4. Bapak Melvin E. Simanjuntak, S.T., M.T. Selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah TPKS 5. Segenap Dosen Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Medan 6. Kedua Orang Tua Penulis yang sudah memberikan dukungan moril maupun materi sehingga terselesaikannya makalah ini.

7. Seluruh Rekan Satu Team Penulis yang sudah memberikan dukungan dan kerja sama

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran pembaca yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan tugas ini.

Medan, 16 april 2012

Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit adalah salah satu komoditi andalan Indonesia yang perkembangannya demikian pesat. Selain produksi minyak kelapa sawit yang tinggi, produk samping atau limbah pabrik kelapa sawit juga tinggi. Secara umum limbah dari pabrik kelapa sawit terdiri atas tiga macam yaitu limbah cair, padat dan gas. Limbah cair pabrik kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon. Pada umumnya, limbah cair industri kelapa sawit mengandung bahan organik yang tinggi sehingga potensial mencemari air tanah dan badan air. Sedangkan limbah padat pabrik kelapa sawit dikelompokan menjadi dua yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dan yang berasal dari basis pengolahan limbah cair. Limbah padat yang berasal dari proses pengolahan berupa Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), cangkang atau tempurung, serabut atau serat, sludge atau lumpur, dan bungkil. TKKS dan lumpur yang tidak tertangani menyebabkan bau busuk, tempat bersarangnya serangga lalat dan potensial menghasilkan air lindi (leachate). Limbah padat yang berasal dari pengolahan limbah cair berupa lumpur aktif yang terbawa oleh hasil pengolahan air limbah B. Rumusan Masalah Pengembangan perkebunan kelapa sawit memiliki dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif yang ditimbulkan antara lain adalah meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan penerimaan devisa negara, memperluas lapangan pekerjaan, meningkatkan produktivitas, dan daya saing, serta memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri. Selain dampak positif ternyata juga memberikan dampak negatif. Secara ekologis sistem monokultur pada

perkebunan kelapa sawit telah merubah ekosistem hutan, hilangnya keanekaragaman hayati dan ekosistem hutan hujan tropis, serta plsama nutfah, sejumlah spesies tumbuhan dan hewan. Selain itu juga mengakibatkan hilangnya sejumlah sumber air, sehingga memicu kekeringan, peningkatan suhu, dan gas rumah kaca yang mendorong terjadinya bencana alam. Secara sosial juga sering menimbulkan terjadinya konflik antara perusahaan dengan masyarakat sekitar baik yang disebabkan oleh konflik kepemilikan lahan atau karena limbah yang dihasilkan oleh industri kelapa sawit. Limbah yang dihasilkan oleh industri kelapa sawit merupakan salah satu bencana yang mengintip, jika pengelolaan limbah tidak dilakukan secara baik dan profesional, mengingat industri kelapa sawit merupakan industri yang sarat dengan residu hasil pengolahan. Dan salah masalah limbah itu ialah limbah padat kelapa sawit, jadi limbah padat kelapa sawit masih dapat diolah agar dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Tingginya kebutuhan energy di suatu PKS juga sering menjadi kendala yang signifikan sehingga limbah padat PKS dapat dijadikan salah alternative sebagai pembangkit listrik di PKS. C. Tujuan Penulisan Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan upaya pengelolaan limbah indsutri kelapa sawit yang baik, sehingga dapat terwujud industri kelapa sawit yang bersih dan berkelanjutan. Pengolahan/pemanfaatan limbah padat kelapa sawit adalah salah satu cara untuk mewujudkan industry kelapa sawit yang bersih dan berkelanjutan serta dapat memenuhi kebutuhan energy listrik di PKS.

BAB II PEMBAHASAN

Pengolahan Limbah Padat Pabrik Kelapa Sawit

Limbah dari pabrik kelapa sawit terbagi dalam dua golongan, yaitu limbah padat (Sludge) dan limbah cair. Limbah padat dari pabrik kelapa sawit merupakan hasil samping dari pengolahan kelapa sawit yang berbentuk padat, antara lain :

1. TandanKosong

Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan salah satu produk samping pabrik kelapa sawit yang jumlahnya sangat melimpah. Dalam satu hari pengolahan bisa dihasilkan ratusan ton TKKS. Diperkirakan saat ini limbah TKKS di Indonesia mencapai 20 juta ton. TKKS tersebut memiliki potensi untuk diolah menjadi berbagai macam produk. Beberapa potensi pemanfaatan TKKS antara lain untuk kompos, pulp, bioetanol, dan lain-lain. Namun, sebelumnya TKKS perlu diolah terlebih dahulu. Berikut cara pengolahan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) :

a. Kompos TKKS yang masih utuh berukuran cukup besar. Ukuran TKKS ini diperkecil dengan menggunakan mesin cacah. Setelah TKKS keluar dari pabrik, langsung dicacah dengan mesin cacah berkapasitas besar. Setelah melewati mesin cacah ini ukuran TKKS menjadi lebih kecil, kurang lebih 5cm. TKKS dengan ukuran seperti ini sudah bisa dimanfaatkan sebagai kompos atau serat.

Kemudian bahan yang telah dicacah ditumpuk memanjang dengan ukuran lebar2,5 m dan tinggi 1 m. Selama proses pengomposan tumpukan tersebut disiram dengan limbah cair yang berasal dari pabrik kelapasawit. Tumpukan dibiarkan diatas semen dan dibiarkan di lantai terbuka selama 6 minggu. Kompos dibolak-balik dengan mesin pembalik. Setelah itu kompos siap untuk dimanfaatkan.

Gambar 2. Mesin Pencacah TTKS dan TTKS setelah melewati mesin pencacah pertama

b. Pulp Pengolahan pulp TKKS untuk papan serat berkerapatan sedang (MDF) menggunakan proses semi-kimia soda panas terbuka, diikuti dengan perendaman dalam larutan alkali pada suhu kamar, dan sesudahnya diolah secara

Gambar 3. Mesin Pulp

mekanis menjadi pulp. Sebelum pembentukan lembaran MDF, pada pulp TKKS ditambahkan bahan pengikat/perekat fenolformaldehida (PF). Mula-mula TKKS dibersihkan, lalu dicacah menjadi ukuran kecil-kecil/serpih, dengan panjang sekitar 2-3 cm, dan kemudian dibiarkan beberapa waktu hingga mencapai kadar air keseimbangan kering udara. Serpih kering udara TKKS kemudian dimasak dalam larutan NaOH teknis konsentrasi 35 gram per liter, perbandingan serpih TKKS dengan larutan pemasak 1:8 (b/v), dan suhu maksimum pemasakan 100C dengan waktu 2 jam. Serpih lunak hasil pemasakan dicuci bersih lalu digiling dalam Holander beater sehingga terbentuk pulp. Lama penggilingan diatur sehingga tercapai derajat kehalusan sekitar 12 15SR. Setelahnya ditentukan rendemen pulp dan diukur dimensi seratnya. Selanjutnya, sebagian dari pulp TKKS direndam dalam larutan alkali dalam empat konsentrasi, yaitu 0, 1, 2, dan 3 persen, pada suhu kamar. Waktu perendaman pada masing masing konsentrasia dalah: 24, 48, dan 72 jam. Masing-masing kombinasi perlakuan waktu perendaman dan konsentrasi alkali diulang dua kali. Setelah perendaman, lalu ditentukan rendemen dan dimensi serat

pulp TKKS. Kemudian, lembaran MDF siap dibentuk dari pulp TKKS. Sebelum pembentukan lembaran pada pulp TKKS ditambahkan bahan perekat/pengikat PF dan pembantu alum (retention aid) masing-masing sebanyak 2 % - 7%.

c. Bioetanol Limbah kelapa sawit (TKKS) diberikan larutan asam sulfat encer berkonsentrasi 1%-3% sebagai bagian dari tahap hidrolisis. Proses pemanasan dalam hidrolisis terbagi dua yaitu pemisahan lignin dan pemisahan lignoselulosa untuk menghasilkan gula.Untuk memecah lignin cacahan kelapa sawit dipanaskan pada suhu 120 MSDUC 170 MDSUC dengan tekanan 4 bar. Proses berlangsung 0,5 1 jam menggunakan perebus oktolaf. .Setelah selesai, hidrolisis berpindah ke oktolaf lain. Proses hidrolisis kedua, dengan suhu 240 MSDUC selama 45 menit. Hasilnya berupa hidrolisat gula terpisah dari kotoran.Proses selanjutnya merupakan proses fermentasi dengan menggunakan mikroba Sacharomycetes cereviceae. Fermentasi dalam fermentor pada pH 5 dan suhu 30MSDUC selama 16-24 jam. Pengadukan dan pemanasan harus kontinu agar suhu dan pH stabil. Rendemen yang diperoleh yaitu sekitar 12%. Maka dari 1 ton limbah kelapa sawit dihasilkan 120 liter bioetanol.

2. Serat Serat merupakan hasil dari pencacahanTKKS yang masih dapat dimanfaat kembali. Serat digunakan sebagai bahan bakar boiler. Selain itu, serat juga dapat dimanfaatkan pada industri mebel dan lain-lain. Contohnya yaitu sofa dimanaisi sofa selain busa adalah serat. Hal ini membuat sofa menjadi awet dan tahan lama. Selain sofa, ada juga keset kaki dll. Sehingga limbah kelapa sawit tidak menyebabkan masalah terhadap masyarakat serta lingkungan

3. Cangkang Cangkang merupakan hasil samping pengolahan kelapa sawit dimana dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler, selain itu dapat juga dijadikan sebagai arang.Yang sangat menggembirakan adalah cangkang, tandan kosong serta serat dapat dijadikan pembangkitl istrik.

Gambar 4. Cangkang

Diagram Alur pemanfaatan TandanKosong, Cangkang, dan Serat menjadi Listrik

Pemanfaatan limbah padat pabrik kelapa sawit sebagai pembangkit listrik Untuk sebuah PKS dengan kapasitas 100 ribu ton tandan buah segar (TBS) per tahun akan dihasilkan sekitar 6 ribu ton cangkang, 12 ribu ton serabut dan 23 ribu ton tandan buah kosong (TBK). Serabut dan cangkang dapat dipakai langsung begitu keluar dari proses produksi sebagai bahan bakar, sedang TBK harus mengalami pengeringan tanpa sinar matahari langsung. Dengan efisiensi pembangkitan sekitar 25%, dapat diperoleh energi listrik sebesar 7,2 8,4 GW(e)h untuk cangkang, 9,2 15,9GW(e)h untuk serabut, dan 30 GW(e)h untuk TBK. Melalui digester anaerob, dapat diperolah biogas dari limbah cairnya.Dengan kapasitas dan asumsi sama, listrik yang dapat dibangkitkan minimal sebesar 1,38 GW(e)h. Untuk kondisi ini kebutuhan listrik untuk produksi adalah sebesar 1,4 - 1,6 GW(e)h. Penanganan limbah dengan baik akan mampu menekan potensi pencemaran lingkungan dan menghasilkan listrik untuk operasional PKS sekaligus kebutuhan di daerah sekitar. Disuatu pabrik kelapa sawit (PKS) Kebutuhan listrik adalah sekitar 14 16 kWh/ton TBS. Untuk keperluan penerangan dan lain-lain waktu pabrik tidak atau belum mulai mengolah dapat dipasang diesel sebagai pembangkit listrik. Diesel juga biasa diinstalasikan sebagai pembangkit cadangan.Pembangkitan energi merupakan salah satu manfaat yang dapat diperoleh dari pengolahan limbah PKS. Pemanfaatan dalam bentuk energi ini berpotensi besar mengingat limbah tersebut masih memiliki nilai kalor yang cukup tinggi.

Pada dasarnya semua limbah padat PKS dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam PKS, yaitu sebagai bahan bakar ketel uap untuk memasok kebutuhan uap panas dan pembangkitan listrik. Limbah serabut dan cangkang dapat dipakai langsung begitu keluar dari proses produksi sebagai bahan bakar. Tergantung pada rancangannya, ketel uap dapat dioperasikan dengan memanfaatkan 100% cangkang, 100% serabut atau kombinasi antara keduanya. Proses konversi energi untuk menghasilkan uap yang diperlukan dalam pembangkitan listrik maupun keperluan proses diperoleh dari pembakaran langsung. Pembakaran merupakan proses oksidasi bahan bakar yang berlangsung secara cepat untuk menghasilkan energi dalam bentuk kalor. Karena bahan bakar biomassa utamanya tersusun dari karbon, hidrogen dan oksigen, maka produk oksidasi utama adalah karbondioksida dan air, meskipun adanya nitrogen terikat juga dapat menjadi sumber emisi oksida nitrogen. Tergantung dari nilai kalor dan kandungan air di bahan bakar, udara yang diperlukan untuk membakar bahan bakar serta konstruksi tanur, suhu pijar dapat melebihi 1650oC. Energi listrik yang dapat dibangkitkan dengan bahan bakar cangkang dan serabut dapat diilustrasikan sebagai berikut. Untuk sebuah PKS dengan kapasitas 100 ribu ton TBS per tahun akan dihasilkan sekitar 6 ribu ton cangkang dan 12 ribu ton serabut. Dengan mengasumsi bahwa efisiensi pembangkitan sekitar 25%, akan diperoleh energi listrik sebesar 7,2 8,4 GW(e)h untuk cangkang dan 9,2 15,9 GW(e)h untuk serabut. Karena kebutuhan listrik untuk produksi adalah sebesar1,4 - 1,6 GW(e)h, PKS mampu mandiri dalam hal pasok energi untuk kebutuhan operasionalnya. TBK pun bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Energi yang dihasilkan dapat dikonversikan menjadi listrik dengan jumlah yang cukup signifikan. Sebagai ilustrasi, sebuah PKS dengan kapasitas 100 ribu ton TBS per tahun menghasilkan sekitar 23 ribu ton TBK yang mampu membangkitkan energi ekuivalen dengan 30 GW(e)h pada tingkat efisiensi konversi 25%. Berbeda dengan limbah serabut dan cangkang, karena kadar airnya yang tinggi (antara 65% -70%), TBK terlebih dahulu

memerlukan proses pengeringan dalam bangsal penyimpanan, tanpa penyinaran matahari langsung. Proses ini memerlukan ruangan yang cukup besar. Itu sebabnya jika TBK hendak dimanfaatkan dalam jumlah banyak untuk pembangkitan listrik, TBK segar dapat dilewatkan lebih dahulu dalam perajang (muncher) untuk kemudian diperas dalam kempa. Sebagai imbalan akan dapat diperoleh kembali minyak dan inti sawit yang tadinya akan hilang sebagai buah yang tertinggal dalam TBK.

Dalam kondisi TBK tidak dipakai untuk keperluan energi karena kadar airnya yang tinggi, limbah padat yang lain (serabut ditambah dengan cangkang) akan menjadi alternatifnya. TBK yang sudah dikeringkan dapat digunakan pula untuk pembakaran permulaan (fire up) sebelum pabrik menghasilkan limbah serabut. Keperluan TBK untuk ini biasanya hanya sedikit, sehingga masih banyak sisanya. Sampai di sini pemanfaatan terpadu limbah PKS memungkinkan dijalankannya mekanisme combined heat and Power (CHP) yang sekaligus menghasilkan uap untuk pabrik minyak kelapa sawit dan listrik untuk disalurkan ke jaringanlistrik di dalam maupun luar PKS, lokal maupun propinsi.

Nilai Kalor Limbah Pabrik Kelapa Sawit : Cangkang : 4105 - 4802 kkal/kg Serat : 2637 - 4554 kkal/kg TBK : 4492 kkal/kg Batang : 4176 kkal/kg Pelepah : 3757 kkal/kg POME : 4695 - 8569 kkal/m3 Sebagai catatan, 1 kkal = 4187 Joule = 1,163 Wh.

Untuk sebuah PKS dengan asumsi kapasitas 100 ribu ton TBS per tahun, dengan memasukkan rentang nilai kalor di atas, maka bisa diperoleh energi antara 1,38 2,52 GW(e)h.

Alternatif lain yang relatif sederhana untuk mendapatkan manfaat energi limbah padat kelapa sawit adalah dengan terlebih dahulu mengolah limbah tersebut menjadi briket arang. Tandan kosong sawit memiliki kandungan air yang tinggi. Ini membuat efisiensi termal TBK rendah dan lagi pembakarannya secara langsung akan menimbulkan polusi asap yang cukup mengganggu. Karena itu pemanfaatan TBK sebagai bahan bakar harus melewati pengolahan terlebih dahulu. Briket arang menjadi bentuk alternatif. Setiap hektar kebun kelapa sawit rata-rata menghasilkan 2 - 5 ton cangkang per tahun, tergantung salah satunya pada produktivitas kebun. Saat ini cangkang dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk boiler dan bahan pengeras jalan sebagai pengganti sirtu (campuran pasir dan batu). Tergantung pada pola dan volume pemanfaatannya, dimungkinkan dijumpainya sisa cangkang dalam jumlah banyak. Sama dengan model pemanfaatan TBK, briket arang juga merupakan salah bentuk alternatif pemanfaatan cangkang.

Briket arang dibuat dengan membakar limbah PKS dalam tungku pengarangan dengan kondisi pembakaran langsung dalam kondisi udara terkontrol. Sifat bahan yang berbeda membuat dibutuhkannya tungku jenis vertikal untuk TBK dan horisontal untuk cangkang. Ini dibutuhkan guna menghasilkan arang bermutu tinggi (Nilai Kalor > 5000 kalori/gram). Arang yang dihasilkan kemudian digiling dengan diberi perekat, misal pati dengan konsentrasi tertentu. Hasil proses tersebut dicetak dengan memakai tekanan hidraulik. Ukuran cetakan dapat disesuaikan dengan

permintaan pasar. Setelah dikeringkan sesuai standar perdagangan, briket tersebut siap dipasarkan. Sebagai ilustrasi singkat, untuk PKS berkapasitas 30 ton tandan buah segar tiap jam akan menghasilkan sekitar 120 ton tandan kosong sawit per hari yang dapat diolah menjadi 25 - 30 ton briket arang (setara dengan 146 175 MW(t)h).

BAB III PENUTUP A. Simpulan Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini disebabkan tingginya permintaan atas Crude Palm Oil (CPO) sebagai sumber minyak nabati dan penyediaan untuk biofuel. Namun industri pengolahan kelapa sawit merupakan industri yang yang sarat dengan residu hasil pengolahan. Jika tidak dilakukan pengolahan secara baik dan profesional, maka limbah industri merupakan sebuah potensi bencana bagi manusia maupun lingkungan. Limbah kelapa sawit masih bisa diolah menjadi berbagai hal yang menguntungkan. Seperti tandan kosong, serat, dan cangkang masih bisa diolah dan dimanfaatkan menjadi bahan bakar boiler dan sumber energi di PKS. Dari hasil ini terlihat bahwa begitu besar manfaat limbah pabrik kelapa sawit yang selama ini terkadang hanya terbuang percuma dan malah sering merusak ekosistem sekitarnya jika tidak diolah dengan baik. Bahkan krisis energi yang sekarang lagi kita alami dapat terkurangi dengan adanya pemanfaatan limbah ini.

B. Saran Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat dikemukan saran-saran sebagai berikut: 1. Diperlukan penelitian-penelitian lanjutan teknologi pengelolaan limbah industri kelapa sawit, sehingga limbah yang dihasilkan secara maksimal dapat dimanfaatkan (zero waste). 2. Diperlukan penyusunan kebijakan pengelolaan industri kelapa sawit yang ramah lingkungan dan lestari.

Anda mungkin juga menyukai