1. LATAR BELAKANG
Perkembangan bisnis dan investasi kelapa sawit dalam beberapa tahun terakhir
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Permintaan atas minyak nabati dan penyediaan
biofuel telah mendorong peningkatan permintaan minyak nabati yang bersumber dari crude
palm oil (CPO) yang berasal dari kelapa sawit. Hal ini disebabkan tanaman kelapa sawit
memiliki potensi menghasilkan minyak sekitar 7 ton/hektar lebih tinggi dibandingkan dengan
kedelai yang hanya 3 ton/hektar. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam
pengembangan perkebunan dan industri kelapa sawit karena memiliki potensi cadangan lahan
yang cukup luas, ketersediaan tenaga kerja, dan kesesuaian agroklimat.
Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen pencemaran yang terdiri
dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat. Limbah industri
dapat digolongkan kedalam tiga golongan yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah gas
yang dapat mencemari lingkungan. Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh PMKS berkisar
antara 600-700 liter/ton tandan buah segar (TBS). Limbah ini merupakan sumber pencemaran
yang potensial bagi manusia dan lingkungan, sehingga pabrik dituntut untuk mengolah
limbah melalui pendekatan teknologi pengolahan limbah (end of the pipe). Diantara upaya
tersebut adalah pemanfaatan limbah cair PMKS dengan proses digester anaerob untuk
memproduksi biogas.
2. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian tentang kelapa sawit
2. Menjelaskan manfaat limbah kelapa sawit
3. Menjelaskan dampak dari limbah kelapa sawit
4. Menjelaskan cara pengolahan limbah kelapa sawit
Penanganan Limbah Kelapasawit Dan
Manfaat Limbah Kelapa Sawit
1. PENGERTIAN
Definisi limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen
penyebab pencemaran terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi
masyarakat.
Limbah industri kebanyakan menghasilkan limbah yang bersifat cair atau padat
yang masih kaya dengan zat organik yang mudah mengalami peruraian. Kebanyakan industri
yang ada membuang limbahnya ke perairan terbuka, sehingga dalam waktu yang relatif
singkat akan terjadi bau busuk sebagai akibat terjadinya fermentasi limbah.
Kelapa sawit adalah salah satu komoditi andalan Indonesia yang
perkembangannya demikian pesat. Selain produksi minyak kelapa sawit yang tinggi, produk
samping atau limbah pabrik kelapa sawit juga tinggi. Secara umum limbah dari pabrik kelapa
sawit terdiri atas tiga macam yaitu limbah cair, padat dan gas. Limbah cair pabrik kelapa
sawit berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari
hidrosiklon. Pada umumnya, limbah cair industri kelapa sawit mengandung bahan organik
yang tinggi sehingga potensial mencemari air tanah dan badan air. Sedangkan limbah padat
pabrik kelapa sawit dikelompokan menjadi dua yaitu limbah yang berasal dari proses
pengolahan dan yang berasal dari basis pengolahan limbah cair. Limbah padat yang berasal
dari proses pengolahan berupa Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), cangkang atau
tempurung, serabut atau serat, sludge atau lumpur, dan bungkil. TKKS dan lumpur yang tidak
tertangani menyebabkan bau busuk, tempat bersarangnya serangga lalat dan potensial
menghasilkan air lindi (leachate). Limbah padat yang berasal dari pengolahan limbah cair
berupa lumpur aktif yang terbawa oleh hasil pengolahan air limbah.
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak,
minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Indonesia merupakan negara penghasil
minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Di Indonesia penyebarannya di daerah
Aceh, Pantai Timur, Sumatera, Jawa, dan Sulawesi.
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di
daerah tropis. Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0 – 500 m dari permukaan laut
dengan kelembaban 80% – 90%. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Sawit membutuhkan
iklim dengan curah hujan stabil. 2000 – 2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang
air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan mempengaruhi
perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.
Penanganan Limbah Kelapasawit Dan
Manfaat Limbah Kelapa Sawit
Tandan kosong kelapa sawit daoat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik
yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. Tandan
kosong kelapa sawit mencapai 23% dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut
sebagai alternatif pupuk organik juga akan memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi.
Ada beberapa alternatif pemanfaatan TKKS yang dapat dilakukan sebagai berikut :
a.Pupuk Kompos
Pupuk kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami proses fermentasi
atau dekomposisi yang dilakukan oleh micro-organisme. Pada prinsipnya pengomposan
TKSS untuk menurunkan nisbah C / N yang terkandung dalam tandan agar mendekati nisbah
C / N tanah. Nisbah C / N yang mendekati nibah C / N tanah akan mudah diserap oleh
tanaman.
b. Pupuk Kalium
Tandan kosong kelapa sawit sebagai limbah padat dapat dibakar dan akan
menghasilkan abu tandan. Abu tandan tersebut ternyata memiliki kandungan 30-40%, K2O,
7%P2O5, 9%CaO, dan 3%MgO. Selain itu juga mengandung unsur hara mikro yaitu
1.200ppmFe, 1.00 ppm Mn, 400 ppmZn, dan 100 ppmCu. Sebagai gambaran umum bahwa
pabrik yang mengolah kelapa sawit dengan kapasitas 1200 ton TBS/ hari akan menghasilkan
abu tandan sebesar 10,8%/hari. Setara dengan 5,8 ton KCL; 2,2 ton kiersit; dan 0,7ton TSP.
dengan penambahan polimer tertentu pada abu tandan dapat dibuat pupuk butiran berkadar
K2O 30-38% dengan pH 8 – 9.
c. Bahan Serat
Tandan kosong kelapa sawit juga menghasilkan serat kuat yang dapat digunakan
untuk berbagai hal, diantaranya serat berkaret sebagai bahan pengisi jok mobil dan matras,
polipot (pot kecil, papan ukuran kecil dan bahan pengepak industri.
2. Tempurung buah sawit untuk arang aktif
Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa
sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak. Arang aktif juga dapat
dimanfaatkan oleh berbagai industri. Antara lain industri minyak, karet, gula, dan farmasi.
Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi dari impor.
Padahal potensi untuk menghasilkan pulp di dalam negeri cukup besar. Salah satu alternatif
itu adalah dengan memanfaatkan batang dan tandan kosong kelapa sawit untuk digunakan
bahan pulp kertas dan papan serat.
4. Batang kelapa sawit untuk perabot dan papan artikel
Batang kelapa sawit yang sudah tua tidak produktif lagi, dapat dimanfaatkan
menjadi produk yang bernilai tinggi. Batang kelapa sawit tersebut dapat dibuat sebagai bahan
perabot rumah tangga seperti mebel, furniture,atau sebagai papan partikel. Dari setiapbatang
kelapa sawit dapat diperoleh kayu sebanyak 0.34 m3.
5. Batang dan pelepah sawit untuk pakan ternak
Batang dan pelepah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada prinsipnya
terdapat tiga cara pengolahan batang kelapa sawit untuk dijadikan pakan ternak, yaitu
pertama pengolahan menjadi silase, kedua dengan perlakuan NaOH dan yang ketiga adalah
pengolahan dengan menggunakan uap.
Peningkatan produksi dan konsumsi dunia terhadap minyak sawit secara langsung
dapat meningkatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pada proses produksi minyak sawit
limbah berwujud padat, cair, dan gas dihasilkan dari berbagai stasiun kerja dari pabrik. Setiap
ton tandan buah segar (TBS) yang diolah men jadi efluen sebanyak 600 liter. Limbah tersebut
berdampak negatif terhadap lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Dewasa ini mulai
diperkenalkan pengelolaan lingkungan yang bersifat pencegahan terhadap sumber-sumber
dihasilkan limbah, seperti eco-efficient, pollution prevention, waste minimization, waste
minimization atau source reduction. United Nation Environment Programme (UNEP)
menggunakan istilah cleaner production atau produksi bersih sebagai upaya preventif dan
intregrasi yang dilaksanakan secara berkesinambunan terhadap proses dan jasa untuk
meningkatkan efisiensi dan mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan.
dapat dilihat potensi produk-produk sampingan seperti tandan kosong, pelepah dan batang,
serta limbah padat dan limbah cair. Industri minyak kelapa sawit merupakan salah satu
industri strategis, berkembang di Negara Negara tropis seperti Indonesia, Malaysia dan
Thailand. Perkembangan industri minyak kelapa sawit saat ini sangat pesat, dimana terjadi
peningkatan jumlah produksi kelapa sawit seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat.
Dengan besarnya produksi yang mampu dihasilkan berdampak positif bagi perekenomian
Indonesia. Di masa akan datang, industri minyak kelapa sawit ini dapat diharapkan menjadi
motor pertumbuhan ekonomi nasional.
Namun seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, dampak positif
dari perkembangan Seperti sektor agroindustri umumnya dan perkebunan kelapa sawit
khususnya, juga diikuti oleh dampak negative terhadap lingkungan akibat dihasilkannya
limbah cair, padat dan gas dari kegiatan kebun dan Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Untuk itu
tindakan pencegahan dan penanggulangan dampak negatif dari kegiatan PerkebunanKelapa
Sawit dan PKS harus dilakukan dan sekaligus meningkatkan dampak positifnya.
kemudian dimasukkan ke dalam Fat Pit. Tandan buah yang sudah direbus dimasukan ke
dalam Threser dengan menggunakan Hoisting Crane.
2. Perontokan Buah dari Tandan
Padatahapan ini, buah yang masih melekat pada tandannya akan dipisahkan
dengan menggunakan prinsip bantingan sehingga buah tersebut terlepas kemudian ditampung
dan dibawa oleh Fit Conveyor ke Digester. Tujuannya untuk memisahkan brondolan (fruilet)
dari tangkai tandan. Alat yang digunakan disebut thresher dengan drum berputar (rotari drum
thresher). Hasil stripping tidak selalu 100%, artinya masih ada brondolan yang melekat pada
tangkai tandan, hal ini yang disebut dengan USB (Unstripped Bunch). Untuk
mengatasi hal ini, maka dipakai sistem “Double Threshing”. Sisitem ini bekerja dengan cara
janjang kosong/EFB (Empty Fruit Bunch) dan USB yang keluar dari thresher pertama, tidak
langsung dibuang, tetapi masuk ke threser kedua yang selanjutnya EFB dibawa ketempat
pembakaran (incinerator) dan dimanfaatkan sebagai produk samping.
3. Pengolahan Minyak dari Daging Buah
Brondolan buah (buah lepas) yang dibawa oleh Fruit Conveyor dimasukkan ke
dalam Digester atau peralatan pengaduk. Di dalam alat ini dimaksudkan supaya buah terlepas
dari biji. Dalam proses pengadukan (Digester) ini digunakan uap air yang temperaturnya
selalu dijaga agar stabil antara 80° – 90°C. Setelah massa buah dari proses pengadukan
selesai kemudian dimasukkan ke dalam alat pengepresan (Scew Press) agar minyak keluar
dari biji dan fibre.Untuk proses pengepresan ini perlu tambahan panas sekitar 10% s/d 15%
terhadap kapasitas pengepresan. Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan
ampas serta biji.Sebelum minyak kasar tersebut ditampung pada Crude Oil Tank, harus
dilakukan pemisahan kandungan pasirnya pada Sand Trap yang kemudian dilakukan
penyaringan (Vibrating Screen). Sedangkan ampas dan biji yang masih mengandung minyak
(oil sludge) dikirim ke pemisahan ampas dan biji (Depericarper). Dalam proses penyaringan
minyak kasar tersebut perlu ditambahkan air panas untuk melancarkan penyaringan minyak
tersebut. Minyak kasar (Crude Oil) kemudian dipompakan ke dalam Decenter guna
memisahkan Solid dan Liquid. Pada fase cair yang berupa minyak, air dan masa janis ringan
ditampung pada Countnuous Settling Tank, minyak dialirkan ke oil tank dan pada fase berat
(sludge) yang terdiri dari air dan padatan terlarut ditampung ke dalam Sludge Tank yang
kemudian dialirkan ke Sludge Separator untuk memisahkan minyaknya.
4. Proses Pemurnian Minyak
Penanganan Limbah Kelapasawit Dan
Manfaat Limbah Kelapa Sawit
Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam Oil Purifer untuk memisahkan
kotoran/solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan ke Vacuum Drier untuk
memisahkan air sampai pada batas standard. Kemudian melalui Sarvo Balance, maka minyak
sawit dipompakan ke tangki timbun (Oil Storage Tank).
2. Jenis dan Potensi Limbah Kelapa Sawit
Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang terdiri dari
Tandan Kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah cair yang terjadi pada in
housekeeping. Limbah padat dan limbah cair pada generasi berikutnya dapat dilihat pada
Gambar 2. Pada Gambar tersebut terlihat bahwa limbah yang terjadi pada generasi pertama
dapat dimanfaatkan dan terjadi limbah berikutnya. Terlihat potensi limbah yang dapat
dimanfaatkan sehingga mempunyai nilai ekonomi yang tidak sedikit. Salah satunya adalah
potensi limbah dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara yang mampu menggantikan
pupuk sintetis (Urea, TSP dan lain-lain).
Limbah padat Tandan Kosong (TKS) merupakan limbah padat yang jumlahnya
cukup besar yaitu sekitar 6 juta ton yang tercatat pada tahun 2004, namun pemanfaatannya
masih terbatas. Limbah tersebut selama ini dibakar dan sebagian ditebarkan di lapangan
sebagai mulsa. Persentase Tankos terhadap TBS sekitar 20% dan setiap ton Tankos
mengandung unsure hara N, P, K, dan Mg berturut-turut setara dengan 3 Kg Urea; 0,6 Kg
CIRP; 12 Kg MOP; dan 2 Kg Kieserit. Dengan demikian dari satu unit PKS kapasitas olah 30
ton TBS/jam atau 600 ton TBS/hari akan menghasilkan pupuk N, P, K, dan Mg berturut-turut
setara dengan 360 Kg Urea, 72 Kg CIRP; 1.440 Kg MOP; dan 240 Kg Kiserit (Lubis dan
Tobing, 1989). Sedangkan limbah padat seperti cangkang dan serat sebesar 1,73 juta ton dan
3,74 juta ton.
· Kondensat dari depericarper, yaitu untuk memisahkan sisa minyak yang terikut
bersama batok/cangkang
· Hasil kondensasi uap air pada unit penampung biji/inti. Injeksi uap kedalam unit
penampung biji bertujuan memisahkan sisa minyak dan mempermudah pemecahan batok
maupun inti pada unit pemecah biji
· Kondensasi uap air yang berada pada unit penampung atau penyimpan inti
· Penambahan air pada hydrocyclone yang bertujuan mempermudah pemisahan serat
dari cangkang.
· Penambahan air panas dari saringan getar, yaitu untuk memisahkan sisaminyak dari
ampas.
Limbah cair kelapa sawit mengandung konsentrasi bahan organik yang relatif
tinggi dan secara alamiah dapat mengalami penguraian oleh mikroorganisme menjadi
senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Limbah cair kelapa sawit umumnya berwarna
kecoklatan, mengandung padatan terlarut dan tersuspensi berupa koloid dan residu minyak
dengan kandungan BOD tinggi. Berdasarkan hasil analisa pada tabel 1 menunjukkan bahwa
limbah cair industri kelapa sawit bila dibuang kepengairan sangat berpotensi untuk
mencemari lingkungan, sehingga harus diolah terlebih dahulu sebelum di buang keperairan.
Pada umumnya industri kelapa sawit yang berskala besar telah mempunyai pengolahan
limbah cair.
aerobik menunjukkan penurunaan kadar BOD dan Kadar COD adalah sebesar 15 %,
yaituBerdasarkan hasil analisa diatas menunjukkan bahwa air hasil olahan telah dapat
dibuang ke perairan , tetapi tidak dapat digunakan sebagai air proses dikarenakan air hasil
olahan tersebut masih mempunyai warna kecoklatan.
terdiri dari trigliserida – trigliserida (mempunyai kandungan terbanyak dalam minyak nabati),
asam lemak bebas /FFA, monogliserida, dan digliserida, serta beberapa komponen –
komponen lain seperti phosphoglycerides, vitamin, mineral, atau sulfur.Salah satu alternatif
pengolahan CPO parit adalah dengan mengolahnya menjadi biodiesel. Pembuatan biodiesel
dengan bahan baku CPO parit sebagai sumber energi terbarukan adalah suatu pemanfaatan
yang relatif baru. Hal ini dapat menjadi solusi akan krisis energi saat ini, mengingat
penggunaan CPO menjadi biodiesel sebagai alternatif energi terbaharukan cukup
mengganggu pasokan untuk keperluan industri lain yang berbasiskan CPO misalnya industri
minyak goreng, margarin, surfaktan, industri kertas, industri polimer dan industri kosmetik.
katalis yang digunakan adalah 1% dari trigliserida (Warta PPKS, 2008). Kadar KOH yang
digunakan untuk reaksi ini adalah 99% (% b) yang biasa dijual di pasar-pasar bahan kimia.
Semakin tinggi kemurnian dari bahan yang digunakan akan meningkatkan hasil yang dicapai
dengan kualitas yang tinggi pula. Hal ini berhubungan erat dengan kadar air pada reaksi
transesterifikasi. Adanya air dalam reaksi akan mengganggu jalannya reaksi transesterifikasi.
Lama reaksi transesterifikasi adalah 1 jam, suhu 630C dengan yield 98% (Warta PPKS,
2008). Hasil reaksi transesterifikasi I dimasukkan terlebih dahulu ke sentrifuse sebelum
diumpankan ke reaktor transesterifikasi II. Di sini terjadi lagi pemisahan antara lapisan atas
berupa metil ester, sisa FFA, sisa trigliserida, dan sisa metanol dengan lapisan bawah yaitu
gliserol, air, dan katalis asam maupun basa.Kemudian proses dilanjutkan ke tahap pencucian
biodiesel. Temperatur air pencucian yang digunakan sekitar 60°C dan jumlah air yang
digunakan 30% dari metil ester yang akan dicuci. Tujuan pencucian itu sendiri adalah agar
senyawa yang tidak diperlukan (sisa gliserol, sisa metanol, dan lain-lain) larut dalam air.
Kemudian hasil pencucian dimasukkan ke dalam centrifuge untuk memisahkan air dan metal
ester berdasarkan berat jenisnya.Selanjutnya adalah proses pengeringan metil ester dengan
menggunakan evaporator yang bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur di dalam
metal ester. Pengeringan dilakukan lebih kurang selama 15 menit dengan temperature 105°C.
Keluaran evaporator didinginkan untuk disimpan ke dalam tangki penyimpanan biodiesel.
kapasitas 3 m3. Waktu fermentasi berlangsung cukup lama yaitu antara 14-21 hari dengan
menggunakan bakteri mesofil dan termofil. Tromol diputar selama 5-7 jam perhari dengan
kecepatan 2-3 rpm, dan suhu fermentasi antara 45-60oC. Pemutaran tromol bertujuan untuk
mempercepat homogenasi dan penguraian bahan organik majemuk menjadi bahan organik
sederhana. Setelah fermentasi, dan limbah mengalami biodegradasi menjadi kompos, lalu
dikeluar-kan dari dalam tromol, dan selanjutnya ditimbun dengan ketinggian 1 meter, atau
volume 1 m3. Tinggi rendahnya timbunan ini berpengaruh terhadap suhu fermentasi selama
penimbunan. Fermentasi di tempat terbuka ini masih berlangsung antara 5-7 hari pada suhu
antara 60-70°C. Selanjutnya timbunan kompos ditebarkan pada hamparan yang cukup luas
untuk menurunkan suhunya, dan diayak dengan ukuran tertentu dan dikering anginkan.
b. Pembuatan Papan Partikel dari Sabut Kelapa Sawit
Sabut kelapa sawit merupakan salah satu limbah terbesar yang dihasilkan dalam
proses pengolahan minyak sawit. Kebanyakan limbah berupa sabut ini biasanya hanya
dijadikan bahan bakar, dibuang atau ditimbun di dalam tanah saja. Sabut kelapa sawit ini bisa
dijadikan sebagai bahan pembuatan papan partikel yang berarti bisa mengatasi masalah
pembuangan limbah sabut kelapa sawit sekaligus memberikan nilai tambah secara ekonomi.
MInyak yang terdapat pada sabut kelapa sawit dapat mengganggu proses perekatan dalam
pembuatan papan partikel. Oleh karena situ kadar minyak harus dikurangi seminimal
mungkin. Pengurangan kadar minyak dapat dilakukan salah satunya dengan memasak sabut
kelapa sawit dalam larutan NaOH 10% selama 1 jam. Tahapan Pembuatan Papan Partikel
Sebagai berikut:
· Serat dari sabut kelapa sawit yang akan digunakan dalam pembuatan papan partikel
baik yang belum mengalami proses pengurangan kadar minyak ataupun yang sudah
mengalami proses pengurangan kadar minyak, dibilas dan dicuci sampai bersih dan
dikeringanginkan hingga kadar air maksimal 10%.
· Timbang sabut kelapa sawit sesuai kebutuhan.
· Perekat diteteskan sedikit demi sedikit pada sabut kelapa sawit dan diaduk secara
merata. Masukan adonan ke dalam cetakan di atas plat besi dan dipa-datkan secara merata.
· Kemudian ditambahkan semen ke serat yang telah dibasahi tersebut, kemudian diaduk
dengan cepat sampai campuran kelihatan homogen dan sempurna.
· Campuran tersebut kemudian dimasukan ke dalam cetakan yang telah diolesi dengan
minyak pelumas, kemudian dikempa sampai tercapai tebal papan 1,2 cm.
· Papan dikempa selama 24 jam
Penanganan Limbah Kelapasawit Dan
Manfaat Limbah Kelapa Sawit
· Papan yang dihasilkan dibiarkan dalam ruangan yang sirkulasi udaranya baik selama
28 hari.
c. Pembuatan Pulp dari Sabut Kelapa Sawit
Kertas adalah salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan modern. Peranannya
sangat penting baik dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan kebudayaan maupun untuk
keperluan industri, rumahtangga serta keperluan lain yang sesuai dengan kemajuan zaman.
Pemanfaatan sabut kelapa sawit merupakan alternatif bahan baku bagi pabrik-pabrik kertas
untuk hasilkan kertas HVS, doorslag, manila, karton, duplicator/cycto style dll. Tahapan
Pembuatan :
· Sediakan sabut kelapa sawit kurang lebih 0,5 kg yang bersih dari daunnya.
· Potong sabut kelapa sawit dengan ukuran panjang 3 cm.
· Ambil kurang lebih 5 gr sabut kelapa sawit yang telah bersih kemudian dipotong halus
dengan pisau.
· Timbang berat sabut kelapa sawit yang telah dihaluskan tadi dengan ketelitian 4
desimal.
· Tentukan kadar air dengan metode Oven (dipanaskan sekaligus selama 4 jam dan
ditimbang beratnya).
· Hitung kadar air bahan dan persentase Berat Bahan Kering (BBK).
· Ambil serabut kelapa yang tersedia dari sabut kelapa sawit yang bersih (point 1).
· Hitung kebutuhan NaOH yaitu 12% dari BBK.
· Hitung kebutuhan air untuk pemasakan jika perbandingan bahan (BBK) dengan air
(ratio pemasakan) 1 : 10.
· Hitung kebutuhan air yang ditambahkan yaitu kebutuhan air sesungguhnya dikurangi
dengan air dalam bahan.
· Larutkan NaOH yang telah dipersiapkan ke dalam air (point 10).
· Masak sabut kelapa sawit (point 7) di dalam larutan NaOH selama 3,5 jam dalam
suasana mendidih.
· Cuci pulp yang diperoleh sampai netral.
· Saring
· Peras air yang masih ada dalam pulp sekaligus pulp yang didapat dijadikan 1
gumpalan.
· Timbang gumpalan pulp tersebut (ketelitian dua desimal).
Penanganan Limbah Kelapasawit Dan
Manfaat Limbah Kelapa Sawit
· Ambil 10 gr dari gumpalan pulp dan keringkan dalam Oven 105oC (selama 4 jam/berat
konstan). Hitung BBK yang diperoleh dalam persentase
· Dengan bantuan angka pada point di atas dapat diketahui berat pulp yang diperoleh
sesungguhnya pada point 16.
d. Pembuatan Arang Aktif dari Cangkang Kelapa Sawit
· Proses Karbonasi
Tujuan: untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam bentuk unsur-
unsur non karbon, hidrogen dan oksigen.
1. Cangkang kelapa sawit yang sudah kering dimasukkan kedalam drum atau kaleng yang
telah dibuang tutup bagian atasnya dan diberi lubang sebanyak 4 buah dengan jarak yang
sama pada tutup bagian bawahnya.
2. Ukuran lubang harus cukup besar agar memungkinkan udara masuk.
3. Drum ditempatkan pada 2 pipa di atas tanah dan dibakar.
4. Selama api menyala ditambahkan cangkang sawit sedikit demi sedikit sampai setingga
permukaan drum atau kaleng.
5. Penambahan dilakukan dengan api yang menyala kecil.
6. Setelah itu drum/kaleng ditutup dengan pelepah pisang atau karung basah dan dilapisi
dengan penutup dari logam yang ditutupkan rapat.
7. Biarkan sampai menjadi dingin selama semalam.
Proses karbonasi dipengaruhi oleh pemanasan dan tekanan. Semakin cepat pemanasan
semakin sukar diamati tahap karbonasi dan rendemen arang yang dihasilkan lebih rendah
sedangkan semakin tinggi tekanan semakin besar rendemen arang.
· Proses Aktifasi
Tujuan: Untuk meningkatkan keaktifan dengan adsorbsi karbon dengan cara
menghilangkan senyawa karbon pada permukaan karbon yang tidak dapat dihilangkan pada
proses karbonasi. Proses aktifasi dapat dilakukan secara kimia menggunakan aktifator HNO3
1% atau dapat juga dilakukan proses dehidrasi dengan garam mineral seperti MgCL2 10%
dan ZnCl2 10%.
1. Arang hasil pembakaran dihaluskan dan diayak dengan ukuran 150µm.
2. Untuk aktifasi atau menghilangkan ion logam yang terdapat pada arang cangkang sawit,
material direndam dengan HNO3 1% atau MgCL2 10% dan ZnCl2 10% selama 3 jam.
3. Kemudian dicuci dengan aquades hingga pH netral.
4. Dikeringkan pada temperatur kamar 1 minggu sebelum digunakan.
Penanganan Limbah Kelapasawit Dan
Manfaat Limbah Kelapa Sawit
Manfaat arang aktif diantaranya adalah : Bahan bakar alternative, Zat penghilang bau,
Pengontrol kelembaban yang efektif, Industri rumah tangga, Pemanasan di industri
peternakan
mengandung sellulosa, hemisellulosa dan lignin. Diperkirakan 24% dari total biomassa
tandan kosong tersusun atas xylan, polimer gula yang tediri dari gula pentose yaitu xylose.
Xylosa dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan senyawa lain melalui proses
kimia dan bioteknologi,salah satunya adalah xylitol. Penggunaan xylitol sangat luas, mulai
dari industri pangan (sebagai pemanis alternative untuk penderita diabetes), sebagai
antikariogenik dalam formula pasta gigi,sebagai lapisan pembungkus tablet vitamin,dan
sebagainya.Pembuatan xylose dengan cara hirolisis asam,yaitu merendam tandan kosong
kelapa sawit dengan H2SO4 dengan konsentrasi,suhu dan waktu tertentu. Setelah reaksi
selesai,padatan yang dihasilkan dipisahkan dari liquid dengan cara filtrasi. Disebutkan bahwa
kondisi optimum yang menghasilkan yield xylose terbanyak adalah pada suhu 119°C, waktu
hidrolisis 60 menit,dengan konsentrasi asam sulfat 2%