Anda di halaman 1dari 50

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

PABRIK KELAPA SAWIT


Pengertian Limbah dan Sawit
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu
proses produksi baik industri maupun domestik
(rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim,
disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan
Ada sampah, ada air kakus(black water), dan ada air
buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya
(grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang
seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena
tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara
kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa
organik dan Senyawa anorganik
Limbah industri
Berdasarkan karakteristiknya limbah industri
dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas
pencemar air. Komponen pencemaran air
pada umumnya terdiri dari bahan buangan
padat, bahan buangan organik dan bahan
buangan anorganik
Limbah padat
Limbah gas dan partikel
Limbah B3 (Bahan Berbahaya
dan Beracun)
Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan
dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga,
industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat
berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini
ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan
berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung
maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan
hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah B3
antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak
digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan
oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus.
Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih
karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif,
beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila
diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.
Kelapa sawit

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Liliopsida

Ordo: Arecales

Famili: Arecaceae

Genus: Elaeis
Jacq.

Species

Elaeis guineensis
Elaeis oleifera
Kelapa sawit
Kelapa sawit (Elaeis) adalah
tumbuhan industri penting
penghasil minyak masak,
minyak industri, maupun bahan
bakar (biodiesel).
Perkebunannya menghasilkan
keuntungan besar sehingga
banyak hutan dan perkebunan
lama dikonversi menjadi
perkebunan kelapa sawit.
Indonesia adalah penghasil
minyak kelapa sawit terbesar di
dunia. Di Indonesia
penyebarannya di daerah Aceh,
pantai timur Sumatra, Jawa, dan
Sulawesi.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari
hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang
digunakan.
Buah terdiri dari tiga Inti sawit (kernel, yang
sebetulnya adalah biji)
lapisan: merupakan endosperma
Eksoskarp, bagian dan embrio dengan
kulit buah berwarna kandungan minyak inti
berkualitas tinggi.
kemerahan dan licin.
Kelapa sawit berkembang
Mesoskarp, serabut biak dengan cara generatif.
buah Buah sawit matang pada
kondisi tertentu embrionya
Endoskarp, cangkang akan berkecambah
pelindung inti menghasilkan tunas
(plumula) dan bakal akar
(radikula).
Syarat hidup
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar.
Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah
tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh
sempurna di ketinggian 0-500 m dari
permukaan laut dengan kelembaban 80-90%.
Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan
stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah
yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak
kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan
tahunan memengaruhi perilaku pembungaan
dan produksi buah sawit
Tipe kelapa sawit
Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua
jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama
yang terluas dibudidayakan orang. dari kedua
species kelapa sawit ini memiliki keunggulan
masing-masing. E. guineensis memiliki produksi
yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi
tanaman yang rendah. banyak orang sedang
menyilangkan kedua species ini untuk
mendapatkan species yang tinggi produksi dan
gampang dipanen. E. oleifera sekarang mulai
dibudidayakan pula untuk menambah
keanekaragaman sumber daya genetik.
Hasil tanaman
Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan,
margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit
dan industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk
begitu beragam peruntukannya karena keunggulan sifat yang
dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi,
mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan
pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan
tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.
Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit
adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak
kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak
goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak
nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol,
dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga
diolah menjadi bahan baku margarin.
Dampak Positif dan Negatif dari limbah
sawit terhadap lingkungan
a. Dampak negatif
Limbah yang dihasilkan dalam pengolahan buah sawit berupa : tandan buah kosong, serat
buah perasan, lumpur sawit (solid decanter), cangkang sawit, dan bungkil sawit. Limbah
sawit yang dihasilkan pabrik pengolahan sawit yang cukup besar tersebut akan menjadi
masalah besar yang dapat merupakan ancaman pencemaran lingkungan, apabila tidak
dikelola dengan baik.
Tandan kosong
Tandan kosong merupakan limbah yang paling banyak dihasilkan oleh pabrik pengolahan
sawit. Bahan ini mempunyai kandungan protein 3,7%,, teksturnya keras seperd kayu.
Serat perasan buah
Serat sisa perasan buah sawit merupakan serabut berbentuk seperti benang. Bahan ini
mengandung protein kasar sekitar 4% dan serat kasar 36% (lignin 26%)
Lumpur sawit
Dalam proses pengolahan minyak sawit (CPO) dihasilkan limbah cairan yang sangat
banyak, yaitu sekitar 2,5 m3/ton CPO yang dihasilkan. Limbah ini mengandung bahan
pencemar yang sangat tinggi, yaitu. biochemical oxygen demand (BOD) sekitar 20.000-
60.000 mg/l (Wenten, 2004). Pengurangan bahan padatan dari cairan ini dilakukan dengan
menggunakan suatu alat decanter, yang menghasilkan solid decanter atau lumpur sawit.
Bahan padatan ini berbentuk seperti lumpur, dengan kandungan air sekitar 75%, protein
kasar 11,14% dan lemak kasar 10,14%. Kandungan air yang cukup tinggi, menyebabkan
bahan ini mudah busuk.
Dampak Positif
Limbah hasil industri kelapa sawit juga dapat
dimanfaatkan menjadi:
Pakan ternak sapi
Industri kelapa sawit menghasilkan limbah yang
berpotensi sebagai pakan ternak, seperti bungkil inti
sawit, serat perasan buah, tandan buah kosong, dan solid
Solid merupakan salah satu limbah padat dari hasil
pengolahan minyak sawit kasar. Limbah ini dikenal
sebagai lumpur sawit, namun solid biasanya sudah
dipisahkan dengan cairannya sehingga merupakan limbah
padat.
Biogas
Produksi biogas melalui proses digester anaerob
Beberapa karakter dan air limbah dan
proses
pembuatan CPO yang merupakan sumber
air limbah yang utama.
1. Fluktuasi volume alirnya besar
Pada proses pembuatan CPO dengan tekanan uap, maka
pengolahan TBS merupakan sistem batch tak kontinu,
sehingga air limbah
dihasilkan tiap 1 batch.

Contohnya, pada perebusan TBS, waktu


pengolahan 90 menit, sehingga air limbah (kondensat) juga
akan dibuang
dari proses ini tiap 90 menit. Dengan catatan, bila ada 3 unit
ketel
pemanas pada fasilitas yang sama, air limbah akan dibuang
tiap 30 menit.
2. Mutu air limbah berubah

Karena dioperasikan dengan sistem batch,


timing pembuangan air
limbah dari tiap proses adalah berbeda,
dan sulitnya air limbah menjadi
homogen karena banyak mengandung
unsur polutan/minyak, maka mutu
air limbah mudah berubah-ubah. Selain itu,
kelapa sawit sebagai bahan
baku juga adalah hasil pertanian yang
berdampak ke mutu air limbah.
3. Kadar minyaknya tinggi, dan nilai BOD/COD
sangat tinggi
Kondensat dari proses pemasakan TBS bersuhu
tinggi diatas 90C,
dan merupakan air limbah dengan nilai BOD tinggi
dan berkadar minyak
tinggi. Selain itu, dari proses digesting, eksraksi &
purifikasi, air panas
ditambahkan guna pemurnian, sehingga banyak
dibuang air limbah
mengandung minyak yang mengandung sludge
(padatan organik) berasal
dari TBS pada konsentrasi tinggi.
Proses produksi CPO memiliki beberapa
tahap

Perebusan

Perontokan Buah
dari Tandan

Pengolahan
Minyak dari Daging
Buah
Proses
Pemurnian
Minyak
Manfaat Kelapa Sawit
1. TKKS untuk pupuk organik
Tandan kosong kelapa sawit daoat dimanfaatkan sebagai
sumber pupuk organik yang memiliki kandungan unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. Tandan kosong kelapa sawit
mencapai 23% dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut
sebagai alternatif pupuk organik juga akan memberikan manfaat lain dari
sisi ekonomi.
Ada beberapa alternatif pemanfaatan TKKS yang dapat dilakukan sebagai
berikut :
a.Pupuk Kompos
Pupuk kompos merupakan bahan organik yang telah
mengalami proses fermentasi atau dekomposisi yang dilakukan oleh micro-
organisme. Pada prinsipnya pengomposan TKSS untuk menurunkan nisbah
C / N yang terkandung dalam tandan agar mendekati nisbah C / N tanah.
Nisbah C / N yang mendekati nibah C / N tanah akan mudah diserap oleh
tanaman.
b. Pupuk Kalium
Tandan kosong kelapa sawit sebagai limbah padat dapat
dibakar dan akan menghasilkan abu tandan. Abu tandan tersebut ternyata
memiliki kandungan 30-40%, K2O, 7%P2O5, 9%CaO, dan 3%MgO. Selain
itu juga mengandung unsur hara mikro yaitu 1.200ppmFe, 1.00 ppm Mn,
400 ppmZn, dan 100 ppmCu. Sebagai gambaran umum bahwa pabrik yang
mengolah kelapa sawit dengan kapasitas 1200 ton TBS/ hari akan
menghasilkan abu tandan sebesar 10,8%/hari. Setara dengan 5,8 ton KCL;
c. Bahan Serat
Tandan kosong kelapa sawit juga
menghasilkan serat kuat yang dapat digunakan untuk
berbagai hal, diantaranya serat berkaret sebagai
bahan pengisi jok mobil dan matras, polipot (pot kecil,
papan ukuran kecil dan bahan pengepak industri.
2. Tempurung buah sawit untuk arang
aktif
Tempurung kelapa sawit merupakan salah
satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang
cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi
minyak. Arang aktif juga dapat dimanfaatkan oleh
berbagai industri. Antara lain industri minyak, karet,
gula, dan farmasi.
3. Batang dan tandan sawit untuk pulp kertas
Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih
dipenuhi dari impor. Padahal potensi untuk menghasilkan pulp di
dalam negeri cukup besar. Salah satu alternatif itu adalah dengan
memanfaatkan batang dan tandan kosong kelapa sawit untuk
digunakan bahan pulp kertas dan papan serat.
4. Batang kelapa sawit untuk perabot dan papan artikel
Batang kelapa sawit yang sudah tua tidak produktif
lagi, dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai tinggi. Batang
kelapa sawit tersebut dapat dibuat sebagai bahan perabot rumah
tangga seperti mebel, furniture,atau sebagai papan partikel. Dari
setiapbatang kelapa sawit dapat diperoleh kayu sebanyak 0.34 m3.
5. Batang dan pelepah sawit untuk pakan ternak
Batang dan pelepah dapat dimanfaatkan sebagai
pakan ternak. Pada prinsipnya terdapat tiga cara pengolahan batang
kelapa sawit untuk dijadikan pakan ternak, yaitu pertama
pengolahan menjadi silase, kedua dengan perlakuan NaOH dan yang
ketiga adalah pengolahan dengan menggunakan u
Limbah Kelapa Sawit

Limbah kelapa sawit adalah sisa hasil


tanaman kelapa sawit yang tidak termasuk
dalam product utama yang merupakan
hasil ikutan pada proses pengolahan kelapa
sawit.

Berdasarkan tempat pembentukannya,


limbah kelapa sawit dapat digolongkan
menjadi dua jenis, yaitu limbah perkebunan
kelapa sawit dan limbah industri kelapa
sawit
1. Limbah Perkebunan Kelapa Sawit

Limbah perkebunan kelapa sawit


adalah limbah yang berasal dari sisa
tanaman yang tertinggal pada saat
pembukaan areal
perkebunan serta peremajaansaat panen
kelapa sawit.
Jenis limbah ini antara lain kayu, pelepah
daun, dan gulma.
2. Limbah Industri Kelapa Sawit

Limbah industri kelapa sawit adalah


limbah yang dihasilkan pada saat proses
pengolahan kelapa sawit. Limbah dari
industri dapat membahayakan kesehatan
manusia karena beberapa hal yang dapat
diakibatkannya.

Limbah ini digolongkan dalam tiga jenis


yaitu limbah padat, limbah cair, dan
limbah gas.
a. Limbah padat

Jenis limbah padat industri kelapa sawit


adalah tandan kosong kelapa sawit
(TKKS). Limbah padat mempunyai ciri
khas pada komposisinya. Komponen
terbesar dalam limbah padat tersebut
adalah selulosa, disamping itu, ada juga
komponen lain yang lebih kecil seperti abu
dan hemiselulosa. Selain itu limbah padat
lainnya adalah serat sisa perasan buah
sawit dan tempurung/cangkang kelapa
sawit.
b. Limbah cair

Limbah yang menjadi perhatian di PKS adalah


limbah cair atau yang lebih dikenal dengan
POME (palm oil mill effluent). POME ialah air
buangan yang dihasilkan oleh pabrik kelapa
sawit utamanya berasal kondensat rebusan, air
hidrosiklon, dan sludge separator.

Setiap ton TBS yang diolah akan terbentuk


sekitar 0,6 hingga 1 m3 POME. POME kaya
akan karbon organik dengan nilai COD lebih 40
g/L dan kandungan nitrogen sekitar 0,2 dan 0,5
g/L sebagai nitrogen ammonia dan total
nitrogen.
Limbah cair pabrik kelapa sawit merupakan salah
satu produk samping berupa buangan dari pabrik
pengolahan kelapa sawit yang berasal dari :

1. Hasil kondensasi uap air pada unit pelumatan (


digester) dan unit pengempaan (pressure).
Injeksi uap air pada unit pelumatan bertujuan
mempermudah pengupasan daging buah,
sedangkan injeksi uap bertujuan
mempermudah pemerasan minyak. Hasil
kondensasi uap air pada kedua unit tersebut
dikeluarkan dari unit pengempaan.
2. Kondensat dari depericarper, yaitu
untuk memisahkan sisa minyak yang
terikut bersama batok/cangkang.

3. Hasil kondensasi uap air pada unit


penampung biji/inti. Injeksi uap kedalam
unit penampung biji bertujuan
memisahkan sisa minyak dan
mempermudah pemecahan batok
maupun inti pada unit pemecah biji.

4. Kondensasi uap air yang berada pada


unit penampung atau penyimpan inti.
5. Penambahan air pada hydrocyclone
(claybath) yang bertujuan mempermudah
pemisahan serat dari cangkang.

6. Penambahan air panas dari saringan


getar, yaitu untuk memisahkan sisa
minyak dari ampas.
Apabila limbah tersebut langsung dibuang
ke sungai maka sebagian akan
mengendap, terurai secara perlahan,
mengonsumsi oksigen terlarut,
menimbulkan kekeruhan, mengeluarkan
bau yang sangat tajam, dan dapat
merusak daerah pembiakan ikan.

Oleh karena itu industri kelapa sawit


melakukan suatu perlakuan terhadap
limbah
cairnya sebelum dibuang kebadan air
sehingga mengurangi pencemaran limbah
c. Limbah gas

Industri kelapa sawit selain


menghasilkan limbah padat dan cair, juga
menghasilkan limbah bahan gas. Limbah
bahan gas ini antara lain berasal dari gas
cerobong dan buangan uap air pada saat
perebusan.
Industri berbasis kelapa sawit merupakan
investasi yang relatif menguntungkan, namun
demikian perlu diperhatikan pula beban
pencemaran yang ditimbulkan bila tidak
dilaksanakan dengan baik. Setiap ton tandan
buah segar yang diolah menghasilkan limbah
cair sekitar 50% dibandingkan dengan total
limbah lainnya, sedangkan tandan kosong
sebanyak 23% (Sutarta et al, 2000). Lubis dan
Tobing (1989) mengatakan bahwa setiap 1 ton
CPO menghasilkan limbah cair sebanyak 5 ton
dengan BOD 20.000 - 60.000 mg/l.
Limbah yang dihasilkan PKS (Pabrik Kelapa Sawit) ada yang
berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berupa
cangkang dan fiber digunakan sebagai bahan bakar boiler
atau coir mesh dan tandan kosong dimanfaatkan kembali
sebagai mulsa (pupuk bagi tanaman).

Pada mulanya, strategi pengelolaan lingkungan didasarkan


pada pendekatan kapasitas daya dukung (carrying capacity
approach). Keterbatasan daya dukung lingkungan secara
alami dalam menetralisir pencemaran membuat strategi
pengelolaan pencemaran berkembang ke arah pendekatan
mengolah limbah yang terbentuk (end of pipe treatment)
Gambar : Palm Oil Mill Effluen
Limbah cair yang dihasilkan harus mengikuti standard yang
sudah ditetapkan dan tidak dapat dibuang/diaplikasikan
secara langsung karena akan berdampak pada
pencemaran lingkungan. Parameter yang menjadi salah
satu indikator kontrol untuk pembuangan limbah cair
adalah angka biological oxygen demand (BOD). Angka BOD
berarti angka yang menunjukkan kebutuhan oksigen. Jika
air limbah mengandung BOD tinggi dibuang ke sungai
maka oksigen yang ada di sungai tersebut akan terhisap
material organik tersebut sehingga makhluk hidup lainnya
akan kekurangan oksigen. Sedangkan angka chemical
oxygen deman (COD) adalah angka yang menunjukkan
suatu ukuran apakah dapat secara kimiawi dioksidasi.
Fungsi dari pengolahan limbah (effluent
treatment) adalah untuk menetralisir
parameter limbah yang masih
terkandung dalam cairan limbah sebelum
diaplikasikan (land aplication). Mutu
limbah cair yang dapat dialirkan ke
sungai adalah: BOD 3.500 hingga 3.000
mg/liter, Minyak dan lemak 600
mg/liter, dan pH 6.
Limbah Cair Kelapa Sawit Limbah cair kelapa sawit berasal dari
kondensat, stasiun klarifikasi dan hidrocyclon atau yang lebih
dikenal dengan istilah Palm Oil Mill Effluent (POME) merupakan
sisa buangan yang tidak bersifat toksik (tidak beracun), tetapi
memiliki daya pencemaran yang tinggi karena kandungan
organiknya dengan nilai BOD berkisar 18.000- 48.000 mg/L dan
nilai COD berkisar 45.000-65.000 mg/L(Chin et al.,1996).
Limbah cair yang dihasilkan tersebut harus dikelola dengan baik
agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Untuk mengatasi
hal tersebut, maka dibuat tindakan pengendalian limbah cair
.melalui sistem kolam yang kemudian dapat diaplikasikan ke
lahan.
Limbah cair dalam sistem kolam terdiri dari beberapa tahapan,
yaitu:
1. Kolam Pendinginan C. Agar proses Limbah cair pabrik kelapa
sawit memiliki temperatur 75-90oC
2. Kolam Pengasaman Pada kolam pengasaman akan terjadi
penurunan pH dan pembentukan
karbondioksida. Proses pengasaman ini dibiarkan selama 30 hari.
3. Kolam Pembiakan Bakteri Pada fase ini terjadi pembiakan
bakteri, bakteri tersebut berfungsi untuk
pembentukan methane, karbondioksida dan kenaikan pH. Proses
pembiakan bakteri hingga limbah
tersebut dapat diaplikasikan memerlukan waktu 30-40 hari.
(Kittikun et al., 2000)
Secara garis besar alur proses pengolahan limbah di Pabrik
Kelapa Sawit adalah sebagai berikut:
Fat Pit

Limbah dari PKS dialirkan masuk kedalam fat pit.


Pada fat pit ini terjadi pemanasan dengan
menggunakan steam dari BPV. Pemanasan ini
diperlukan untuk memudahkan pemisahan minyak
dengan sludge sebab pada fat pit ini masih
dimungkinkan untuk melakukan pengutipan
minyak dengan menggunakan skimmer.
Limbah dari fat pit ini kemudian dialirkan ke kolam
cooling pond yang berguna untuk mendinginkan
limbah yang telah dipanaskan.
Gambar Fat Pit
Cooling Pond
Selain untuk mendinginkan limbah,
cooling pond juga berfungsi untuk
mengendapkan sludge. Setelah dari
cooling pond I limbah kemudian masuk
ke cooling pond II untuk dilakukan
proses pendinginan yang sama dengan
cooling pond I. Limbah dari cooling
pond II kemudian dialirkan ke kolam
anaerobic 1, 2, 3.
Gambar cooling pond
Kolam Anaerobic
Pada kolam anaerobic ini terjadi perlakuan biologis
terhadap limbah dengan menggunakan bakteri
metagonik yang telah ada di kolam. Unsur organik
yang terdapat dalam limbah cair digunakan bakteri
sebagai makanan dalam proses mengubahnya
menjadi bahan yang tidak berbahaya bagi
lingkungan. Pada kolam anaerobic terjadi
penurunan BOD dan kenaikan pH minimal 6.
Ketebalan scum pada kolam anaerobic tidak boleh
> 25 cm, jika ketebalannya telah melebihi 25 cm
maka itu merupakan tanda bahwa bakteri sudah
kurang berfungsi.
Gambar kolam anaerobik
Maturity Pond
Setelah dari kolam anaerobic, limbah masuk
ke kolam maturity pond yang berfungsi untuk
pematangan limbah (serta kenaikan pH dan
penurunan BOD). Di maturity pond ini
terdapat pompa yang berfungsi
mensirkulasikan limbah kembali ke kolam
anaerobic (ditunjukkan oleh garis putus-putus
pada flow process). Kegunaan sirkulasi
adalah untuk membantu menurunkan suhu
dan menaikkan pH di kolam anaerobic 1, 2, 3.
Gambar maturity pond (kolam
pematangan)
Kolam Aplikasi
Setelah dari maturity pond limbah
kemudian masuk ke kolam aplikasi
yang merupakan tempat pembuangan
akhir limbah. Limbah yang terdapat
pada kolam aplikasi ini digunakan
untuk pupuk tanaman kelapa sawit
(land application).
Gambar kolam aplikasi
Ada beberapa pilihan dalam pengelolaan
limbah cair PKS setelah diolah di kolam
pengelolaan limbah (IPAL) diantaranya
adalah dibuang ke badan sungai atau
diaplikasikan ke areal tanaman kelapa
sawit yang dikenal dengan land application.
Pembuangan limbah cair ke badan sungai
bisa dilakukan dengan syarat telah
memenuhi baku mutu yang ditetapkan oleh
peraturan perundangan.
Alternatif ini mempunyai beberapa kelemahan
diantaranya:
Pengelolaan limbah cair sehingga menjadi layak
dibuang ke badan sungai (BOD dibawah 100 ppm ),
secara teknis bisa dilakukan tetapi memerlukan biaya
dan teknologi yang tinggi di samping waktu retensi
efluen yang panjang di kolam-kolam pengelolaan.
Tidak ada nilai tambah baik bagi lingkungan maupun
bagi perusahaan
Merupakan potensi sumber konflik oleh masyarakat
karena perusahaan dianggap membuang limbahnya ke
badan sungai adalah berbahaya walaupun limbah
tersebut mempunyai BOD di bawah 100 ppm.
Model alternatif lainnya dalam pengelolaan efluen
adalah dengan mengaplikasikan ke areal
pertanaman kelapa sawit (land application),
sebagai sumber pupuk dan air irigasi. Banyak
lembaga penelitian yang melaporkan bahwa efluen
banyak mengandung unsur hara yang cukup tinggi.
Potensi ini menjadi semakin penting artinya dewasa
ini karena harga pupuk impor yang meningkat
tajam serta kerap terjadinya musim kemarau yang
berkepanjangan.

Anda mungkin juga menyukai