Anda di halaman 1dari 7

Nama : Azzahra Qolbi Primawati

Nim : 1903016085
Mata Kuliah : Budidaya Tanaman Kelapa Sawit
Tugas
BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT SECARA ORGANIK
I. PENDAHULUAN
Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup penting di
Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Komoditas kelapa
sawit, baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya, menduduki peringkat ketiga
penyumbang devisa non migas terbesar bagi negara setelah karet dan kopi. Kelapa sawit adalah
tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan, karena minyak yang dihasilkan
memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain,
keunggulan tersebut diantaranya memiliki kadar kolesterol rendah, bahkan tanpa kolesterol

Klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut:

 Kingdom : Plantae

 Divisi : Embryophyta Shiponagama

 Kelas : Angiospermae

 Ordo : Monocotyledonae

 Famili : Arecaceae

 Subfamili : Cocoideae

 Genus : Elaeis

 Spesies : Elaeis guineensis  Jacq, Elaeis oleifera (H.B.K.) Cortez, Elaeis odora

Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon, tingginya dapat mencapai 0- 24 meter. Bunga
dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil, apabila masak berwarna
merah kehitaman. Daging dan kulit buah kelapa sawit mengandung minyak. Minyak kelapa
sawit digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Hampasnya dimanfaatkan untuk
makanan ternak, khususnya sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Ciri-ciri
fisiologi kelapa sawit yaitu:

1. Daun
Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk berwarna hijau tua, pelapah berwarna
sedikit lebih muda. Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak hanya saja dengan
duri yang tidak terlalu keras dan tajam.
2. Batang
Batang tanaman diselimuti bekas pelapah hingga umur ±12 tahun. Setelah umur ±12
tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman
kelapa.
3. Akar
Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga
terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk
mendapatkan tambahan aerasi.
4. Bunga
Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga
sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan
panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
5. Buah
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit
yang digunakan.

Syarat tumbuh tanaman kelapa sawit lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit
antara 5-7 jam/hari. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm, temperatur
optimal 24-28oC. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara 1-500 m dpl (di atas
permukaan laut). Kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman sawit sekitar 80-90% dan
kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Kelapa sawit dapat tumbuh
pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut
saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit
adalah 5,0- 5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase
(beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas.
Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15o.

II. BUDIDAYA TANAMAN SAWIT DENGAN APLIKASI PUPUK ORGANIK

Untuk mendukung pengembangan perkebunan kelapa sawit tersebut perlu tersedianya bibit
yang berkualitas yang mampu berproduksi dalam waktu relatif singkat. Perbanyakan kelapa sawit
yang dilakukan oleh petani masih sangat sederhana yaitu setelah benih berkecambah, langsung
dipindahkan ke polybag dengan media tanah dan tanpa ada perlakuan yang lain, sehingga
pertumbuhan bibit dan tanaman di lapangan kurang baik. Sedangkan untuk meningkatkan
produktivitas kelapa sawit harus ditunjang dengan penyediaan bibit yang baik. Salah satu yang
mempengaruhi pertumbuhan bibit adalah penambahan hara melalui pemupukan, baik pupuk organik
maupun pupuk buatan.

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit sangat di pengaruhi oleh ketersediaan
unsur hara di dalam tanah tersebut. Masalah yang sering dihadapi adalah kebanyakan tanah yang
digunakan sebagai lahan perkebunan kelapa sawit antara lain tanah lahan rawa gambut yang miskin
unsur haranya terutama tanaman kelapa sawit di indonesia. Miskinya unsur hara dilahan rawa dapat
diatasi dengan pemupukan organik (Suastika, 2004). Pertimbangan lain perlunya menggunakan
pupuk organik adalah karena penggunaan pupuk kimia yang terus menerus juga mengakibatkan
dampak negatif bagi tanah dan lingkungan, seperti merusak struktur tanah dan tanah menjadi keras
pada musim kering, lengket pada musim hujan akibat porositas tanah menurun. Pupuk buatan tidak
mempunyai sifat yang dapat memperbaiki sifat dan fungsi fisik tanah serta fungsi biologi tanah secara
langsung (Karama, Marzuki, dan Manwan, 1991). Oleh karena itu, penggunaan pupuk organik seperti
kotoran hewan dan sisa tanaman merupakan langkah yang bijak dan sangat penting dilakukan untuk
menjamin pembangunan pertanian yang berkesinambungan dan berkelanjutan

Umumnya pupuk organik diperoleh dari kompos sisa tanaman atau hewan. Bahan baku
alternatif yang mempunyai kandungan C yang tinggi diantaranya batu bara muda, batubara muda
(Lignit) memiliki kandungan C (69%), H (5,5%) O (2,5%),N (0,5%), P20 (0,04%) dan K20 (3,6 %).
Untuk memanfaatkan batu bara muda ini perlu di ekstraksi menjadi asam humat atau diambil
intisarinya (Auliarahman, 2010). Penggunaan batu bara muda (Lignit) sebagai pupuk organik plus
untuk menambah unsur hara makro N, P, K,Ca, Mg, S dan mikro Fe, Mn,Cu, Zn, Mo, dan CI dalam
tanah (PLTB Bukit Asam,1993). Pupuk organik plus dari batu bara juga dapat meningkatkan
ketersediaan P dalam tanah dan mengurangi resiko keracunan alumunium dan besi.

Penambahan bahan mineral alami seperti tepung tulang sapi mengandung kalsium 39,24%, P
13,66%, Urin Sapi N 2,7%, K 3,8%, Batang Pisang K 34-42% juga dapat memperkaya kandungan
hara pada pupuk organik (Kristina dan Fatimah, 2012). Menurut Syafrullah (2012), Penambahan
bahan mineral pupuk seperti zeolit memiliki peranan menjaga keseimbangan pH tanah dan mampu
mengikat logam berat yang bersifat meracuni tanaman seperti Pb dan Cd, dan penambahan dolomit
untuk meningkatkan unsur Kalsium pada pupuk organik . Untuk mengatasi takaran pupuk organik
yang besar dengan cara mengekstrak pupuk organik menjadi fraksi asam humat, yang merupakan
senyawa aktif dari pupuk organik sehingga dosis yang diberikan dapat dikurangi (Syafrullah, 2012).
Pupuk kotoran ternak merupakan pupuk organik dari hasil pengomposan kotoran ternak seperti sapi
dan ayam, adapun bahan lainya seperti sisa pakan, sekam, EM4 dan air. Adapun kandungan unsur
hara pada kotoran ternak Nitrogen 1,30% dalam bentuk NH3, fosfor 1,45% dalam bentuk P2O5 ,
kalium 2,72% dalam bentuk K2O, kalsium 2,72% dalam bentuk Ca, Mg 0,25%, C/N 20%, PH 7,01%,
dan C Organik 26,20%. Peranan bahan organik yang sangat dibutuhkan adalah untuk menambah
unsur hara dan meningkatkan kapasitas tukar kation (penyangga hara = buffer). Meningkatnya
kapasitas tukar kation tanah ini dapat mengurangi kehilangan unsur hara yang ditambahkan melalui
pemupukan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemupukan. Bahan organik tanah juga
memberikan manfaat biologi melalui penyediaan energi bagi berlangsungnya aktivitas
organisme,sehingga meningkatkan kegiatan organisme mikro maupun makro di dalam tanah.

Adapun penambahan pupuk pada tanaman sawit secara organik, antara lain ;

• Pengembalian sisa panen

Jumlah sisa panenan tanaman perkebunan yang dapat dikembalikan ke dalam tanah tidak dapat
memenuhi jumlah kebutuhan bahan organik minimum. Limbah padat kelapa sawit dapat
dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik yang jumlahnya terus meningkat seiring dengan
peningkatan produksi tanaman kelapa sawit.
Pupuk limbah industri kelapa sawit (solid) dihasilkan dari pabrik kelapa sawit dan akan
diaplikasikan ke perkebunan sawit, pupuk solid ini merupakan bahan organik yang mengandung
sejumlah hara terutama Nitrogen (N). Pemakaian pupuk Solid sebagai bahan pupuk di lapangan
akan mengurangi jumlah pemakaian pupuk buatan.Pupuk limbah industri kelapa sawit (solid)
adalah limbah padat dari hasil samping proses pengolahan lahan buah segar (TBS) di pabrik
kelapa sawit menjadi minyak mentah kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO). Solid mentah
memiliki bentuk dan konsistensis seperti ampas tahu, berwarna kecokelatan, berbau asam-asam
manis dan masih mengandung minyak CPO sekitar 1,5% (Ruswendi, 2008).

• Pemberian kotoran hewan

Pupuk kotoran ternak merupakan pupuk organik dari hasil pengomposan kotoran ternak seperti
sapi dan ayam, adapun bahan lainya seperti sisa pakan, sekam, EM4 dan air. Adapun kandungan
unsur hara pada kotoran ternak Nitrogen 1,30% dalam bentuk NH3, fosfor 1,45% dalam bentuk
P2O5 , kalium 2,72% dalam bentuk K2O, kalsium 2,72% dalam bentuk Ca, Mg 0,25%, C/N
20%, PH 7,01%, dan C Organik 26,20%.Kotoran hewan atau pupuk kandang bisa berasal dari
hewan peliharaan seperti sapi, kerbau, kambing dan ayam, atau juga bisa berasal dari hewan liar
seperti kelelawar dan burung.

• Pemberian pupuk hijau

Pupuk hijau bisa diperoleh dari serasah dan dari pemangkasan tanaman penutup atau pepohonan
dalam larikan sebagai tanaman pagar. Pangkasan tajuk tanaman penutup tanah dari keluarga
kacang-kacangan (LCC = legume cover crops) dapat memberikan masukan bahan organik
sebanyak 1.8-2.9 ton ha' (umur 3 bulan) dan 2.7 - 5.9 ton ha"' untuk yang berumur 6 bulan.

Pemberian bahan organik ke dalam tanah seringkali memberikan hasil. yang kurang memuaskan,
sehingga banyak petani tidak tertarik untuk melakukannya. Hal ini disebabkan kurangnya dasar
pengetahuan dalam meimlih jems bahan organik yang tepat.Pertimbangan pemilihan jenis bahan
organik didasarkan pada kecepatan dekomposisi atau melapuknya. Bila bahan organik akan
dipergunakan sebagai mulsa, maka jenis bahan organik yang dipilth adalah dari jenis yang lambat
lapuk. Apabila digunakan untuk tujuan pemupukan dapat berasal dari dan jenis yang lambat maupun
yang cepat lapuk.
Kualitas bahan organik berkaitan dengan penyediaan unsur N,ditentukan oleh besarnya kandungan
N, lignin dan polifenol. Bahan organik dikatakan berkualitas tinggi bila kandungan N
tinggi,konsentrasi lignin dan polifenol rendah. Yang juga penting adalah memiliki sinkronisasi
pelepasan hara dengan saat tanaman. membutuhkannya. Nilai kritis konsentrasi N adalah 1.9%,
lignin >15% dan polifenol > 2%.

Adapun pemaparan dari kualitas bahan organik yaitu

• Penyediaan N: Nilai kritis konsentrasi N adalah 1.9%,Lignin>15% dan polifenol > 2%


• Penyediaan P; Konsentrasi P dalam bahan organik. Dengan nilai kritis adalah 0.25%
• Detoksifikasi Al: Total konsentrasi kation yaitu K, Ca, Mg dan Na. Nilai kritis total konsentrasi kation
> 50 cmol kg"'.
Kualitas bahan organik berkaitan dengan penyediaan unsur P ditentukan oleh konsentrasi P dalam bahan
organik. Nilai ktitis kadar P dalam bahan organik adalah 0.25%. Kualitas bahan organik berkaitan dengan
detoksifikasi A l . bahan organik mampu menetralisir pengaruh racun dari aluminium sehingga menjadi tidak
beracun lagi bagi akar tanaman. Kemampuan merubah pengaruh suatu zat beracun menjadi tidak beracun ini
disebut dengan detoksifikasi.
Penambahan bahan organik pada tanaman kelapa sawit, minimal 75% unsur-unsur
tersebut harus dipasok oleh pupuk non kimia dikarenakan tanamana kelapa sawit merupakan
tanaman yang banyak memerlukan kandungan hara. Berarti pupuk organik yang kita berikan
harus mampu
memasok unsur N = 270 g/th ; P = 310 g ; K = 1620 g ; 45 g. Untuk itu kita harus terlebih dulu
tahu kandungan unsur hara pupuk organik (kompos, pupuk kandang, atau pupuk hasd
tambang)Merujuk hasil analisis Siregar (2002), kandungan nutrisi kompos janjangan kosong adalah
sebagai berikut: N = 2.7 % ; P = 0.4 % ; K = 2.0 ; Mg = 1.1%. Dengan menggunakan unsur N
sebagai patokan berarti kita memerlukan kompos sebanyak
10 kg/pohon. Itu berarti P yang disediakan oleh kompos hanya 40 g, K hanya 200 g, dan Mg =
110 g. P dapat dipasok dengan pupuk RP atau pupuk Guano yang kadar P-nya tinggi, jadi tidak
masalah. Sedangkan untuk unsur Kalium masih kurang 1420 g. Pupuk K ini dapat disuplai dengan
pupuk hasil tambang (meskipun
an organik namun bukan produksi pabrik, jadi seperti halnya denganRock Phospat), yang sekarang
sudah diproduksi dengan kadar K 2 0 = 22% dan Mg 11% diperlukan tambahan sebanyak kurang
lebih 6.5 kg. Cara aplikasi bahan organik memberikan respon dalam meningkatkan populasi cacing
tanah dan ketersediaan hara P pada perlakuan diletakkan di pinggir piringan yang telah dibuat setiap
pohon tanaman sawit. Untuk dosis optimum pupuk organik adalah 40.7 kg tanaman-1 berlaku untuk
tanaman kelapa sawit yang belum menghasilkan
Pupuk kompos sebanyak 10 kg dapat dibagi menjadi 2 atau 3 kali aplikasi, jadi masing-masing
3-5 kg/aplikasi. Angka terkesan besar dan secara teknis lebih sulit dibandingkan pupuk kimia yang
lebih ringkas. Akan tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan pemerosesan kompos lebih lanjut dengan
cara pengepresan atau pembuatan pelet (ditambah pupuk kandang), atau bahkan ekstraksi sehingga
volumenya menjadi susut sehingga lebih memudahkan pengaplikasian di kebun. Suplai unsur hara
tidak hanya dan pupuk organik saja, namun dapat memperolehnya dari penanaman LCC (Legume
Cover Crop) tanaman kacang-kacangan yang efektif menambat nitrogen dari udara . Kemudian
efektifitas penyerapan unsur P dan K dapat ditingkatkan melalui pemanfaatan mikroorganisme
tertentu.

Anda mungkin juga menyukai