Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA

AMONIUM SULFAT

KELAS 2D ADITYA BANGKIT NUR ARDIANSAH HASAN MD NERIL MACHMUDAH RENDY DWI MARTA YOHANA (0931410) (0931410027) (0931410082) (0931410089) (0931410) (0931410085)

POLITEKNIK NEGERI MALANG TEKNIK KIMIA 2010

I. Pendahuluan

Perkembangan serta peningkatan pembangunan nasional Indonesia didukung dengan meningkatnya sektor industrialisasi, yang tentu memerlukan ketersediaan sarana-sarana yang mendukung lancarnya proses industrialisasi itu sendiri, dan salah satu cara adalah dengan meningkatkan sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor andalan di Indonesia, bahkan juga di dunia. Fakta bahwa daerah iklim di bumi berdasarkan pada banyaknya sinar matahari yang masuk terbagi menjadi 4, yaitu: 1. Daerah iklim tropis, 0o 23,5o LU/LS

2. Daerah iklim sub tropis, 23,5o 40o LU/LS

3. Daerah iklim sedang, 40o 66,5o LU/LS

4. Daerah iklim dingin, 0o 23,5o LU/LS

Hanya 27% daerah di bumi ini memiliki iklim tropis. Iklim tropis hanya mengalami 2 musim sepanjang tahunnya, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Dengan hanya mengalami 2 musim, maka daerah dengan iklim tropis dapat melakukan kegiatan bercocok tanam sepanjang tahun. Luas wilayah Indonesia adalah sebesar 11% dari 27% total wilayah dengan iklim tropis. Dengan fakta tersebut diatas maka Indonesia selayaknya dapat menjadi gudang pangan dunia. Indonesia bisa melakukan kegiatan bercocok-tanam sepanjang tahunnya. Namun, pada kenyataannya potensi Indonesia, dimana seharusnya dapat mensuplai pangan baik dalam maupun

luar negeri, belum bisa memanfaatkan potensi tersebut dengan baik. Kenyataan yang terjadi di Indonesia saat ini, banyaknya busung lapar, mayoritas masyarakat Indonesia memiliki penghasilan dibawah rata-rata, masih banyak desa-desa tertinggal dan Indonesia mengimport beberapa komoditas pertanian guna mencukupi kebutuhan pangan Indonesia. Melihat kenyataan yang terjadi di Indonesia khususnya pada sektor pertanian, maka ada sesuatu yang salah yang terjadi pada komoditas hasil panen dan juga lahan pertanian Indonesia. Untuk itu, perlu kita mencari beberapa faktor yang memungkinkan turunnya produktivitas baik secara kuantitas maupun kualitas dari produk pertanian Indonesia.

Sektor pertanian memerlukan berbagai sarana guna mendukung agar dapat tercapainya hasil yang memuaskan dan terutama dalam mencukupi kebutuhan nasional di bidang pangan/ sandang dan juga dapat meningkatkan perekonomian di Indonesia, yaitu dengan cara mengekspor hasil ke luar negeri.

Beberapa sarana yang mendukung pertanian antara lain Alat-alat pertanian, Pupuk buatan ( Urea, TSP, NPK, Za dan sebagainya), bahan-bahan kimia tambahan, termasuk didalamnya pestisida. Menurut http://www.pusri.co.id/, (2006) bahan-bahan kimia yang sering digunakan pada lahan pertanian antara lain :

1. Amoniak (NH3), biasa digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk Za, Urea dan Phonska.

2. Nitrat (NO3), merupakan bahan kimia untuk pembuatan pupuk Urea, ZA, PHONSKA,

3. Amonium nitrat (AN), Calsium Amonium Nitrat (CAN), Diamonium Phosphate (DAP),

4. Monoamonium Phosphate (MAP dalam bentuk Asam nitrat, amonium nitrat.

5. Nitrit, bahan baku pembuatan pupuk buatan.

6. Phospat, Asam fosfat merupakan bahan baku untuk pembuatan pupuk SP-36.

7. Sulfat (H2SO4), merupakan bahan baku untuk pembuatan pupuk ZA dan SP-36.

II. Pengertian Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang dirancang untuk memberi tambahan hara nitrogen dan belerang bagi tanaman. Nama ZA adalah singkatan dari istilah bahasa Belanda, zwavelzure ammoniak, yang berarti amonium sulfat (NH4SO4). Ammonium Sulfat (ZA) merupakan salah satu jenis pupuk sintetis yang mengandung unsur hara N. Unsur hara N yang berasal dari Urea dan ZA merupakan hara makro utama bagi tanaman selain P dan K dan seringkali menjadi factor pembatas dalam produksi tanaman. Menurut Gardner dkk, (1991), definisi N membatasi pembesaran sel dan pembelahan sel. N berperan sebagai bahan penyusun klorofil dan asam amino, pembentukan protein, esensial bagi aktivasi karbohidrat, dan komponen enzim, serta menstimulasi perkembangan dan aktivitas akar serta meningkatkan penyerapan unsur-unsur hara yang lain (Olson dan Kurtz, 1982). Wujud pupuk ini butiran kristal mirip garam dapur dan terasa asin di lidah. Pupuk ini higroskopis (mudah menyerap air) walaupun tidak sekuat pupuk urea. Karena ion sulfat larut secara kuat,

sedangkan ion amonium lebih lemah, pupuk ini berpotensi menurunkan pH tanah yang terkena aplikasinya. Sifat ini perlu diperhatikan dalam penyimpanan dan pemberiannya. Pupuk ZA mengandung belerang 24 % dan nitrogen 21 %. Kandungan nitrogennya hanya separuh dari urea, sehingga biasanya pemberiannya dimaksudkan sebagai sumber pemasok hara belerang pada tanah-tanah yang miskin unsur ini. Namun demikian, pupuk ini menjadi pengganti wajib urea sebagai pemasok nitrogen bagi pertanaman tebu karena tebu akan mengalami keracunan bila diberi pupuk urea. III. Cara Pembuatan
Pupuk ZA dibuat dari gas amoniak dan gas belerang. Persenyawaan kedua zat tersebut menghasilkan pupuk ZA yang mengandung N 20,5 sampai 21%, bersifat tidak higroskopis. Menurut Hilman dkk, (1993, dalam Widyastuti, 1996), pupuk N dalam bentuk ammonium sulfat (ZA) yang diberikan ke dalam tanah pertama-tama akan diserap (adsorpsi) oleh kompleks koloid tanah dan bentuk N (NH4+) cenderung tidak hilang dan tercuci air, sedangkan urea dapat segera larut dalam air. Tahap akhir dalam proses pembuatan pupuk ZA adalah pengeringan.

Pengeringan adalah proses untuk menghilangkan sejumlah cairan volatile yang terdapat dalam padatan dengan cara evaporasi. Dalam industry pupuk seperti ammonium sulfat (ZA), superfosfat (SP), dan natriium fosfat kalium (NPK), proses pengeringan biasanya dilakukan dengan menggunakan rotary dryer. Untuk dapat mendesain dan menganalisa kinerja suatu rotary dryer, perlu diketahui terlebih dahulu karakteristik pengeringan bahan padat yang dikeringkan. Hal ini dapat dilaksanakan secara eksperimen dengan menggunakan alat tray dryer. Penelitian untuk memperoleh data karakteristik telah dilakukan oleh sejumlah peneliti, antara lain : pengeringan limbah padat dari ekstraksi minyak zaitun oleh Doymaz et al (2003), pengeringan ampas wortel oleh Singh et al (2006), pengeringan biji anggur oleh Roberts et al (2008), dan pengeringan limbah padat tapioca oleh Dedi dkk (2009). Mereka melakukan penelitian penelitan pengeringan limbah padat dan hasilnya dimodelkan dengan menggunakan model empiris untuk mendapatka parameter karakteristik pengeringannya.

Selama proses pengeringan dalam tray dryer terjadi peristiwa peristiwa fundamental secara bersamaan yang meliputi transfer panas dari media pengering (biasanya udara) ke padatan yang dikeringkan dan transfer massa air dari padatan yang dikeringkan ke media pengering (udara). Datadata yang diperoleh dari penelitian secara eksperimental perlu digeneralisasi terlebih dahulu untuk

dapat menaksir parameter-parameter proses yang penting dengan menggunakan pengembangan model matematis proses yang terjadi.

IV. Kegunaan Pupuk ZA

A. BILA TANAMAN KEKURANGAN UNSUR HARA BELERANG, MAKA: 1. Produksi protein tanaman menurun, pertumbuhan sel tanaman kurang aktif. 2. Terjadi penimbunana amida bebas dan asam amino sampai batas yang berbahaya bagi tanaman, terjadi kerusakan aktifitas fisiologis dan mudah tererang hama dan penyakit. 3. Produksi butir hijau daun menurun, proses asimilasi dan sintesis karbohidrat terlambat, tanaman mengalami klorosis / kekuningan, dan hasil panen rendah. B. Pupuk ZA

Mudah penangannya dan ekonomis. Tidak menyerap banyak air. Digunakan sebagai pupuk dasar dan susulan. Senyawa kimianya stabil sehingga tahan disimpan dalam waktu lama. Dapat dicampur dengan pupuk lain. Aman digunakan untuk semua jenis tanaman.

C. Pupuk ZA

memperbaiki kualitas dan meningkatkan produksi serta nilai gizi hasil panen dan pakan ternak karena peningkatan kadar protein pati, padi, gula, lemak, vitamin, dll.

Memperbaiki rasa dan warna hasil panen. Tanaman lebih sehat dan lebih tahan terhadap gangguan lingkungan (hama, penyakit, kekeringan)

D. MANFAAT BELERANG BAGI TANAMAN 1. Membantu pembentukan butir hijau daun sehingga daun menjadi lebih hijau. 2. Menambah kandungan protein dan vitamin hasil panen.

3. Meningakatkan jumlah anakn yang menghasilkan (pada tanaman padi). 4. berperan penting pada proses pembulatan zat gula. 5. Memperbaiki warna, aroma, dan kelenturan daun tembakau ( khusus pada tembakau omprongan). 6. Memperbaiki aroma, mengurangi penyusutan selama penyimpangan, memperbesar umbi bawang merah dan baeang putih. E. GEJALA KEKURANGAN UNSUR HARA BELERANG 1. Tanaman tumbuh kerdil, kurus dan panjang. 2. Pertumbuhan dan kematangan terlambat, terutama pada tanaman biji-bijian. 3. Pada sebagian besar tanaman, daun muda berwarna hijau kekuning-kuningan, merah sampai tulang daun. Pada beberapa tanaman seperti tembakau, jeruk dan kapas, gejala lebih dahulu terlihat pada daun tua. 4. Pada tanaman kacang-kacangan pembentukan bintil akar berkurang. 5. Buah-buahan tidak matang sempurna dan warnanya menjadi hijau terang. 6. Timbul bintik-bintik pada daun, seperti pada kentang.

Anda mungkin juga menyukai