Anda di halaman 1dari 9

III.

PERAWATAN TANAMAN TAHUNAN (KELAPA SAWIT, KAKAO,


KOPI, dan KARET)
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Perkebunan merupakan salah satu andalan komoditi ekspor
Indonesia. Beberapa tahun kedepan, diperkirakan subsektor industri
perkebunan, akan  menggeser peran ekonomi makro dari minyak
bumi, yang selama ini menjadi andalan pendapatan negara. Sektor
perkebunan sangat banyak melibatkan masyarakat sebagai pelaku
usahatani (agro industri) dan juga turut serta meningkatkan ekonomi
kerakyatan.
Kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan
yang menduduki posisi terpenting di sektor pertanian, hal ini
dikarenakankelapa sawit mampu menghasilkan nilai ekonomi
terbesar per hektarnya jika dibandingkan dengan tanaman penghasil
minyak atau lemak lainya . Selain itu kelapa sawit juga memiliki
banyak manfaat yaitu sebagai bahan bakar alternatif Biodisel, bahan
pupuk kompos, bahan dasar industri lainnya seperti industri
kosmetik, industri makanan, dan sebagai obat.Prospek pasar bagi
olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena permintaan dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar, tidak
hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.
Tanaman kakao merupakan salah satu komoditas andalan
perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian
nasional di Indonesia, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,
dan sumber pendapatan. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan
dalam mengusahakan tanaman kakao adalah penggunaan bibit
unggul dan bermutu. Tanaman kakao merupakan tanaman tahunan,
karena itu kesalahan dalam pemakaian bibit akan berakibat buruk
dalam pengusahaannya, walaupun diberi perlakuan kultur teknis
yang baik tidak akan memberikan hasil yang diinginkan, sehingga
modal yang dikeluarkan tidak akan kembali karena adanya kerugian
dalam usaha tani.
Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang
memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman
perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa
negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa
melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang
dari satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia. Permintaan
kopi Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat karena seperti
kopi Robusta mempunyai keunggulan bentuk yang cukup kuat serta
kopi Arabika mempunyai karakteristik cita rasa yang unik.
Karet merupakan komoditi perkebunan yang sangat penting
peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja bagi
sekitar 1,4 juta tenaga kerja, komoditi ini juga memberikan
kontribusi yang signifikan sebagai salah satu sumber devisa non-
migas, pemasok bahan baku karet dan berperan penting dalam
mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-
wilayah pengembangan karet. Perkebunan karet di Indonesia juga
telah diakui menjadi sumber keragaman hayati yang bermanfaat
dalam pelestarian lingkungan, sumber penyerapan CO2 dan
penghasil O2, serta memberi fungsi orologis bagi wilayah di
sekitarnya. Selain itu tanaman karet ke depan akan merupakan
sumber kayu potensial yang dapat mensubstitusi kebutuhan kayu
yang selama ini mengandalkan hutan alam.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dilaksanakannya praktikum acara tiga yaitu
perawatan tanaman kelapa sawit, kakao, kopi, dan karet adalah agar
mahasiswa terampil melakukan perawatan pada tanaman-tanaman
kelapa sawit, kakao, kopi, dan karet seperti pengendalian gulma,
teknik pemupukan, pemangkasan, dan lain-lain.
B. Tinjauan Pustaka
1. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis)
Pemeliharaan atau perawatan tanaman kelapa sawit
merupakan salah satu tindakan yang sangat penting dan menentukan
masa produktif tanaman. Pemeliharaan bukan hanya ditujukan
terhadap tanaman, tetapi juga pada media tumbuh (tanah). Meskipun
tanaman dirawat dengan baik, namun jika perawatan tanah diabaikan
maka tidak akan banyak memberi manfaat. Pemeliharaan tanaman
kelapa sawit yang belum menghasilkan (TBM) dan yang sudah
menghasilkan (TM) relatif memiliki perbedaan dalam beberapa hal.
Pemeliharaan tanaman kelapa sawit yang sudah
menghasilkan meliputi kegiatan penyerbukan buatan, perawatan
gawangan, perawatan piringan tanaman, pemupukan tanaman, dan
pemberantasan gulma. Jenis dan cara pemupukan pada tanaman
menghasilkan sama saja dengan TBM, hanya saja sebaran, dosis,
waktu aplikasi, dan rotasinya berbeda. Pemberantasan gulma atau
tanaman liar yang tumbuh disekitar bibit atau tanaman kelapa sawit
perlu diberantas karena dapat merugikan tanaman pokok, bahkan
menurunkan produksi. Gulma dapat berkompetisi dengan tanaman
pokok dalam memperoleh air, unsur hara, cahaya, maupun CO 2
( Yan Fauzi 2012).
Diagnosis kebutuhan pupuk untuk tanamankelapa sawit
dilakukan untuk mengetahuijumlah pupuk yang harus diaplikasikan.
Haltersebut penting untuk diperhatian agardiperoleh hasil (produk)
yang optimal.Metode diagnosis kebutuhan hara untuktanaman kelapa
sawit dapat dilakukanberdasarkan hasil percobaan
pemupukan.Kebanyakan petani sawit belum banyakmengetahui cara
pemupukan yang benaruntuk meningkatkan hasil tanaman
kelapasawitnya, terutama dalam meningkatkantandan buah
segar.Dalam menentukan pemupukan anorganikpada kelapa sawit
harus mengacu pada konsepefektivitas dan efisiensi yang
maksimum.Menurut Pahan (2007) sifat pupuk yangpenting adalah
kandungan unsur hara utamapupuk, kandungan unsur hara
tambahan,rekasi kimia pupuk di dalam tanah, sertakepekaan pupuk
terhadap pengaruh iklim. Respon tanaman terhadap pemberianpupuk
tergantung pada keadaan tanaman danketersediaan hara di dalam
tanah, Semakinbesar respon tanaman, semakin banyak unsurhara
dalam tanah (pupuk) yang dapat diserapoleh tanaman untuk
pertumbuhan danproduksi (Yulfita Farni 2012).
Pemberian pupuk N dan P meningkatkan pertumbuhanbibit
kelapa sawit di pembibitan utama. Interaksi pupuk Ndan P
berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman.Pemberian N
berpengaruh nyata secara kuadratik terhadapjumlah daun dan
diameter batang, sedangkan pemberianpupuk P meningkatkan
jumlah daun dan diameter batangsecara linier. Jumlah klorofil
dipengaruhi secara nyata olehpupuk N hanya pada umur 5 Bulan
Setelah Tanam (BST),sedangkan terhadap kerapatan stoma tidak
berpengaruh. Dosisoptimum pupuk N selama 6 bulan pada bibit
kelapa sawitdi pembibitan utama adalah 20.06 g N tanaman-1,
denganaplikasi masing-masing 1.60, 1.14, 2.80, 4.01, 5.73 dan 5.74
g N tanaman-1 bulan-1. Dosis optimum pupuk Pselama 6 bulan pada
bibit kelapa sawit di pembibitan utamaadalah 4.24 g P tanaman-1,
dengan aplikasi masing-masing0.22, 0.44, 0.76, 0.18, 0.94, dan 1.70
g P tanaman-1 bulan-1.Berdasarkan ukuran diameter batang bibit
yang dihasilkandari penelitian telah memenuhi syarat untuk siap
tanam(Sudrajat 2014).
2. Kakao(Theobroma cacao)
Usahatani kakao bertujuan untuk memperoleh biji buah yang
banyak, sehingga diperoleh hasil panen yang tinggi dengan kualitas
biji superior. Hal tersebut dapat dicapai bila dalam membudidayakan
tanaman kakao menggunakan teknologi intensifikasi yang ditunjang
dengan kesesuaian lingkungan tumbuhnya. Salah satu teknologi
yang penting dalam budidaya tanaman kakao adalah pembibitan,
sebagai pemasok utama bahan tanaman di lapangan. Upaya
pembibitan dilakukan untuk memperoleh mutu bahan tanam (bibit)
yang baik dan berkualitas tinggi, baik dengan penggunaan benih
varietas unggul maupun pemeliharaan bibit secara intensif. Salah
satu kegiatan pemeliharaan bibit yang sangat penting adalah
pemupukan.Pemupukan dapat dapat menggunakan pupuk organik
maupun anorganik. Penggabungan kedua jenis pupuk tersebut sangat
dianjurkan untuk memacu pertumbuhan bibit secara maksimal.
Penggunaan pupuk organik, misalnya pupuk bokashi akan
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, agar menjadi lebih
subur, gembur, dll. Sedangkan pemberian pupuk anorganik, seperti
pupuk majemukphonska akan menambah persediaan unsur hara
dalam tanah (Budi Prasetyo 2014).
Unsur-unsur hara utama yang perlu ditambahkanpada
pemupukan tanaman kakao meliputi nitrogen,fosfor, kalium dan
magnesium. Pada umumnya unsur-unsurtersebut diperoleh dari
penambahan pupukanorganik. Hasil penelitian Angkapradipta et al.
(1988)menunjukkan bahwa pemberian pupuk Urea dan
TSPberpengaruh terhadap pertumbuhan kakao lindaktanaman belum
menghasilkan pada tanah latosol yangditunjukkan oleh pertumbuhan
panjang dan lilit batang.Akan tetapi menurut Abdoellah (1996)
pemberianpupuk anorganik saja bukanlah jaminan untukmemperoleh
hasil maksimal tanpa diimbangi pupukorganik, karena pupuk
organik mampu berperan terhadap perbaikan sifat fisik, kimia dan
biologi tanah, yang pada akhirnya terhadap produksi kakao.Pupuk
organik dalam bentuk cair dapat meningkatkan suplai unsur hara
pada tanaman dibandingkan dengan pupuk anorganik. Pemupukan
melalui daun dapat mengurangi kerusakan akibat pemberian pupuk
melalui tanah. Beberapa jenis pupuk organik cair (POC) termasuk
POC Bioton selain memiliki unsur hara (makro dan mikro) yang
dibutuhkan oleh tanaman juga mengandung hormon yang sangat
berperan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman
(Ade Wachjar 2008).
Dalam melaksanakan program pengembangan komoditas
kakao, salah satu aspek penting yang perlu mendapat perhatian
adalah masalah organisme pengganggu tanaman (OPT). OPT pada
tanaman kakao meliputi hama, penyakit, dan gulma. Usaha
penanggulangan OPT pada budidaya tanaman kakao berpedoman
pada konsep dasar pengendalian hama terpadu (PHT). Pengelolaan
hama pada prinsipnya dilakukan melalui pendekatan ekologis, yaitu
tindakan evaluasi dan penggabugan semua teknik pengendalian yang
ada secara terpadu. Beberapa komponen teknologi pengendalian
yang dapat dipadukan antara lain adalah kultur teknis, mekanis,
biologis, pemanfaatan tanaman tahan hama, dan komponen kimiawi.
Komponen kimiawi merupakan pilihan terakhir yang dilakukan jika
komponen lainnya tidak mampu membendung peledakan populasi
hama (T. Wahyudi 2008).
3. Karet (Hevea braziliensis)
Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman
karet meliputi pengendalian gulma, pemupukan dan pemberantasan
penyakit tanaman. Areal pertanaman karet, baik tanaman belum
menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM)
harus bebas dari gulma seperti alang-alang (Imperata cylindrica),
Mikania micrantha, eupatorium (Eupatorium sp), sehingga tanaman
dapat tumbuh dengan baik (Anwar, 2001).
Pemberian pupuk tidak dilakukan pada waktu hujan karena akan
cepat tercuci oleh air hujan. Pemberian pupuk dilakukan  pada pergantian
musim hujan ke musim kemarau. Cara pemupukan tanaman karet ada dua
macam yaitu dengan cara manual circle dan chemical strip weeding.
Pemupukan dengan cara manual dilakukan dengan membuat saluran
melingkar di sekitar pohon dengan jarak disesuaikan dengan umur
tanaman. Umur 3-5 bulan saluran dibuat melingkar dengan jarak 20-30 cm
dari tanaman. Umur 6-10 bulan jarak dari tanaman 20-45 cm. Pemupukan
dengan cara chemical strip dilakukan dengan cara meletakkan pupuk
diluar jarak 1-1,5 meter dari barisan tanaman ( Sugito, 2007). 
Hama utama tanaman karet yang mampu menimbulkan kerugian
sangat fatal yaitu hama rayap. Rayap pada umumnya berkumpul dan
bersarang pada tanaman yang sudah mati. Serangan pada tanaman karet
biasanya setelah tanaman karet mati sebagai akibat dari serangan jamur
akar putih (JAP) atau pada areal penanaman yang menggunakan bahan
tanam stump mata tidur yang kekeringan. Namun demikian untuk
tanaman muda bisa terjadi serangan apabila terjadi kekeringan pada saat
musim kemarau. Menurut Sianturi (2001), pengendalian hama ini yaitu
dengan cara:
a.    Membersihkan tunggul-tunggul sisa pembukaan lahan.
b.    Menanam dengan bahan tanam polybag.
c.    Menaburkan Carbofuran (Furadan atau Dharmafur) di sekitar
tanaman yang terserang sebanyak satu sendok makan.
4. Kopi
Kondisi lingkungan tumbuh tanaman kopi yang paling berpengaruh
terhadap produktivitas tanaman kopi adalah tinggi tempat dan tipe curah
hujan. Oleh karena itu, jenis tanaman kopi yang ditanam harus
disesuaikan dengan kondisi tinggi tempat dan curah hujan di daerah
setempat (Ernawati et al., 2008).
Tanaman kopi Arabika menghendaki tanah gembur, subur, dan kaya
bahan organik. Kopi Arabika dapat tumbuh baik pada tanah dengan
kelerengan kurang dari 45%, kedalaman efektif lebih dari 100 cm, tekstur
tanah lempung berpasir (loamy) dengan struktur lapisan atas remah
(PPKKI, 2008). Selain itu PPKKI (2008), menyebutkan tanaman kopi
Arabika juga menghendaki tanah dengan sifat kimia sebahgai beikut.
- Kadar bahan organik > 3,5% atau kadar C > 2%.
- Nisbah C/N 10-12.
- Kapasitas Tukar Kation (KTK) > 15 me-1100 g tanah.
- Kejenuhan Bassa > 35%.
- pH tanah 5,5-6,5. Kadar unsur hara minimum N 0,28%; P ( Bray I) 32
ppm; K tertukar 0,50 me-1100 g, Ca tertukar 5,3 me-1100 g, Mg tertukar 1
me-1100g.
Di dataran tinggi Gayo umumya pelaksanaan kegiatan budi daya
tanaman kopi masih secara organik. Karim (2000), menyebutkan beberapa
bahan baku lokal sebagai bahan organik yang potensi dimanfaatkan
adalah (1) kulit kopi, (2) Pangkasan rumput vertiver, (3) pangkasan
lamtoro, (4) sampah kebun, (5) pupuk kandang, cair 3.000-4.000. Selain
kelima bahan tersebut, untuk meningkatkan kandungan hara N dapat pula
dibudidayakan Azollamyicrophilla (Karim dan Darusman, 1997a dalam
Karim et al., 2000).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Semusim dan Tahunan acara
Perawatan Tanaman Tahunan ini dilaksanakan hari Rabu, 14 Oktober
2015. Praktikum ini bertempat di lahan pertanian Universitas Sebelas
Maret yaitu di Jumantono, Karanganyar.
2. Alat dan Bahan
Alat: cangkul, sabit, gergaji kayu, ember
Bahan: tanaman tanaman kelapa sawit, kakao, kopi dan karet, pupuk
urea, SP36, dan KCl serta alas untuk mencampur pupuk
3. Cara Kerja
a. Menentukan lebar piringan pada sekitar batang tanaman kelapa
sawit, kakao, kopi dan karet yang akan dilakukan penyiangan,
dengan berpedoman panjang pelepah daun atau lebar tajuk
tanaman
b. Membersihkan daerah sekeliling/ melingkar batang membentuk
lingkaran atau piringan
c. Menggemburkan tanah pada daerah piringan
d. Melakukann pemupukan tanaman kelapa sawit, kakao, dan karet
dengan cara menebarkannya pada daerah piringan dengan dosis
yang telah ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai