Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya tidak dikehendaki
lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Limbah pertanian adalah
bagian tanaman pertanian di atas tanah atau bagian pucuk, batang yang tersisa
setelah dipanen atau diambil hasil utamanya. Berdasarkan artinya limbah
pertanian dapat diartikan sebagai bahan yang dibuang di sector pertanian.
Beberapa contoh limbah pertanian adalah tempurung kelapa, jerami dari jenis
padi-padian, daun sayur-sayuran yang tidak terpakai dan lain sebagainya.
Beberapa hasil limbah pertanian sebenarnya dapat dimanfaatkan kembali salah
satunya sebagai pakan ternak.
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Jerami Padi dan Alang-alang
2.1.1 Jerami Padi ( Oriza sativa )
Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang terdapat
dalam jumlah melimpah dan mudah diperoleh untuk dimanfaatkan sebagai
makanan ternak. Karakteristik jerami padi ditandai dengan tingginya
kandungan serat kasar dan rendah kandungan nitrogen, kalsium serta fosfor.
Hal ini mengakibatkan daya cerna jerami padi rendah dan konsumsi menjadi
terbatas, akan tetapi masih potensial digunakan sebagai sumber energi
(LENG, 1980).
Klasifikasi jerami padi adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Poales
Family : poaceae
Genus : Oriza
5

Species : Oriza sativa


Gambar 1 Jerami padi

Kandungan yang terdapat di dalam jerami padi dapat dilihat pada tabel 1 .
Tabel 1 Kandungan nutrisi Jerami Padi ( Jasmal A, 2008 )
Kandungan nutrisi jerami padi Persentase ( % )
Bahan kering 88,30
Lemak kasar 2,74
serat kasar 33,79
Protein kasar 4,64
BETN 41,40

2.1.2 Alang-alang ( Imperata cylindrica )
Alang-alang merupakan tanaman semak, menahun, tingginya 1-1,5m.
Batang lunak, bulat, pendek, beruas-ruas, berwarna putih keunguan, pada tiap
buku terdapat rambut berwarna putih. Daun tunggal berbentuk lanset, tepi
rata, ujung meruncing, pangkal menyempit, panjang kurang lebih 1m, lebar
kurang lebih 1,5cm, berwarna putih. Akar serabut berwarna putih kotor.
Perbanyakan tanaman menggunakan rimpang atau akar tunggal. Tetapi
tumbuhan ini tidak perlu ditanam karena akan tumbuh dengan sendirinya
ditempat-tempat yang memungkinkan dan tidak memerlukan penanganan
6

khusus. Bisa hidup dikondisi tanah dan iklim yang kurang baik. Merupakan
tanaman gulma yang menyerap Nitrogen dan mengakibatkan menurunnya
kesuburan tanah.
Klasifikasi rumput alang-alang adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Imperata
Species : Imperata cylindrical


Gambar 2 Alang-alang

Alang-alang dapat berkembangbiak dengan cepat, dengan benih-
benihnya yang tersebar cepat bersama angin, atau melalui rimpangnya yang
lekas menembus tanah yang gembur. Berlawanan dengan anggapan umum,
alang-alang tidak suka tumbuh di tanah yang miskin, gersang atau berbatu-
batu. Rumput ini senang dengan tanah-tanah yang cukup subur, banyak
disinari matahari sampai agak teduh, dengan kondisi lembap atau kering
Komposisi yang terkandung di dalam rumput alang-alang dapat
dilihat pada table 2.
7


Tabel 2 Kandungan nutrisi rumput alang-alang ( Hermawati )
Kandungan nutrisi alang-alang Persentase ( % )
Bahan Kering 31
Protein kasar 5,25
BETN 40,90
serat kasar 40,40
Lemak kasar 2,23

2.2 Silase
Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijauan (rumput-rumputan atau
leguminosa ) yang disimpan dalam bentuk segar mengalami proses ensilase
(Prihatman, 2000). Silase itu sendiri merupakan hijauan yang difermentasi
sehingga hijauan tersebut tetap awet karena terbentuk asam laktat (Kartasudjana,
2001). Silase berasal dari hijauan makanan ternak ataupun limbah pertanian yang
diawetkan dalam bentuk segar (dengan kandungan air 60-70 %), sedangkan
ensilase adalah proses pembuatan silase. Tempat atau media yang dapat
digunakan sebagai bioreaktor dinamakan silo. Bahan pembuat silo dapat berasal
dari tanah, beton, baja, anyaman bambu, drum bekas, plastic dan lain sebagainya.

Gambar 3 Silase dari hijauan
Prinsip utama pembuatan silase yaitu :
8

1. Mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi oleh
bakteri
2. Menahan pembusukan yang diakibatkan oleh enzim dan bakteri pembusuk
yang terdapat di dalam hijauan
3. Menghentikan pernafasan dan penguapan sel-sel tanaman
Dalam pembuatan silase hijauan terdapat beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi diantaranya :
1. Hijauan yang digunakan seperti rumput-rumputan, jerami dan lain
sebagainya
2. Penambahan zat aditif untuk meningkatkan kualitas silase.
3. Kadar air yang tinggi berpengaruh dalam pembuatan silase. Kadar air yang
tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan jamur dan dapat menyebabkan
pembentukan asam yang tidak diinginkan seperti asam butirat.
Tujuan dan manfaat dari pembuatan silase hijauan adalah meningkatnya
nilai kandungan gizi pakan ternak. Mencegah kekurangan pangan pada saat
musim kemarau tiba. Manfaat lain dari pembuatan silase dari limbah pertanian
seperti jerami padi dan gulma adalah mengurangi pencemaran limbah seperti
pencemaran udara dan pencemaran lahan pertanian yang diakibatkan proses
pembusukan jerami padi yang mengakibatkan tanah dapat bersifat asam yang
dapat mengurangi kesuburan tanah tersebut. Banyak limbah pertanian yang tidak
diolah diproses dengan dibakar begitu saja sehingga dapat menyebabkan
pencemaran udara, proses pembakaran tersebut menghasilkan emisi C0
2
yang
dapat merusak lapisan ozon.
2.3 Bakteri Asam Laktat
Bakteri asam laktat adalah kelompok bakteri yang mampu mengubah
karbohidrat (glukosa) menjadi asam laktat. Efek bakterisidal dari asam laktat
berkaitan dengan penurunan pH lingkungan menjadi 3 sampai 4,5 sehingga
pertumbuhan bakteri lain termasuk bakteri pembusuk akan terhambat. Pada
umunya mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran pH 6-8 (Rudy, 2011).
9

bakteri asam laktat berdasarkan sifat fermentasinya dibagi menjadi dua
golongan yaitu heterofermentatif dan homofermentatif. Perbedaan dari kedua
golongan tersebut adalah terletak pada produk akhir yang dihasilkan dan efisiensi
fermentasi. Bakteri homofermentatif lebih efisien dalam memproduksi asam-asam
organik bila dibandingkan dengan tipe heterofermentatif. Beberapa jenis bakteri
asam laktat homofermentatif yaitu, Lactobacillus bulgaricus, L.lactis,
L.acidophilus, L.thermophilus dan L.delbruechii, sedangkan bakteri asam laktat
yang bersifat heterofermentatif yaitu Streptococcus sp., Leuconostoc sp.,
Leuconostoc fermentum dan Leuconostoc brevis ( Rudy, 2011 ).
Lactobacillus plantarum merupakan salah satu jenis BAL homofermentatif
dengan temperatur optimal lebih rendah dari 37oC. L. plantarum berbentuk
batang (0,5-1,5 s/d 1,0-10 _m) dan tidak bergerak (non motil). Bakteri ini
memiliki sifat katalase negatif, aerob atau fakultatif anaerob, mampu mencairkan
gelatin, cepat mencerna protein, tidak mereduksi nitrat, toleran terhadap asam, dan
mampu memproduksi asam laktat. Dalam media agar, L. plantarum membentuk
koloni berukuran 2-3 mm, berwarna putih opaque, conveks, dan dikenal sebagai
bakteri pembentuk asam laktat (Iis, 2007).
L. plantarum mampu merombak senyawa kompleks menjadi senyawa
yang lebih sederhana dengan hasil akhirnya yaitu asam laktat. Asam laktat dapat
menghasilkan pH yang rendah pada substrat sehingga menimbulkan suasana
asam. L. plantarum dapat meningkatkan keasaman sebesar 1,5 sampai 2,0% pada
substrat. Dalam keadaan asam, L. plantarum memiliki kemampuan untuk
menghambat bakteri pathogen dan bakteri pembusuk (Iis, 2007)
Pertumbuhan L. plantarum dapat menghambat kontaminasi dari
mikrooganisme pathogen dan penghasil racun karena kemampuannya untuk
menghasilkan asam laktat dan menurunkan pH substrat, selain itu BAL dapat
menghasilkan hidrogen peroksida yang dapat berfungsi sebagai antibakteri. L.
plantarum juga mempunyai kemampuan untuk menghasilkan bakteriosin yang
berfungsi sebagai zat antibiotik (Iis, 2007).

2.4 Aditif
10

Factor yang mempengaruhi kualitas silase secara umum adalah kematangan
bahan dan kadar air, besar partikel bahan, penyimpanan saat ensilase, dan aditif.
Untuk meningkatkan kualitas silase sering ditambahkan bahan aditif, yang pada
dasarnya dapat dibagi menjadi dua yaitu sebagai pendorong fermentasi dan
sebagai penghambat fermentasi. Zat aditif pendorong fermentasi bekerja
membantu pertumbuhan bakteri asam laktat untuk lebih cepat tumbuh. Dengan
demikian dapat memproduksi asam laktat lebih cepat sehingga kondisi asam
segera tercapai (Yusmadi, 2008). Zat aditif yang ditambahkan di dalam proses
ensilase dapat berupa bahan-bahan yang mengandung hidrat arang (karbohidrat)
yang siap diabsorpsi oleh mikroba, antara lain : molasses, onggok, tepung jagung,
dedek halus dan ampas sagu ( Nevy, 2008)

Anda mungkin juga menyukai