Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

TATALAKSANA PADANG PENGGEMBALAAN PETERNAKAN RAKYAT

PRAKTIKUM III
PEMBUATAN SILASE

OLEH :

NAMA : NURMISRAH
NIM : I011201084
KEL/GEL : VIII (DELAPAN)/II (DUA)
WAKTU : SABTU, 14 MEI 2022
ASISTEN : MUSDALIPA

LABORATORIUM TANAMAN PAKAN DAN PASTURA


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Silase merupakan hijauan pakan ternak yang disimpan dalam keadaan segar

di dalam silo dan mengalami proses fermentasi sehingga pakan menjadi awet.

Silase diawetkan dengan cara difermentasi dalam silo pada kondisi anaerob. Silase

komplit adalah silase yang ketika dibuat telah mengandung semua nutrisi yang

dibutuhkan oleh ternak sehingga peternak tidak perlu lagi menyiapkan pakan

tambahan untuk menutupi kekurangan nutrisinya (Ilham dan Mukhtar, 2017).

Kualitas silase dapat ditentukan dengan beberapa parameter, seperti pH,

aroma, tekstur dan warna. Kegagalan dalam pembuatan silase dapat disebabkan

oleh beberapa faktor, yaitu proses pembuatan yang salah, terjadi kebocoran silo

sehingga tidak tercapai suasana anaerob di dalam silo, karbohidrat terlarut tidak

tersedia dengan baik, berat kering (BK) awal rendah sehingga silase menjadi terlalu

basah dan memicu pertumbuhan organisme pembusuk yang tidak diharapkan

(Abrar dan Fariani, 2019).

Rumput benggala berasal dari Afrika Tropik dan telah dibudidayakan

disemua daerah tropis maupun subtropik, karena nilainya sangat tinggi sebagai

makanan ternak. Rumput ini dapat tumbuh pada tanah berbatuan dengan lapisan

tanah tipis, bahkan pada tanah yang drainase buruk serta toleran pada keadaan

kering yang tidak terlampau parah dan tahan naungan. Pada intensitas cahaya 30-

50% masih berproduksi normal. Kandungan nutrisi rumput benggala bervariasi

menurut bagian tanaman dan umur pertumbuhan. Kandungan protein benggala

pada daun 12,5% dan 8,5% pada batang dan 11% untuk seluruh tanaman pada umur
pertumbuhan 4 minggu dan 5% pada umur pertumbuhan 12 minggu. Kecernaan

bahan kering in vitro umumnya pada kisaran 50-55% (Kusnawan, 2017). Hal inilah

yang melatar belakangi dilakukkanya praktikum Tatalaksana Padang

Penggembalaan Peternakan Rakyat mengenai pembuatan silase.

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukannya praktikum Tatalaksana Padang Penggembalaan

Peternakan Rakyat mengenai Pembuatan Silase adalah untuk mengawetkan serta

mengurangi kehilangan nutrient pada hijauan agar dapat dimanfaatkan oleh ternak.

Kegunaan dari praktikum Tatalaksana Padang Penggembalaan Peternakan

Rakyat mengenai Pembuatan Silase yaitu agar dapat mengawetkan serta

mengurangi kehilangan nutrient pada hijauan sehingga dapat dimanfaatkan oleh

ternak.
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Silase

Silase merupakan hijauan makanan ternak yang diawetkan dengan cara

disimpan dalam silo anaerob. Kualitas nutrisi silase tidak dapat sama dengan

hijauan yang masih segar, namun pengawetan pakan dengan cara ensilase dapat

menambah daya simpan hijauan dengan tingkat kehilangan nutrisi yang lebih kecil

bila dibandingkan dengan hanya dibiarkan saja dalam suhu ruang. Prinsip

pembuatan silase adalah mempertahankan kondisi kedap udara dalam silo

semaksimal mungkin agar bakteri dapat menghasilkan asam laktat untuk membantu

menurunkan pH (Sayuti dkk., 2019).

Dalam proses pembuatan silase, bahan tambahan sering digunakan dengan

tujuan untuk meningkatkan atau mempertahankan kualitas dari silase. Dedak padi

dan tepung jagung merupakan beberapa bahan tambahan yang dapat digunakan

dalam pembuatan silase sebagai sumber karbohidrat terlarut. Keuntungan dari

dedak padi dan dedak jagung sebagai bahan tambahan yaitu harga yang relatif

murah serta mudah didapat. Penambahan dedak padi dan tepung jagung diharapkan

dapat meningkatkan kualitas fisik silase rumput gajah karena keberhasilan silase

dapat dilihat dari kualitas fisik silase,serta dapat meningkatkan palatabilitas dan

kecernaan bahan pakan pada ternak (Kojo dkk., 2015).

Prinsip pembuatan silase adalah fermentasi hijauan oleh mikroba yang

banyak menghasilkan asam laktat. Asam laktat yang dihasilkan selama proses

fermentasi akan berperan sebagai zat pengawet sehingga dapat menghindarkan

pertumbuhan mikroorganisme pembusuk. Pengawetan ini didasarkan atas adanya


proses peragian di dalam tempat penyimpanan (silo). Sel-sel tanaman untuk

sementara akan terus hidup dan mempergunakan O2 yang ada di dalam silo. Bila

O2 telah habis, terjadi keadaan anaerob di dalam tempat penyimpananyang tidak

memungkinkan bagi tumbuhnya jamur atau cendawan (Naif dkk, 2015).

Tinjauan Umum Rumput Benggala

Rumput benggala (Panicum maximum jacq) merupakan salah satu jenis

rumput liar yang sering digunakan masyarakat sebagai pakan ternak ternyata

diindiksikan mampu menyerap logam CD. Rumput benggala (Panicum maximum

Jacq) termasuk rumput liar yang mampu tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik

lahan subur maupun lahan kering. Hal ini disebabkan rumput benggala memiliki

system perakaran yang dalam, padat da berserat (Wardani dkk., 2013).

Produksi rumput Benggala meningkat sangat tinggi pada saat musim hujan,

sehingga seringkali terjadi kelebihan produksi biomasa. Sedangkan pada musim

kemarau kapasitas produksinya menurun sangat drastis, akibatnya ketersediaan

jenis hijauan pakan ini sangat fluktuatif yang menyebabkan pasokan hijauan pakan

untuk mendukung pengembangan ternak ruminan sepanjang tahun tidak merata.

Berdasarkan kenyataan tersebut diperlukan upaya pengawetannya agar distribusi

hijauan pakan, seperti rumput Benggala dapat tersedia sepanjang tahun sesuai

kebutuhan ternak (Dhalika dkk., 2015).

Rumput Benggala biasanya digunakan dalam pembuatan sialase. Rumput

Benggala salah satu rumput unggulan lainnya yang dapat dijadikan sumber pakan

berkualitas. Termasuk jenis tanaman berumur panjang dan mampu tumbuh di

daerah beriklim tropis dan subtropis. Ciri-ciri rumput benggala diantaranya tumbuh
merumpun menyerupai padi, memikiki daun berbentuk pita dengan panjang 40-150

cm dan mempunyai bunga (Arifin, 2015).

Tinjauan Umum EM4

Effective Microorganisme 4 (EM4) merupakan campuran dari

mikroorganisme yang menguntungkan. Jumlah mikroorganisme fermentasi di

dalam EM4 sangat banyak, sekitar 80 jenis. Mikroorganisme tersebut dipilih yang

dapat bekerja secara efektif dalam menfermentasikan bahan organik. Dari sekian

banyak mikroorganisme, ada lima golongan yang pokok yaitu bakteri fotosintetik,

lactobacillus sp, streptomices sp, ragi (yeast), dan actinomicetes. Efective

Microorganisme 4 (EM4) bagi tanaman tidak terjadi secara langsung. Penggunaan

EM4 akan lebih efisien bila terlebih dahulu ditambahkan bahan organik yang

berupa pupuk organik ke dalam tanah (Meriatna dkk., 2018).

Penambahan EM4 ke dalam silase hijauan pakan ternak untuk tujuan

penyimpanan hijauan pakan ternak segar akan menjadi lebih mudah dan lebih cepat.

Selain itu penambahan EM4 akan meningkatkan nafsu makan ternak dari aroma

asam manis yang ditimbulkan. EM4 dapat digunakan sebagai probiotik pembuatan

silase, rumput kering, jerami, pohon jagung kering dan lain-lain dapat diolah

menjadi pakan ternak dengan dipotong kecil-kecil terlebih dahulu, potongan

rumput kering ini ditaroh dalam bak drum atau tempat lain , disiram dengan EM4

sampai lembab dan dipadatkan (Kastalani dkk., 2020).

Kandungan EM4 terdiri dari bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat,

actinomicetes, ragi dan jamur fermentasi. Bakteri fotosintetik membentuk zat-zat

bermanfaat yang menghasilkan asam amino, asam nukleat dan zat-zat bioaktif yang

berasal dari gas berbahaya dan berfungsi untuk mengikat nitrogen dari udara.
Bakteri asam laktat berfungsi untuk fermentasi bahan organik jadi asam laktat,

percepat perombakan bahan organik, lignin dan cellulose, dan menekan pathogen

dengan asam laktat yang dihasilkan (Rustam, 2022).

Tinjauan Umum Faktor yang Mmempengaruhi Kualitas Silase

Faktor yang mempengaruhi kualitas silase adalah hijauan yang akan

digunakan sebagai bajan silase, perlakuan terhadap hijauan dengan pemotongan

dan pelayuan, keadaan lingkungan yaitu ada atau tidaknya oksigen dalam silo dan

penambahan aditif . Kandungan air rendah dalam bahan silase dapat menghambat

penurunan pH, sehingga bakteri pembusuk dapat hidup lebih lama. Kandungan air

pada hijauan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan cepatnya penurunan pH

(Umam dkk, 2015).

Karakteristik bahan (kandungan bahan kering, kapasitas buffer, struktur

fisik dan varietas). Tata laksana pembuatan silase (besar partikel, kecepatan

pengisian ke silo, kepadatan pengepakan dan penyegelan silo). Keadaan iklim

(misalnya suhu dan kelembaban). Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kualitas silase. Proses silase juga melibatkan kerja dari bakteri asam

laktat (BAL). BAL memiliki sifat antara lain gram positif, tidak memiliki spora,

tidak berbentuk motil, berbentuk batang dan tidak memiliki organisme katalase

(Handayani dkk, 2018).

Kadar air pada hijauan termasuk faktor yang sangat penting dalam

pembuatan silase, hijauan dengan kadar air yang rendah akan menghambat

pemanfaatan oksigen sehingga memicu pertumbuhan jamur dan peningkatan panas

pada silase. Kadar air hijauan yang tinggi dapat menyebabkan pembusukan karena

proses fermentasi oleh bakteri clostridia yang menghasilkan sejumlah besar asam
butirat dan amina yang memiliki bau tajam, seperti triptamin dan histamine (Thiasari

dkk., 2019).

Tinjauan Umum Manfaat Silase

Manfaat lain pembuatan silase yaitu mengawetkan hijauan yang berlebih

selama musim hujan yang apabila tidak diawetkan akan terbuang karean tidak

cukup ternak untuk mengonsumsinya serta mengurangi kehilangan nutrient.

Kualitas silase tergantung dari kecepatan fermentasi membentuk asam laktat,

sehingga dalam pembuatan silase terdapat beberapa bahan tambahan yang

biasa diistilahkan sebagai additive silage (Toputri, 2019).

Tujuan dari pembuatan silase adalah untuk meningkatkan kualitas hijauan

makan ternak melalui peningkatan gizi dan daya cerna, meningkatkan daya tahan

penyimpanan, menanggulangi kebutuhan hijauan pakan pada saat musim tertentu,

dan memanfaatkan hasil limbah pertanian dan perkebunan. Silase diharapkan dapat

mengatasi permasalahan kekurangan hijauan segar terutama pada musim kemarau

sehingga dapat memperbaiki produktivitas ternak (Sugiarti dkk., 2020).

Produksi silase pakan komplit akan mengurangi waktu dan beban kerja

peternak dalam penyediaan pakan bagi ternak dan peterak dapat melakukan

aktivitas lain khususnya saat-saat ada kegiatan sosial kemasyarakatan. Produksi

silase pakan dilakukan dengan memanfaatkan berbagai limbah organic yang

tersedia seperti rumput, jerami padi, isi rumen, dedak, urea, garam, kapur dan

mineral (Mudita dkk, 2013).


METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum Tatalaksana Padang Penggembalaan Peternakan Rakyat

mengenai pembuatan silase dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Mei 2022 pukul 15.00

WITA sampai selesai di Laboratorium dan Lahan Tanaman Pakan dan Pastura,

Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum tatalaksana padang penggembalaan

peternakan rakyat mengenai pembuatan silase yaitu parang, timbangan, bantalan

pemotong hijauan, labu ukur, pH meter dan ember.

Bahan yang tatalaksana padang penggembalaan peternakan rakyat

mengenai pembuatan silase yaitu 2 kg rumput benggala, 1 kg dedak padi, EM4 dan

trash bag.

Prosedur Kerja

Pertama-tama menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Mengambil

rumput benggala dan mencacahnya. Memasukkan rumput tersebut ke dalam trash

bag. Menimbang rumput yang telah dicacah hingga 2 kg. menimbang dedak padi

seberat 1 kg. menyiapkan alas, campurkan rumput benggala dan dedak padi hingga

merata. Mengambil air dan menambahkan em 4., aduk menggunakan tangan.

Campurkan EM 4 yang telah tercampur air dengan rumput benggala dan deka padi

yang telah rata. Siapkan trash bag, masukkan silase yang telah dibuat. Ikat atau

tutup trash bag yang digunakan dengan rapat sehingga tidak ada udara yang masuk.

Simpan dalam suhu ruang


DAFTAR PUSTAKA

Abrar, A., dan Fariani, A. 2019. Pengaruh proporsi bagian tanaman terhadap
kualitas fisik silase rumput gajah (Pennisetum Purpureum). Jurnal
Peternakan Sriwijaya. 8(1) : 21-27.
Arifin, M. 2015. Kiat Jitu Menggemukan Sapi Secara Maksimal. PT AgroMedia
Pustaka : Jakarta.
Dhalika, T., Budiman, A., dan Mansyur, M. 2015. Kualitas silase rumput benggala
(Panicum maximum) pada berbagai taraf penambahan bahan aditif ekstrak
cairan asam laktat produk fermentasi anaerob batang pisang. Jurnal
Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science). 17(1) : 77-
82.
Ilham, F., dan Mukhtar, M. 2017. Perbaikan produktivitas kambing kacang melalui
pelatihan pembuatan pakan silase bagi warga di Kecamatan Bone Pantai
Kabupaten Bone Bolango. ABDIMAS: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat. 10(02).
Kastalani, K., Kusuma, M. E., dan Laurena, D. 2020. Pengaruh aditif Em4
(Effective Microorganism), air tebu dan tepung jagung terhadap kualitas uji
organoleptik silase rumput kumpai (Hymenachine amplexicaulis). Ziraa'ah
Majalah Ilmiah Pertanian. 45(2) : 171-177.
Kojo, R. M., Rustandi, D., Tulung, Y. R. L., dan Malalantang, S. S. 2015. Pengaruh
penambahan dedak padi dan tepung jagung terhadap kualitas fisik silase
rumput gajah (pennisetum purpureumcv. hawaii). Zootec. 35(1) : 21-29.
Kusnawan, M. 2017. Korelasi Antara Konsumsi Bahan Kering Dengan Kandungan
Nutrien Ransum Kambing Yang Diberi Ransum Basal Rumput Benggala
dan Disuplementasi Dengan Daun Lamtoro atau Gamal. Skripsi.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Meriatna, M., Suryati, S., dan Fahri, A. 2019. Pengaruh waktu fermentasi dan
volume bio aktivator EM4 (Effective Microorganisme) pada pembuatan
pupuk organik cair (poc) dari limbah buah-buahan. Jurnal Teknologi Kimia
Unimal. 7(1) : 13-29.
Mudita, I. M., N. W. Siti., I. K. Budiasa., I. Wirawan, dan , A. A. P. P. Wibawa .
2013. Diseminasi Teknologi Bali-Bio Serta Pemanfaatannya Dalam
Pengembangan Peternakan Sapi Bali Di Desa Abiantuwung. Ngayah:
Majalah Aplikasi IPTEKS. 4(1).
Naif, R., Nahak, O. R., dan Dethan, A. A. 2015. Kualitas nutrisi silase rumput gajah
(Pennisetum purpureum) yang diberi dedak padi dan jagung giling dengan
level berbeda. JAS. 1(1) : 6-8.
Rustam, R. 2022. Metode Pengomposan Limbah Pabrik Gula (Blotong) untuk
Pembuatan Pupuk Prganik di Desa Doropeti Kabupaten Dompu. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah. Mataram.
Sayuti, M., Ilham, F., dan Nugroho, T. A. E. 2019. Pembuatan silase berbahan dasar
biomas tanaman jagung. JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan
Masyarakat). 3(2) : 299-307.
Sugiarti, S., Fitriani, F., dan Samudera, R. 2020. Bimbingan teknik pembuatan
silase pakan sapi bali pada kelompok ternak tinombala Desa Danda Jaya
Kecamatan Rantau Badauh Kabupaten Batola. Jurnal Pengabdian Al-Ikhlas
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjary. 6(2).
Thiasari, N., Indawan, E., Lestari, S. U., dan Sasongko, P. 2019. Teknologi Tepat
Guna Pembuatan Silase Dan Hay Dari Brangkasan Ubi Jalar. Delta Pijar
Khatulistiwa : Jenggot Selatan
Toputri, N. A. A. 2019. Pengaruh Level Pemberian Tepung Ubi Kayu (Manihot
Utilissima) Terhadap Karakteristik Silase Tanaman Jagung (Zea Mays L).
Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Umam, S., N. P. Indriani dan A. Budiman. 2015. Pengaruh tingkat penggunaan
tepung jagung sebagai aditif pada silase rumput gajah (Pennisetum
Purpureum) terhadap asam laktat, NH3, dan pH. 4(1).
Wardani, A. R., Syamsidar, H. S., & Aisyah, A. (2013). Fitoremediasi Tanaman
Rumput Benggala (Panicum Maximum Jacq) Terhadap Logam Kadmium
(Cd) Sintetik dan Tanah TPA Tamangapa Antang Makassar. Al-Kimia, 1(2)
: 8-17.

Anda mungkin juga menyukai