Nim : I011201090
Tatalaksana Padang Pengembalaan Rakyat B1
Jawaban : Pertanaman campuran merupakan sistem penanaman dua atau lebih jenis
tanaman dalam sebidang lahan pada musim tanam yang sama. Dengan demikian
pertanaman campuran dimungkinkan terjadi persaingan atau saling mempengaruhi
antra komponen pertanaman yang berlangsung selama periode pertumbuhan
tanaman yang mampu mempengaruhi hasil kedua atau lebih tanaman tersebut. Pada
pertanaman campuran leguminosa memberi sumbangan N pada rumput selama
pertumbuhannya. Beberapa syarat perlu diperhatikan pada tanaman campuran, yaitu
dapat menimbun N, tanaman tahunan yang berumur pendek, spesies-spesies manen,
tanaman yang tumbuh rapat, rendah dan lambat berbunga.
( Sumber Pustaka : Jurnal 2018 pertumbuhan dan produksi pertanaman campuran antara
brachiaria brizantha dengan macroptilium atropurpureum pada lahan kering oleh Nenny
Nureni. S )
2. Mengapa pertanaman campuran harus menggunakan rumput dan legum, bukan tanaman
rumput dengan rumput ?
Jawaban : Rumput dan legum adalah tanaman pakan yang mempunyai lintasan fotosintesis
yang berbeda. Rumput tropis kebanyakan memiliki lintasan fotosistesis C4,
sedangkan legum mempunyai lintasan fotosintesis C3. Fiksasi CO2 pada tanaman
C3 dan C4 ini dapat dipengaruhi secara langsung. Daun-daun tanaman dengan
fiksasi C3 akan menjadi cepat jenuh pada intensitas cahaya yang relative lebih
rendah jika dibandingkan dengan jenis yang mempunyai lintasan C4, oleh karena itu
C3 akan lebih sesuai tumbuh pada habitat yang ternaungi. Sebaliknya C4 akan lebih
efisien dalam menggunakan air sehingga lebih kompetitif dibandingkan dengan
tanaman lainnya.
Dilihat dari pola fiksasi ini, nampaknya antara rumput dan legume sangat cocok
diusahakan dalam bentuk asosiasi tanaman. Asosiasi tanaman rumput-legum pada
pasture campuran tidak memerlukan pemberian nitrogen apabila komposisi legume
melebihi dari 30% dari pertanaman campuran tersebut, tetapi perlu diusahakan
pemupukan P dan K. Kebutuhan N akan dipenuhi oleh legume untuk pertumbuhan
rumput sebagai komponen pasture campuran. Setelah terjadi penurunan komponen
legum sampai dibawah 30%, maka perlu dilakukan pemupukan dengan tujuan untuk
meningkatkan hasil rumput.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi kimia hijauan diantaranya
adalah faktor tanaman meliputi umur, jenis dan bagian tanaman. Daun mempunyai
nilai protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan batang, karena pada batang lebih
banyak mengandung serat kasar dibandingkan dengan daun. peranan legum dalam
sistem asosiasi rumput legume adalah untuk memberikan tambahan nitrogen kepada
rumput dan memperbaiki kandungan hara secara menyeluruh pada padang
penggembalaan terutama protein, fosfor dan kalium. Rumput diharapkan dapa
tmenyediakan sejumlah energi yang besar bagi ternak ruminansia karena produksi
bahan keringnya yang lebih banyak. Selain daripada itu, sistem penanaman
campuran akan didapatkan pakan yang berkualitas karena komposisi pakan
ruminansia yang baik adalah jika tersusun dari rumput dan legum.
( Sumber Pustaka : Dr. Jacob Nulik, et all, 2013. Mengintegrasikan Legum Herba ke dalam
system tanaman dan ternak di Indonesia Bagian Timur dan Kaca dkk. jurnal pastura. Produksi
dan kualitas rumput gajah kate (pennisetum purpureum cv. Mott) yang ditanam dalam
pertanaman Campuran rumput dan legum pada pemotongan pertama ).
3. Jelaskan empat tahap siklus nitrogen mulai dari tahap fiksasi sampai denitrifikasi (N2)
kembali kembali ke atmosfir.
Jawaban : Siklus Nitrogen adalah proses berulang atau konversi unsur Nitrogen menjadi
berbagai macam bentuk kimiawi yang akan bergerak melalui komponen biologis
maupun non-biologis. Walaupun ada banyak banget Nitrogen di atmosfer, tapi ia
memiliki ikatan yang sangat kuat dan masih berupa gas N2. Gas N2 ini bersifat
non-reaktif dengan kata lain susah banget buat bereaksi, sehingga gak bisa
digunakan secara langsung oleh tanaman dan hewan. Gas N2 harus melalui proses
yang cukup panjang untuk dikonversi menjadi senyawa organik yang bisa
bermanfaat bagi kehidupan.
Fiksasi Nitrogen
Siklus Nitrogen yang pertama yaitu proses perpindahan Nitrogen dari atmosfer
ke dalam tanah melalui akar tanaman. Tapi, sebelum itu harus melalui fiksasi
Nitrogen terlebih dahulu. Fiksasi sendiri memiliki arti mengonversi unsur menjadi
bentuk atau unsur yang bisa digunakan atau bermanfaat. Ada dua cara dalam
melakukan fiksasi Nitrogen, yaitu melalui bakteri pada akar tanaman legum
(Rhizobium), bakteri dan mikroorganisme di dalam tanah, dan proses geofisika
dengan panas dan tekanan yang tinggi seperti sambaran kilat. Namun, mayoritas
proses fiksasi ini dilakukan oleh bakteri. Sedangkan, untuk fiksasi nitrogen melalui
sambaran petir terjadi ketika Nitrogen di atmosfer yang terkena sambaran petir
akan pecah menjadi senyawa lain seperti Nitrat (NO3-).
Amonifikasi
Kita bahas fiksasi Nitrogen oleh bakteri pada akar tanaman legum dulu ya, guys.
Pertama, Nitrogen akan diserap oleh tanah dan akan diolah oleh nodul pada akar
tanaman legum yang terkandung bakteri Rhizobium atau Azotobacter. Bakteri
tersebut fungsinya untuk mengikat N2 yang akan digunakan dalam proses
metabolisme tubuh tanaman. Di dalam akar inilah nitrogen akan dikonversi
menjadi ammonia (NH3).
Gas Nitrogen di atmosfer (N2) → (dibantu oleh bakteri Rhizobium) → ammonia
(NH3).
Nitrifikasi
Selanjutnya, ammonia akan dikonversi menjadi ammonium (NH4+) yang
kemudian menjadi nitrat atas bantuan bakteri Nitrifying pada akar.
Ammonia (NH3) → Ammonium (NH4+) Lalu, NH4+ ini kadang diubah lagi oleh
bakteri Nitrifying atau Nitrobacter menjadi Nitrat (NO3-).
Ammonium (NH4+) → Nitrat (NO3-)
Asimilasi
Proses penyerapan nutrisi oleh tanaman disebut dengan asimilasi, yang diserap
oleh tanaman adalah senyawa Nitrogen dalam bentuk ion NH4+ dan NO3- yang
telah bercampur dengan air.
Dekomposisi
Tanaman yang mengandung Nitrogen kemudian akan dimakan oleh hewan dan
manusia. Otomatis nutrisi (termasuk Nitrogen) juga akan berpindah dari tanaman
ke organisme yang memakannya. Ketika organisme seperti tanaman, hewan, dan
manusia mati atau kotoran/feses mereka dikeluarkan dari tubuh, maka akan
mengalami proses dekomposisi atau penguraian di dalam tanah. Proses tersebut
dilakukan oleh dekomposer (bakteri Denitrifying dan fungi) dan akan melepaskan
ammonia (NH4+) di dalam tanah.
Denitrifikasi
Ammonia tersebut akan dikonversi lagi oleh bakteri Nitrifying menjadi NO3-.
Sebagian dari NO3- tersebut akan digunakan lagi oleh tanaman. Sedangkan yang
lainnya akan diubah oleh bakteri Denitrifying menjadi nitrogen di atmosfer
kembali. Sehingga gas nitrogen akan kembali ke atmosfer atau udara lagi. Oleh
karena itu, kandungan Nitrogen di udara cenderung konstan.
4. Sebutkan dan jelaskan 3 (tiga) cara fiksasi nitrogen dan jelaskan cara yang mana banyak
dimanfaatkan dalam sistem pertanian.
Jawaban : Agar dapat digunakan oleh tanaman, nitrogen harus mengalami proses fiksasi. Ada
tiga cara fiksasi nitrogen yaitu secara biologis menggunakan bakteri, menggunakan
petir, dan juga secara industri. Berikut penjelasannya:
Fiksasi biologis
Dilansir dari Science Learning Hub, gas nitrogen (N2) yang berdifusi ke dalam
tanah dari atmosfer akan difiksasi oleh beberapa bakteri. Gas N2 kemudian diubah
oleh bakteri menjadi ammonia (NH3) yang dapat diserap oleh tanaman. Contoh
bakteri yang dapat memfiksasi nitrogen adalah Cyanobacteria.
Fiksasi petir
Petir memiliki energi listrik yang sangat besar, cukup kuat untuk memecah
ikatan antar molekul nitrogen (N2) di atmosfer. Hal tersebut membuat nitrogen dapat
bereaksi dengan oksigen dan membentuk nitrat (NO3) yang dapat diserap oleh
tumbuhan
Fiksasi industry
Nitrogen di atmosfer juga dapat difiksasi secara industri melalui proses Haber-Bosch
untuk mengubahnya menjadi ammonia (NH3).
Amonia kemudian bisa digunakan sebagai pupuk atau diolah kembali menjadi urea
(CH4N2O) dan juga ammonium nitrat (NH4NO3) yang dapat diserap oleh tanaman.
( Sumber Pustaka : Simdos A. A. I. Kesumadewi. 2016. Fiksasi nitorogen dan Asosiasi tanaman
legum. Universitas Udayana ).
5. Sebutkan cara transfer N hasil fiksasi dari tanaman legum ke tanaman non-legum, baik
langsung maupun tidak langsung.
Jawaban : Transfer nitrogen (N) adalah pemindahan N dari tanaman legum ke tanaman
non legum yang umumnya adalah rumput (Bropy et al., 1987). Istilah tersebut juga
digunakan untuk menggambarkan pengaruh menguntungkan residu N tanaman
legum yang sudah mati (Ofori dan Stern, 1987). Proporsi N pada tanaman rumput
yang berasal dari leguminose yang ditanam secara tumpangsari sangat bervariasi
tergantung kepada lama waktu pengamatan, spesies tanaman, umur tanaman,
metodologi yang digunakan, serta kondisi lingkungan dan penelitian. Bropy et al
(1987) menemukan bahwa 68 % nitrogen yang terkandung di dalam rumput kanari
(Phalaris arundinacea L.) berasal dari alfalfa (Medicago sativa L.) dan 79% nitrogen
dari tanaman Lotus corniculata L. Jumlah tersebut merupakan 17 dan 13 % dari total
N yang difiksasi berturut-turut oleh alfalfa dan Lotus corniculata L. Penelitian
Haystead dan Marriot (1979) membuktikan terjadinya transfer N sebesar 6 – 12 %
dari tanaman white clover ke tanaman ryegrass (Lolium perens L.). Jumlah nitrogen
yang ditransfer oleh tanaman alfalfa ke bromegrass adalah 14 kg/ha/th dengan
proporsi 5 kg/ha/th berasal dari tanah dan 9 kg/ha/th berasal dari fiksasi N2. Pada
hamparan rumput di New Zealand, 50 % kebutuhan N rumput disuplai oleh tanaman
white clover (Ledgard, 1991 dalam Tomm, 1993).
Mekanisme transfer N jangka pendek terdiri dari beberapa proses, yaitu (1)
ekskresi senyawa nitrogen oleh tanaman yang kemudian diasimilasi oleh tanaman
lainnya yang berasosiasi dengan tanaman tersebut (Gambar 4), (2) transfer N yang
difasilitasi oleh mikoriza, dan (3) proses leaching N terlarut dari daun tanaman.
Beberapa tanaman leguminose yang membentuk nodul mengeksresikan senyawa N
yang kemudian digunakan oleh tanaman lainnya yang tidak mampu menambat N2
(Ruschel et al., 1979). Whitney dan Kanehiro (1967) menyatakan, sejumlah besar
proporsi N dilepaskan dari akar tanaman leguminose tropis dalam waktu 1 minggu
setelah rontoknya daun. Laju dan jumlah N terfiksasi yang dilepaskan oleh perakaran
tanaman leguminose semakin besar pada tanaman yang merana karena proses
perontokan daun dan akibat perlakuan pemupukan.
( Sumber Pustaka : Lapointe, S. 2003. Leguminose cover crops and their interactions with
citrus and Diaprepes abbreviatus (Coleoptera: Curculionidae)., dan Simdos A. A. I.
Kesumadewi. 2016. Fiksasi nitorogen dan Asosiasi tanaman legum. Universitas Udayana ).