PERCOBAAN II
BAKSO
OLEH:
Latar Belakang
fisiologisnya setelah pemotongan dan terdapat dalam porsi yang paling besar di
samping karkas lainnya.. Daging termasuk suatu sumber pangan yang penting
untuk mencukupi kebutuhan gizi. Selain kualitas protein yang baik, daging juga
mengandung asam amino dasar cukup lengkap serta disesuaikan. Protein daging
lebih gampang diproses dari pada protein nabati. Selain berupa bentuk langsung,
Bakso adalah salah satu produk olahan daging yang cukup dikenal
masyarakat baik di Indonesia maupun di luar negeri. Umumnya bakso daging sapi
dibuat dengan cara daging sapi digiling, dicampur dengan bumbu-bumbu dan
bola-bola kecil dan direbus dalam air mendidih sampai matang dengan ciri-ciri
yang bergizi tetapi juga dapat diterima oleh masyarakat dari segi rasa, aroma,
tekstur dan warnanya (Salman dkk, 2018). Dari latar belakang di atas maka
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menjelaskan apa saja
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui apa itu
pembuatan bakso, dan untuk mengetahui bagaimana cara menghitung nilai dari
Sapi Bali merupakan sapi potong asli Indonesia dari hasil domestika
banteng (Bibos banteng). Sapi Bali mempunyai persentase karkas tinggi, daging
tanpa lemak, heterosis positif tinggi pada persilangan, daya adaptasi yang tinggi
dan persentase kelahiran yang cukup berhasil. Sapi Bali memiliki pertumbuhan
yang lambat sehingga memerlukan waktu lama untuk dapat menghasilkan produk
Daging sapi Bali lebih dominan berbau darah segar dengan tekstur daging
yang lebih kasar daripada daging sapi wagyu (Nugroho dkk, 2021). Warna daging
sapi Bali adalah merah gelap. Sedangkan, warna lemak yang hasilkan oleh sapi
Rata-rata komposisi kimia daging sapi Bali yaitu protein bervariasi antara
l6-22%, lemak 1,5-l3%, senyawa nitrogen non protein l,5%, senyawa anorganik l
%, karbohidrat 0,5%, dan kadar air antara 65-80% , kadar abu 4,44-4,87%.
menyebabkan daging rusak dan tidak layak konsumsi (Fausia dkk, 2018).
Bakso adalah jenis makanan olahan yang terbuat dari daging segar yang
didefinisikan sebagai produk makanan berbentuk bulatan atau lain, yang diperoleh
dari campuran daging (kadar daging tidak kurang dari 50%) dan pati atau serealia
dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan makanan yang diijinkan Bakso
dapat dibuat dari berbagai macam daging yaitu daging sapi, daging ayam, daging
ikan, maupun daging kelinci. Perbedaan daging penyusun ini nantinya akan
Bakso mempunyai kandungan gizi cukup baik karena terbuat dari daging
sapi yang kadar proteinnya 20-22% dan kadar lemak 4.8%.. Kualitas protein
daging juga tinggi, jenis dan rasio asam-asam amino dalam daging sapi memenuhi
selain kaya gizi daging sapi juga memiliki kadar air yang tinggi (70-73%)
(SNI, 1995).
rasanya yang gurih, agak asin, mempunyai rasa daging yang kuat, berwarna abu-
abu pucat atau muda, beraroma daging rebus, memiliki tekstur yang empuk dan
agak kenyal, serta berbentuk bulat dengan ukuran yang sedang (diameter 3-5 cm)
pembuatan bakso. Bahan pengisi yang biasa digunakan pada pembuatan bakso
yang rendah. Tujuan di tambahkan bahan pengisi seperti dalam pembuatan bakso
2021).
irisan, meningkatkan cita rasa, bahan ini dapat mengabsorpsi air dua sampai tiga
kali lipat dari berat semula, sehingga adonan bakso menjadi lebih besar
tidak boleh lebih dari 50%. Kekenyalan suatu produk pangan dipengaruhi oleh
tepung yang ditambahkan dalam pembuatan produk tersebut seperti halnya bakso,
bakso yang di tambahkan bahan pengisi lebih dari 50% memiliki tekstur yang
untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. Bahan tambahan pangan dapat
mempunyai nilai gizi, yang sengaja ditambahkan ke dalam pangan untuk tujuan
tersebut, baik secara langsung atau tidak langsung (Asmawati dkk, 2022).
umumnya harus menggunakan bahan tambahan pangan yang disetujui oleh FDA
dengan nilai ADI (Acceptable Daily Intake) dari masing-masing bahan tambahan
pangan
menyerap air yang berpengaruh terhadap kekuatan gel dan nilai expressible
moisture pada bakso. penambahan bahan tambahan pangan pada bakso dapat
mengikat air pada bahan sehingga bahan banyak melepas air (Sinaga dkk, 2018).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 Maret 2022 pukul 08.00 di
Hasanuddin, Makassar.
Materi Praktikum
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu daging sapi seberat
150 gram, Tepung tapioka sebanyak 90 gram, es batu secukupnya, bawang putih 6
bawang merah 4 siung, lombok biji kecil 5 buah, lombok besar 4 buah, daun jeruk
3 lembar, daun salam 2 lembar, jeruk nipis 3 buah, kecap secukupnya, dan minyak
secukupnya
ulekan, wadah/baskom kecil, sendok besar, sendok kecil, piring, kompor, panci,
Prosedur Kerja
daging selama 1-2 menit. Menambahkan tepung tapioka, garam, merica, Lombok
biji kecil, bawang putih, dan ketumbar ke dalam food processor. Menggiling
adonan selama 2-3 menit sampai adonan menjadi legit. Memanaskan air.
putih, bawang merah, lombok biji kecil, lombok besar (bisa diuleg atau di
blender). Menumis bumbu halus hingga harum. Memasukkan sereh, daun jeruk,
geprekan jahe, daun salam, dan jeruk nipis. Menambahkan air, gula, garam, penyedap
rasa, dan garam sesuai selera. Memasukkan bakso yang telah digoreng. Menambahkan
Diagram Alir
Pemasakan (Cooking)
Bakso
Pendinginan (Cooling 150C)
Penggorengan bakso
Bawang merah,
bawang putih,
lombok biji kecil,
dan lombok besar
Lada bubuk,
penyedap rasa,
kecap, dan. gula
Warna
penerimaan warna, setelah dihitung daya panelisnya dapat diperoleh hasil bahwa
warna bakso yang dihasilkan bernilai 4 yaitu berwarna coklat tua. Hal ini
Hal ini sesuai dengan pendapat Hetharia dkk (2021) bahwa Warna bakso
dipengaruhi oleh warna daging yang berkaitan erat dengan kandungan mioglobin
pada daging dan dipengaruhi juga oleh penambahan bahan pengisi seperti tepung
serta bumbu-bumbu.
Warna yang dibentuk merupakan hasil dari berbagai proses dan reaksi
yang sangat beragam. Faktor yang turut mempengaruhi warna daging olahan
antara lain adalah suhu, bahan tambahan dan proses pembuatannya. Suhu
pengolahan yang terlalu tinggi dapat menurunkan sifat fungsional protein daging
Tekstur
terima tekstur, setelah dihitung daya panelisnya dapat diperoleh hasil bahwa
tekstur dari bakso yang dihasilkan bernilai 2 yaitu agak kasar. Hal ini
daging tidak cukup halus, dan juga penggunaan bahan pengisi seperti tepung
Hal ini sesuai dengan pendapat (Lestari dkk, 2022) bahwa tekstur bakso
terhadap produk tersebut. Bahan yang digunakan dalam pembuatan produk olahan
Menurut SNI 01-3818-1995 untuk kriteria uji rasa dan tekstur pada bakso
daging adalah gurih. Rasa bakso daging yaitu lezat, enak, rasa daging dominan
dan rasa bumbu menonjol tetapi tidak berlebihan serta tidak terdapat rasa asing
kenyal, tetapi tidak membal, tidak ada serat daging, tidak lembek, tidak basah
Keempukan
Berdasarkan hasil praktikum mengenai Percobaan Bakso mengenai daya
terima keempukan, setelah dihitung daya panelisnya dapat diperoleh hasil bahwa
nilai keempukan dari bakso bernilai 3 yaitu agak empuk. Hal ini kemungkinan
Hal ini sesuai dengan pendapat (Ulyani dkk, 2021) bahwa keberadaan
kadar air dalam bakso memengaruhi tingkat keempukan bakso, hal ini
dikarenakan kadar air memengaruhi mutu bahan pangan yaitu daya terima,
kesegaran, dan juga kestabilan daya simpan dari produk. Kadar air dalam bahan
pangan juga memengaruhi pembentukan sifat organoleptik suatu produk, kadar air
akan berpengaruh terhadap kenampakan, tekstur, dan cita rasa. Selain itu,
kekenyalan pada bakso juga disebabkan oleh kandungan pati pada bahan
campuran bakso, kandungan pati yang semakin tinggi menyebabkan tekstur bakso
semakin keras.
Bakso yang berasal dari kondisi daging prarigor akan memiliki rasa yang
lebih baik, karena mempunyai daya ikat air dan pH yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan keempukan dan juicy pada daging (Hetharia dkk, 2021). Menurut,
Zahro dkk (2021) proses pelayuan daging akan mengakibatkan denaturasi pada
Tingkat Kesukaan
terima tingkat kesukaan, setelah dihitung daya panelisnya dapat diperoleh hasil
bahwa nilai kesukaan dari bakso bernilai 6 yaitu sangat suka. Hal ini
suatu produk pangan dari aspek kasar atau halusnya produk. Tekstur mempunyai
peranan penting pada daya terima konsumen. Penilaian terhadap tekstur antara
lain kehalusan dan kekenyalan, serta keadaan fisik oleh indera penglihatan dan
perabaan.
Rasa sebagai urutan yang paling utama dari sifat mutu bakso yang
rangsangan tapi pada umumnya rasa bakso yaitu, tingkat keasinan dan cita rasa
daging, aroma merupakan urutan kedua sifat mutu bakso yang menentukan
kesedapan suatu makanan, bawang putih adalah bahan alami yang bisa
Kesimpulan
Percobaan Bakso yang telah dilakukan, diperoleh hasil berupa uji daya
penerimaan pembuatan bakso memiliki warna coklat tua dengan nilai 4, tekstur
yang agak kasar dengan nilai 2, keempukan memiliki nilai 3 yaitu agak empuk,
Saran
perlu memahami isi buku penuntun serta proposal yang telah dibuat sebelumnya
berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Arsilo, L., dan Ma'mur, K. 2022. Implementasi Sistem Klasifikasi Analisa Tekstur
Dan .Normalisasi Warna Terhadap Daging Sapi Dan Daging Babi
Menggunakan Metode K-Means
Asmawati, A., Sari, I. W., Karim, A., dan Dalming, T. 2022. Pendampingan
Peningkatan Pengetahuan Tentang Cara Mengidentifikasi Pewarna dan
Pengawet Berbahaya Dalam Makanan Pada Siswa/I SMA Negeri 1
Makassar Via Zoom dan Youtube. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Pelamonia. 2(1): 7-12.
Billah, M. M., Muwakhid, B., dan Dinasari, I. 2021. Peningkatan Mutu Hedonik
Pada Bakso Melalui Reformulasi Bahan di CV. Progresif Kramat Bunga
Gresik. Jurnal Dinamika Rekasatwa. 4(1): 42-45.
Halid, S. A., dan Gobel, M. 2021. Kadar Protein, Kadar Lemak, Kadar Air, dan
Total Mikroba Bakso Daging Sapi yang diolah dengan Asap Cair Sabut
Kelapa. 22(1): 160-168.
Salman, Y., Syainah, E., dan Rezkiah. 2018. Analisis Kandungan Protein, Zat
Besi dan Daya Terima Bakso Ikan Gabus dan Daging Sapi. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan. 14(1): 63-73.
Santi, Sabil, S., Sohrah, S., Fitri, S., dan Rusman, Y. 2021. Manajemen
Pemeliharaan Sapi Bali untuk Penggemukan. Jurnal Peternakan Lokal.
3(1): 17-22.
Nugroho, A., dan Kusumah, L. H., 2021. Analisis Pelaksanaan Quality Control
untuk Mengurangi Defect Produk di Perusahaan Pengolahan Daging Sapi
Wagyu dengan Pendekatan Six Sigma. Jurnal Manajemen Teknologi.
20(1): 56-78.
Halik, A., Fatmawati, Sutanto, S., Laga, S., dan Ramdanis. 2021. Komposit
Rumput Laut Dan Surimi Lele Terhadap Mutu Bakso. Jurnal Ilmiah
Ecosystem. 21(3): 561-571.
Zahro, S. F., Fitrah, K. A., Prakoso, S. A., dan Purnamasari, L.2021. Pengaruh
Pelayuan terhadap Daya Simpan dan Keempukan Daging. Jurnal
Peternakan Indonesia. 23(3): 235-239.
Lestari, E., Anindita, A. M., Badi’ah, A. N., Sayekti, T., dan Fadly, W. 2022.
Potensi Umbi Gadung sebagai Bahan Pengganti Tepung dalam Pembuatan
Bakso Daging Sapi. Jurnal Tadris Ipa. 2(1):1-12.
Hetharia, C., Loppies, Y., dan Handu, H. 2021. Sifat Organoleptik Bakso Pada
Berbagai Rasio Perbandingan Daging Sapi Dan Babi. Jurnal Median.
13(1): 15-23.
Sinaga, D. D., Herpandi, dan Nopianti, R. 2018. Karakterisitik Bakso Ikan Patin
(Pangasius pangasius) dengan Penambahan Karagenan, Isolat Protein
Kedelai, dan Sodium Tripolyphospat. Jurnal Teknologi Hasil Perikanan.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Perhitungan Praktikum Daging
= 2625
D
DIA = x 100%
T
761
= x 100%
2625
= 28,9%
Susuk Masak
20−17,0
= 20
x 100 %
3
= 20 x 100 %
= 15%
0,86
Hold 1 = = 0,68
1,27
0,98
Hold 2 = = 0,78
1,27
0,64
Hold 3 = = 0,50
1,27
0,68+0,77+ 0,50
XDPD =
3
= 0,65
0,52
Hold 1 = = 0,40
1,27
0,79
Hold 2 = = 0,62
1,27
0,98
Hold 3 = = 0,77
1,27
0,40+0,62+0,77
XDPD =
3
= 0,59
pH
pH 1 = 5,11
pH 2 = 5,10
pH 3 = 5,09
5,11+5,10+ 5,09
XpH =
3
= 5,1
Lampiran 2. Dokumentasi uji praktikum daging
Gambar 1. Penimbangan berat daging mula-mula. Gambar 2. Sampel daging yang dipakai dalam DPD
Gambar 3. Pemasakan sampel daging dalam waterbath suhu 70°. Gambar 4. Pola daging dan kertas kalkir
Gambar 5. Kertas saring dengan pola sampel Gambar 6. Sampel yang akan dimasukkan ke dalam waterbath