Anda di halaman 1dari 11

Pembuatan Bakso

Evelyn Riani J., Isabel Erlina, Nathan Hanadi W., Tamara Sintia B.
Department of Food Technology, Bina Nusantara University
Tangerang, Indonesia

ABSTRAK

Bakso adalah makanan khas Indonesia yang banyak digemari oleh banyak
masyarakat Indonesia. Bahan dasar proses pembuatan bakso adalah daging. Pada
umumnya daging yang digunakan dalam proses pembuatan bakso adalah daging
sapi, daging ayam, ikan, dan udang. Bakso memiliki kandungan protein, lemak, dan
vitamin yang diperlukan oleh tubuh. Namun bakso efek negative bagi tubuh
manusia. Efek negative dalam tubuh manusia antara lain adalah menyebabkan
koresterol yang dilanjutkan dengan penyakit stroke, darah tinggi dan penyakit
jantung. Pada praktikum ini, dalam proses pembuatan bakso digunakan empat jenis
bahan dasar, yaitu daging sapi, daging ayam, ikan tenggiri, dan udang. Berdasarkan
hasil organoleptik yang didapat bakso berdasarkan pengamatan rasa, aroma,
tekstur, warna adalah bakso yang berbahan dasar daging ayam merupakan bakso
yang paling disukai dibandingkan bakso yang berbahan dasar daging sapi yang
paling tidak disukai.

Kata kunci: Bakso, sapi, udang, ayam, ikan

ABSTRACT

Meatballs are an Indonesian food that is popular with many people in


Indonesia. The basic ingredients of meatballs are meat, in general, meat used in
the process of making meatballs are beef, chicken, fish and shrimp. Meatballs
contain protein, fat and vitamins needed by the body. However, meatballs also have
negative effects on the human body. Negative effects in the human body including
cholesterol which leads to stroke, high blood pressure and heart disease. In this
experiment, the process of making meatballs used four types of basic material, beef,
chicken, mackerel fish, and shrimp. According to organoleptic results obtained by
meatballs based on observations of taste, aroma, texture and color, meatballs that
were made from chicken meat is the most preferable meatballs, while beef is the
least popular meatballs to meatballs made from beef which is the least preferred.

Keywords: Meatballs, beef, shrimp, chicken, fish

1
I. Pendahuluan
Bakso merupakan makanan dari olahan daging yang dilumatkan, dicampur
dengan bahan-bahan lainnya, dibentuk menjadi bulatan-bulatan, dan selanjutnya
direbus. Bakso adalah salah satu produk pangan yang populer dan digemari semua
lapisan masyarakat. Dikarenakan bakso memiliki kandungan protein, lemak, dan
vitamin yang baik bagi tubuh. Daging yang paling sering digunakan untuk bahan
utama pembuatan bakso adalah daging sapi, daging ikan, daging udang, dan daging
ayam. Bakso memiliki efek negatif dan positif bagi tubuh manusia. Efek positif
pada kandungan bakso dapat dilihat dari kandugan nilai gizi yang terdapat pada
setiap daging. Kandungan daging bakso yang utama ialah kandungan lemak,
vitamin dan protein. Sedangkan efek negatif pada bakso yaitu kandungan lemak
jenuh yang tinggi pada daging yang dapat menimbulkan beberapa pernyakit seperti
stroke, koresterol, darah tinggi dan penyakit jantung (Cahyono, 2013).
Bahan baku utama dalam pembuatan bakso adalah daging, garam, es, sodium
tripolyposphat (STPP) dan bumbu penyedap. Garam dapur atau NaCl berfungsi
mengekstraksi protein miofibril daging untuk menentukan tekstur yang terdapat
pada bakso. Salah satu upaya menghasilkan bakso dengan tekstur kenyal namun
menggunakan daging hewani yang rendah adalah dengan penambahan bahan
pengikat seperti STPP. Jumlah penggunaan STPP yang diizinkan adalah 0.3% dari
berat daging yang digunakan (Sari & Widjanarko, 2015).
Bakso yang berbahan dasar daging sapi merupakan bakso yang paling umum
ditemui dimasyarakat. Bakso sapi mempunyai kandungan nutrisi cukup baik karena
terbuat dari daging sapi yang kadar proteinnya tinggi yaitu sebesar 20-22% dan
memiliki kandungan lemak mencpai 1,5 – 13% (Cahyono, 2013). Bakso ikan
tenggiri memiliki kandungan gizi yang tinggi serta mutu proteinnya setingkat
dengan mutu protein daging pada umumnya. Ikan tenggiri memiliki warna daging
yang putih serta memiliki kandungan aktin dan myosin cukup tinggi (Riyadi &
Atmaka, 2010). Bakso udang yang memiliki standar mutu yang baik adalah
memiliki bau khas udang, rasanya gurih, dan bertekstur kenyal. Namun kadar air
yang terdapat dalam bakso udang cukup tinggi sehingga dapat menyebabkan bakso
udang tidak tahan lama dan mudah rusak atau busuk. (Lastriyanto, Maharani,
Hendrawan, & Nisaa’IL-Firdaus, 2019) Bakso yang terbuat dari daging ayam
merupakan bakso yang mengandung struktur protein miofibril, myosin, dan aktin
yang dapat mengemulsi lemak dan air dengan sempurna (Wattimena, Bintoro, &
Mulyani, 2013).

II. Metodologi
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah timbangan analitik (Ohaus;
NV621; Amerika), cutting board, mangkuk plastik, pisau, kompor (QGC 201 DMP-
B; Quantum; Indonesia), food processor (Philips; HR7627; China), Panci, baskom,
dan sendok. Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah daging ayam giling,
daging sapi giling, udang, ikan, tepung pati tapioka (Gunung Agung; PT. Budi Acid
Jaya Tbk Sungai Budi Group; 227308008011; Indonesia), garam, es batu, bawang

2
merah, bawang putih, merica bubuk (Koepoe-koepoe; PT. Gunacipta Multirasa;
Tangerang; Indonesia), penyedap rasa (Masako; PT. Ajinomoto; Indonesia), STPP
(E451; China).

Metode Pembuatan Bakso


Hal yang pertama kali dilakukan pada percobaan pembuatan bakso daging
sapi, ayam, udang, dan ikan adalah daging sapi ayam, udang, dan ikan masing-
masing sebanyak 500 gram ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam baskom.
Lalu, ditambahkan bawang merah dan bawang putih sebanyak 5% dari berat
daging, merica bubuk 0,7% dari berat daging, penyedap rasa 1% dari berat daging,
garam 2% dari berat daging, dan STPP 0,3% dari berat daging. Lalu ditambahkan
telur sebanyak 1 butir, tepung pati (perbandingan daging : pati – 9:1), dan terakhir
es batu sebanyak 20% dari total berat ayam giling. Setelah adonan halus dan dapat
dibulatkan, cetak adonan bakso dengan tangan. Setelah itu, hasil dari cetakan
langsung dimasukkan ke dalam air hangat (60-80⁰C), lalu angkat adonan setelah
mengembang. Tahap terakhir masak bakso pada air baru yang sudah mendidih
hingga matang (±10 menit), kemudian bakso diangkat dan dikeringkan.

III. Hasil dan Pembahasan


Analisis Prosedur Pembuatan Bakso
Langkah pertama pembuatan bakso adalah memotong daging menjadi bagian
kecil yang bertujuan untuk mempermudah digiling menggunakan meat grinder,
setelah dipotong dimasukkan kedalam meat grinder yang bertujuan untuk
menggiling daging dan memotong daging agar terpotong menjadi ukuran yang
lebih kecilselanjutnya dimasukkan kedalam food processor yang berfungsi untuk
menghaluskan daging, mencacah dan mengaduk bakso, lalu ditambahkan garam
yang bertujuan sebagai penambah cita rasa dan mempertahankan umur simpan.
Langkah selanjutnya ditambahkan es batu yang berfungsi sebagai pelarut adonan
agar lembut dan menjaga suhu agar tetap dingin sehingga protein dan komponen
penting pembentuk adonan tidak mudah rusak. Setelah itu, ditambahkan bawang
putih, bawang merah, penyedap rasa, STPP, merica untuk memperkaya rasa
sehingga akan menghasilkan rasa yang sedap. Penambahan STPP berfungsi sebagai
pengikat air dalam adonan. Penambahan bawang putih dan merica berfungsi untuk
meningkatkan umur simpan bahan makanan. Penambahan tepung tapioka berfungsi
untuk mengisi adonan atau membentuk adonan serta sebagai penahan air sehingga
air tidak akan mudah lepas (Alamsyah, 2007). Langkah selanjutnya, adonan dicetak
menggunakan tangan dan sendok kemudian dimasukkan kedalam air hangat (60-
80oC) agar terbentuk lapisan kulit luar bakso, sehingga menghasilkan kulit yang
kres (gurih) saat digigit. Bakso diangkat jika sudah mengembang dan dimasukkan
ke dalam air mendidih baru hingga matang (±10 menit) kemudian diangkat dan
ditiriskan (Elisa, 2013).

3
Hasil Uji Organoleptik
Uji organoleptik pembuatan bakso dilakukan pada 12 panelis terhadap 4 jenis
produk bakso dengan bahan dasar berbeda. Produk dengan kode 111 adalah bakso
dengan bahan dasar daging sapi, kode 222 adalah bakso dengan bahan dasar daging
ayam, produk kode 333 adalah bakso dengan bahan dasar ikan tenggiri, dan produk
kode 444 adalah bakso dengan bahan dasar udang. Data hasil uji organoleptik
dianalisis dengan ANOVA satu arah dengan taraf signifikan 5%. Berikut adalah
hasil uji organoleptik pembuatan bakso:

6.0000
ab ab b
5.0000
a
4.0000

3.0000

2.0000

1.0000

0.0000
111.00 222.00 333.00 444.00

Gambar 1. Hasil Uji Organoleptik 12 Panelis terhadap Warma Bakso

Warna bakso dipengaruhi oleh jenis bahan dasar pembuatan bakso. Bakso
dengan bahan dasar sapi memiliki warna keabu-abuan karena selama proses
pemanasan terjadi denaturasi pigmen, terutama myoglobin dan reaksi pencoklatan
seperti Maillard. Selain jenis bahan dasar, faktor lain yang dapat memengaruhi
warna bakso adalah pH, kondisi packaging bahan dasar, dan cara penyimpanan
bahan dasar seperti pembekuan (Saricoban & Yilmaz, 2010).
Berdasarkan Gambar 1 dapat dibuktikan bahwa bakso dengan bahan dasar
udang (kode 444) merupakan produk yang warnanya paling disukai panelis karena
bakso udang memiliki warna kejinggaan. Warna kejinggaan pada bakso udang
disebabkan oleh pemanasan daging udang yang mengakibatkan terdenaturasinya
astaxanthin pada udang (Senapati & Kumar, 2017). Bakso dengan bahan dasar sapi
(kode 111) dan bakso dengan bahan dasar ayam (kode 222) tidak memiliki
perbedaan yang signifikan, sedangkan bahan dasar ikan (kode 333) dan bakso
dengan bahan dasar udang (kode 444) memiliki perbedaan yang signifikan.

4
6.0000
a a
5.0000 a a
4.0000

3.0000

2.0000

1.0000

0.0000
111.00 222.00 333.00 444.00

Gambar 2. Hasil Uji Organoleptik 12 Panelis terhadap Aroma Bakso

Berdasarkan Gambar 2 dapat dibuktikan bahwa bakso dengan bahan dasar


daging ayam (kode 222) merupakan produk yang aromanya paling disukai panelis.
Aroma bakso dipengaruhi oleh aroma bahan dasar, bahan pengisi, bumbu, dan
bahan tambahan pangan (Sidik, 2013). Masing-masing produk memiliki bau yang
khas, seperti pada bakso dengan bahan dasar ikan dan udang, tercium bau amis. Bau
amis pada bakso ikan dan udang dapat disebabkan oleh berkurangnya kesegaran
ikan karena amonia, trimethylamine, asam lemak yang mudah menguap, serta hasil
oksidasi asam lemak (Puspitarini, 2014).

6.0000
d
5.0000 c
b
4.0000
a
3.0000

2.0000

1.0000

0.0000
111.00 222.00 333.00 444.00

Gambar 3. Hasil Uji Organoleptik 12 Panelis terhadap Tekstur Bakso

Berdasarkan Gambar 3 dapat dibuktikan bahwa seluruh jenis bakso memiliki


perbedaan tekstur yang signifikan. Bakso dengan bahan dasar daging ayam (kode
222) merupakan produk yang teksturnya paling disukai panelis dan bakso dengan
bahan dasar daging sapi (kode 111) merupakan produk yang teksturnya paling tidak
disukai panelis. Bakso dengan bahan dasar sapi paling tidak disukai teksturnya oleh
panelis karena terdapat kesalahan dalam proses pembuatan adonan, yaitu kesalahan
penimbangan tepung tapioka, sehingga tekstur bakso yang dihasilkan kurang
menyatu dan kenyal. Selain itu, bakso dengan bahan dasar udang juga kurang

5
disukai teksturnya oleh panelis karena bakso udang memiliki tekstur yang lembek
karena udang memiliki kadar air yang tinggi. Tekstur pada bakso dipengaruhi oleh
kualitas bahan dasar, jenis bahan dasar, jenis dan jumlah tepung yang digunakan,
serta proses pembuatan bakso (Sidik, 2013).

6.0000
c b
5.0000
a b
4.0000

3.0000

2.0000

1.0000

0.0000
111.00 222.00 333.00 444.00

Gambar 4. Hasil Uji Organoleptik 12 Panelis terhadap Rasa Bakso

Berdasarkan Gambar 4 dapat dibuktikan bakso dengan bahan dasar daging


sapi (kode 111) memiliki perbedaan rasa yang signifikan dengan bakso dengan
bahan dasar daging ayam (kode 222), sedangkan bakso dengan bahan dasar ikan
(kode 333) dan bakso dengan bahan dasar udang (kode 444) tidak memiliki
perbedaan rasa yang signifikan. Bakso dengan bahan dasar daging ayam adalah
produk yang paling disukai panelis karena memiliki rasa yang gurih. Bakso dengan
bahan dasar daging sapi paling tidak disukai oleh panelis karena terjadi kesalahan
pada proses pembuatan adonan, yaitu kesalahan penimbangan penyedap rasa,
sehingga rasa bakso sapi yang dihasilkan kurang gurih. Bakso dengan bahan dasar
ikan dan udang kurang disukai oleh panelis karena dipengaruhi oleh bau amis. Rasa
gurih pada bakso dipengaruhi oleh bumbu yang ditambahkan pada adonan dan
kandungan lemak yang terdapat pada bahan dasar bakso (Sidik, 2013).

6.0000
b
5.0000 a
a a
4.0000

3.0000

2.0000

1.0000

0.0000
111.00 222.00 333.00 444.00

Gambar 5. Hasil Uji Organoleptik 12 Panelis Secara Overall

6
Berdasarkan Gambar 5 dapat dibuktikan bahwa secara keseluruhan, bakso
dengan bahan dasar daging ayam (kode 222) merupakan produk yang paling disukai
oleh panelis karena meskipun bakso ayam memiliki warna yang agak pucat, bakso
ayam memiliki rasa yang gurih, aroma yang bawang putih yang cukup kuat, dan
tekstur yang kenyal. Secara keseluruhan, bakso dengan bahan dasar daging ayam
memiliki perbedaan yang signifikan dengan bakso sapi (kode 111), bakso ikan
(kode 333), dan bakso udang (kode 444).

Hubungan Bahan Dasar dengan Tingkat Kesukaan Panelis


Dapat diperhatikan bahwa dari segi aroma, rasa, warna, dan tekstur bakso
daging ayam memiliki nilai tertinggi diantara bakso daging sapi, bakso daging
udang, dan bakso daging ikan. Faktor yang mempengaruhi hal ini adalah faktor
sebelum dan sesudah pemotongan. Faktor yang dapat mempengaruhi sifat fisik
daging setelah pemotongan adalah pH dan daya daging tersebut untuk mengikat air
daging. Nilai pH merupakan indikator penting kualitas daging dengan
memperhatikan kualitas teknologi dan pengaruh kualitas daging segar. Faktor
setelah pemotongan yang mempengaruhi daya mengikat air daging antara lain
meliputi pH daging. Selain itu, Komposisi kimia daging bervariasi dan bergantung
pada spesies ternak, umur, jenis kelamin, makanan serta letak dan fungsi bagian
daging tersebut di dalam tubuh. Pada umumya, daging terdiri dari protein, air,
lemak, karbohidrat dan mineral. Terbentuknya struktur yang kompak pada bakso
disebabkan adanya kemampuan daging untuk saling berikatan karena adanya panas,
sebab daging segar (mentah) tidak menunjukkan adanya kecenderungan untuk
berikatan. Mekanisme pengikatan ini melibatkan pengaturan kembali stuktur
protein dan memungkinkan protein menjadi bahan pengikat (Kusnadi & Baari,
2012).

IV. Kesimpulan
Secara keseluruhan, bakso yang paling disukai oleh panelis adalah bakso
ayam dengan rata-rata 4.53 dan yang paling tidak disukai panelis adalah bakso sapi
dengan rata-rata 3.47.

V. Daftar Pustaka
Ahmadi, K., Afrila, A., & Adhi, W. I. (2007). Pengaruh Jenis Daging Dan tingkat
Penambahan Tepung Tapioka Yang Berbeda Terhadap Kualitas Bakso.
Buana Sains Vol 7 No 2, 139-144.
Alamsyah, Y. (2007). Panduan Wirausaha Membuat Aneka Bakso. Jakarta
Selatan: AgroMedia.
Cahyono, A. (2013). Kadar Protein dan Uji Organoleptik Bakso Berbahan Dasar
Komposisi Daging Sapi dan Jamur Merang (Volvariella volvaceae) yang
Berbeda. Surakarta: Universitas Muhammadiah Surakarta.
Elisa. (2013). Bakso Istimewa: Alami dan Praktis. Surabaya: Linguakata.

7
Kusnadi, B., & Baari, A. (2012). Daya Ikat Air, Tingkat Kekenyalan dan Kadar
Protein pada Bakso Kombinasi Daging Sapi dan Daging Kelinci. Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan.
Lastriyanto, A., Maharani, D., Hendrawan, Y., & Nisaa’IL-Firdaus, R. (2019).
Pengaruh Suhu dan Ketebalan Irisan Bakso Udang terhadap Sifat Kimia
Keripik Bakso Udang Menggunakan Mesin. Jurnal Keteknikan Pertanian
Tropis dan Biosistem, 78-86.
Puspitarini, T. (2014). Efektivitas Penggunaan Kulit Jeruk Nipis sebagai
Penghilang Bau Amis pada Ikan. Indonesian Journal of Chemical Science.
Riyadi, N. H., & Atmaka, W. (2010). Diversifikasi dan Karakterisasi Citarasa
Bakso Ikan Tenggiri (Scomberomus commerson) dengan Penambahan Asap
Cair Tempurung Kelapa. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 3, No. 1, 1-
12.
Sari, H., & Widjanarko, S. (2015). Karakteristik Kimia Bakso Sapi (Kajian
Proposi Tepung Tapioka: Tetung Porang dan Penambahan NaCl). Jurnal
Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No. 3, 784-792.
Saricoban, C., & Yilmaz, M. (2010). Modelling the Effects of Processing Factors
on the Changes in Colour Parameters of Cooked Meatballs Using Response
Surface Methodology. World Applied Sciences Journal, 14-22.
Senapati, S., & Kumar, G. (2017). Melanosis and Quality Attributes of Chill
Stored Farm Raised Whiteleg Shrimp (Litopenaeus vannamei). Journal of
Applied and Natural Science, 626-631.
Sidik, W. (2013). Pengaruh Substitusi Jamur Kuping Putih dan Jenis Pati terhadap
Kualitas Bakso Sapi dengan Isian Saus. Food Science and Culinary
Education Journal, 63-71.
Wattimena, M., Bintoro, V. P., & Mulyani, S. (2013). Kualitas Bakso Daging
Ayam dan Jantung Pisang dengan Bahan Pengikat Tepung Sagu. Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan Vol. 2 No. 1, 36-39.

8
VI. Lampiran

Tabel 1. Hasil Analisis ANOVA Satu Arah terhadap Produk Dengan 5 Parameter
Descriptives
95% Confidence
Interval for
Std. Std. Mean
N Mean Minimum Maximum
Deviation Error
Lower Upper
Bound Bound
111.00 15 4.2000 0.94112 0.24300 3.6788 4.7212 2.00 5.00
222.00 15 4.2667 0.96115 0.24817 3.7344 4.7989 2.00 5.00
AROMA 333.00 15 3.5333 0.99043 0.25573 2.9849 4.0818 2.00 5.00
444.00 15 3.8000 0.94112 0.24300 3.2788 4.3212 2.00 5.00
Total 60 3.9500 0.98161 0.12673 3.6964 4.2036 2.00 5.00
111.00 15 4.0667 0.79881 0.20625 3.6243 4.5090 3.00 5.00
222.00 15 4.2667 0.79881 0.20625 3.8243 4.7090 3.00 5.00
WARNA 333.00 15 3.7333 0.59362 0.15327 3.4046 4.0621 3.00 5.00
444.00 15 4.6000 0.63246 0.16330 4.2498 4.9502 3.00 5.00
Total 60 4.1667 0.76284 0.09848 3.9696 4.3637 3.00 5.00
111.00 15 2.2000 1.01419 0.26186 1.6384 2.7616 1.00 4.00
222.00 15 4.5333 0.63994 0.16523 4.1789 4.8877 3.00 5.00
TEKSTUR 333.00 15 3.8000 0.77460 0.20000 3.3710 4.2290 3.00 5.00
444.00 15 3.0667 1.03280 0.26667 2.4947 3.6386 1.00 5.00
Total 60 3.4000 1.22405 0.15802 3.0838 3.7162 1.00 5.00
111.00 15 2.8667 0.99043 0.25573 2.3182 3.4151 1.00 4.00
222.00 15 4.4667 0.51640 0.13333 4.1807 4.7526 4.00 5.00
RASA 333.00 15 3.8000 1.08233 0.27946 3.2006 4.3994 2.00 5.00
444.00 15 3.6667 0.61721 0.15936 3.3249 4.0085 3.00 5.00
Total 60 3.7000 0.99660 0.12866 3.4425 3.9575 1.00 5.00
111.00 15 3.4667 0.91548 0.23637 2.9597 3.9736 2.00 5.00
222.00 15 4.5333 0.51640 0.13333 4.2474 4.8193 4.00 5.00
OVERALL 333.00 15 3.6000 0.63246 0.16330 3.2498 3.9502 3.00 5.00
444.00 15 3.7333 0.70373 0.18170 3.3436 4.1230 2.00 5.00
Total 60 3.8333 0.80605 0.10406 3.6251 4.0416 2.00 5.00

9
Tabel 2. Hasil Uji Nyata Duncan terhadap Warna Bakso
WARNA
Duncana
Subset for alpha = 0.05
KODE N
1 2
333.00 15 3.7333
111.00 15 4.0667 4.0667
222.00 15 4.2667 4.2667
444.00 15 4.6000
Sig. 0.056 0.056
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15.000.

Tabel 3. Hasil Uji Nyata Duncan terhadap Rasa Bakso


RASA
Duncana
Subset for alpha = 0.05
KODE N
1 2 3
111.00 15 2.8667
444.00 15 3.6667
333.00 15 3.8000
222.00 15 4.4667
Sig. 1.000 0.664 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15.000.

Tabel 4. Hasil Uji Nyata Duncan terhadap Aroma Bakso


AROMA
Duncana

Subset for alpha = 0.05


KODE N

1
333.00 15 3.5333
444.00 15 3.8000
111.00 15 4.2000
222.00 15 4.2667
Sig. 0.059
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15.000.

10
Tabel 5. Hasil Uji Nyata Duncan terhadap Tekstur Bakso
TEKSTUR
Duncana

Subset for alpha = 0.05


KODE N

1 2 3 4
111.00 15 2.2000
444.00 15 3.0667
333.00 15 3.8000
222.00 15 4.5333
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15.000.

Tabel 6. Hasil Uji Nyata Duncan terhadap Keseluruhan Bakso


OVERALL
Duncana
Subset for alpha = 0.05
KODE N
1 2
111.00 15 3.4667
333.00 15 3.6000
444.00 15 3.7333
222.00 15 4.5333
Sig. 0.336 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15.000.

11

Anda mungkin juga menyukai