BAKSO SAPI
(Bovine sp.)
Oleh :
Daging dikenal sebagai bahan pangan yang bernilai gizi tinggi namun mempunyai
sifat mudah rusak. Oleh karena itu usaha pengolahan penanganan merupakan cara
tepung pati, lalu dibentuk bulat-bulat dengan tangan sebesar kelereng atau lebih
besar dan dimasukkan ke dalam air panas jika ingin dikonsumsi, sedangkan sosis
yang umum adalah produk daging giling yang dimasukan kedalam selongsong
kandungan protein hewani, mineral dan vitamin yang tinggi. Dengan mengolah
dari daging, pengawetan bahan daging untuk mengetahui proses pembuatan bakso
bahan dengan pati dan proses gelatinisasi sehingga produk bersifat kenyal dan
elastis.
II BAHAN, ALAT, DAN METODE PERCOBAAN
Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Bahan Percobaan yang Digunakan,
putih telur, tepung tapioka, merica, garam, bawang putih dan minyak goreng.
Daging sapi
Pencucian
Dressing
Fillet
Penimbangan
Pembentukkan
Penirisan Air
Penimbangan
(2) Pembahasan.
maka didapat hasil pengamatan yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Bakso
No Analisa Hasil
.
1. Nama Produk Bakso sapi
2. Basis 200 gram
3. Bahan Utama Daging sapi
4. Bahan Tambahan Es batu, tepung tapioka, STPP, merica, garam
5. Berat Produk 189,7 gram
6. % Produk 94,85 %
7. Organoleptik
Warna Abu
Aroma Khas bakso
Tekstur Kenyal berserat
Rasa Khas bakso sedikit pedas
Kenampakkan Bulat berserat
8. Gambar Produk
basis seberat 200 gram dan hasil produk yang di dapat seberat 189,7 gram serta %
produk 94,85 %. Sedangkan sifat organoleptik berupa warna abu, rasa bakso
sedikit pedas, aroma khas bakso, tekstur kenyal berserat dan kenampakan bulat
berserat.
Bakso adalah produk daging yang banyak dikonsumsi dan sangat populer di
Bakso daging adalah produk makanan yang berbentuk bulat atau lainnya
yang diperoleh dari campuran daging ternak (kadar daging tidak kurang dari 50%)
dan pati (serealia) dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain, serta
bahan makanan yang diijinkan. Kualitas bakso sangat ditentukan oleh kualitas
bahan mentahnya terutama jenis dan mutu daging, macam tepung yang digunakan
pada daging, sehingga didapat daging yang bersih. Proses dressing daging
ayam, seperti tulang, bulu, darah, serta jeroan. Selain itu, proses pencucian harus
Pada tahap kedua, setelah didapat daging dilakukan proses penggilingan dan
dilakukan pencampuran oleh tepung tapioka, putih telur, garam dan merica.
Prosentase atau jumlah komposisi bahan-bahan tersebut harus diperhatikan.
Karena akan sangat mempengaruhi kualitas dari produk akhir yang dihasilkan,
agar selama penggilingan, daya elastisitas daging tetap terjaga sehingga bakso
dengan menambahkan tapioka, dan bumbu yang telah dihaluskan. Setelah siap
dengan sendok. Pada saat pencetakan, ukuran bakso diusahakan seragam, tidak
terlalu besar dan tidak juga terlalu kecil. Jika tidak seragam, matangnya bakso
ketika direbus tidak bersamaan dan menyulitkan pengendalian proses. Selain itu
seragam. Mudah atau tidaknya proses pembentukan ini sangat dipengaruhi oleh
dimasukkan kedalam air perebusan yang telah mendidih dan telah ditambah
polipeptida terbuka dan selanjutnya akan terjadi pengikatan kembali pada gugus
reaktif yang sama atau berdekatan (Winarno, 2004). Rais (2011) juga menyatakan
matang. Bila bakso yang telah dibentuk dibiarkan pada suhu kamar atau tidak
lain akan terkontaminasi oleh mikroba patogen, dan kondisi lingkungan percobaan
sebagai bahan yang membantu membuat tekstur bakso menjadi lebih kenyal.
Tepung tapioka memiliki kandungan pati yang lebih tinggi. Pati memegang
pati dan air bila dipanaskan akan membentuk gel. Pati yang telah berubah menjadi
membantu terbentuknya tekstur bakso (Wibowo, 1999), apabila tidak ada tapioka
sama sekali maka saat dipanaskan bakso akan pecah sedangkan apabila tapioka
terlalu banyak maka terjadi penyerapan air yang berlebih oleh tapioka saat
pencampuran daging ikan dengan tapioka pada proporsi yang tepat maka akan
terbentuk matriks kompleks protein – pati selama proses pemanasan, dimana pada
saat itu terjadi peristiwa gelatinisasi pati dan denaturasi protein yang selanjutnya
pembuatan bakso dan berfungsi memperbaiki atau memodifikasi rasa serta daya
meningkatkan nilai cita rasa dan aroma pada bakso. Bumbu-bumbu seperti
merica, bawang putih dan garam digunakan untuk memberikan cita rasa pada
produk bakso. Selain memberikan rasa, bau dan aroma pada masakan, bumbu itu
Penggunaan bumbu yang tepat dan benar pada suatu masakan akan menghasilkan
makanan yang baik, enak dan menggugah selera. Tidak lupa, ditambahkan juga
Fungsi utama bawang adalah sebagai pelengkap agar masakan terasa lebih
sedap. Diantara beberapa komponen bioaktif yang terdapat pada bawang putih
adalah senyawa sulfida atau dalam bentuk teroksidasi disebut dengan alisin. Sama
seperti senyawa fenolik lainnya alisin mempunyai fungsi fisiologis yang sangat
(Wibowo, 1995).
berfungsi untuk menjaga suhu food processor agar tidak naik. Suhu alat perlu
dijaga agar proses emulsi dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Faktor yang sangat penting pada pembuatan emulsi daging adalah suhu.
Suhu menentukan efektivitas ekstraksi yang bersifat larut dalam larutan garam
suhu selama proses pelumatan daging akan mencairkan es, sehingga suhu daging
atau adonan dapat dipertahankan. Selain itu, penambahan es atau air juga penting
untuk menjaga kelembaban produk akhir agar tidak kering, meningkatkan sari
minyak (juiceness) dan keempukan daging (Forrest et al., 1975). Jumlah es yang
ditambahkan ke dalam adonan akan mempengaruhi kadar air, daya mengikat air,
Salah satu tujuan penambahan air dan es pada produk emulsi daging adalah
emulsi, dan mempertahankan suhu adonan agar tetap rendah. Jika panas ini
berlebih maka emulsi akan pecah, karena panas yang terlalu tinggi mengakibatkan
mikrobiologi pada produk bakso. Perubahan fisik ini umumnya selalu diikuti
dengan adanya perubahan kimia. Perubahan fisik yang terjadi adalah yang secara
jelas terlihat oleh mata kita yaitu adanya perubahan bentuk adonan dari bentuk
semi padat menjadi bentuk padat dan teksturnya menjadi kenyal. Adanya
perubahan ini akibat terjadinya perubahan kimia pada bakso, yaitu terjadinya
adonan. Perubahan mikrobiologi juga terjadi seiring dengan perubahan fisik dan
kimia yang terjadi pada produk bakso. Secara mikrobiologi, adanya garam, proses
Struktur pati ditambah dengan air yang jika dipanaskan akan membentuk
gel inilah yang menjadi prinsip dalam pembuatan bakso. Kekenyalan yang
dihasilkan juga merupakan akibat dari proses gelatinisasi pati. Struktur pati yang
terdiri dari amilosa dan amilopektin inilah yang membuat tekstur bakso menjadi
kenyal.
Selain itu, kekenyalan produk bakso ini merupakan efek sinergis dari
penambahan STPP atau Sodium Tri Poly Phosphate. Sodium tri poly phosphate
STPP dapat pula bereaksi dengan pati. Ikatan antara pati dengan fosfat
diester atau ikatan silang antar gugus hidroksil (OH), akan menyebabkan ikatan
pati menjadi kuat, tahan terhadap pemanasan, dan asam sehingga dapat
mengikat zat nutrisi yang terlarut dalam larutan garam seperti protein, vitamin dan
mineral Hal ini sesuai dengan pernyataan Thomas (1997) bahwa STPP dapat
mendekati titik isoelektrik protein, maka daya mengikat air akan semakin rendah.
yang semakin tinggi. Penambahan STPP dapat mencegah terjadinya rekahan serta
kerangka kecuali urat daging dari bagian bibir, hidung dan telinga yang berasal
dari hewan sehat pada saat dipotong. Daging didefinisikan sebagai daging mentah
atau flesh dari hewan yang digunakan sebagai makanan. Buckle et al. (1987)
menyatakan bahwa daging merupakan bagan pangan yang mudah rusak oleh
Menurut Elveira (1988), daging sapi yang biasa digunakan untuk membuat
bakso adalah daging penutup (top side), gandik (silver side), dan lemusir (cube
daya iris (shear WB), kecerahan dan kemerahan tertinggi, serta kadar lemak
mempengaruhi mutu dari bakso tersebut. Oleh karena itu, digunakan jenis daging
yang baik dan bermutu tinggi. Sebaikknya dipilih jenis daging yang masih segar,
berdaging tebal, dan tidak banyak lemak sehingga rendemennya tinggi. Selain itu,
cara pengolahan bakso juga sangat mempengaruhi mutu bakso yang dihasilkan,
misalnya jika lemak atau kulit terambil, warna bakso yang dihasilkan kotor atau
yang ada di pasaran terbagi dalam 3 kelas. Kelas 1 adalah daging yang tebal
dengan sedikit jaringan ikat dan lemak. Kelas 2 adalah daging tipis, banyak
mengandung lemak dan dengan jaringan ikat yang agak banyak, dan kelas 3
adalah daging tetelan, daging yang mengandung banyak jaringan ikat dan atau
kandungan zat gizi dan karakteristik organoleptik daging. Daging sapi yang
miofibrilar yang tinggi (protein miosin dan aktin). Protein lersebut mudah dicerna
dan mempunyai sam amino yang lengkap. Protein daging biasanya sekitar 20%,
sedangkan lemaknya sangat bervariasi antara lain tergantung umur, pakan, spesies
dan lokasi otot dan berkisar 3-13%. Daging yang berkualitas dan masih baru
mempunyai bau dan aroma yang khas sesuai dengan spesies ternaknya, keset
(tidak nampak kering dan juga tidak berair), sedikit susut masaknya dan tinggi
Warna produk baso menjadi bewarna abu pada saat perebusan. Hal ini
terjadi dikarenakan penggunaan jenis daging yang baik dan jenis tepung yang
kecerahan warna pada daging, ditentukan oleh bagian jenis daging dan tebal-
warna daging pada saat perebusan yairu karena cara pengolahan baso, misalnya
jika lemak atau kulit terambil, warna bakso yang dihasilkan kotor atau agak abu-
abu.
Kriteria mutu untuk tekstur bakso adalah tekstur kompak, elastis, tidak ada
serat daging, tidak ada duri dan tulang, tidak basah berair dan rapuh. Proses
pengikatan ini merupakan suatu reaksi yang dipengaruhi oleh pemanasan, karena
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan hasil yang sesuai dengan SNI dari
Critical Control Point atau CCP dalam proses pengolahan produk bakso ini
adalah pada saat penggilingan dimana pada proses penggilingan ini sangat
menentukan tekstur dari baso yang dihasilkan, apabila formula yang digunakan
tidak sesuai dan proses penggilinganya tidak optimal maka akan dihasilkan tekstur
baso yang mudah hancur. Kemudian pada saat melakukan proses perebusan,
waktu yang digunakan untuk merebus bakso minimal adalah 15 menit, sehingga
selama proses untuk hidup dan memperbanyak diri sehingga daya simpannya
dapat diperpanjang.
Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Kesimpulan dan (2) Saran.
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan pembuatan bakso disimpulkan bahwa dengan
basis seberat 200 gram dan hasil produk yang di dapat seberat 189,7 gram serta %
produk 94,85 %. Sedangkan sifat organoleptik berupa warna abu, rasa bakso
sedikit pedas, aroma khas bakso, tekstur kenyal berserat dan kenampakan bulat
berserat.
4.2. Saran
Berdasarkan percobaan pembuatan bakso sebaiknya melakukan
penimbangan bahan baku harus sesuai dengan takarannya dan sebaiknya curring
DAFTAR PUSTAKA
Astiti. 2008. Pembuatan Daging Bakso. http:// Fatimah_Astiti. blogspot.com.
Diakses: 26 Mei 2014.
Elveira, G. 1988. Pengaruh pelayuan daging sapi terhadap mutu bakso sapi.
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hardoko. 1994. Pembuatan Fish Cake (Kamaboko) dari Daging Ikan Tengiri
dengan Tepung Gandum dan Tepung Sagu. Buletin Ilmiah Perikanan.
Faperik Unibraw Malang, III : p.63-72.
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Wibowo, S. 1995. Budi Daya Bawang Putih, Merah, dan Bombay. Penerbit
Penebar Swadaya : Jakarta
LAMPIRAN PERHITUNGAN
67,97
Bahan utama : Daging sapi = 100 x 200 = 135,94 gram
Bahan tambahan :
17,42
a. Es batu = 100 x 200 = 34,84 gram
8,84
b. Tepung tapioka = 100 x 200 = 16,68 gram
0,21
c. STPP = 100 x 200 = 0,42 gram
1
d. Merica = 100 x 200 = 2 gram
2,09
e. Garam = 100 x 200 = 4,18 gram
W Produk
% Produk = W basis x 100 %
189,7
= 200 x 100 %
= 94,85 %
LAMPIRAN DISKUSI MODUL
Daging sapi yang baik digunakan untuk proses pembuatan bakso adalah daging
sapi dengan daya ikat air kuat atau disebut dengan high binding meat. High
binding meat adalah jenis daging sapi yang memiliki kapasitas pengikatan air
atau water holding capasity yang tinggi sehingga pembentukan emulsi pada
produk bakso akan sangat baik.