Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TEKNOLOGI PAKAN

TEKNOLOGI BUNKER SILASE (SILO BUNKER)

Disusun Oleh :

Kelompok 5 B

Dwiky Samrio Silaban E1C021040

Tri Wahyudi E1C021042

Eka Putri Liyani E1C021044

Aura Tian Anggraeni E1C021048

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

JURURAN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2024
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketersediaan pakan hijaun yang cukup dengan nutrisi yang baik dan berkesinambungan
sepanjang tahun untuk memenuhi kebutuhan ternak sangatlah dibutuhkan. Hijauan merupakan
pakan utama ternak ruminansia, namun hijauan tersebut tidak akan tersedia sepanjang waktu.
Pada daerah tertentu terdapat musim atau kondisi tertentu yang membuat hiajaun dapat tumbuh.
Contohnya pada daerah bermusim 4 hanya pada musim semi atau musim panas saja tanaman
dapat tumbuh karena kondisi yang lebih hangat dan cukup cahaya matahari untuk pertumbuhan.
Namun pada beberapa daerah, tanaman hijauan pakan dapat tumbuh di musim gugur tergantung
pada kondisi iklim dan suhu.

Pada negara dengan 2 musim, seperti Indonesia. Ketersediaan pakan tidak selalu terjamin
ada di sepanjang tahaun. Oleh karena itu silase menjadi pilihan yang paling penting di negara-
negara bermusim dua seperti indonesia. Pada musim kemarau yang panjang, pasokan hijauan
segar serta rumput dan jagung menjadi sangat terbatas karena kurangnya hujan dan kondisi
kekeringan. Dengan membuat silase dari hijauan pakan selama musim hujan, peternak dapat
menyimpan cadangan pakan yang cukup untuk digunakan saat persediaan menipis. Selain itu
fermentasi silase tidak mudah rusak oleh hujan pada waktu di panen, tidak banyak daun
terbuang, lebih mudah dicerna dari pad Hay dan Karoten hijauam lebih terjaga.

Silase sendiri adalah makanan ternak yang dihasilkan melalui proses fermentasi hijauan
pakan dengan kandungan air yang tinggi. Bahan baku yang digunakan berupa tanaman hijauan,
limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami lainnya. Bahan yang difermentasi di
masukkan ke dalam sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara, yang disebut dengan Silo,
selama sekitar 3 minggu. Temperatur yang baik untuk silase berkisar 27˚c hingga 35 ˚c. Pada
temperatur tersebut, kualitas silase yang dihasilkan sangat baik.

Terdapat beberapa metode atau teknik penyimpanan hijauan pakan pakan. Salah satunya
adalah Banker silase, dalam metode ini penyimpanan dilakukan menggunakan struktur beton
bertulang atau panel prefabrikasi untuk menyimpan bahan pakan ternak yang difermentasi.
Banker silo umunya memiliki struktur berbentuk persegi panjang dengan dinding beton dengan
lantai miring ke satu arah untuk memudahkan pengeluaran silase. Dinding dan lantai silo bunker
kedap udara, hal ini dilakuka untuk mencegah kontaminasi dan menjaga kualitas silase.

Selain menggunakan bahan beton bertulang, panel prefabrikasi, dinding geser, fiberglass
dan kayu bunker silo juga dapat menggunakan tenda (terpal) sebagai bahan yang lebih murah
dan tidak permanen untuk membangun silo bunker. Namun pemilihan bahan bunker harus
melihat iklim, ukuran silo bunker dan anggaran.

1.2 Rumusan masalah

 Apa itu Silo Bunker?


 Bahan yang dapat digunakan untuk membangun Silo Bunker?
 Efektivitas penggunaan Silo Bunker

1.3 Tujuan

 Untuk mengetahui apa itu Silo Bunker


 Untuk mengetahui bahan yang dapat digunakan membangun Silo Bunker
 Untuk mengetahui efektivitas penggunaan Silo Bunker
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Silase

Silase adalah pakan ternak yang di awetkan melalui proses fermentasi. Silase dibuat
dengan memotong tanaman hijauan, seperti rumput, alfafa, atau jagung, dan kemudian
menyimpannya di silo atau wadah kedap udara lainnya. Proses fermentasi menghasilkan asam
laktat, yang membantu mengawetkan silase dan membuatnya aman untuk dimakan ternak. Silase
memiliku keuntungan yang sangat menjanjikan yakni silase bisa menjadi bahan nutrisi yang
berharga, menjadi sumber energi yang baik, dapat disimpan hingga dua tahun, pakan yang relatif
murah dan dapat menjadi pasokan pakan ternak di kala musim tertentu. Secara keseluruhan silase
adalah sumber pakan yang berharga bagi peternak.

Pada musim hujan, adakalanya dijumpai HMT (Hijauan Makanan Ternak) yang
berlimpah sehingga upaya pengawetan hijauan segar yang disebut silase diharapkan dapat
menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan kekurangan hijauan segar pada musim
kesulitan pakan, selain itu pembuatan silase dimaksudkan untuk mempertahankan kualitas atau
bahkan meningkatkan kualitas HMT. Menurut Toni (2008), silase adalah pakan yang diawetkan
yang diproses dari bahan baku yang berupa tanaman hijauan, limbah industri pertanian, serta
bahan pakan alami lainnya, dengan jumlah kadar air pada tingkat tertentu kemudian dimasukan
ke dalam sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara, yang biasa disebut dengan silo.

Silase merupakan pakan yang diawetkan dengan cara difermentasi dalam silo pada
kondisi anaerob (Ilham & Mukhtar, 2018). Kualitas nutrisi silase tidak dapat sama dengan
hijauan yang masih segar, namun pengawetan pakan dengan cara ensilase dapat menambah daya
simpan hijauan dengan tingkat kehilangan nutrisi yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
hanya dibiarkan saja dalam suhu ruang. Prinsip pembuatan silase adalah mempertahankan
kondisi kedap udara dalam silo semaksimal mungkin agar bakteri dapat menghasilkan asam
laktat untuk membantu menurunkan pH, mencegah oksigen masuk kedalam silo, menghambat
pertumbuhan jamur selama penyimpanan (Hidayat, 2014).
Ahlgren (1956) cit. Hanafi (2006) menyatakan prinsip pengawetan ini didasarkan atas
adanya proses peragian di dalam tempat penyimpanan (silo). Sel-sel tanaman untuk sementara
waktu akan terus hidup dan mempergunakan O2 yang ada didalam silo. Bila O2 telah habis
terpakai, terjadi keadaan anaerob di dalam tempat penyimpanan yang tidak memungkinkan bagi
tumbuhnya jamur atau cendawan. Bakteri asam akan berkembang dengan pesat dan akan
merubah gula dalam hijauan menjadi asamasam organik seperti asam asetat, asam susu, dan juga
alkohol. Dengan meningkatnya derajat keasaman, kegiatan bakteri-bakteri lainnya seperti
pembusuk akan menghambat. Pada derajat keasaman tertentu (pH=3,5) bakteri asam laktat tidak
pula dapat bereaksi lagi dan proses pembuatan silase telah selesai. Proses fermentasi silase
umumnya berlangsung selama 21 hari, setelah itu silase sudah bisa digunakan sebagai pakan sapi
dalam bentuk pakan komplit atau disimpan dalam waktu yang lama jika belum digunakan
(Adriani, Fatati, & Suparjo, 2016)

2.2 Tujuan Fermentasi Silase

Fermentasi silase adalah proses yang digunakan untuk mengawetkan hijauan seperti
rumput, jagung, atau jerami dalam bentuk silase untuk digunakan sebagai pakan ternak. Tujuan
utama dari fermentasi silase adalah untuk mempertahankan kualitas nutrisi dan kecernaan
hijauan selama penyimpanan jangka panjang. Dengan fermentasi, mikroorganisme seperti bakteri
asam laktat mengubah karbohidrat kompleks dalam hijauan menjadi asam laktat, yang
menurunkan pH dan mencegah pertumbuhan mikroba merugikan lainnya. Hal ini membantu
menjaga kestabilan nutrisi hijauan serta mengurangi kemungkinan kerusakan selama
penyimpanan.

Selain itu, fermentasi silase juga bertujuan untuk meningkatkan kecernaan hijauan,
sehingga ternak dapat mencernanya dengan lebih efisien. Proses fermentasi mengurai sebagian
serat kasar dalam hijauan, membuatnya lebih mudah dicerna oleh sistem pencernaan ternak.
Dengan demikian, silase yang dihasilkan dari fermentasi dapat meningkatkan konsumsi pakan
dan kinerja pertumbuhan ternak, serta mengurangi risiko gangguan pencernaan.

Tujuan lain dari fermentasi silase adalah untuk mengurangi kerugian nutrisi selama
penyimpanan. Dengan mengawetkan hijauan dalam bentuk silase, nutrisi seperti protein,
karbohidrat, dan vitamin dapat dipertahankan lebih baik daripada jika hijauan disimpan secara
langsung atau dikeringkan. Ini memberikan keuntungan tambahan bagi peternak dalam
memastikan bahwa pakan yang disediakan bagi ternak mereka memiliki nilai gizi yang optimal
sepanjang tahun, terutama selama musim kering atau ketika pasokan hijauan segar terbatas.

Terakhir, tujuan fermentasi silase juga termasuk mengurangi risiko keracunan akibat
jamur atau bahan beracun lainnya. Proses fermentasi membantu mengurangi aktivitas
mikroorganisme yang dapat menghasilkan toksin dalam hijauan, sehingga mengurangi risiko
terhadap kesehatan ternak yang dikonsumsi. Dengan demikian, fermentasi silase tidak hanya
meningkatkan ketersediaan pakan hijauan tetapi juga menjaga kesehatan dan kesejahteraan
ternak secara keseluruhan.

2.3 Pengertian Bunker Silase

Bunker silase adalah struktur penyimpanan pakan ternak yang dirancang khusus untuk
menyimpan silase. Silase adalah hasil fermentasi hijauan atau jerami dengan bantuan bakteri
asam laktat. Proses fermentasi ini menghasilkan pakan ternak yang kaya nutrisi dan dapat
disimpan untuk digunakan dalam periode ketersediaan pakan yang rendah.

 Fungsi Utama:

Bunker silase berfungsi sebagai tempat penyimpanan silase untuk jangka waktu tertentu.
Silase yang disimpan di dalam bunker ini dapat digunakan sebagai pakan ternak pada saat-saat
ketika hijauan segar tidak tersedia atau ketersediaannya terbatas, seperti pada musim dingin.

Bunker silase biasanya berbentuk lubang atau parit yang digali di tanah, dengan dinding-
dindingnya dibuat dari beton atau bahan impermeabel lainnya. Bunker ini memiliki atap yang
dapat melindungi silase dari cuaca ekstrem, seperti hujan atau salju. Panjang, lebar, dan
kedalaman bunker disesuaikan dengan volume silase yang akan disimpan. Sebelum disimpan
dalam bunker silase, hijauan atau jerami harus dicacah menjadi ukuran yang sesuai untuk
memudahkan proses fermentasi. Pemuatan hijauan ke dalam bunker dilakukan secara lapisan,
dan setiap lapisan biasanya dicompakkan secara menyeluruh untuk mengurangi kandungan
oksigen.
Proses fermentasi di dalam bunker silase melibatkan aktivitas bakteri asam laktat yang
menghasilkan asam dan menghentikan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan.
Fermentasi ini adalah kunci untuk mengawetkan hijauan menjadi silase dengan nilai nutrisi yang
tinggi. Setelah proses fermentasi selesai, silase dapat diambil dari bunker untuk diberikan kepada
ternak. Proses pengambilan harus dilakukan dengan hati-hati untuk mempertahankan kondisi
anaerobik di dalam bunker. Penting untuk diperhatikan bahwa manajemen yang baik dalam
pemilihan, pemrosesan, dan penyimpanan hijauan serta pengelolaan bunker silase sangat penting
untuk mendapatkan silase berkualitas tinggi sebagai pakan ternak.

2.4 Tujuan Pembangunan Bunker Silase

Pembangunan bunker silase memiliki beberapa tujuan yang penting dalam konteks
pertanian dan peternakan. Bunker silase dibangun untuk konservasi hijauan, seperti rumput atau
tanaman pakan lainnya, menjadi silase. Proses fermentasi di dalam bunker membantu
menghentikan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan dan mempertahankan nilai nutrisi
hijauan, sehingga dapat digunakan sebagai pakan ternak dalam jangka waktu yang lebih lama.
Bunker silase memungkinkan peternak untuk memiliki stok pakan yang cukup selama periode
kekeringan, musim dingin, atau kondisi cuaca ekstrem lainnya. Proses fermentasi yang terjadi di
dalam bunker silase dapat meningkatkan nilai nutrisi hijauan. Asam laktat yang dihasilkan
selama fermentasi membantu menghancurkan serat kasar dan meningkatkan ketersediaan nutrisi,
seperti protein dan energi, dalam pakan ternak. Dengan menyediakan pakan berkualitas
sepanjang tahun, bunker silase dapat berkontribusi pada peningkatan produktivitas ternak.
Ternak yang mendapatkan pakan nutrisi seimbang memiliki potensi untuk pertumbuhan yang
lebih baik, produksi susu yang lebih tinggi (pada ternak laktasi), dan kesehatan yang lebih baik
secara keseluruhan.

Pembangunan bunker silase membantu mengurangi ketergantungan peternak pada


hijauan segar, terutama jika kondisi cuaca atau lingkungan tidak mendukung pertumbuhan
hijauan yang cukup. Hal ini memberikan ketahanan lebih terhadap fluktuasi musim dan
perubahan iklim. Bunker silase memberikan solusi penyimpanan yang efisien dan terkendali.
Peternak dapat mengontrol kondisi penyimpanan dan dengan mudah mengakses silase saat
dibutuhkan, meningkatkan efisiensi manajemen pakan dalam peternakan.
2.5 Efisiensi Penggunaan Bunker Silase

Silo bunker merupakan struktur penyimpanan yang efisien untuk berbagai material
seperti pakan ternak, bahan baku industri, dan hasil panen. Efisiensi penggunaannya tergantung
pada faktor seperti kapasitas, material, sistem pengisian dan pengeluaran, serta biaya.
Keuntungan silo bunker antara lain efisiensi ruang penyimpanan, meminimalkan pemborosan,
dan mudah dalam pengisian dan pengeluaran. Kekurangannya yaitu biaya awal yang tinggi,
membutuhkan ruang besar, dan kompleksitas dalam pengoperasian.

Penting untuk mencatat bahwa efisiensi penggunaan bunker silase tergantung pada
manajemen yang baik, termasuk pemilihan bahan baku yang baik, proses fermentasi yang tepat,
dan praktik penyimpanan yang benar. Dengan memperhatikan aspek-aspek ini, peternak dapat
memaksimalkan manfaat dan efisiensi dari penggunaan bunker silase.

Gambar 1. Bahan Silo Bunker


Gambar 2. Silo Bunker dengan Silase di bawahnya

2.6 Cara Membangun Silo Bunker

Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai silo bunker adalah terpal. Penggunaan
terpal ini memiliki sisi keuntungan dan juga kekurangan yang dapat menjadi pertimbangan
penggunaanya. Keuntungan penggunaan terpal sebagai silo bunker adalah biaya yang digunakan
relatif murah, mudah di bangun dan dibongkar, fleksibel dan dapat dipindahkan, dan tahan lama
jika di rawat dengan baik. Sedangkan kerugian penggunaan silo bunker terpal adalah terpal dapat
bocor jika terobek, tidak tahan terhadap angin kencang, dan bukan tipe silo bunker permanen.

Beberapa langkah yang harus di lakuakan sebelum membangun silo bunker berbahan
dasar terpal adalah pemilihan lokasi yang datar, memiliki drainase yang baik dan terhindar dari
angin kencang. Setelah itu menyiapkan bahan terpal yang kuat dan tahan air, tali, tiang
penyangga, dan alat-alat lainnya. Kemudian pembangunan bisa di lakukan dengan membuat
pondasi yang kokoh untuk menopang silo bunker berupa tiang penyangga yang di sesuaikan
dengan ukuran silo bunker.

Silase adalah pakan ternak yang diawetkan yang disimpan di dalam kantong plastic kedap
udara dan terjadi fermentasi dalam keadaan tanpa udara. Umumnya silase terbuat dari hijauan
bukan hanya biji – bijian, adapun manfaat silase menghilangkan racun yang terkandung dalam
hijauan dan, menambah nilai protein yang terkandung dalam pakan tersebut. Proses ini biasanya
dialakukan di dalam drum untuk kebutuhan pakan yang sedikit tetapi jika jumlah sapi banyak
dan dibutuhkan untuk jangka waktu yang lama, tentu saja peternak harus menyiapkan silase
dalam jumlah yang lebih banyak. Mangka para petani dan peternak harus menyiapkan tempat
penyimpanan silase yang jauh lebih besar. Diluar negeri sudah diterapkan Silase Banker yaitu
pembuatan silase dalam kapasitas dan jumlah yang sangat banyak tempat penimbunan atau
penyimpanan silase bisa seluas lapangan bola dan bisa menampung hinga 30 – 50 ribu ton
rumput hijauan yang akan disimpan dalam Banker.

Cara pembuatan silase dalam bunker :

 Tempat penyimpanan silase ini berupa tanah terbuka yang sudah dibatasi tembok sisi
kanan dan kirinya
 rumput –rumput yang dipangkas akan dicopper dalam truk pemangkas dan akan
ditumpahkan ke lahan tersebut.
 Kemudian, mobil – mobil wheel loader akan bolak balik untuk menata dan, meratakan
rumput – rumput tersebut agar padat dan tidak ada udara didalamnya,
 Rumput – rumput ini akan terus ditumpahkan dan dipadatkan hingga tingginya mencapai
5 – 10 meter
 Dan pastikan benar – benar padat susunanya agar tidak ada udara yang masuk
 Setelah itu, susunan rumput akan ditutup menggunakan plastic terpal
 Lalu susunan pakan yang sudah ditutup ditimba lagi menggunakan ban – ban mobil bekas
tujuannya agar tidak ada udara yang masuk, dan menggagalkan fermentasi yang sudah
didiamkan beberapa minggu
 Nanti jika pakan sudah dibutuhkan penutup Bunker Silase akan dibuka
 Pakan ini akan diambil menggunakan truck wheel loader yang akan dimasukkan kedalam
truk pakan lalu di mixer
 Didalam truk pakan tersebut bahan – bahan pakan akan terus diaduk sampai tercampur
merata
 Kemudian dapat langsung diberikan ke sapi
BAB III

KESIMPULAN

Silase adalah makanan ternak yang dihasilkan melalui proses fermentasi hijauan pakan
dengan kandungan air yang tinggi. Tujuan pembuatan silase adalah memanfaatkan hijauan pakan
kondisi pertumbuhan yang tetinggi baik dari segi kualitas maupun kuantitas, menyediakan
hiajaun pakan yang berkualitas tinggi bagi ternak ruminansia dan mempertahankan atau
meningkatkan produksi.

Silo bunker merupakan struktur penyimpanan yang efisien untuk berbagai material
seperti pakan ternak, bahan baku industri, dan hasil panen. Efisiensi penggunaannya tergantung
pada faktor seperti kapasitas, material, sistem pengisian dan pengeluaran, serta biaya.
Keuntungan silo bunker antara lain efisiensi ruang penyimpanan, meminimalkan pemborosan,
dan mudah dalam pengisian dan pengeluaran. Kekurangannya yaitu biaya awal yang tinggi,
membutuhkan ruang besar, dan kompleksitas dalam pengoperasian.
DAFTAR PUSTAKA

Adriani., Fatati., & Suparjo. 2016. Aplikasi Pakan Fermentasi Berbasis Hijauan Lokal Pada

peternakan Sapidi Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Jurnal


Pengabdian Pada Masyarakat, 31 (3).

Hanafi N. D. 2006. Perlakuan Silase dan Amoniasi Daun Kelapa Sawit Sebagai Bahan Baku
Pakan

Domba. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Hidayat, N., (2014). Karakteristik Dan Kualitas Silase Rumput Raja Menggunakan Berbagai

Sumber Dan Tingkat Penambahan Karbohidrat Fermentable. Jurnal Agripet, 14 (1).

Ilham, F., & Muhammad, M. (2018). Perbaikan Manajemen Pemeliharaan Dalam Rangka
Mendukung Pembibitan Kambing Kacang Bagi Warga Di Kecamatan Bone Pantai

Kabupaten Bone Bolango. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (JPKM), 3 (2), 143-
156

Toni S. 2008. Teknologi Pakan Silase dan Amoniasi Sebagai Pakan Ternak. Majalah Sinar Tani

Edisi 2008

Anda mungkin juga menyukai