Anda di halaman 1dari 7

1. A.

Hay

2. B. Jerami
Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup besar jumlahnya dan belum
sepenuhnya dimanfaatkan karena selalu dibakar setelah proses pemanenan. Produksi jerami padi
bervariasi yaitu dapat mencapai 12-15 ton jerami segar per ha satu kali panen, atau 4-5 ton jerami
kering per ha tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman yang digunakan.
Oleh karena itu jerami padi sangat penting artinya untuk dimanfaatkan menjadi makanan ternak
ruminansia khusususnya sapi potong, kambing dan domba. Hanya saja jerami padi mutunya rendah ,
dimana jerami padi mengandung serat kasar dan silikat yang tinggi sedangkan kadar protein dan daya
cernanya rendah.
Untuk meningkatkan mutu jerami padi. perlu dilakukan proses fermentasi dengan menggunakan
urea dan probiotik. Probiotik adalah campuran berbagai mikro organisme yang berguna untuk
mempercepat proses pemecahan serat jerami padi, sehingga mudah dicerna oleh ternak.
3. Fodder

Fodder merupakan jenis hijauan pakan ternak yang berkualitas untuk ruminansia yang dalam
penyajiannya diberikan secara cut and carry. Fodder diberikan pada ternak dengan cara dipotong dan
kemudian baru diberikan kepada ternak, sehingga membutuhkan tenaga dan waktu yang lebih banyak
dibandingkan ketika ternak merumput sendiri di padang penggembalaan (AAK ,1983). Fodder diberikan
pada ternak dengan cara dipotong dan kemudian baru diberikan kepada ternak, sehingga membutuhkan
tenaga dan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan membiarkan ternak merumput sendiri di
padang penggembalaan.

4. Stover
Kering batang dan daun tanaman sereal, saat ini digunakan sebagai pakan setelah gandum telah
dipanen dan bahan baku potensi untuk etanol selulosa. Jagung stover termasuk corncobs, sekam,
daun, batang dan sisa-sisa lainnya panen.

5. Sekam

Sekam adalah bagian dari bulir padi-padian (serealia) berupa lembaran yang kering, bersisik,
dan tidak dapat dimakan, yang melindungi bagian dalam (endospermium dan embrio). Sekam dapat
dijumpai pada hampir semua anggota rumput-rumputan (Poaceae), meskipun pada beberapa jenis
budidaya ditemukan pula variasi bulir tanpa sekam (misalnya jagung dan gandum). .
Dalam pertanian, sekam dapat dipakai sebagai campuran pakan, alas kandang, dicampur di
tanah sebagai pupuk, dibakar, atau arangnya dijadikan media tanam.

6. Pasture
Pasture atau padang penggembalaan adalah lahan yang digunakan untuk penggembalaan dan
sumber hijauan segar bagi ternak. Menurut Parakkasi (1999), pasture adalah suatu lapangan terpagar
yang ditumbuhi hijauan dengan kualitas unggul dan digunakan untuk menggembalakan ternak
ruminansia. Ciri-ciri pasture yang baik yaitu produksi bahan kering tinggi, memiliki kandungan nutrien
terutama protein kasar yang tinggi, tahan renggutan dan injakan serta kekeringan saat musim kemarau,
pemeliharaannya mudah, daya tumbuh cepat, nisbah daun dan batang tinggi, mudah dikembangkan jika
dikombinasikan dengan tanaman legume, ekonomis dan mempunyai palatabilitas yang tinggi.

7. Silase
Silase adalah pakan berkadar air tinggi hasil fermentasi yang diberikan kepada hewan ternak
ruminansia
[1]
atau dijadikan biofuel melalui digesti anaerobik. Silase umumnya dibuat dari tanaman
rerumputan (dari suku Gramineae), termasuk juga jagung, sorghum, dan serealia lainnya dengan
memanfaatkan seluruh bagian tanaman, tidak hanya biji-bijiannya.
[2]
Silase juga bisa dibuat dari hijauan
kelapa sawit,
[3]
singkong,
[4]
padi,
[5]
rami,
[6]
dan limbah pasar.
[7]
Silase dapat dibuat dengan menempatkan
potongan hijauan di dalam silo, menumpuknya dengan ditutup plastik, atau dengan membungkusnya
membentuk gulungan besar (bale).
Sejarah
Silase dibuat dengan teknik yang sama dalam pembuatan sauerkraut; pakan hijauan telah diawetkan
untuk pakan hewan di sebagian Jerman sejak permulaan abad ke 19, dan pembuatan silase jagung
telah dilakukan di Maryland pada tahun 1876 dengan menggunakan lubang yang digali di tanah.
[8]
Hasil
yang sesuai harapan telah memicu perluasan sistem ini di Inggris.
[9]

Manfaat
Manfaat silase adalah sebagai berikut:
Selama fermentasi, bakteri yang berperan di dalamnya bekerja pada kandungan selulosa dan
karbohidrat pada pakan untuk menghasilkan asam lemak volatil seperti asam asetat, propionat,
laktat, dan butirat. Keberadaan asam lemak menurunkan pH sehingga menciptakan lingkungan di
mana bakteri perusak tidak bisa hidup. Sehingga asam lemak volatil berperan sebagai pengawet
alami. Pengawetan ini merupakan hal yang penting dilakukan ketika pakan hijauan tidak tersedia
di musim dingin.
Ketika melalui proses fermentasi, selulosa dari hijauan pecah sehingga ketika dimakan oleh
hewan ternak, jalur pencernaan pada perut ruminansia menjadi lebih singkat sehingga
mempercepat penyerapan nutrisi.
[10][11]

Beberapa organisme pelaku fermentasi memproduksi vitamin, seperti lactobacillus yang
menghasilkan asam folat dan vitamin B12.
[12]

Silase dapat ditambah dengan berbagai bahan seperti bekatul selama proses pembuatannya,
untuk menambah nutrisi dan memperbaiki karakteristik fisik dan kimiawi silase.
[13]

Fermentasi menghasilkan panas, karena energi kimia dari pakan hijauan digunakan oleh bakteri
untuk melakukan fermentasi. Sehingga kandungan energi silase umumnya lebih rendah daripada
hijauan. Namun kekurangan ini dapat diabaikan mengingat begitu banyaknya manfaat silase.
Selain itu, dengan pecahnya selulosa, energi yang digunakan hewan ruminansia untuk mencerna
silase menjadi lebih sedikit.
Silase yang tidak terkonsumsi karena berlebih atau rusak, dapati dijadikan stok untuk pembuatan biogas
melalui digesti anaerobik.
[14]
Gas yang dihasilkan dapat digunakan untuk menghasilkan listrik, pemanas
ruangan, dan penerangan.
Silase sendiri tidak membahayakan. Faktor keamanan yang harus diperhatikan adalah pada proses
pembuatan dan keamanan fasilitas pembuatan silase. Silo, fasilitas yang digunakan dalam pembuatan
silase, merupakan struktur yang dapat runtuh dan menyebabkan kematian, terutama jika silo kelebihan
muatan.
[15]
Pengisian dan pengeluaran muatan perlu diperhatikan.
[16]
Ketika silo diisi, partikulat dari
bahan dapat terbakar dengan mudah dan menimbulkan reaksi berantai hingga menyebabkan ledakan,
karena luas permukaan partikulat yang tinggi sehingga memudahkan reaksi oksidasi.
Proses fermentasi juga dapat menimbulkan bahaya bagi pernafasan. Gas NO yang dihasilkan pada
tahap awal fermentasi mampu bereaksi dengan oksigen menghasilkan NO
2
yang bersifat racun.
[17]

Sumber Energi
A. Sumber Energi
Sumber energi merupakan salah satu bahan pakan yang termasuk kelas nomor empat dalam
klasifikasi internasional karena kelas ini berupa bahan pakan yang banyak mengandung energi seperti
karbohidrat dan lemak. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartadi et al. (1990) yang menyatakan bahwa
yang termasuk sumber energi adalah bahan pakan dengan protein kasar kurang dari 20 % dan serat
kasar kurang dari 18 %, contohnya biji-bijian, limbah penggilingan, dan lain-lain.

1. Jagung kuning
Berdasarkan data praktikum pengenalan bahan pakan, jagung kuning berbentuk butiran biji, berbau
khas, memiliki tekstur yang halus, rasanya gurih dan berwarna kuning, serta termasuk dalam kelas 4.
Hal ini sesuai dengan pendapat Agus (2007) yang menyatakan bahwa biji-bijian termasuk dalam kelas
ini. Menurut Rasyaf (1992) bahwa jagung kuning mempunyai pigmen karoten yang
disebut Xanthophyll yang mempunyai pengaruh terhadap pigmen kuning dalam cadangan lemak ayam
dan pada kuning telur. Ditambahkan oleh Martawijaya (2004) bahwa jagung kuning mengandung
energi dan protein tinggi, tetapi daya lekatnya rendah dan memiliki kandungan protein 8-9%, lemak 3-
4%, asam amino 90-95%, dan energi metabolisme sebesar 3.394 kkal/kg.

2. Sorghum, Berdasarkan data praktikum pengenalan bahan pakan, sorghum berbentuk tepung, tidak
berbau, memiliki tekstur kasar, rasanya hambar dan berwarna cokelat tua, serta termasuk dalam kelas
4. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1992) yang menyatakan bahwa sorghum (Sorghum vulgare)
merupakan bijian asal nabati yang juga menjadi sumber energi. Sorghum mempunyai kandungan energi
metabolis sebesar 3.250 kkal/kg. Menurut Martawijaya (2004) bahwa umumnya sorghum berwarna
merah, putih atau kecokelatan sorghum. Sorghum berwarna putih lebih banyak digunakan. Sorghum
mempunyai zat tanin yang dapat menghambat pertumbuhan, sehingga harus ditambah metionin.
Kandungan gizinya terdiri protein 13,0%, lemak 2,05%, karbohidrat 47,85%, abu 12,6%, serat kasar
13,5%, dan air 10,64%. Sorghum memiliki kandungan energi sebesar 3.255 kkal/kg.

3. Pollard, Berdasarkan data praktikum pengenalan bahan pakan, pollard berbentuk serbuk, berbau
khas, memiliki tekstur halus, rasanya gurih dan berwarna krem, serta termasuk dalam kelas 4. Hal ini
sesuai dengan pendapat Ichwan (2003) yang menyatakan bahwa yang menyatakan bahwa pollard
merupakan limbah dari pengolaha gandum. Kandungan nutrisinya cukup baik, energi metabolisme
1.140 kkal/kg, protein 11,8%, serat 11,2%, dan lemak 3,0%. Bahan baku utama memang didatangkan
dari luar negeri, tetapi limbahnya dapat diperoleh dari pabrik pengolahan gandum menjadi tepung terigu.
Menurut Martawijaya (2004) bahwa white pollard memiliki protein 11,99%, lemak 1,48%, karbohidrat
64,75%, abu 0,64%, serat kasar 3,75%, dan air 17,35%. Kandungan nutrisi tepung pollard cukup baik
karena energi metabolisme yang terkandung sebesar 1.140 kkal/kg.

B. Sumber protein
Sumber protein merupakan kelas nomor lima dalam klasifikasi internasional. Sumber protein
adalah pakan yang mengandung kandungan protein yang lebih tinggi dari kandungan nutrisi lain dan
nutrisi selain protein hanya sebagai pelengkap saja. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartadi et
al. (1991) yang menyatakan bahwa sumber protein adalah semua bahan pakan yang mempunyai
kandungan protein 20% atau lebih dan berasal dari tanaman, hewan, ikan, dan milk. Menurut Agus
(2007) bahwa sumber protein mengikutsertakan bahan pakan yang mengandung serat kasar kurang
dari 18% atau dinding sel kurang dari 35% dan protein sebesar 20% atau lebih. Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan, bahan pakan yang termasuk sumber protein adalah biji bunga matahari, kacang
kedelai, poultry meat meal, ampas tahu, bungkil kelapa, bungkil kelapa sawit, kulit ari kedelai, biji kapas,
biji jarak, tepung ikan, meat bone meal, biji kapuk, ampas kedelai, tepung bulu, tepung daun lamtoro,
serta kacang tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1997) yang menyatakan bahwa bahan
pakan yang termasuk sumber protein yaitu bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, bungkil kacang
kedelai, tepung ikan, tepung bulu, serta tepung darah. Ichwan (2003) menambahkan bahwa pakan
sumber protein diantaranya bungkil kelapa, ampas kecap, tepung daun lamtoro serta tepung ikan.
1. Bungkil kelapa, Berdasarkan data hasil praktikum bungkil kelapa berbentuk tepung, berbau khas
bungkil kelapa, bertakstur kasar, berasa pahit, dan berwarna cokelat tua serta termasuk dalam kelas
nomor lima dalam klasifikasi internasional. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartadi et al. (1990)
menambahkan bahwa kandungan bungkil kelapa yaitu BK 86%, abu 6,4%, SK 14,4%, BETN 41,8% dan
PK 21%. Rasyaf (1997) yang menyatakan bahwa bungkil kelapa mengandung protein sekitar 18%-26%,
energi metabolismenya lebih dari 1600 kkal/kg.
2. Tepung bulu, Berdasarkan data hasil praktikum tepung bulu berbentuk serbuk, berasa pahit, berbau
menyengat, bertekstur halus, dan berwarna putih serta termasuk salah satu bahan pakan kelas nomer
lima dalam klasifikasi internasional. Tepung bulu memiliki kandungan protein yang tinggi serta sering
diberikan oleh ternak sebagai campuran ransum. Hal ini sesuai dengan pendapat Ichwan (2003) yang
menyatakan bahwa kandungan protein pada tepung bulu memang sangat tinggi, kadarnya sekitar 85%.
Martawijaya (2004) menyatakan bahwa tepung bulu memiliki kandungan protein sekitar 80%-90% dan
metabolisme energinya sebesar 2.354 kkal/kg.
3. Tepung ikan, Berdasarkan data hasil praktikum, tepung ikan berbentuk serbuk, bertekstur halus,
berasa pahit, berbau amis, dan berwarna cokelat serta termasuk bahan pakan kelas nomor lima dalam
klasifikasi internasional. Tepung ikan memiliki kandungan protein yang tinggi serta bahan pakan sumber
protein yang baik untuk ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Ichwan (2003) yang menyatakan bahwa
tepung ikan merupakan salah satu sumber protein terbaik, mengingat kandungan asam amino
esensialnya sangat tinggi. Martawijaya (2004) menambahkan bahwa kandungan gizi tepung ikan berupa
protein 22,65%, lemak 15,38%, abu 26,65%, serat 1,80%, serta air sebanyak 10,78%.
C. Sumber mineral
Sumber mineral merupakan bahan pakan kelas nomor enam dalam klasifikasi internasional, sumber
mineral adalah semua bahan pakan yang mengandung banyak mineral seperti Ca dalam tulang, zat
besi (Fe) serta mineral lainnya. Ketersediaan sumber mineral di pasaran dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu jenis mineral produksi alam, dan mineral buatan (sintetik). Hal ini sesuai dangan pendapat Rasyaf
(1992) bahwa penggunaan mineral buatan pabrik lebih terjamin dari pada produksi alam. Martawijaya
(2004) menambahkan bahwa umumnya bahanbahan pakan sumber mineral dikemas dalam bentuk
premix. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan , bahan pakan yang termasuk dalam kelas sumber
mineral antara lain, tepung tulang, mineral mix, dan tepung kerang. Hal ini sesuai dengan pendapat
Rasyaf (1992) yang menyatakan bahwa bahan pakan sumber mineral antaranya adalah tepung kerang,
tepung tulang, dan lain-lain. Ichwan (2003) menambahkan bahwa pakan sumber mineral adalah tepung
kerang, tepung tulang kapur (kalsium karbonat), dicalcium fosfat (DCD) dan garam dapur.

1. Tepung tulang, Berdasarkan data hasil praktikum tepung tulang berbentuk tepung, berteksur halus,
berwarna putih, berasa pahit, dan berbau khas tulang serta termasuk bahan pakan kelas nomor enam
dalam klasifikasi internasional. Tepung tulang merupakan bahan pakan yang terbuat dari tulang dan
pada dasarnya merupakan pembentukan dari mineral, sehingga baik digunakan sebagai sumber
mineral. Menurut Rasyaf (1997) menyatakan bahwa tepung tulang umumya mengandung kalsium 24%-
28% dan phosphor antara 12%-15%. Hal ini sesuai dengan pendapat Ichwan (2003) yang menyatakan
bahwa tepung tulang merupakan salah satu sumber mineral makro yang mengandung kalsium 24% dan
fosfor 12%.
2. Tepung kerang, Berdasarkan data hasil praktikum tepung kerang berbentuk serbuk, bertekstur kasar,
berwarna krem, berasa pahit, dan berbau khas kerang serta termasuk salah satu bahan pakan kelas
nomor enam dalam klasifikasi internasional. Tepung kerang pada dasarnya terbuat dari kulit kerang
(cangkang kerang) yang terbentuk dari mineral mineral, sehingga tidak salah apabila tepung kerang
merupakan salah satu pakan sumber mineral yang baik. Rasyaf (1997) menyatakan bahwa tepung
kerang sifatnya memenuhi kebutuhan calcium dan tepung kerang mengandung 38% calcium. Hal ini
sesuai pendapat Ichwan (2003) bahwa tepung kerang merupakan sumber kalsium yang baik dan kadar
kalsiumnya sekitar 38%.
3. Kapur, Berdasarkan data hasil praktikum tepung batu berbentuk serbuk, bertekstur kasar, berwarna
hitam, berasa pahit, dan berbau khas batu serta termasuk salah satu bahan pakan kelas nomor enam
dalam klasifikasi internasional. Tepung batu pada dasarnya terbuat dari batu yang mengandung
mineral-mineral alami, sehingga tidak salah jika tepung batu termasuk dalam pakan sumber mineral.
Menurut Ichwan (2003) bahwa tepung batu adalah salah satu bahan baku pakan sumber mineral yang
digunakan dalam pakan ayam sebagai sumber kalsium karena kandungan kalasiumnya cukup tinggi
sekitar 38% kadarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Agus (2007) yang menyatakan bahwa bahwa
tepung batu adalah bahan pakan sumber kalsium mineral yang digunakan dalam ransum ternak.


D. Sumber vitamin
Pakan sumber vitamin yaitu pakan yang mengandung banyak vitamin, seperti vitamin A, B, C, D,
E, dan K serta termasuk juga proses ensilasi dari ragi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartadi et
al. (1990) yang menyatakan bahwa pakan yang mengandung vitamin termasuk proses ensilasi dari ragi.
Hal ini diperjelas oleh pendapat Tillman et al. (1991) yang menyatakan bahwa pakan sumber vitamin
mengandung vitamin A, B
1
, B
2
, B
6
, B
12
, D
2
, D
3
, E, K, serta vitamin C.
Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh bahan pakan yang mengandung vitamin atau masuk
dalam kelas vitamin yaitu vit mix, yang mana vit mix merupakan campuran dari beberapa campuran
vitamin-vitamin. Hal ini sesuai dengan pendapat Tillman et al. (1991) yang menyatakan bahwa pakan
sumber vitamin mengandung beberapa vitamin yaitu vitamin A, D
2
, D
3
, B
1
, B
2
, B
6
, B
12
, E, K dan vitamin.
Martawijaya (2004) menambahkan bahwa pakan sumber vitamin seperti topmix yang mengandung 12
macam vitamin, rhodiamix yang mengandung 12 macam vitamin.
1. Vitamin mix, Berdasarkan hasil praktikum, vitamin mix memiliki warna krem, rasa pahit, bentuk serbuk,
tekstur kasar, bau obat, dan masuk dalam kelas pakan sumber vitamin. Hal ini sesuai dengan pendapat
Tillman et al. (1991) yang menyatakan bahwa pakan yang mengandung vitamin, memiliki kandungan
vitamin yang penting, yaitu A, D
2
, D
3
, B
1
, B
2
, B
6
, B
12
, E, K dan vitamin C. pendapat ini diperjelas oleh
pendapat Martawijaya (2004) yang menyatakan bahwa pakan yang mengandung vitamin biasanya dijual
di poultry shop dan sudah dikemas dalam bentuk premix seperti top mix yang mengandung 12 macam
vitamin, dan rhodiamix yang juga mengandung 12 macam vitamin.
E. Additive
Pakan additive yaitu pakan yang digunakan untuk menambah produksi ternak dan biasanya
bahan pakan nya campuran dari beberapa bahan pakan atau hanya sebagai tambahan agar menarik
atau menambah nafsu makan pada ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Tillmanet al. (1991) yang
menyatakan bahwa pakan additive yaitu zat-zat tertentu yang biasanya ditambahkan pada ransum
seperti antibiotika, zat-zat warna, hormon dan obat-obatan lainnya. Pendapat ini diperjelas oleh
pendapat Ichwan (2003) yang menyatakan bahwa bahan baku pakan additive antara lain premix, asam
amino sintesis, pemacu pertumbuhan, koksidiostat, anti racun, antioksidan, perekat dan pemberi
pigmen.

Hijauan Pakan Ternak sebagai Sumber Energi dan Protein
Berdasarkan kandungan serat kasarnya, bahan makanan ternak dapat dibagi ke dalam dua
golongan yaitu hijauan dan bahan penguat (konsentrat). Hijauan yang biasa digunakan sebagai pakan
pada usaha peternakan rakyat di pedesaan adalah rumput lapangan dan limbah pertanian seperti jerami
padi, jerami jagung, jerami kedelai, jerami sorghum, daun ubi jalar, daun ubi kayu, dan pucuk tebu.
Sedangkan, pakan penguat yang biasa digunakan antara lain jagung, dedak halus, bungkil kacang
tanah, bungkil kelapa, dan lain-lain.
Ada 6 (enam) golongan gizi yang terdapat dalam pakan ternak, yaitu: air, karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral. Gizi itu menjadi sumber energi bagi ternak. Unsur penting dari pakan sebagai
energi untuk kehidupan ternak diperoleh dari: 23,5% karbohidrat, 53% lemak, dan 23,5% protein.

Bagi ternak ruminansia, hijauan yang menjadi pakan utamanya bisa sebagai sumber energi dan
protein. Rumput-rumputan merupakan hijauan sebagai sumber energi bagi ternak, sedangkan hijauan
dari golongan polong-polongan (leguminosa) dapat menjadi sumber protein bagi ternak.
Berikut ini beberapa jenis rumput yang umum digunakan peternak. Pertama, Guinea grass, green panic
(Panicum Maximum Jacq) yang dikenal dengan nama rumput benggala atau suket londo. Rumput ini
berasal dari Afrika dan tersebar ke Asia, Australia, dan Eropa. Rumput yang memiliki palatabilitas yang
sangat baik ini memiliki protein kasar yang bervariasi antara 4-14% dan serat kasar sekitar 28-36%.
Kandungan pospor dalam rumput ini umumnya sudah mencukupi kebutuhan ruminansia.
Rumput Benggala dapat membentuk rumpun dengan tinggi mencapai 1,25 m tergantung varietasnya.
Rumput ini cocok untuk dataran rendah dan dataran tinggi (1.700 m dpl) dengan curah hujan 600-1.800
mm/th. Pada ketinggian di atas 1.400 m dpl, rumput ini tidak dapat berbunga.
Namun, jenis ini masih dapat tumbuh pada tanah dengan solum tipis dan berbatu, tahan terhadap
naungan dan kekeringan serta dapat tumbuh baik pada pH tanah 5-8. Hijauan segar ini bisa mencapai
100-150 t/ha/th. Dengan produksi berat segar 100 sampai 150 ton/ha/th (satu kali pemotongan interval
45 hari adalah 12.5-18.75 ton) berarti dapat mencukupi kebutuhan ternak sebanyak kurang lebih 9-13
ekor sapi dengan berat badan 300 kg.
Budidaya jenis ini dapat dilakukan dengan biji dan pols, bisa juga dengan stek batang. Jarak tanam 60 x
60 m atau disesuaikan dengan kondisi tanah. Pemanenan pertama umur 90 hari setelah tanam. Interval
panen pada musim hujan 30-40 hari dan musim kemarau 50-60 hari. Tinggi pemotongan sebaiknya 5-
10 cm dari permukaan tanah.

Anda mungkin juga menyukai