Anda di halaman 1dari 16

PAKAN KOMPLIT PENGGEMUKAN DOMBA Disusun Oleh Ir.

AGUS JOKO TRIYONO, Magelang


3 komentar Posted by redha bagastamatiin sindarotama | Posted on Rabu, 15 Juni 2011

Filed under: Teknologi Pakan

Pakan komplit fermentasi adalah merupakan pakan yang terdiri dari berbagai macam bahan terutama bahan limbah organik pertanian maupun rumput yang difermentasi menggunakan BIO SILASE. Masalah pakan adalah merupakan masalah utama bagi kebanyakan peternak secara bertahun-tahun sehingga menyebabkan hambatan hambatan bagi peternak atau petani baik itu secara budidaya maupun Agribisnis, kerugian secara bertahun-tahun tersebut dapat dirinci sebagai berikut : 1. Keterbatasan kwantitas budidaya 2. Sulitnya memperbaiki kualitas 3. Agribisnis menjadi tidak efektif dan efisien 4. Budidaya tidak memberikan keuntungan secara Agribisnis 5. Budidaya terhambat oleh keadaan alam 6. Kesulitan dalam memanaged pasar Seperti kita ketahui selama ini petani masih melakukan budidaya yang apabila kita dekatkan dengan teknik beragribisnis masih terdapat rentang yang sangat jauh, meskipun begitu peternak tersebut merasa untung dengan pemeliharaan tersebut. Sebutan ternak sebagai ROJO KOYO semenjak dahulu nampaknya memang tidak Ngoyoworo, ternak menjadi andalan petani untuk berbagai keperluan yang membutuhkan biaya besar bahkan petani dapat merencanakan kebutuhan besar secara jarak jauh dengan mempersiapkan ternak sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut. Mengapa mereka tidak mengandalkan dari hasil pertanian lainnya..? Dengan kepemilikan lahan yang semakin sempit, semakin rusaknya ekosistem, semakin tingginya permintaan produk-produk organik maka ternak akan menjadi produk Agribisnis yang semakin memberikan keuntungan yang tinggi. Kebutuhan daging meningkat terus dari tahun ke tahun dan limbah kotoran hewan belum dimanfaatkan secara baik dan benar. Dengan kepemilikan ternak yang semakin banyak maka ternak akan menjadi ROJO DI ROJO KOYObagi petani, namun ironisnya dengan adanya teknologi pakan seperti ini ternyata peternak yang bukan petani asli lebih cepat dalam mengaksesnya, apa lagi para pensiunan dan calon pensiunan. Apakah keuntungan secara khusus dari adanya pakan awetan komplit ini..?

adalah : 1. Meningkatnya daya guna limbah pertanian 2. Meningkatnya kapasitas pemeliharaan 3. Efisiensi waktu dan tenaga 4. Meningkatkan TDN dari limbah pertanian 5. Meningkatnya Viabilitas 6. Menyediakan pakan pada musim paceklik pakan 7. Meningkatkan terhadap kontrol kualitas ternak 8. Meningkatkan Palabilitas. PAKAN diakui sebagai pengaruh dominan dalam produktifitan Kambing dan Domba, pakan pada umumnya terbagi ke dalan 2 kategori : 1. Pakan sebagai sumber Energi 2. Pakan sebagai sumber Protein Pemberian PAKAN Domba/Kambing harus disesuaikan dengan tujuan Agribisnis yaitu untuk Keindahan/kontes, Peranakan dan atau Penggemukan. 1. PAKAN sebagai sumber energi lebih cocok untuk kambing/domba kontes dan peranakan dimana kebutuhan adalah BK (Bahan Kering) 2,5 4 % PK (Protein Kasar) 9 12 % dan energi/TDN antara 55 65 % sehingga pakan untuk kebutuhan ini harus kita sediakan secara tersendiri dalam PAKAN AWETAN FERMENTASI 2. PAKAN sebagai sumber Protein adalah merupakan PAKAN yang banyak mengandung protein, menurut Nuschati untuk penggemukan diperlukan PAKAN dengan BK (Bahan Kering) 4,5%, PK (Protein Kasar) 12 % dan TDN 55 %. Ini kita jadikan sebagai patokan dalam pembuatan PAKAN KOMPLIT UNTUK PENGGEMUKAN. MENGENAL JENIS BAHAN UNTUK PAKAN AWETAN FERMENTASI Pada dasarnya semua jenis limbah pertanian dapat digunakan untuk PAKAN kambing, domba kelinci dan atau ternak lainnya setelah dilakukan proses awal seperti fermentasi ini, limbah pertanian yang biasanya tidak disukai oleh ternak tersebut kita olah sedemikian rupa sehingga ternak mau memakannya dan memenuhi kebutuhan akan gisinya. Berikut kami sajikan bahan-bahan yang dapat digunaka: - Jerami Adalah sisa/limbah pertanian yang berasal dari tanaman padi dimana selama ini tidak dapat digunakan untuk PAKAN kambing, domba maupun kelinci. Dalam metode ini sudah mampu untuk memecahkan permasalahan mengapa ternak tersebut tidak mau memakannya, dengan memecahkan lignin, celullosa, pectin menjadi senyawa lain seperti protein sederhana akan meningkatkan daya cerna ternak. Jerami yang digunakan adalah jerami basah, jerami kering maupun jerami amoniasi. - Rumput liar Merupakan pakan yang paling banyak dimanfaatkan peternak selama ini secara konfensional, rumput ini paling murah mudah didapat akan tetapi pada musim-musim tertentu akan menjadi sulit sehingga menjadi faktor pemutus siklus budidaya bagi peternak dan tidak semua jenis rumput dapat dimanfaatkan, akan tetapi dengan diolah menggunakan metode ini semua jenis rumput dapat digunakan. Kelebihan populasi pada musim penghujan dapat dimanfaatkan untuk pakan pada masa-masa sulit pakat sehingga siklus budidaya tidak akan terputus. Selain rumput liar juga dapat mempergunakan rumput Gajah, rumput Setaria dsb. - Bekatul

Bekatul adalah limbah dalam penggilingan gabah menjadi beras yang kemudian menghasilkan bekatul dengan berbagai kualitas, dari berbagai kualitas tersebut dapat depergunakan dalam pembuatan pakan ini. Fungsi dari bekatul ini adalah untuk menambah nutrisi, memberikan stater untuk pertumbuhan bakteri dan sebagai bahan pengisi. - Dedak jagung Pada daerah tertentu menggunakan jagung sebagai makanan pokok sehingga menghasilkan dedak yang dapat dimanfaatkan untuk bahan campuran pakan yang baik. - Ketela Pohon/Ubi Kayu Bahan ini banyak mengandung karbohidrat sehingga akan menjadi bahan penguat dalam proses fermentasi, akan tetapi ketela pohon ini mengandung racun asam sianida (H Cn) yang juga bersifat disnutrien sehingga racun ini lebih baik dibebaskan terlebih dahulu sebelum dipergunakan selain itu kita sangat perlu untuk mengawetkan ketela pohon tersebut dalam bentuk pasta karena ketela pohon tidak akan tahan lama dalam penyimpanan tanpa perlakuan pendahuluan. - Mineral Merupakan suplemen tambahan yang berfungsi untuk penyempurnaan proses metabolisme zat PAKAN secara keseluruhan didalam tubuh ternak dapat pula di tambahkan garam dapur akan tetapi dalam jumlah kecil karena Na Cl dapat bersifat disinfektan bagi bakteri. - Ampas Tahu Merupakan limbah dari pabrik tahu yang masih banyak mengandung gisi dan akan ditingkatkan nilainya dalam fermentasi - Ampas Sagu Aren Adalah merupakan limbah dari pabrik pengolahan sagu aren atau inoue, ampas yang diambil adalah ampas yang halus. - Janggel/Tongkol Jagung Merupakan limbah sertaan dari jagung setelah dipipil, janggel ini harus dihancurkan terlebih dahulu. - Gergajian Kayu Merupakan sisa dari penggergajian kayu, yang perlu diingat bahwa gergajian tersebut jangan sisa peggergajian glugu atau pohon kelapa - Tepung Jagung/Jagung Giling Bahan ini mengandung protein yang tinggi untuk ditambahkan - Tepung ikan Bahan tambahan yang berfungsi untuk meningkatkan nutrisi dan meningkatkan palabilitas serta daya rangsang nafsu makan Masih banyak lagi bahan-bahan lain yang dapat dipergunakan seperti daun mahoni, daun rambutan, daun lamtoro, daun sengon, daun kaliandra, daun turi, daun nangka, daun jagung, daun ketela pohon, daun mindi, daun gamal, kulit kopi, kilut kopi coklat, kulit kacang tanah, kulit kedelai, kulit kacang hijau, sisa tanaman seperti kacang panjang, kacang buncis, kacang hijau, susu kadaluarsa, bungkil kacang, bungkil kelapa sawit, bungkil kopra, tepung gaplek, bungkil klenteng atau biji kapas dan limbah- limbah pertanian lainnya atau bahan limbah pengolahan hasil pertanian yang tanpa bahan kimia. - BIO SILASE BAHAN UTAMA UNTUK PAKAN AWETAN FERMENTASI , bakteri an aerob ini yang akan bekerja dalam

proses fermentasi ini telah dipergunakan selama hampir 3 tahun dari berbagai daerah PEMESANAN BIO SILASE KLIK DISINI - Tetes Tebu Merupakan limbah dari pabrik gula yang mempunyai rasa dan aroma khas, tetes tebu ini merupakan gula invers dengan mempunyai kandungan hampir mirip dengan gula pasir. Manyon adalah merupakan limbah pabrik tahu yang berupa cairan . - Air Air yang dipergunakan hendaknya jangan air leding maupun air hujan, gunakan air dari sumber, sumur atau air sungai Prinsip Dasar yang harus diperhatikan : 1. Semua bahan semakin kering semakin bagus 2. Fermentasi bahan semakin padat dan rapat semakin baik 3. Bahan semakin hancur akan semakin baik Macam-macam Alat Fermentasi 1. Trench Silo 2. Pench Silo 3. Tower Silo 4. Pit Silu 5. Box silo : silo berbentuk parit dengan bagian bawah lebih sempit dari bagian atas : silo non permanen yang merupakan sekat-sekat bambu atau kayu : silo berbentuk menara terbuat dari baja, beton dilengkapi alat khusus : silo berupa sumur masuk ke dalam tanah : silo berbentuk kotak seperti box paling banyak memberikan keuntungan, murah, mudah, mempercepat siklus dan kuat.

6. Drum plastik : silo dengan menggunakan drum platik bekas, alat ini

Pembuatan Pakan Fermentasi

Mengenal Macam dan Jenis Pakan Awetan Komplit Sesuai tujuan pakan Komplit dibagi kedalam 3 macam : 1. Pakan untuk pembibitan 2. Pakan Pendongkrak 3. Pakan komplit untuk Penggemukan. 1. Pakan untuk Pembibitan Untuk pembibitan bahan yang diperlukan adalah limbah pertanian yang mudah didapat dilingkungan kita seperti Jerami, rumput, tebon jagung, legium dsb Jerami yang dapat digunakan adalah semua jenis baik itu jerami basah, jerami kering maupun jerami yang sudah disimpan lama akan lebih baik jerami yang sudah diamoniasi. Jerami merupakan salah satu bahan yang murah dan mudah didapat karena selama ini jerami belum banyak dimanfaatkan bahkan di wilayah tertentu jerami menjadi masalah sehingga untuk membersihkan atau menyingkirkannya harus membayar tenaga/upah kerja sehingga banyak juga yang dibakar. Lain halnya untuk petani atau peternak disekitar Kec. Windusari Kab. Magelang jerami sekarang sudah laku dijual. PENGOLAHAN JERAMI UNTUK PAKAN DOMBA PERANAKAN. Bahan yang digunakan: 1. Jerami : 89% 2. Ketela Pohon : 5% 3. Bekatul : 5% 4. Mineral : 0,5% 5. Tepung ikan : 0,5% Penyiapan Fermentor BIO SILASE 1. Ambil air 10 L tambahkan kedalamnya 2 4 gelas tetes tebu dan 0,5 gelas manyon kemudian diaduk hingga rata 2. Tambahkan BIO SILASE sebanyak 2 4 gelas diaduk 3. Tambahkan air hingga 20 L siap digunakan. PEMESANAN BIO SILASE KLIK DISINI

Cara Pembuatan Pakan Fermentasi 1. Cacah jerami atau bahan lain semakin hancur akan semakin baik 2. Campurkan semua bahan secara merata 3. Hamparkan kemudian disemprot dengan fermentor hingga kadar air 25 40 % 4. Masukkan kedalam drum plastik dan diinjak-injak hingga padat 5. Tutup rapat kemudian simpan selama 7 hari 6. Buka dan amati perubahan warna dan aroma, ciri ciri pakan yang jadi adalah warna kuning kecoklatan aroma harum 7. Pakan ini siap untuk diberikan atau disimpan lagi untuk kebutuhan masa datang. 2. Pembuatan Pakan Fermentasi Pendongkrak Pakan pendongkrak ini merupakan pakan dengan ramuan bahan yang lengkap, pakan ini hanya digunakan pada cempe yang kurang sehat atau terlalu kurus selama 15 hari sebelum dimasukkan ke dalam kandang penggemukan, agar cempe sehat dengan pencernaan yang baik dengan nafsu makan yang tinggi. Bahan bahan : 1. Jerami/rumput/tebon : 30 % 2. Bekatul : 15 % 3. Ketela pohon : 15 % 4. Mineral : 1 % 5.Tepung ikan : 5 % 6. Tepung jagung/jagung giling : 5 % 7. Susu/tepung kedelai : 5 % 8. Ampastahu : 5 % 9. Garam dapur : 1 % 10. Tepung kacang hijau : 2 % 11. Janggel giling : 2 % 12. Ampas sagu : 5 % 13. Tepung kacang-kacangan : 5 % 14. limbah lainnya : 4 % Penyiapan Fermentor BIO SILASE 1. Ambil air 10 L tambahkan kedalamnya 2 4 gelas tetes tebu dan 0,5 gelas

manyon kemudian diaduk hingga rata 2. Tambahkan BIO SILASE sebanyak 2 4 gelas diaduk 3. Tambahkan air hingga 20 L siap digunakan. PEMESANAN BIO SILASE KLIK DISINI

Cara Pembuatan Pakan Fermentasi 1. Cacah jerami atau bahan lain semakin hancur akan semakin baik 2. Campurkan semua bahan secara merata 3. Hamparkan kemudian disemprot dengan fermentor hingga kadar air 25 40 % 4. Masukkan kedalam drum plastik dan diinjak-injak hingga padat 5. Tutup rapat kemudian simpan selama 7 hari 6. Buka dan amati perubahan warna dan aroma, ciri ciri pakan yang jadi adalah warna kuning kecoklatan hingga abu-abu, aroma harum 7. Pakan ini siap untuk diberikan atau disimpan lagi untuk kebutuhan masa datang.

3. Pembuatan Pakan Komplit

Pakan komplit fermentasi adalah pakan yang terdiri dari berbagai macam bahan limbah pertanian maupun limbah pengolahan hasil pertanian non kimia yang dilakukan fermentasi sehingga meningkat fungsinya untuk penggemukan kambing/domba maupun ternak lainnya. Pakan ini dapat tahan dalam penyimpanan selama 1 tahun, dalam pembuatan pakan ini hendaknya memperhatikan jenis-jenis potensi bahan yang ada disekitar (lokalita) sehingga harga pakan menjadai murah. Bahan bahan : 1. Jerami/rumput/tebon : 40 % atau 60 % 2. Bekatul : 15 % 3. Ketela pohon : 15 % 4. Mineral : 0,5 % 5.Tepung ikan : 2 % 6. Ampas tahu : 5 % 7. Garam dapur : 1 % 8. Janggel/tongkol jagung giling : 5 % 9. Ampas sagu : 5 % 10. Gergajian kayu : 5 % Penyiapan Fermentor BIO SILASE 1. Ambil air 10 L tambahkan kedalamnya 2 4 gelas tetes tebu dan 0,5 gelas manyon kemudian diaduk hingga rata 2. Tambahkan BIO SILASE sebanyak 2 4 gelas kemudian diaduk 3. Tambahkan air hingga 20 L siap digunakan.

PEMESANAN BIO SILASE KLIK DISINI

Cara Pembuatan Pakan Fermentasi 1. Cacah jerami atau bahan lain semakin hancur akan semakin baik 2. Campurkan semua bahan secara merata 3. Hamparkan kemudian disemprot dengan fermentor hingga kadar air 25 40 % 4. Masukkan kedalam drum plastik dan diinjak-injak hingga padat 5. Tutup rapat kemudian simpan selama 7 hari 6. Buka dan amati perubahan warna dan aroma, ciri ciri pakan yang jadi adalah warna kuning kecoklatan hingga , aroma harum 7. Pakan ini siap untuk diberikan atau disimpan lagi untuk kebutuhan masa datang. PEMESANAN BIO SILASE KLIK DISINI

Terimakasih atas kunjunganya, Selamat mempelajari dan mencoba. Jika Anda memberikan kritik dan saran dengan senang hati saya menerimanya. Mari kita berbagi bersama

IN VITRO FERTILIZATION (FERTILISASI IN VITRO)


PENDAHULUAN

Kebutuhan konsumsi daging nasional cenderung meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu dibutuhkan peningkatan populasi ternak terutama ternak ruminansia melalui ketercukupan penyediaan bibit baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Bibit yang baik umumnya dapat menghasilkan keturunan dengan produktivitas yang tinggi. Peningkatan produktivitas ternak dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah dengan menerapkan terknologi fertilisasi in vitro. Fertilisasiin vitro ini diharapkan mampu meningkatkan jumlah populasi ternak yang ada sehingga kebutuhan komoditas daging sapi maupun ternak ruminansia lainnya dapat terpenuhi. Fertilisasi in vitro ini umumnya memanfaatkan ovarium dari ternak hasil pemotongan RPH (Rumah Pemotongan Hewan) sehingga mempunyai efisiensi reproduksi yang tinggi.

FERTILISASI IN VITRO

Fertilisasi terdiri dari penyatuan atau fusi dua sel gamet jantan (spermatozoa) dengan sel gamet betina (ovum) untuk membentuk satu sel atau zygote. Proses ini terjadi dibawah ampula tuba fallopii (Hafez, 1980). Fertilisasi In Vitro Fertilisasi In Vitro dirintis oleh P.C Steptoe dan R.G Edwards (1997). Merupakan suatu upaya peningkatan produksi didalam menyelamatkan bibit unggul yang tidak dapat dilakukan dengan fertilisasiin vivo yaitu dengan suatu teknik pembuahan dimana sel ovum dibuahi diluar tubuh. Teknologi fertilisasi secara in vitro (FIV) pada ternak, khususnya sapi merupakan salah satu usaha memanfaatkan limbah ovari dari induk sapi betina yang dipotong di Rumah Potong Hewan. FIV ini diharapkan dapat memproduksi embrio sapi dalam jumlah massal untuk dititipkan pada induk resipien, sehingga dapat diperoleh ternak dalam jumlah banyak untuk meningkatkan populasi ternak di Indonesia (Kaiin et al., 2008). In Vitro Fertilization (IVF) Merupakan metode pengamatan terhadap terjadinya proses fertilisasi dengan cara membuat percobaan pembuahan di luar tubuh. Menurut Supri Ondho (1998) secara garis besar percobaan IVF meliputi serangkaian kegiatan berupa mengumpulkan ovarium, koleksi oosit, kapasitasi spermatozoa, pembuahan dan perkembangan embrio. Berikut ini adalah tahapan-tahapan fertilisasi In Vitro :

1.

Pengumpulan ovarium dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH), Pengumpulan ovarium dilaksanakan dengan cara mengambil ovarium dari ternak yang dipotong. Setelah ovarium didapatkan, kemudian dimasukkan ke dalam NaCl fisiologis 0,9% dan di bawa ke laboratorium.

2.

Koleksi Oosit, proses koleksi oosit ini dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu aspirasi (menghisap), sayatan dan injeksi medium.

3. 4. 5.

Maturasi Oosit, Fertilisasi, Kultur in Vitro Pembekuan Embrio Program Transfer Embrio

METODE KOLEKSI OOSIT Berikut ini adalah metode yang dapat digunakan didalam melakukan koleksi oosit : Aspirasi 1. 2. 3. Ovarium dipindahkan ke dalam cawan petri kemudian dicuci/dibilas dengan menggunakan NaCl Fisiologis 0,9% Ovarium diletakkan di dalam beker glass dan pertahankan suhu pada 37,5 C. Permukaan ovarium dibersihkan sekali lagi dari kemungkinan adanya kotoran yang masih melekat, dengan cara meletakkan di atas kertas saring. 4. Disposable syringe diisi dengan NaCl Fisiologis 0,9% (1-1,5 ml). Gunakan jarum suntik ukuran 21 g yang dipasang pada disposable syringe ukuran 5 ml tersebut. 5. Tusukan diarahkan pada bagian parenkhim ovarium dekat folikel yang membentuk vesikula (diameter 1-5), kemudian diaspirasi. Atau dapat pula jarum ditusukkan melalui stroma ovarium lalu menuju folikel. Cara ini untuk menghindari terlepasnya oosit keluar dari permukaan ovarium melalui permukaan folikel yang tipis. 6. Setelah seluruh folikerl dalam satu ovarium diaspirasi. Selanjutnya cairan aspirasi yang mengumpul memenuhi syringe dipindahkan segera ke dalam petridish 35 mm yang telah dipersiapkan. 7. 8. Jumlah, kualitas oosit, serta waktu yang dibutuhkan dari setiap ovarium dicatat. Oosit yang didapatkan kemudian dibilas sebanyak tiga kali dengan NaCl Fisiologis 0,9 % kemudian dipindahkan sementara ke dalam medium yang sama untuk menunggu proses selanjutnya. Teknik sayatan

1.

Ovarium disayat menjadi 4 sampai delapan bagian, kemudian setiap bagian disayat menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan menggunakan gunting/skapel dalam cawan petri yang diisi NaCl fisiologis 0,9% secukupnya. Dengan bantuan mikroskop pembesaran 200 kali dapat diidentifikasi oosit yang terdapat dalam ovarium tadi.

2. 3. 4.

Dengan menggunakan mikropipet dipindah/ dikumpulkan oosit yang sudah diperoleh kedalam cawan petri lainnya. Dihitung jumlah perolehan dari kualitas oosit, media serta waktu yang dibutuhkan dari setiap ovarium dengan cara ini. Oosit yang dipindahkan dibilas tiga kali kemudian dipindahkan ke dalam Na Cl fisiologis 0,9% untuk dilakukan proses selanjutnya. Teknik injeksi medium

1. 2.

Ovarium dicuci bersih dengan menggunakan NaCl fisiologis 0,9%. Isi disposable syringe dengan NaCl fisiologis 0,9% 1-1,5 ml. Tusukan-tusukan dibuat merata diseluruh permukaan ovarium dengan menggunakan jarum ukuran 21 g, kemudian disemprotkan medium perlahan-lahan.

3. 4.

Cairan medium mengandung oosit yang keluar dari ovarium ditampung di dalam petridish. Hitung dan amati jumlah, kualitas oosit yang dapat diperoleh serta waktu yang dibutuhkan dari setiap ovarium dengan cara ini.

5.

Oosit yang didapatkan kemudian dibilas tiga kali dan dipindahkan ke dalam medium NaCl fisiologis 0,9% untuk dilakukan peruses selanjutnya.

KLASIFIKASI OOSIT Berikut ini merupakan klasifikasi oosit yang didasarkan atas Cumullus Oophorus yang dapat dijadikan sebagai parameter kualitas oosit : Kualitas A, adalah oosit dengan Cumullus Oophorus kompak Kualitas B, adalah oosit dengan Cumullus Oophorus sebagian Kualitas C, adalah oosit yang tidak mempunyai Cumullus Oophorus * Maturasi oosit dapat dilakukan pada oosit yang mempunyai kualitas A dan B

MATURASI OOSIT, FERTILISASI, KULTUR IN VITRO Oosit yang terkoleksi dan mempunyai kualitas sangat baik dan baik (A dan B) kemudian dicuci dalam media maturasi TCM 199 (GIBCOTM) + 10 % fetal calf Serum (FCS, GIBCOTM) dan ditambahkan hormon E2 (1g/ ml), hCG

(10g/ml) dan FSH (10g/ml). Oosit tersebut dimasukkan ke dalam 50 l spot media maturasi yang sebelumnya telah diekuilibrasi di dalam inkubator CO2 5%, temperatur 38 C dan dikultur selama 22-24 jam (Margawati et al., 2000). Sebelum dilakukan fertilisasi, sperma beku X atau Y sapi PO yang telah dipisahkan dengan menggunakan kolom BSA 5-10% (Kaiin et al., 2003) di-thawing dan masing-masing diperiksa motilitasnya. Motilitas sperma 40% digunakan untuk memfertilisasi oosit secara in vitro. Sperma X atau Y yang telah di-thawing kemudian dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi, ditambah mediasemen washing solution (SWS) yang terdiri atas media Brackett Oliphant (BO) yang mengandung kafein dan heparin, kemudian sperma disentrifugasi dengan kecepatan 1800 rpm selama 5 menit pada temperatur 27C. Supernatan dibuang, kemudian endapan sperma (0,5 ml) ditambah dengan mediasemen dilution solution (SDS, yang terdiri atas media BO dan BSA 20 mg/ ml) sampai konsentrasi 1 x 106 / ml. Spot berisi 100 l SDS berisi sperma X atau Y dibuat di dalam cawan petri, kemudian ditutup dengan mineral oil dan diinkubasi untuk kapasitasi sperma selama 1 jam. Setelah itu dilakukan pencucian oosit yang telah dimaturasi dengan menggunakan media oocyte washing solution (OWS, yang terdiri atas media BO dan BSA 10 mg/ml). Oosit yang telah dicuci kemudian ditempatkan ke dalam spot SDS + sperma (10 oosit/ spot) dan dikultur selama 6-7 jam dalam inkubator CO2 (Kaiin et al., 2004). Oosit yang difertilisasi kemudian dicuci dengan media kultur CR1aa + 5% FCS sambil dihilangkan sel-sel kumulusnya dengan menggunakan pipet. Zigot kemudian dimasukkan ke dalam spot media kultur yang kemudian dimasukkan ke dalam inkubator CO2 5%, temperature 38C. Pengamatan perkembangan embrio dari tahap 2 sel sampai morula/blastosis dilakukan setiap 24 jam selama 6-7 hari (Margawati et al., 2000; Kaiin et al., 2004).

PEMBEKUAN EMBRIO Embrio yang mencapai tahap morula atau blastosis dalam kultur in vitro kemudian dicuci dalam media DPBS mengandung 20% FCS, kemudian dipindahkan berturut-turut ke dalam media yang mengandung gliserol 3,3%; 6,7% sampai 10% masing-masing selama 10 menit. Embrio dan gliserol dalam volume sesedikit mungkin kemudian dimasukkan ke dalam straw bersama dengan kolom-kolom media berisi sukrosa yang berfungsi sebagai media pencuci gliserol pada saat thawing. Setelah itu, straw yang berisi embrio tersebut dibekukan dengan menggunakan mesin programmable freezer ET-1 (FHK) dengan penurunan temperatur secara bertahap 1oC/menit. Selanjutnya pada saat mencapai temperatur - 30oC, straw dimasukkan dan disimpan dalam tangki nitrogen cair (temperatur -196oC).

PROGRAM TRANSFER EMBRIO Seleksi induk sapi yang akan digunakan sebagai ternak resipien dilakukan dengan memeriksa keadaan alat reproduksinya. Sapi dengan kondisi reproduksi yang memenuhi syarat digunakan sebagai ternak resipien. Setelah itu sapi diprogram dan disinkronisasi berahinya dengan penyuntikan PGF2 (Prosolvin, Intervet) dengan dosis 2 ml/ ekor secara intra muskular. Transfer embrio menggunakan embrio beku hasil FIV dengan sperma hasil

pemisahan dilakukan pada hari ke 6 setelah berahi pada induk resipien sapi Bali di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara dan resipien sapi FH di kandang ternak Puslit Bioteknologi LIPI di Cibinong. Straw embrio beku di-thawing dalam air hangat 37 C kemudian langsung ditransfer ke induk resipien dengan menggunakan gun transfer.

KEUNGGULAN FERTILISASI IN VITRO Berikut ini adalah beberapa keunggulan dari fertilisasi in vitro : Mempercepat peningkatan populasi dan produksi ternak serat perbaikan mutu genetis. Memanfaatkan Ovarium dari RPH Perkembangan zigot dapat diamati Pembuahan dapat dilakukan diluar tubuh ternak

DAFTAR PUSTAKA Hafez, E.S.E. 1980. Reproduction in Farm Animal. 4 th ed. Lea and Febiger. Philadelphia.

Kaiin, E.M., S.Said & B.Tappa. 2008. Kelahiran Anak Sapi Hasil Fertilisasi secara in Vitro dengan Sperma Hasil Pemisahan. Bidang Biologi Sel dan Jaringan, Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI.

Kaiin, E.M., M. Gunawan, S.Said & B.Tappa. 2004. Fertilisasi dan perkembangan oosit sapi hasil IVF dengan sperma hasil pemisahan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan, Bogor. Hlm. 21-25.

Margawati, E.T., E.M. Kaiin, K.Eriani, N.D. Yanthi & Indriawati. 2000. Pengaruh media IVM dan IVC pada perkembangan embrio sapi secara in vitro. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 5 : 229-233.

Supri Ondho, Y. 1998. Peningkatan Pematangan Oosit dan Perkembangan Embrio Domba In Vitro melalui Penambahan FSH, Estradiol -17B dan Kokultur Sel Epitel Tuba Falopii ke Dalam TCM-199. Disertasi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Diposkan oleh Suseno Bayu Wibowo di 05:46

Anda mungkin juga menyukai