Jerami padi merupakan limbah tanaman pertanian yang sangat potensial sebagai pakan hijauan
terutama di daerah kering seperti Kabupaten Gunung Kidul. Pada penghujan, jerami padi diberikan
dalam jumlah sedikit. sedangkan pada musim kemarau pada umumnya peternak memberikan jerami
padi sebagai hijauan tunggal. Jerami padi mengandung sedikit protein, lemak dan pati serta serat
kasar yang relatif tinggi karena lignin dan silikanya tinggi. Untuk meningkatkan kecernaan jerami padi
dan jumlah konsumsinya, jerami padi perlu diberi perlakuan secara biologis dengan menggunakan
probiotik. Probiotik merupakan produk bioteknologi yang mengandung polimikroorganisme,
lignolitik, proteolitik, amilolitik, sellulolitik, lipolitik dan nitrogen non simbiotik yang dapal
memfermentasi jerami sehingga dapat meningkatkan kualitas dan nilai kecernaannya.
Bahan
1. Jerami padi 1 ton
2. tetes tebu Probiotik 6 kg
3. Urea 6 kg
Alat
Pengaduk, Cangkul
Cara Pembuatan
1. Tumpuk jerami dengan ketebalan sekitar 30 cm dan taburkan campuran serbuk probiotik dan
urea secara merata pada tumpukan jerami tersebut.
2. Siramkan air diatas tumpukan jerami secara merata untuk mempertahankan kadar air jerami
sebesar 60 %.
3. Pada saat penyemprotan / penyiraman dapat pula ditambahkan molases/tetes tcbu ke dalam
air sebagai bahan makanan mikroba dalam probiotik.
4. Ulangi proses 1 sampai dengan 3 hingga beberapa lapisan.
5. Biarkan tumpukan jerami selama 21 hari pada tempat yang teduh (terhindar dari sinar
matahari dan air hujan).
6. Setelah 21 hari bongkar tumpukan dan jemur dengan simar matahari sehingga kadar air
diperkirakan mencapai 15 %.
7. Setelah kering dapat ditumpuk kembali dan simpan ditempat yang teduh.
8. Jerami siap untuk diberikan pada ternak.
Untuk mensiasati tingginya harga pakan, dibawah ini ada artikel dari Deptan berisi mengenai daur
ulang kotoran ternak menjadi pakan ternak, nggak ada salahnya untuk mencoba trik-trik dibawah ini.
Dibawah ini ada EM4 dan Molase yang menjadi salah dua bahan untuk mendaur ulang, EM4 itu
campuran mikroorganisme yang menguntungkan atau bakteri baik, sementara Molase adalah
diperoleh dari tetes tebu/sisa produksi gula pasir, atau bisa juga diganti dengan cairan gula pasir itu
sendiri. EM4 bisa diperoleh di toko-toko pertanian.
Bahan-bahan yang diperlukan :
1. Kotoran kambing : 20% 2. Kotoran ayam : 20% 3. Bekatul : 30% 4. Tepung ikan lokal : 10%
5. Bungkil kedelai : 10% 6. Tepung jagung : 10% 7. Cairan EM4 : 200 cc 8. Molase : 200 cc
9. Air : 2 liter
Proses Pembuatan :
1. Kotoran ayam, kotoran kambing, bekatul dicampur secara merata.;
2. Larutkan Cairan EM4 dan molase dalam 2 liter air, kemudian campur secara merata dengan
adonan no.1;
3. Adonan tersebut kemudian dimasukkan dalam karung goni untuk proses fermentasi selama 24
jam;
4. Setelah diperam kemudian dibuka dan diangin-anginkan sampai kering betul.
5. Bungkil kedelai, tepung jagung dan tepung ikan dicampur secara merata, kemudian ditambahkan
secara merata dalam adonan yang sudah terfermentasi.
Campuran tersebut diatas siap diberikan pada ternak ayam, itik atau yang sejenisnya (dalam bentuk
tepung), jika pakan yang berupa tepung tersebut diinginkan untuk dibuat butiran (granul) perlu
ditambahkan tepung kanji yang diencerkan untuk mencampurnya, baru kemudian adonan tersebut
dimasukkan dalam alat cetak, kemudian dijemur.
Selain tips diatas, dibawah ini juga ada tips daur ulang kotoran ternak, diperoleh dari EM4Indonesia:
Pakan daur ulang dapat dilakukan pada peternakan ayam petelur, cara ini sangat membantu
peternak pada saat harga telur menurun dan harga pakan naik. Pembuatanya cukup sederhana.
Kotoran ayam dijemur kering, digiling dan dicampur dengan dedak, disiram dengan EM dan molase
lalu difermentasikan dalam keadaan anaerob. Fermentasi hanya diperlukan 24 jam dan pakan daur
ulang ini dicampur dengan konsentrat lagi pada saat pemberian. Biaya dapat ditekan sampai dengan
28 % dengan kesehatan dan produktifitas seperti semula.
Masalah yang sering dialami oleh para petani padi sawah saat ini antara lain :
Sering terjadi kelangkaan pupuk, dilain pihak pihak jadwal waktu pemupukan harus tepat.
Biaya produksi selalu mengalami peningkatan disebabkan karena jumlah dan jenis sarana produksi
yang dipergunakan terus meningkat.
Meskipun penggunaan sarana produksi meningkat tidak diikuti oleh peningkatan produktifitas;
produktivitas lahan sawah cenderung mengalami penurunan
Air irigasi semakin terbatas dimusim kemarau dan kebanjiran dimusim hujan, resiko kegagalan
panen oleh iklim dan hama semakin besar.
Secara bertahap namun pasti teknologi EM mampu menjawab masalah dan tantangan tersebut
diatas. Teknologi EM adalah teknologi biaya rendah karena menggunakan limbah daur ulang dari
sisa-sisa pertanian itu sendiri. Teknologi EM mudah dilaksanakan, mudah diajarkan kepada para
petani, tidak membahayakan bagi petani maupun konsumen. Produktivitasnya berkelanjutan (tidak
mengalami penurunan) dan akrab lingkungan. Berkualitas tinggi tidak tercemar kimia dan
memerlukan air irigasi relative lebih sedikit dibanding dengan teknologi konvensional. Semakin lama
sumberdaya alam terutama tanah, air dan udara semakin kecil mengakibatkan derajat kesehatan
umat manusia akan semakin membaik.
Langkah-langkah penerapan teknologi EM untuk padi sawah adalah sebagai berikut :
1.PersiapanLahan
Sehabis panen, jerami jangan dibakar tapi dibabat rata diatas tanah, hamparkan dipermukaan tanah,
serasah, rerumputan dan kotoran hewan juga disebar secara merata, taburkan juga bokashi 2 ton
per hektar, genangi dengan air yang diberi EM aktif sekurang-kurangnya 100 liter em aktif per
hektar. Genangan ini dibiarkan sekitar 3-4 minggu.
2.Pengairan
Setiap 2 minggu tanaman perlu disemprot dengan em aktif atau FPE dengan konsentrasi 1 (satu)
permil, sampai tanaman padi dipanen. Pada saat awal masih diperlukan pupuk urea dengan dosis
50% dari dosis anjuran mengingat lahan sawah sekarang sudah sangat miskin dengan unsur “N”.
Apabila dicermati akan ditemukan hal-hal sebagai berikut :
Umur padi lebih panjang dari sebelumnya.
Pada saat panen daun bendera sebagian masih hijau.
Tanaman lebih tinggi dan jumlah anakan lebih banyak.
Prosentasi biji hampa menurun, berat gabah seragam dan lebih berat dari sebelumnya.
Semakin lama solum tanah semakin dalam, biota tanah seperti cacing, belut dan larva capung
nampak lebih menonjol. Produktivitas meningkat. Petani lebih bergairah.
Aplikasi EM di Lahan Kering Tanaman Semusim
Tanaman semusim dalam uraian ini meliputi tanaman palawija seperti jagung, kacang tanah, kedelai
tanaman sayur-sayuran, cabai tomat. Teknologi EM terhadap tanaman ini dapat dilaksanakan dalam
minimum tillage malah tanpa pengolahan tnah sama sekali ( zero tillage). Yang lebih menarik lagi
ialah bahwa dengan teknologi EM dapat dilaksanakan cara bercocok tanam yang disebut continuous
cropping yaitu cara bercocok tanam tanpa pergiliran tanaman tanpa ke khawatiran adanya serangan
hama dan penyakit tanaman. Tentu hal tersebut baru akan berhasil baik setelah beberapa generasi.
Teknologi EM yang memanfaatkan tenaga alam (power nature) melalui proses fermentasi bahan
organic oleh mikroorganisme yang berguna akan dapat merubah kondisi biologis tanah dari tanah
yang berpenyakit ( soil borne disease) menjadi tanah yang menekan penyakit ( disease suppreasive
soil ). Tanah zymogenic dan tanah sintetik itu tanaman akan dapat berporoduksi secara normal
sebab bahan organic dalam tanah akan difermentasi bukan diurai dan menghasilkan alcohol, gula,
asam amino dan asam organic lainnya, senyawa ini berbeda dengan teori lama yang mengatakan
bahwa akar tanaman hanya menyerap unsure anorganik dari penguraian bahan organic.
Oleh sebab itu bercocok tanam dengan teknologi EM dapat diselenggarakan dengan mudah, murah,
ramah lingkungan serta hanya dengan waktu 1 – 2 minggu dapat dihasilkan bokashi siap pakai.
Untuk maksud tersebut langkah yang diperlukan adalah :
Penyiapan lahan :
Untuk pertama kali tanah perlu dicangkul atau dibajak dan dilanjutkan dengan membuat bedengan
dengan ukuran yang sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Siapkan bokashi kurang lebih
2 ton dan kompos 20 ton / ha.
Taburkan kompos dan bokashi diats bedengan, campurkan tanah dengan kompos dan bokashi.
Tutup bedebfab dengan mulsa tebal minimal 5 cm
Siram dengan EM aktif dengan konsentrasi 1 / mil sekurang-kurangnya 1 liter perm m2
Persiapan bibit :
Tanah untuk persemaian dicampur dengan bokashi arang sekam diolah sebagai mana mestinya,
disiram dengan larutan EM aktif dengan kosentrasi 1 %.
Biji sebelum disebar direndam dengan larutan EM aktif dengan konsentrasi satu per seribu (1%) biji
kecil seperti wortel dan selama 20 – 30 menit, biji mentimun 30 – 60 menit dan biji besar ( jagung
kacang tanah dll ) selama 2-3 jam.
Selama dipembibitan ( persemaian ) bibit disemprot dengan EM aktif atau FPE setiap minggu.
Menjelang ditanam bibit dicelupkan kedalam larutan EM aktif dengan konsentrasi 1%.
Penanaman dan pemeliharaan
Taburkan bokashi 100 gram per m2 dilanjutkan dengan penanaman bibit.
Siram dengan EM aktif 1-2 permil sebanyak 1 liter/m2
Semprot dengan FPE 1 – 2 per mil setiap 1- 2 minggu, siram dengan EM aktif setiap 1 – 2 minggu
sekali.
Tanaman mati dan tanaman tua dicabut diganti atau disulam dengan bibit besar, gulma dicabut
langsung dipakai mulsa pertahankan kelembababan dengan cara mulsa setiap 3-4 bulan dengan cara
ini tidak diperlukan pengolahan tanah dan dapat dilaksanakan pola pertanaman berkelanjutan baik
dengan pola tanaman khusus maupun tanaman campuran.
JERAMI FERMENTASI
Melihat tingginya serat kasar jerami dan rendahnya protein kasar (3 – 4 %) maka sebagai pakan sapi,
jerami perlu dilakukan fermentasi. Dari hasil Proximate Analysis, di laboratorium Nutrisi ternak ,
fakultas peternakan UNUD, jerami yang difermentasi dengan EM4 terjadi peningkatan protein kasar.
Protein kasar jerami dari 3,50 % naik menjadi 7,05355, serat kasarnya dari 35,0 % turun menjadi
25,5949. kesimpulannya, setelah difermentasi terjadi peningkatan protein kasar sebesar 4,05355 %
dan penurunan serat kasar sebesar 4,405075 %.
Untuk membuat jerami fermentasi (untuk 1 ton jerami) alat-alat yang dibutuhkan itu, cangkul
bergigi, ember/tong kapasitas 50 liter, gayung terpal, plastik ukuran 6 x 5 meter dan sprayer. Sedang
bahan-bahannya dedak padi halus 20 kg, EM 4 ternak 2 liter, molasses (tetes tebu) 2 liter dan air
sumur.
Cara membuat lakukan inokulum bakteri dengan cara mencampur EM4 2 liter + moluse 5 liter ke
dalam air sumur sejumlah 50 liter. Lalu tutup dan diamkan campuran tersebut selama 24 jam
campuran tersebut siap digunakan ditandai dengan timbulnya jamur putih pada bagian atas
permukaan air. Tebarkan jerami ditempat teduh dan kering setinggi 10 cm, sedikit demi sedikit,
taburkan dedak secara merata pada permukaan jerami.
Semprotkan larutan EM4 secara merata higga kadar air dalam jerami mencapai 30 %. Bila telah
merata, tebarkan kembali jerami sesuai dengan petunjuk poit 4 hingga mencapai tinggi 1 meter. Bila
tinggi tumpukan mencapai 1 meter, tutup rapat-rapat jerami dengan terpal. Lakukan pemantauan
suhu fermentasi (suhu gundukan maksimum 50º c)
Bila suhunya lebih 50º C, maka terpal dibuka dan diamkan selama 30 menit. Bila suhu terlalu panas
maka tumpukan sebaiknya dibongakar. Dalam waktu 7-10 hari jerami telah mengalami proses
fermentasi yang ditandai dengan tumbuhnya jamur putih dipermukaan jerami. Bongkar dan angin-
anginkan gundukan jerami sebelum disimpan ditempat teduh dan kering. Berikan jerami yang telah
diangin-anginkan pada ternak sapi sekitar 8-12kg/hari.
Pemberian jerami fermentasi bukanlah pakan utama melainkan hanya pakan sampingan yang
jumlahnya 45-50 % dari total pemberian pakan harian. Dilapangan, pakan jerami fermentasi
dikombinasikan dengan rumput segar dan dedak gandum / padi, dihasil pertumbuhan berat hidup
sapi rata-rata 0,4 – 0,45 kg / ekor / hari. Selain jenis pakan, peningkatan berat hidup sapi juga
dipengaruhi oleh potensi genetik. (I Ketut Darmawan, S.Pt)
Jumlah biaya diatas berdasrkan harga dipulau bali. Jadi biaya produksi pembuatan jerami fermentasi
untuk 1 ton adalah Rp. 335.000,- atau Rp. 335 / kg.