Anda di halaman 1dari 7

FERMENTASI JERAMI UNTUK PAKAN TERNAK

Jerami padi merupakan limbah tanaman pertanian yang sangat potensial sebagai pakan hijauan
terutama di daerah kering seperti Kabupaten Gunung Kidul. Pada penghujan, jerami padi diberikan
dalam jumlah sedikit. sedangkan pada musim kemarau pada umumnya peternak memberikan jerami
padi sebagai hijauan tunggal. Jerami padi mengandung sedikit protein, lemak dan pati serta serat
kasar yang relatif tinggi karena lignin dan silikanya tinggi. Untuk meningkatkan kecernaan jerami padi
dan jumlah konsumsinya, jerami padi perlu diberi perlakuan secara biologis dengan menggunakan
probiotik. Probiotik merupakan produk bioteknologi yang mengandung polimikroorganisme,
lignolitik, proteolitik, amilolitik, sellulolitik, lipolitik dan nitrogen non simbiotik yang dapal
memfermentasi jerami sehingga dapat meningkatkan kualitas dan nilai kecernaannya.
Bahan
1. Jerami padi 1 ton
2. tetes tebu Probiotik 6 kg
3. Urea 6 kg
Alat
Pengaduk, Cangkul
Cara Pembuatan
1. Tumpuk jerami dengan ketebalan sekitar 30 cm dan taburkan campuran serbuk probiotik dan
urea secara merata pada tumpukan jerami tersebut.
2. Siramkan air diatas tumpukan jerami secara merata untuk mempertahankan kadar air jerami
sebesar 60 %.
3. Pada saat penyemprotan / penyiraman dapat pula ditambahkan molases/tetes tcbu ke dalam
air sebagai bahan makanan mikroba dalam probiotik.
4. Ulangi proses 1 sampai dengan 3 hingga beberapa lapisan.
5. Biarkan tumpukan jerami selama 21 hari pada tempat yang teduh (terhindar dari sinar
matahari dan air hujan).
6. Setelah 21 hari bongkar tumpukan dan jemur dengan simar matahari sehingga kadar air
diperkirakan mencapai 15 %.
7. Setelah kering dapat ditumpuk kembali dan simpan ditempat yang teduh.
8. Jerami siap untuk diberikan pada ternak.

KOTORAN TERNAK UNTUK PAKAN...??!

Untuk mensiasati tingginya harga pakan, dibawah ini ada artikel dari Deptan berisi mengenai daur
ulang kotoran ternak menjadi pakan ternak, nggak ada salahnya untuk mencoba trik-trik dibawah ini.
Dibawah ini ada EM4 dan Molase yang menjadi salah dua bahan untuk mendaur ulang, EM4 itu
campuran mikroorganisme yang menguntungkan atau bakteri baik, sementara Molase adalah
diperoleh dari tetes tebu/sisa produksi gula pasir, atau bisa juga diganti dengan cairan gula pasir itu
sendiri. EM4 bisa diperoleh di toko-toko pertanian.
Bahan-bahan yang diperlukan :
1. Kotoran kambing : 20% 2. Kotoran ayam : 20% 3. Bekatul : 30% 4. Tepung ikan lokal : 10%
5. Bungkil kedelai : 10% 6. Tepung jagung : 10% 7. Cairan EM4 : 200 cc 8. Molase : 200 cc
9. Air : 2 liter
Proses Pembuatan :
1. Kotoran ayam, kotoran kambing, bekatul dicampur secara merata.;
2. Larutkan Cairan EM4 dan molase dalam 2 liter air, kemudian campur secara merata dengan
adonan no.1;
3. Adonan tersebut kemudian dimasukkan dalam karung goni untuk proses fermentasi selama 24
jam;
4. Setelah diperam kemudian dibuka dan diangin-anginkan sampai kering betul.
5. Bungkil kedelai, tepung jagung dan tepung ikan dicampur secara merata, kemudian ditambahkan
secara merata dalam adonan yang sudah terfermentasi.
Campuran tersebut diatas siap diberikan pada ternak ayam, itik atau yang sejenisnya (dalam bentuk
tepung), jika pakan yang berupa tepung tersebut diinginkan untuk dibuat butiran (granul) perlu
ditambahkan tepung kanji yang diencerkan untuk mencampurnya, baru kemudian adonan tersebut
dimasukkan dalam alat cetak, kemudian dijemur.
Selain tips diatas, dibawah ini juga ada tips daur ulang kotoran ternak, diperoleh dari EM4Indonesia:
Pakan daur ulang dapat dilakukan pada peternakan ayam petelur, cara ini sangat membantu
peternak pada saat harga telur menurun dan harga pakan naik. Pembuatanya cukup sederhana.
Kotoran ayam dijemur kering, digiling dan dicampur dengan dedak, disiram dengan EM dan molase
lalu difermentasikan dalam keadaan anaerob. Fermentasi hanya diperlukan 24 jam dan pakan daur
ulang ini dicampur dengan konsentrat lagi pada saat pemberian. Biaya dapat ditekan sampai dengan
28 % dengan kesehatan dan produktifitas seperti semula.

SAMPAH JADI PAKAN TERNAK


Gunungkidul – (Karangrejek.net) Berawal dari keprihatinan akan mahal dan sulitnya hijauan
makanan ternak (HMT) di saat musim kemarau, Drs. Ton Martono (49) warga Padukuhan Karangsari,
Desa Karangrejek, Kecamatan Wonosari sejak tahun 2011 kemarin menyulap sampah daun kering
menjadi pakan ternak alternatif. Hebatnya lagi, inovasi pakan ternak hasil fermentasi itu ternyata
telah lolos uji laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2010.
“Latar belakang pembuatan pakan ternak fermentasi yang memiliki kadar gizi dan protein tinggi itu
sebenarnya kami konsep secara sederhana, mudah diterapkan dan sekaligus mendukung program
kebersihan lingkungan. Untuk membuat 10 kg pakan ternak fermentasi dibutuhkan bahan baku 10
kg daun kering, 2 kg bekatul, 2,5 kg tepung gaplek, 5 sendok makan tetes tebu, 10 garam, 6 liter air
dan 3 sendok suplemen organic cair (SOC). Campuran tersebut dapat juga ditambah limbah hasil
pertanian seperti jerami, tongkol jagung, kulit kedelai dan bekatul secukupnya. Setelah semua bahan
dicampur, tunggu sampai 2 jam, kemudian baru dimasukkan ke dalam bak fermentasi dan ditutup
rapat. Tunggu minimal 2 x 24 jam setelah proses fermentasi, pakan ternak siap disajikan,” ungkap
Ton Martono kepada Karangrejek.net, Minggu (18/3/2012).
Beberapa kelebihan pakan ternak fermentasi tersebut, jelas dia, adalah ongkos pembuatannya yang
murah meriah disamping bahan baku mudah didapatkan. Untuk setiap 10 kg pakan fermentasi
hanya dibutuhkan biaya sekitar Rp 26.000 bisa dimanfaatkan untuk memberi makan 3 ekor kambing
selama 2 minggu, sedang 1 minggu untuk satu ekor sapi. Hal tersebut jelas sangat membantu
peternak menghemat operasional pakan ternak mereka.
”Bayangkan saja jika seorang peternak membeli hijauan pakan berupa rumput kolonjono atau tebon
jagung Rp 20.000/hari untuk satu ekor sapi. Selama seminggu tidak kurang dari Rp 140.000 dan
sebulan Rp 600.000 untuk biaya operasional pakan sapi. Kesimpulannya, dalam sebulan peternak
bisa menghemat biaya sekitar Rp 480.000 jika menggunakan pakan fermentasi itu,” kata Ton
Martono yang juga mantan Ketua Panwaslu Kabupaten Gunungkidul itu.
Selain berbau wangi seperti madu, kelebihan lain dari pakan ternak racikan Ton Martono itu jangka
waktu penyimpanannya bisa bertahan maksimal hingga 1 tahun. Sehingga para peternak tidak perlu
khawatir bila hewan ternak mereka teracuni, karena pada prinsipnya semakin lama proses
fermentasi akan semakin menambah kandungan gizi dan protein dalam pakan.
“Kami pernah mengujicobakan pakan fermentasi pada hewan ternak sapi dan kambing selama dua
bulan. Hasilnya, nafsu hewan ternak menjadi lebih tinggi (dokoh) dan lebih tahan terhadap serangan
penyakit seperti pileren dan kembung,” tambah pria yang juga merangkap Ketua Kelompok Ternak
Mekarsari ini.
Respon Pemda Gunungkidul terhadap inovasi pakan ternak fermentasi itu juga cukup baik. Bahkan
sekarang ini hasil pakan hasil karyanya itu sudah banyak dikembangkan oleh puluhan kelompok
ternak di 7 kecamatan, seperti Rongkop, Girisubo, Paliyan, Nglipar, Saptosari, dan Wonosari sendiri.
Maka tidak heran bila kediamannya kerap dikunjungi tamu baik secara kelompok maupun
perorangan hanya sekedar untuk menimba ilmu dibalik rahasia inovasi pakan ternak fermentasi
tersebut. (Wheny Marissa)

Aplikasi EM Pada Peternakan


Beberapa Cara Aplikasi EM-4 Peternakan antara lain :
1.Air Minum
Campuran EM dengan konsentrasi ½ - 1% dalam air minum ternak, diberikan setiap hari. Hindari
penggunaan antibiotika melalui minum agar EM tidak mati. Bersihkan bak air minum dan tempat
minum ternak setiap hari. Pathogen dalam saluran pencernaan dan ada pada tempat minum akan
tertekan, ternak menjadi lebih sehat.
2.Pakan
Semprotkan EM pada pakan yang segera akan diberikan, EM akan meresap dalam pakan dan masuk
kesaluran pencernaan makanan bersama makanan.
3.Sanitasi Kandang
Semprot kandang, kotoran termasuk hewan ternak piaraan. Untuk menanggulangi bau busuk,
menekan berbagai pathogen yang ada pada bulu dan kulit ternak, bulu atau kulit ternak akan lebih
cerah dan bersih.
4.Jamu Ternak
EM dapat dipergunakan untuk membuat jamu ternak. Pada ternak ayam dan bebek jamu dapat
diberikan setiap hari dengan konsesntrasi 1 %, bila telah menggunakan jamu ternak pemberian EM
pada air minum tidak diperlukan lagi, peternak ayam dan bebek membuat jamu sendiri dengan
ramuan tradisional yang terdiri dari jahe, kencur, kunir, laos, bawang putih dan daun sirih. Bahan-
bahan ini dirajang halus direndam/fermentasi dengan EM dan molase. Setelah seminggu jamu sudah
siap dipakai. Bila diperhatikan dengan jamu ternak dari EM, kuning telur lebih tebal, bau amis
berkurang sehingga sangat baik digunakan untuk telur asin. Orang - orang yang biasanya alergi telur,
dengan telur EM tidak alergi lagi.
5.Silase
Sapi, kerbau kambing telah biasa diberikan silase larutan pada musim kemarau saat rumput juga
sulit didapat. Em dapat digunakan sebagai probiotik pembuatan silase, rumput kering, jerami, pohon
jagung kering dan lain-lain dapat diolah menjadi pakan ternak dengan dipotong kecil-kecil terlebih
dahulu, potongan rumput kering ini ditaruh dalam bak drum atau tempat lain, ditaburi dedak halus
dan disiram dengan EM sampai lembab dan dipadatkan. Pembuatan silase dilakukan secara berlapis
lapis, dengan cara seperti diatas. Adonan ini kemudian ditutup rapat agar suasananya anaerob,
setelah 5 hari adonan sudah berbau tape dan siap diberikan pada ternak. Karena proses fermentasi,
kandungan gizi silase lebih tinggi dari asalnya dan dapat disimpan lebih lama untuk memenuhi
kebutuhan pakan pada saat musim kemarau.
6.Pakan daur ulang
Pakan daur ulang dapat dilakukan pada peternakan ayam petelur, cara ini sangat membantu
peternak pada saat harga telur menurun dan harga pakan naik. Pembuatanya cukup sederhana.
Kotoran ayam dijemur kering, digiling dan dicampur dengan dedak, disiram dengan EM dan molase
lalu difermentasikan dalam keadaan anaerob. Fermentasi hanya diperlukan 24 jam dan pakan daur
ulang ini dicampur dengan konsentrat lagi pada saat pemberian. Biaya dapat ditekan sampai dengan
28 % dengan kesehatan dan produktifitas seperti semula.

Aplikasi EM Pada Pertanian


Aplikasi teknologi EM bidang pertanian dapat dilakukan dalam bentuk :
Bokashi Padat : Bokashi Cair : EM Aktif : Fermentasi Ektrak Tanaman : Fermentasi Sari Buah
Fermentasi Kaldu Ikan : EM-5
1.BokashiPadat
Merupakan pupuk organic yang dibuat dari kotoran hewan, sampah, organic, jerami, sekam, serbuk
kayu, serasah dan lain – lain, dicampur ( dedak, disiram, dengan EM dan Molase, selanjutnya
difermentasi. Setelah difermentasi 1-2 minggu campuran bahan organic telah menjadi pupuk siap
pakai, ditandai dengan adanya bau tape serta miselium putih dari cendawan mukor. Penggunaannya
dibenamkan kedalam tanah disekitar daerah perakaran tanaman. Pengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman akan lebih baik lagi bila disertai siraman EM-aktif setiap 1 – 2 minggu sekali.
2.BokashiCair
Dibuat dari kencing hewan ( sapi, babi, kelinci ) diberi/dicampu dengan EM dan molase difermentasi
selama kurang lebih seminggu. Cara penggunaanya dicampur dengan air disiramkan ke tanah
disekitar daerah perakaran. Sangat baik disiramkan diatas taburan bokashi. Enggunaan secara rutin
selain memperbaiki fisik dan kimia tanah, dapat menekan berbagai pathogen secara efektif.
3.FermentasiEktrakTanaman
Formula ini lebih dikenal dengan nama fermented plant ekstrak (FPE) FPE dapat dibuat dari
campuran berbagai tanaman rempah dan obat, tanaman yang berbau khas diambil daunnya saja,
batang, kulit akar maupun buah. Bagian-bagian tanaman ini diektrak dan difermentasi dengan EM
dan molase selama seminggu.
4.EMAktif
Dibuat dari EM asli dan molase yang dicampur dengan air sampai mencapai 20 kali kemudian
difermentasi selama seminggu. Dalam pemanfaatannya diencerkan lagi dengan air sampai mencapai
konsentrasi 1-2 permil disemprotkan pada daun tanaman atau disiramkan kedalam tanah. FPE dapat
dipergunakan sebagai pengganti pestisida maupun fungisida, disemprotkan pada daun diatas tanah.
Setiap hama biasanya peka terhadap ramuan tertentu. Meramu FPE merupakana seni tersendiri..
Banyak petani membuat ramuan sendiri untuk memberantas hamanya, tetapi Pak Oles telah
membuat ramuan siap pakai yang diberi nama SAFERTO-5 ( Sari Fermentasi Tanaman Obat ) FPE
disemprotkan pada tanaman secara berkesinambungan setiap 2 minggu. Karena pengaruh
antioksidan dan bau yang khas, hama tidak kerasan dan pergi meninggalkan tanaman dengan tidak
akan ada eksplosi dari hama.
5.Fermentasi Sari buah
Pada musim buah-buahan yang terbuang Buah-buah yang telah masak ini banyak mengandung
nutrisi. Buah ini dapat diolah menjadi pupuk cair disemprotkan pada daun setelah buah-buahan
diekstrak dan difermentasi dengan EM dan Molase. Produksi yang serupa namun bahannya dari
rumput laut, telah dibuat oleh pak Oles dengan merek dagang SARULA-3. Penyemprotan tanaman
secara rutin dengan formula ini dapat memacu pertumbuhan tanaman, merangsang pembentukan
bunga dan buah.
6.Fermentasi Kaldu Ikan
Seperti halnya sari buah, kaldu ikan juga kaya akan nutrisi, kaldu ikan dapat dibuat menjadi pupuk
cair disiramkan kedalam tanah untuk memperbaiki fisik, kimia, dan biologi tanah. Dalam
pembuatannya ikan dipotong kecil-kecil direbus dan setelah kaldunya dingin difermentasi dengan air
dan molase. Fermentasinya lebih lama sekitar 1 bulan. Fermented Fish Emulsion ini siap pakai bila
telah tercium bau alcohol. Bila busuk berarti pembuatannya gagal karena terkontaminasi pathogen.
7.EM-5
EM-5 adalah campuran dari arak, cuka EM-4 molase dan air. Cara pembuatan dan pengemasannya
dengan FPE. EM-5 ini adalah pestisidaorganik dengan teknologi EM untuk memberantas hama
khusus untuk EM-5 dapat disimpan sampai 3 bulan asalkan tidak terkontaminasi pathogen.
Berdasarkan jenis tanaman yang diusahakan serta type tanah, aplikasikan teknologi EM dibidang
pertanian dibedakan dalam 3 cara :
Aplikasi EM dilahan basah untuk tanaman padi sawah
Aplikasi EM dilahan kering untuk tanaman palawija, sayuran dan tanaman semusim
Aplikasi EM dilahan kering untuk tanaman tahunan seperti buah-buahan, cengkeh, kopi, kakau dan
lain-lain.

Aplikasi Teknologi EM untuk Tanaman Padi Sawah

Masalah yang sering dialami oleh para petani padi sawah saat ini antara lain :
Sering terjadi kelangkaan pupuk, dilain pihak pihak jadwal waktu pemupukan harus tepat.
Biaya produksi selalu mengalami peningkatan disebabkan karena jumlah dan jenis sarana produksi
yang dipergunakan terus meningkat.
Meskipun penggunaan sarana produksi meningkat tidak diikuti oleh peningkatan produktifitas;
produktivitas lahan sawah cenderung mengalami penurunan
Air irigasi semakin terbatas dimusim kemarau dan kebanjiran dimusim hujan, resiko kegagalan
panen oleh iklim dan hama semakin besar.
Secara bertahap namun pasti teknologi EM mampu menjawab masalah dan tantangan tersebut
diatas. Teknologi EM adalah teknologi biaya rendah karena menggunakan limbah daur ulang dari
sisa-sisa pertanian itu sendiri. Teknologi EM mudah dilaksanakan, mudah diajarkan kepada para
petani, tidak membahayakan bagi petani maupun konsumen. Produktivitasnya berkelanjutan (tidak
mengalami penurunan) dan akrab lingkungan. Berkualitas tinggi tidak tercemar kimia dan
memerlukan air irigasi relative lebih sedikit dibanding dengan teknologi konvensional. Semakin lama
sumberdaya alam terutama tanah, air dan udara semakin kecil mengakibatkan derajat kesehatan
umat manusia akan semakin membaik.
Langkah-langkah penerapan teknologi EM untuk padi sawah adalah sebagai berikut :
1.PersiapanLahan
Sehabis panen, jerami jangan dibakar tapi dibabat rata diatas tanah, hamparkan dipermukaan tanah,
serasah, rerumputan dan kotoran hewan juga disebar secara merata, taburkan juga bokashi 2 ton
per hektar, genangi dengan air yang diberi EM aktif sekurang-kurangnya 100 liter em aktif per
hektar. Genangan ini dibiarkan sekitar 3-4 minggu.
2.Pengairan
Setiap 2 minggu tanaman perlu disemprot dengan em aktif atau FPE dengan konsentrasi 1 (satu)
permil, sampai tanaman padi dipanen. Pada saat awal masih diperlukan pupuk urea dengan dosis
50% dari dosis anjuran mengingat lahan sawah sekarang sudah sangat miskin dengan unsur “N”.
Apabila dicermati akan ditemukan hal-hal sebagai berikut :
Umur padi lebih panjang dari sebelumnya.
Pada saat panen daun bendera sebagian masih hijau.
Tanaman lebih tinggi dan jumlah anakan lebih banyak.
Prosentasi biji hampa menurun, berat gabah seragam dan lebih berat dari sebelumnya.
Semakin lama solum tanah semakin dalam, biota tanah seperti cacing, belut dan larva capung
nampak lebih menonjol. Produktivitas meningkat. Petani lebih bergairah.
Aplikasi EM di Lahan Kering Tanaman Semusim
Tanaman semusim dalam uraian ini meliputi tanaman palawija seperti jagung, kacang tanah, kedelai
tanaman sayur-sayuran, cabai tomat. Teknologi EM terhadap tanaman ini dapat dilaksanakan dalam
minimum tillage malah tanpa pengolahan tnah sama sekali ( zero tillage). Yang lebih menarik lagi
ialah bahwa dengan teknologi EM dapat dilaksanakan cara bercocok tanam yang disebut continuous
cropping yaitu cara bercocok tanam tanpa pergiliran tanaman tanpa ke khawatiran adanya serangan
hama dan penyakit tanaman. Tentu hal tersebut baru akan berhasil baik setelah beberapa generasi.
Teknologi EM yang memanfaatkan tenaga alam (power nature) melalui proses fermentasi bahan
organic oleh mikroorganisme yang berguna akan dapat merubah kondisi biologis tanah dari tanah
yang berpenyakit ( soil borne disease) menjadi tanah yang menekan penyakit ( disease suppreasive
soil ). Tanah zymogenic dan tanah sintetik itu tanaman akan dapat berporoduksi secara normal
sebab bahan organic dalam tanah akan difermentasi bukan diurai dan menghasilkan alcohol, gula,
asam amino dan asam organic lainnya, senyawa ini berbeda dengan teori lama yang mengatakan
bahwa akar tanaman hanya menyerap unsure anorganik dari penguraian bahan organic.
Oleh sebab itu bercocok tanam dengan teknologi EM dapat diselenggarakan dengan mudah, murah,
ramah lingkungan serta hanya dengan waktu 1 – 2 minggu dapat dihasilkan bokashi siap pakai.
Untuk maksud tersebut langkah yang diperlukan adalah :
Penyiapan lahan :
Untuk pertama kali tanah perlu dicangkul atau dibajak dan dilanjutkan dengan membuat bedengan
dengan ukuran yang sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Siapkan bokashi kurang lebih
2 ton dan kompos 20 ton / ha.
Taburkan kompos dan bokashi diats bedengan, campurkan tanah dengan kompos dan bokashi.
Tutup bedebfab dengan mulsa tebal minimal 5 cm
Siram dengan EM aktif dengan konsentrasi 1 / mil sekurang-kurangnya 1 liter perm m2
Persiapan bibit :
Tanah untuk persemaian dicampur dengan bokashi arang sekam diolah sebagai mana mestinya,
disiram dengan larutan EM aktif dengan kosentrasi 1 %.
Biji sebelum disebar direndam dengan larutan EM aktif dengan konsentrasi satu per seribu (1%) biji
kecil seperti wortel dan selama 20 – 30 menit, biji mentimun 30 – 60 menit dan biji besar ( jagung
kacang tanah dll ) selama 2-3 jam.
Selama dipembibitan ( persemaian ) bibit disemprot dengan EM aktif atau FPE setiap minggu.
Menjelang ditanam bibit dicelupkan kedalam larutan EM aktif dengan konsentrasi 1%.
Penanaman dan pemeliharaan
Taburkan bokashi 100 gram per m2 dilanjutkan dengan penanaman bibit.
Siram dengan EM aktif 1-2 permil sebanyak 1 liter/m2
Semprot dengan FPE 1 – 2 per mil setiap 1- 2 minggu, siram dengan EM aktif setiap 1 – 2 minggu
sekali.
Tanaman mati dan tanaman tua dicabut diganti atau disulam dengan bibit besar, gulma dicabut
langsung dipakai mulsa pertahankan kelembababan dengan cara mulsa setiap 3-4 bulan dengan cara
ini tidak diperlukan pengolahan tanah dan dapat dilaksanakan pola pertanaman berkelanjutan baik
dengan pola tanaman khusus maupun tanaman campuran.

Aplikasi Untuk Tanaman Keras


Tanaman keras yang dimaksud adalah tanaman tahunan meliputi kopi, cengkeh, kakau, kelapa,
tanaman buah-buahan, tanaman kayu seperti jati, sengon, gaharu, cendana dan lain-lain. Aplikasi
EM pada budidaya tanaman tersebut dapat dilakukan dengan mudah oleh petani tanpa merubah
kebiasaan dari petani yang bersangkutan. Aktivitas yang dilakukan antara lain :
1. Pemupukan
Pupuk dapat diberikan dalam bentuk bokashi yang telah jadi maupun dalam bentuk kompos.
Pemberian pupuk dalam bentuk Bokashi dapat dibenamkan dalam lubang – lubang disekitar daerah
perakaran atau dibenmkan dalam lubang melingkar sejauh tajuk atau daun.
Pada lahan miring untuk tanaman kopi cengkeh dan lain – lain, biasanya petani membuat rorak-
rorak untuk mengurangi run off pada rorak ini dimasukan sampah serasah dedaunan bahkan pupuk
kandang.
Pada cara yang kedua, petani tinggal menyuiramkan EM aktif dengan konsentrasi 2/mil setiap
minggu. Bila petani sempat menyiapkan bokashi lakukanlah seperti cara pertama, lakukan
pemupukan 2 kali dalam setahun dosis sekurang-kurangnya 2 ton per hektar setiap kalinya.
Baik cara pertama maupun cara yang kedua perlu diimbangi penyiraman dengan EM aktif atau
penyiraman dengan fermentasi kaldu ikan setiap dua minggu sekali.
Hal ini diperlukan agar keragaman microorganisme dalam tanah dapat terjaga demikian pula
kelembabanya sehingga mikroorganimse yang berguna dapat berbiak secara optimal.
Menjaga agar tanah selalu lembab adalah salah satu kunci keberhasilan dalam teknologi EM, Hal ini
dapat dicapai dengan cara memberikan mulsa dengan ketebalan 30 cm.
2. Penyemprotan tanaman dengan EM aktif, FPE atau fermentasi sari buah
Penyemprotan tanaman dengan ketiga jenis formula tersebut dapat dilakukan secara bergiliran. Hal
ini dimaksudkan untuk menekan pertumbuhan pathogen serta memaksimalkan pertumbuhan daun,
kuncup, bunga karena formula-formula tersebut dapat menampung pertumbuhan tanaman,
mempercepat masaknya buah, mengurangi buah busuk, meningkatkan aktivitas asimilasi dan lain –
lain.
3. Penanggulangan Penyakit Pada Batang
Banyak penyakit yang menyerang batang apabila dibiarkan dapat berakibat fatal. Untuk
mengatasinya, celupkan kain roll kedalam EM aktif atau FPE atau EM-5 dengan kosentrasi 2 %
balutkan pada batang, bila telah kering ulangi dengan prosedur yang sama.

Jerami Fermentasi Pakan Sapi Alternatif


Di lahan pertanian, limbah pertanian berupa jerami selama ini menjadi “barang” buangan yang
disingkirkan melalui dibakar. Limbah jerami menjadi halangan petani saat melakukan pengolahan
tanah. Dengan teknologi EM4, limbah pertanian bisa digunakan pakan sapi yang memiliki kualitas
gizi baik.
Potensi pengembangan ternak ruminansia di Bali utamanya ternak sapi sangat besar. Berdasarkan
data dari dinas peternakan provinsi Bali, populasi ternak sapi bali 2010 mencapai 683800 ekor. Dari
jumlah itu, 60573 ekor dikirim ke Jakarta (sapi antar pulau). Sisanya untuk menyuplai kebutuhan
lokal Bali.
Dibalik besarnya potensi ternak sapi bali, para peternak dihadapkan pada ketersediaan pakan ternak
sepanjang masa. Dipihak lain, lahan pengembangan hijauan makanan ternak (HMT) kian terbatas
seiring dengan tingginya alih fungsi lahan pertanian untuk perumahan.
Kebutuhan HMT harian bagi ternak ruminansia minimal 10% dari berat hidupnya. Seekor sapi
berbobot 250 kg, memerlukan HMT minimal 25 kg/hari. Agar ternak bisa tumbuh dan berproduksi
dengan baik, jumlah HMT yang diberikan harus melebihi kebutuhan minimal tersebut.
Fakta lapangan menunjukkan, untuk bisa memenuhi kontinyuitas HMT sepanjang musim, seekor
sapi Bali dengan bobot minimal 200 kg membutuhkan lahan HMT seluas 5 are. Artinya untuk
memelihara 10 ekor sapi Bali, harus menyiapakan lahan HMT seluas 50 are. Untuk bisa menopang
kebutuhan pakan sapi, lahan HMT harus dipupuk secara kontinyu dengan pupuk organik air.
Tentu saja tanpa menggunakan teknologi pakan yang baik, investasi awal yang diperlukan untuk
memelihara ternak sapi sangatlah besar. Menjawab permasalahan ini peternak harus menerapakan
sistem beternak insentif. Sistem beternak intensif salah satunya diperlakuan pemberian pakan.
Pakan pilihan yang diberikan bisa dalam bentuk kosentrat sapi, limbah perkebunan, limbah
pertanian dan limbah pasar (sisa sayur dan dedaunan).
Jerami adalah limbah pertanian yang umumnya dimanfaatkan oleh peternak sebagai pakan sapi
tatkala musim paceklik (kemarau) datang. Umumnya, pemberian jerami tidaklah melalui proses
fermentasi, sehingga nilai gizinya rendah. Serat kasar jerami sangatlah tinggi yaitu kisaran 30-45%.

JERAMI FERMENTASI
Melihat tingginya serat kasar jerami dan rendahnya protein kasar (3 – 4 %) maka sebagai pakan sapi,
jerami perlu dilakukan fermentasi. Dari hasil Proximate Analysis, di laboratorium Nutrisi ternak ,
fakultas peternakan UNUD, jerami yang difermentasi dengan EM4 terjadi peningkatan protein kasar.
Protein kasar jerami dari 3,50 % naik menjadi 7,05355, serat kasarnya dari 35,0 % turun menjadi
25,5949. kesimpulannya, setelah difermentasi terjadi peningkatan protein kasar sebesar 4,05355 %
dan penurunan serat kasar sebesar 4,405075 %.
Untuk membuat jerami fermentasi (untuk 1 ton jerami) alat-alat yang dibutuhkan itu, cangkul
bergigi, ember/tong kapasitas 50 liter, gayung terpal, plastik ukuran 6 x 5 meter dan sprayer. Sedang
bahan-bahannya dedak padi halus 20 kg, EM 4 ternak 2 liter, molasses (tetes tebu) 2 liter dan air
sumur.
Cara membuat lakukan inokulum bakteri dengan cara mencampur EM4 2 liter + moluse 5 liter ke
dalam air sumur sejumlah 50 liter. Lalu tutup dan diamkan campuran tersebut selama 24 jam
campuran tersebut siap digunakan ditandai dengan timbulnya jamur putih pada bagian atas
permukaan air. Tebarkan jerami ditempat teduh dan kering setinggi 10 cm, sedikit demi sedikit,
taburkan dedak secara merata pada permukaan jerami.
Semprotkan larutan EM4 secara merata higga kadar air dalam jerami mencapai 30 %. Bila telah
merata, tebarkan kembali jerami sesuai dengan petunjuk poit 4 hingga mencapai tinggi 1 meter. Bila
tinggi tumpukan mencapai 1 meter, tutup rapat-rapat jerami dengan terpal. Lakukan pemantauan
suhu fermentasi (suhu gundukan maksimum 50º c)
Bila suhunya lebih 50º C, maka terpal dibuka dan diamkan selama 30 menit. Bila suhu terlalu panas
maka tumpukan sebaiknya dibongakar. Dalam waktu 7-10 hari jerami telah mengalami proses
fermentasi yang ditandai dengan tumbuhnya jamur putih dipermukaan jerami. Bongkar dan angin-
anginkan gundukan jerami sebelum disimpan ditempat teduh dan kering. Berikan jerami yang telah
diangin-anginkan pada ternak sapi sekitar 8-12kg/hari.
Pemberian jerami fermentasi bukanlah pakan utama melainkan hanya pakan sampingan yang
jumlahnya 45-50 % dari total pemberian pakan harian. Dilapangan, pakan jerami fermentasi
dikombinasikan dengan rumput segar dan dedak gandum / padi, dihasil pertumbuhan berat hidup
sapi rata-rata 0,4 – 0,45 kg / ekor / hari. Selain jenis pakan, peningkatan berat hidup sapi juga
dipengaruhi oleh potensi genetik. (I Ketut Darmawan, S.Pt)

RINCIAN BIAYA PRODUKSI JERAMI PADI


V:Volume; S: satuan
No Uraian V S Harga (Rp) Jumlah (Rp)
Pembelian Jerami 100 Kg 100,- 100.000,-
Tenaga & Transport 1 paket 150.000,-
Dedak 20 kg 2000,- 400,000,-
Molases 2 liter 11.000
EM4 2 liter 15.000

Jumlah biaya diatas berdasrkan harga dipulau bali. Jadi biaya produksi pembuatan jerami fermentasi
untuk 1 ton adalah Rp. 335.000,- atau Rp. 335 / kg.

Anda mungkin juga menyukai