Bahan:
• 1 ton jerami padi kering/basah (sekitar 3 colt), tidak terlalu kering juga tidak terlalu basah =
“magel” lebih baik.
• 1 botol bioactivator "Ragi Tape Jerami".
• 1 kg molasse/tetes tebu (bisa digantikan dengan 500 gr gula jawa/gula aren.
• air secukupnya (kecuali jerami basah) 300 – 400 liter (diperkirakan nantinya jerami
mengandung air berkisar 50-60%).
Pengolahan
1. Tempatkan jerami di tanah (usahakan teduh, tidak terkena panas dan hujan).
2. Tumpuk jerami padi setebal 20 cm padatkan dengan cara diinjak-injak.
3. Campur Ragi Tape Jerami dengan mollase dan air (jerami basah tidak perlu air).
4. Siramkan ke seluruh permukaan jerami agar merata (jerami basah cukup dipercik-
percikan dgn larutan ragi tape jerami + mollase, tidak perlu disiram).
5. Tambah lagi dengan tumpukan jerami setinggi 20 cm, padatkan lagi. Begitu brulang-
ulang hingga jerami habis.
6. Lalu ditutup dengan plastik. Dan biarkan selama 2 hari.
7. Pada hari ke 2 periksa aroma (bau) tumpukan jerami.
8. Jika aroma jerami sudah berubah beraroma harum karamel atau tape dan serat-serat
jerami sudah lunak (pegang dan remas-remas), serta tumpukan dalam jerami sudah
mengeluarkan jamur berwarna putih dan kuning, maka proses pembuatan Tape Jerami
sudah selesai.
"Paling mudah fermentasi dilakukan di dalam karung bekas pakan karena ada pori-pori sebagai
ventilasi udara. Jika pakai karung jangan langsung diletakkan di atas tanah/lantai, beri landasan
kayu atau bambu. Ini agar tidak terkontaminasi jamur aflatoxin yang berbahaya. "
Menyiapkan Pakan Sapi Bermutu dengan Jerami Fermentasi
Sebelas Hal Tentang Tape Jerami (Jerami Fermentasi)
Bisa! Selama ini jerami padi sudah dimanfaatkan sebagai pakan sapi, tetapi
bukan sebagai pakan utama melainkan hanya sebagai selingan ketika
rumput/hijauan tidak tersedia. Sebenarnya jerami padi sangat memungkinkan
dimanfaatkan sebagai pakan sapi untuk menggantikan rumput. Namun jerami
padi bergizi rendah (hanya mengandung protein 2-3% saja) serta sedikit vitamin
dan mineral. Selain itu jerami padi sulit dicerna karena kandungan serat
kasarnya yang sangat tinggi. Tidak heran bila banyak peternak yang belum
memanfaatkan jerami padinya untuk pakan ternak. Padahal jerami padi dapat
dimanfaatkan sebagai pakan utama sapi pengganti hijauan dengan cara diolah
menggunakan teknologi sederhana.
Ya, dengan mengolahnya menjadi Tape Jerami, jerami padi yang diolah menjadi
Tape Jerami akan mempunyai kandungan protein lebih tinggi dari jerami biasa
(sekitar 7 - 9%), lebih mudah dicerna, beraroma harum karamel dan lebih
higienis.
3 • Bagaimana Caranya ?
Sangat mudah, praktis, ekonomis dan murah, hanya memerlukan waktu 7–10 hari
dan siapapun dapat melakukannya.
(c). 1 kg molasse/tetes tebu (bisa digantikan dengan 500 gr gula jawa/gula aren)
(d). air secukupnya
Jika jeraminya basah tidak perlu menambah air, jika jeraminya kering, air yang
dibutuhkan antara 300 – 400 liter atau diperkirakan nantinya jerami
mengandung air berkisar 50-60%.
5 • Bagaimana Mengolahnya ?
(a). Cari tempat yang berlantai tanah dan kalau bisa teduh (tidak terkena panas
dan hujan).
(b). Tumpuk jerami padi setebal 20 cm padatkan dengan cara diinjak-injak.
(c). Campur Ragi Tape Jerami dengan mollase dan air. Siramkan ke seluruh
permukaan jerami agar merata (jika jerami sudah basah, tidak perlu disiram
dengan air, cukup dipercik-percikan dgn larutan ragi tape jerami + mollase).
(d). Tumpuk lagi dengan jerami setinggi 20 cm, padatkan.
(e). Ulangi lagi sesuai langkah (3) hingga jerami habis. Bagian paling atas
sebaiknya ditutup dengan plastik atau jerami kering. Dan biarkan selama 7-10
hari.
7. Pada hari ke 7 periksa aroma (bau) yang timbul pada tumpukan jerami. Jika
aroma jerami sudah berubah beraroma harum (karamel atau tape) dan serat-
serat jerami sudah lunak (periksa dengan cara pegang dan remas-remas), serta
tumpukan dalam jerami sudah mengeluarkan jamur berwarna putih dan kuning,
maka proses pembuatan Tape Jerami sudah selesai. Jika belum proses dapat
dilanjutkan sampai maksimum 10 hari.
Probiotik starbio adalah koloni bibit mikroba (berasal dari lambung sapi) yang dikemas
dalam campuran tanah dan akar rumput serta daun-daun atau ranting-ranting yang dibusukkan. Menurut Winanto
dan Winantuningsih (2003) dalam koloni tersebut terdapat mikroba khusus yang memiliki fungsi yang berbeda
misalnya Cellulomonas, Clostridium thermocellulosa (Pencerna lemak); Agaricusdan coprinus (pencerna lignin),
serta Klebssiella dan Azozpirillum trasiliensis (pencerna protein). Probiotik starbio merupakan probiotik an-aerob
penghasil enzim berfungsi untuk memecah karvohidrat(selulosa, hemiselulosa, lignin) dan protein serta lemak.
Manfaat Starbio dalam pakan ternak adalah meningkatkan daya cerna, penyerapan zat nutrisi dan
efisiensi penggunaan ransum.
Penambahan probiotik starbio pada pakan ternyata dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Hasil ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Zainuddin dkk.(2004) yang menyatakan bahwa penggunaan probiotik
starbio daam pakan ternak mampu meningkatkan efisiensi pakan melalui mekanisme kerja starbio yang mampu
mencerna lemak, serat kasar, dan protein dalam pakan menjadi bahan yang mudah diserap. Oleh karena itu konversi
pakan sapi yang diberi penambahan probiotik dalam pakan menjadi lebih baik jika dibandingkan dengan konversi
pakan pada ternak yang tanpa penambahan probiotik.
1. Zat Nutrisi
Zat nutrien adalah zat-zat gizi di dalam bahan pakan yang sangat diperlukan untuk hidup ternak
meliputi protein, karbohidrat,lemak, mineral, vitamin dan air .
2. Bahan pakan
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan dapat dicerna sebagian atau
seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak yang memakannya (Tillman et al., 1998)
Bahan pakan terdiri dari 2 kelompok, yaitu bahan pakan asal tanaman dan asal non tanaman (ternak
atau ikan). Berdasarkan sifat fisik dan kimianya dibedakan menjadi 8 klas yaitu : hijauan kering dan
jerami, tanaman padangan rumput,hijauan segar, silage dan haylage; sumber energi; sumber protein;
suplemen vitamin, mineral; aditif dan non aditif (Kellems and Church, 1998).
Berikut ini beberapa bahan pakan yang dapat di gunakan untuk pakan sapi pembibitan yang ekonomis
yang biasa di gunakan di feedlot.
- Onggok
- Kulit kopi
- Bungkil Kopra
- Jerami
- Rumput Lapang
- Jerami tongkol jagung
- Janggel jagung
- Kulit Coklat
- Bungkil sawit
- Bungkil Kedelai
- DDGS
- Jagung
- Jerami
- Molasis
- Dedak Halus
- Ampas Tahu
- Ampas bir
- CPO
- Tapioca Chip
- Gren chop
- Shorgum
- King Grass
- Ampas Nanas
- Ampas Markisa
-
Sedangkan bahan pakan yang biasa di jumpai di peternak rakyat adalah
- Jerami
- Bungkil Kopra
- Ampas tahu
- Ampas Kedelai
- Jerami jagung
- Kulit Kopi
- Kulit Coklat
- Jangel Jagung
- Dedak
- Jagung
3. Ransum (pakan)
Merupakan campuran dari dua atau lebih bahan pakan yang diberikan untuk seekor ternak selama
sehari semalam.Ransum harus dapat memenuhi kebutuhan zat nutrien yang
diperlukan ternak untuk berbagai fungsi tubuhnya, yaitu untuk hidup pokok, produksi maupun
reproduksi (Siregar, 1995). Pada umumnya ransum untuk ternak ruminansia terdiri dari pakan hijauan
dan pakan konsentrat. Pakan pokok (basal) dapat berupa
rumput, legum, perdu, pohon – pohonan serta tanaman sisa panen (Gambar 6); sedangkan pakan
konsentrat antara lain berupa biji-bijian, bungkil, bekatul dan tepung-tepungan
4. Ransum seimbang
Adalah ransum yang diberikan selama 24 jam yang mengandung semua zat nutrien (jumlah dan
macam nutriennya) dan perbandingan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi sesuai dengan
tujuan pemeliharaan ternak (Chuzaemi, 2002)
Pengetahuan tentang kualifikasi bahan pakan diperlukan untuk menyusun ransum seimbang.
Penyusunan ransum seimbang yang sesuai dengan kebutuhan ternak, diharapakan akan dapat
menghasilkan produksi yang optimal.
Perkembangan organ reproduksi terjadi selama masa pertumbuhan sehingga status fisiologis sapi
dara harus benar –benar diperhatikan, karena kekurangan gizi dapat menyebabkan tidak
berfungsinya ovarium (Matondang et al, 2001) sebaliknya
bisa mengalami gangguan reproduksi seperti terjadinya kegagalan kebuntingan dan terjadinya
kemajiran bila berat badan sapi meningkat secara berlebihan .Pembesaran sapi dara berhubungan
erat dengan efisiensi reproduksi keberhasilannya tergantung pada pola pemeliharaan yang 95%
dipengaruhi oleh pakan, kesehatan dan faktor lingkungan.
Nutrisi yang di butuhkan untuk sapi dara menjelang kebuntingan adalah
- Protein : 7-9 %,
- TDN 60 %
- EM 1.5-1.7 Mcal/Kg
- Calsium 0.7 %
- Phosphorus 0.5 %
- Kebutuhan Nutrisi Sapi Induk Bunting Muda
Kebutuhan pakan sapi bunting diperlukan untuk:
-Pembentukan Jaringan-jaringan baru (janin,membran janin,pembesaran uterus dan
perkembangan kelenjar susu).
- Pertumbuhan induk semangnya karena selama proses kebuntingan berlangsung,proses
pertumbuhan badan induk semang masih berlangsung.
Kebutuhan Nutrisi Sapi induk Bunting muda
- Protein 7-10 %
- TDN 50-55 %
- EM 1.8 Mcal/kg
- Calcium 0.5 %
- Phosphorus 0.2 %
- Kebutuhan Nutrisi sapi Induk Bunting Tua sampai laktasi
Kebutuhan Pakan untuk sapi induk bunting tua dan laktasi adalah
- Mensuplai energi bagi induk semang untuk finishing kelahiran dan perkembangan janin.
- Mempersiapan organ reproduksi untuk mendukung proses kelahiran
- Memberikan suplai energi pasca melahirkan
- Memberikan nutrisi untuk masa laktasi
- Mempertahankan berat induk semang selama proses menyusui
- Mengoptimalkan masa birahi setelah melahirkan
Kebutuhan Nutrisi untuk sapi induk bunting tua dan laktasi
- Protein 12 – 12.5 %
- TDN 60 -65 %
- EM 2 – 2,8 Mcal/Kg
- Calcium 0.7 %
- Phosphorus 0.3 %
Air minum merupakan factor yang sangat penting dalam proses pencernaan oleh sebab itu
ketersedian air minum harus terpenuhi selama proses pemeliharaan berlangsung,tingkat konsumsi
air minum pada sapi berbeda beda dan tergantung pada suhu,jenis pakan,kelembaban. Pada suhu
yang tinggi atau pada musim panas konsumsi air minum akan meningkat di bandingkan pada saat
suhu yang rendah,begitu pula dengan jenis pakan,sapi yang mengkonsusmi jenis pakan dengan
bahan kering yang tinggi akan lebih banyak mengkonsumsi air minum dibandingakan dengan bahan
kering yang rendah.
Pada dasarnya sapi mengkonsusmi pakan dan air minum untuk menjaga keseimbangan suhu
badannya untuk berlangsungnya proses metabolisme tubuh.
Ransum yang seimbang sesuai dengan kebutuhan ternak merupakan syarat mutlak dihasilkannya
produktivitas yang optimal. Penyusunan ransum tidak boleh merugikan peternak,misalnya
peningkatan berat badan yang tidak dapat memenuhi target, salah pemberian pakan karena terlalu
banyak dalam memperkirakan kandungan nutrien pakan ataupun karena adanya zat anti nutrisi. Untuk
menyusun ransum seimbang yang dapat memenuhi kebutuhan nutrien sesuai dengan tujuan
pemeliharaan dan status faali sapi potong diperlukan tahapan sebagai berikut :
Untuk setiap aktivitas fisiologik/faali dalam tubuh mahluk hidup, khususnya manusia dan hewan
piara, misalnya aktivitas organ-organ tubuh, proses pertumbuhan, pemeliharaan kondisi tubuh,
proses kerja, proses produksi dan reproduksi, memerlukan sejumlah energi dan zat makanan
pembangun atau zat pemelihara tubuh. Energi dan zat makanan tersebut hanya diperoleh dari
pangan/pakan atau bahan makanan yang dikonsumsi yang dirombak dan diserap dalam saluran
pencernaan, kemudian dimetaboilsme dalam sel genap seperti sapi, kerbau, domba, kambing,
rusa, dan kijang yang merupakan subordo dari ordo Artiodactyla. Nama ruminansia berasal dari
bahasa Latin “ruminare” yang artinya mengunyah kembali atau memamah biak, sehingga dalam
bahasa Indonesia dikenal dengan hewan memamah biak. Ruminansia merupakan ternak masa
depan yang mampu meningkatkan kesejahteraan manusia, karena hanya hewan ini yang mampu
dengan baik memanfaatkan bahan yang tidak dapat dimanfaatkan oleh manusia. Hijauan seperti
rumput atau limbah pertanian yang tidak dimakan oleh manusia dapat dikonversikan ke dalam
makanan bernilai gizi tinggi yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Ternak non ruminansia selain
kuda dan kelinci, pada suatu saat akan merupakan saingan manusia, karena pakan ternak tersebut
juga merupakan makanan manusia.
Pada hewan berlambung tunggal, kegiatan pencernaan ini sangat bergantung kepada aktivitas
enzim yang dihasilkan oleh kelenjar eksokrin yang terdapat dalam tubuh hewan tersebut. Pada
beberapa hewan berlambung tunggal tertentu yang termasuk herbivora seperti kuda dan kelinci,
dalam batas tertentu dapat memanfaatkan selulosa karena dibantu oleh mikroorganisme yang
terdapat dalam sekum. Pada ruminansia atau hewan berlambung jamak yang umumnya pemakan
tumbuh-tumbuhan, di samping enzim yang dihasilkan oleh kelenjar eksokrin dan sel-sel khusus,
juga terdapat sejumlah enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang terdapat dalam rumen,
sehingga kelompok hewan ini mampu memanfaatkan selulosa dengan baik. Sebagian besar
makanannya terdiri atas serat kasar dan saluran pencernaannya panjang dan lebih kompleks.
Pada hewan ini, serat kasar dirombak secara intensif melalui proses fermentasi di dalam rumen
oleh mikroorganisme rumen.
Umumnya pangan/pakan atau campuran berbagai pangan/pakan yang disebut ransum yang
dikonsumsi tidak dapat langsung diserap oleh usus. Makanan tersebut harus diolah dahulu dalam
alat pencernaan atau disebut proses pencernaan. Proses pencernaan makanan ialah proses
mekanis/fisik dan biokimiawi yang bertujuan mengolah bahan makanan menjadi zat makanan
atau dikenal zat gizi yang mudah diserap oleh tubuh, bila zat makanan tersebut diperlukan.
Proses fisik dan biokimiawi bahan makanan tersebut hanya akan berjalan normal dan efisien bila
alat-alat pencernaan dan alat asesorinya dalam keadaan normal dan mampu mengeluarkan
enzim-enzim yang mempengaruhi proses pencernaan tersebut. Alat pencernaan ini merupakan
sistem organ yang terdiri atas lambung (gastrium) dan usus (intestinum) sehingga dikenal dengan
istilah sistem gastrointestinal dan alat pembantunya atau asesori seperti gigi, lidah, pankreas, dan
hati.
Alat pencernaan (Apparatus digestorius) terdiri atas saluran pencernaan (Tractus alimentarius)
dan organ pembantu (Organa accesoria). Dilihat dari anatomi alat pencernaan, terdapat tiga
kelompok hewan yakni kelompok hewan berlambung jamak (polygastric animals) antara lain
sapi, kerbau, rusa, domba, kambing dan kijang, kelompok hewan berlambung tunggal
(monogastric animals) antara lain manusia, anjing, kucing, babi, kuda dan kelinci, dan hewan
yang berlambung jamak semu (pseudo polygastric animals) antara lain ayam, bebek, angsa, dan
burung. Hewan yang berlambung jamak dikelompokkan sebagai ruminansia dan yang
berlambung tunggal dikelompokkan ke dalam non ruminansia. Unggas yang merupakan hewan
berlambung jamak semu (pseudo ruminants) dikelompokkan ke dalam non-ruminansia.
Agar supaya memperoleh gambaran yang jelas bagaimana dan di mana proses pencernaan baik
kimiawi maupun mekanis dan bagaimana ternak memanfaatkan bahan makanan berserat kasar
tinggi, perlu diketahui dahulu sistem pencernaan serta fungsi bagian-bagian dari alat pencernaan
tersebut, khususnya rumen, retikulum, omasum dan abomasum.
- Mulut
- Esofagus
- Usus halus
- Rektum
2.2.1 Mulut
Pencernaan di mulut pertama kali di lakukan oleh gigi molar dilanjutkan oleh mastikasi dan di
teruskan ke pencernaan mekanis. Di dalm mulut terdapat saliva.
Pengertian saliva
Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar khusus dan disebarkan ke dalam
cavitas oral.
Komposisi saliva:
Komposisi dari saliva meliputi komponen organik dan anorganik. Namun demikian, kadar
tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva penyusun
utamanya adalah air. Komponen anorganik terbanyak adalah sodium, potassium (sebagai kation),
khlorida, dan bikarbonat (sebagai anion-nya).
Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase, maltase,
serum albumin, asam urat, kretinin, mucin, vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, laktat, dan
beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol.
Selain itu, saliva juga mengandung gas CO2, O2, dan N2. Saliva juga mengandung
immunoglobin, seperti IgA dan IgG dengan konsentrasi rata-rata 9,4 dan 0,32 mg%
Fungsi saliva:
a. membantu penelanan
DOMBA ± 10 liter/hari
a. Rumen
Rumen merupakan bagian saluran pencernaan vital pada ternak ruminansia. Pada rumen terjadi
pencernaan secara fermentatif dan pencernaan secara hidrolitik. Pencernaan fermentatif
membutuhkan bantuan mikroba dalam mencerna pakan terutama pakan dengan kandungan
selulase dan hemiselulase yang tinggi. Sedangkan pencernaan hidrokitik membutuhkan bantuan
enzim dalam mencerna pakan. Ternak ruminansia besar seperti sapi potong dan sapi perah dapat
memanfaatkan pakan dengan kandungan nutrisi yang sangat rendah, akan tetapi boros dalam
penggunaan energi.
Rumen pada sapi dewasa merupakan bagian yang mempunyai proporsi yang tinggi dibandingkan
dengan proporsi bagian lainnya. Rumen terletak di rongga abdominal bagian kiri. Rumen sering
disebut juga dengan perut beludru. Hal tersebut dikarenakan pada permukaan rumen terdapat
papilla dan papillae. Sedangkan substrat pakan yang dimakan akan mengendap dibagian ventral.
Pada retikulum dan rumen terjadi pencernaan secara fermentatif, karena pada bagian tersebut
terdapat bermilyaran mikroba.
ANATOMI :
KONDISI :
· Temperatur : 39-40ºC
· pH = 6,7 – 7,0
· BJ = 1,022 – 1,055
· Anaerob
FUNGSI :
· Lokasi mixing
PEMBAGIAN MIKROBIOLOGIS:
2) Zona apung (pad zone) : Ingesta yang mengapung (ingesta baru dan mudah dicerna)
4) Zona endapan (high density zone) : ingesta tidak dapat dicerna dan benda-
benda asing
b. Retikulum
Retikulum sering disebut sebagai perut jalang atau hardware stomach. Fungsi retikulum adalah
sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen. Retikulum berbatasan langsung
dengan rumen, akan tetapi diantara keduanya tidak ada dinding penyekat. Pembatas diantara
retikulum dan rumen yaitu hanya berupa lipatan, sehingga partikel pakan menjadi tercampur.
Fungsi:
· tempat fermentasi
c. Omasum
Omasum sering juga disebut dengan perut buku, karena permukaannya berbuku-buku. Ph
omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Antara omasum dan abomasums terdapat lubang yang
disebut omaso abomasal orifice.
· Bentuk : ellips
· Permukaan dalam berbentuk laminae → perut buku (pada lamina terdapat papila untuk
absorpsi)
d. Abomasum
Abomasum sering juga disebut dengan perut sejati. Fungsi omaso abomasal orifice adalah untuk
mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum. Ph pada abomasum asam yaitu
berkisar antara 2 sampai 4,1. Abomasum terletak dibagian kanan bawah dan jika kondisi tiba-
tiba menjadi sangat asam, maka abomasum dapat berpindah kesebelah kiri. Permukaan
abomasum dilapisi oleh mukosa dan mukosa ini berfungsi untuk melindungi dinding sel tercerna
oleh enzim yang dihasilkan oleh abomasum. Sel-sel mukosa menghasilkan pepsinogen dan sel
parietal menghasilkan HCl. Pepsinogen bereaksi dengan HCl membentuk pepsin. Pada saat
terbentuk pepsin reaksi terus berjalan secara otokatalitik.
Letak :
· Bentuk : memanjang
· Terdiri 3 bagian:
· Cairan usus
Pankreas
Mensekresikan enzim:
3 3 - - - - - - Rahang atas
M P C I I C P M Jenis gigi
3 3 - 4 4 - 3 3 Rahang bawah
Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi (hewan memamah biak) tidak mempunyai
gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak dibandingkan
dengan manusia sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah makanan berserat, yaitu penyusun
dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa.
Jika dibandingkan dengan kuda, faring pada sapi lebih pendek. Esofagus (kerongkongan) pada
sapi sangat pendek dan lebar serta lebih mampu berdilatasi (mernbesar). Esofagus berdinding
tipis dan panjangnya bervariasi diperkirakan sekitar 5 cm.
Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dari isi rongga perut. Lambung mempunyai
peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dimamah kembali (kedua
kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan fermentasi.
Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak selulosa menjadi
asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah,
akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi
hewan pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial
seperti pada manusia. Asam lemak serta protein inilah yang menjadi bahan baku pembentukkan
susu pada sapi. Nah, inilah alasan mengapa hanya dengan memakan rumput, sapi dapat
menghasilkan susu yang bermanfaat bagi manusia.
Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti pada sapi
untuk fermentasi seluIosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri
terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Proses fermentasi pada sekum tidak
seefektif fermentasi yang terjadi di lambung. Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih
kasar karena proses pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum. Sedangkan
pada sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan sekum yang kedua-duanya
dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu.
Pada kelinci dan marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan kembali. Kotoran
yang belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat makanan, yang akan dicernakan lagi
oleh kelinci.
Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan sekum karnivora. Hal
itu disebabkan karena makanan herbivora bervolume besar dan proses pencernaannya berat,
sedangkan pada karnivora volume makanan kecil dan pencernaan berlangsung dengan cepat.
Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu dipengaruhi oleh
makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa). Enzim selulase yang dihasilkan
oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga
dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi
alternatif. Tidak tertutup kemungkinan bakteri yang ada di sekum akan keluar dari tubuh
organisme bersama feses, sehingga di dalam feses (tinja) hewan yang mengandung bahan
organik akan diuraikan dan dapat melepaskan gas CH4 (gas bio).
Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh pola makan yang salah,
infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan. Di antara gangguan-gangguan ini adalah diare,
sembelit, tukak lambung, peritonitis, kolik, sampai pada infeksi usus buntu (apendisitis).
2.4.1 Diare
Apabila kim dari perut mengalir ke usus terlalu cepat maka defekasi menjadi lebih sering dengan
feses yang mengandung banyak air. Keadaan seperti ini disebut diare. Penyebab diare antara lain
ansietas (stres), makanan tertentu, atau organisme perusak yang melukai dinding usus. Diare
dalam waktu lama menyebabkan hilangnya air dan garam-garam mineral, sehingga terjadi
dehidrasi.
Sembelit terjadi jika kim masuk ke usus dengan sangat lambat. Akibatnya, air terlalu banyak
diserap usus, maka feses menjadi keras dan kering. Sembelit ini disebabkan karena kurang
mengkonsumsi makanan yang berupa tumbuhan berserat dan banyak mengkonsumsi daging.
Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga terkandung enzim. Jika pertahanan
mukus rusak, enzim pencernaan akan memakan bagian-bagian kecil dari lapisan permukaan
lambung. Hasil dari kegiatan ini adalah terjadinya tukak lambung. Tukak lambung menyebabkan
berlubangnya dinding lambung sehingga isi lambung jatuh di rongga perut. Sebagian besar tukak
lambung ini disebabkan oleh infeksi bakteri jenis tertentu.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari semua hasil pembahasan tentang sistem dan proses pencernaan pada ternak ruminansia ,
maka dapat disimpulkan bahwa saluran pencernaan ruminansia (dalam hal ini kambing),
pencernaannya secara sistematis terdiri atas mulut, esophagus, rumen, reticulum, omasum,
abomasums, duodenum, yeyenum, ileum, secum, colon, dan anus.
Makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini, semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
Hal harus dipersiapkan pada
masa Sapi Hamil dan akan
Melahirkan
Posted on December 16, 2016December 16, 2016 by Okdogi in Sapi
7
Dalam bisnis peternakan sapi, setelah kita mengawinkan sapi jantan dan betina pada siklusnya yang
tepat. Maka, tahapan selanjutnya adalah masa kehamilan sapi betina. Dibutuhkan pemeliharaan yang
berbeda atau khusus terhadap sapi yang hamil dan akan melahirkan. Bertujuan untuk mendapatkan
pedet atau anakan sapi yang cukup kuat dan mampu bertahan hidup. Artikel ini akan membahas
dengan singkat, hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam merawat sapi yang sedang dalam
kondisi hamil dan saat memasuki masa untuk melahirkan.
sapi hamil
Baca Juga :
Meroketnya harga daging sapi di pasaran domestik setidaknya tidak hanya memberikan masalah.
Ini adalah petunjuk lain bahwa kebutuhan daging sapi dalam negeri masih jauh dari cukup.
Memang sudah ada isu bahwa impor sapi adalah masalah tahunan yang membuat pasar daging
sapi di Indonesia bermasalah. Namun, masalah ini bukan alasan untuk tidak mulai bergerak dalam
ternak sapi. Dengan pengelolan yang baik, bukan hal yang mustahil jika di suatu saat, Indonesia
tidak lagi membutuhkan impor daging sapi. Agar keinginan ini tidak terdengar terlalu muluk,
setidaknya anda harus siap dengan masalah-masalah yang mungkin muncul ketika anda memilih
sapi sebgai bagian dari usaha anda.
Sebagai makhluk hidup, sapi jelas membutuhkan suplai makanan yang cukup untuk mencapai
berat ideal yang dibutuhkan pasar. Pada musim penghujan, masalah pakan ini mungkin tidak
terlalu memberi masalah. Namun seiring dengan bergantinya musim, cadangan hijauan seperti
rumput bisa saja menipis. Untuk mengatasi masalah inilah, setidaknya harus ada inovasi yang
dilakukan. Salah satunya adalah dengan mempelajari aneka pakanfermentasi yang bisa dipilih
untuk sapi. Fermentasi ini biasanya berasal dari bermacam-macam limbah pertanian.
Salah satu bahan limbah pertanian yang bisa dipilih dalam pakan fermentasi adalah tangkai
jagung kering. Memang, jika dibandingkan dengan jagung, tangkai jagung ini secara praktis hanya
bagian dari sisa panen jagung. Namun jika insting bisnis anda kuat, maka limbah semacam ini bisa
memiliki nilai lebih. Membuat pakan murah dari limbah semacam ini adalah sebuah pilihan
cerdas. Tentu saja, tangkai jagung bukan hanya satu-satunya yang bisa difermentasi. Tongkol
jagung juga layak dipakai untuk bahan pakan ternak. Ini tidak lepas dari kenyataaan bahwa tongkol
jagung sebenarnya punya kandungan serat dan protein yang dibutuhkan sapi. Untuk hasil terbaik,
fermentasi tongkol jangung sebaiknya berupa batang yang dipecahkan bukan yang sudah menjadi
tepung.
Komposisi Teknis Fermentasi
Meskipun fermentasi bisa dilakukan pada berbagai limbah pertanian, cara fermentasi secara teknis
harus anda kuasai. Salah satunya adalah terkait dengan komposisi dalm proses fermentasi itu
sendiri. Misalnya jika anda ingin menerapkan fermentasi pada limbah jerami, cara membuat yang
benar akan memberikan hasil yang sesuai dengan harapan. Jerami kering dicampur dengan polar
dengan perbandingan 10 banding 2 lalu air ditambahkan secukupnya. Campuran ini kemudian
diletakkan di dalam tabung fermentasi sekitar 1 minggu. Tanda bahwa fermentasi jerami kering
berhasil adalah aroma harum dan tektur jerami yang tidak berubah dari sebelumnya.
Keunggulan pakan organik alternatif yang diperoleh dari fermentasi tidak hanya terkait dengan
soal biaya. Secara alami, sapi sebenarnya melakukan proses frementasi dalam proses
pencernaannya. Dengan adanya pakan yang sudah difermentasi ini, setidaknya tubuh sapi bisa
langsung menyerap sari makanan. Meskipun demikian, perlu juga dicatat bahwa jumlah total
pakan yang harus diberikan pada sapi setidaknya mencapai 10% dari total berat sapi. Pemberian
pakan yang kurang hanya akan menghambat kesehatan reproduksi sapi.
Selain pakan alternatif inovatif seperti aneka hasil fermentasi ini, pakan alternatif konvensional
seperti dedak sebenarnya juga masih banyak digunakan. Hal ini tidak lepas dari cara
pembuatan yang sudah dikenal selama bertahun-tahun. Bahkan penggunaan dedak juga diarahkan
untuk pembuatan pelet ikan. Pakan jenis ini biasanya dipakai pada kolam ikan lele. Jika
dibandingkan dengan aneka pakan fermentasi, proses membuat pakan lele sendiri relatif lebih
mudah.
http://1001budidaya.com/membuat-pakan-sapi/