Anda di halaman 1dari 16

Tugas Ilmu Pakan dan Nutrisi Hewan

Pakan Fermentasi Jerami Padi Pada Sapi Bunting


Tugas Ilmu Pakan dan Nutrisi Hewan
Pakan Fermentasi Jerami Padi Pada Sapi Bali Bunting
ENAKNYA DIGANTI YANG MANA?????

Kelompok 3 KelasA :

1. Achmad Rachman Hidayat (16820009)


2. Chelsea Melia Sutanti (16820010)
3. Dhia Nadhifa (16820011)
4. ApriskaAyuningtias (16820012)
5. CaesarioNugroho P (16820013)
6. Nindy Anita Ramdani (16820014)
7. Kurnia Latif (16820015)
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2017

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nya penulis dapat

menyelesaikan makalah dengan judul “Pakan Fermentasi Pada Sapi Bunting “. Penulis

mengucapkan terimakasih atas bantuan dari beberapa pihak yaitu, kepada teman-temansemua

yang sudah bekerjsama dalam menyelesaikan tugas ini.

Penulismenyadaribahwamakalahinibelumsempurna,

olehkarenaitupenulismembutuhkankritikdan saran yang bersifatmembangundaripemabaca.

Semogamakalahinidapatmenambahpengetahuanbagipembaca.

Surabaya, Oktober 2017

Penulis
Daftar Isi

BAB I

PENDAHULUAN

Landasan Dasar Pengetahuan Bahan Pakan

1. Zat Nutrisi
Zat nutrien adalah zat-zat gizi di dalam bahan pakan yang sangat diperlukan untuk hidup
ternak meliputi protein, karbohidrat,lemak, mineral, vitamin dan air .

2. Bahan pakan
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan dapat dicerna sebagian atau
seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak yang memakannya (Tillman et al., 1998)
Bahan pakan terdiri dari 2 kelompok, yaitu bahan pakan asal tanaman dan asal non tanaman
(ternak atau ikan). Berdasarkan sifat fisik dan kimianya dibedakan menjadi 8 klas yaitu :
hijauan kering dan jerami, tanaman padangan rumput,hijauan segar, silage dan haylage;
sumber energi; sumber protein; suplemen vitamin, mineral; aditif dan non aditif (Kellems and
Church, 1998).
Berikut ini beberapa bahan pakan yang dapat di gunakan untuk pakan sapi pembibitan yang
ekonomis yang biasa di gunakan.
- Onggok
- Kulit kopi
- Bungkil Kopra
- Jerami
- Rumput Lapang
- Jerami tongkol jagung
- Janggel jagung
- Kulit Coklat
- Bungkil sawit
- Bungkil Kedelai
- DDGS
- Jagung
- Jerami
- Molasis
- Dedak Halus
- Ampas Tahu
- Ampas bir
- CPO
- Tapioca Chip
- Gren chop
- Shorgum
- King Grass
- Ampas Nanas
- Ampas Markisa

Sedangkan bahan pakan yang biasa di jumpai di peternak rakyat adalah

- Jerami
- Bungkil Kopra
- Ampas tahu
- Ampas Kedelai
- Jerami jagung
- Kulit Kopi
- Kulit Coklat
- Jangel Jagung
- Dedak
- Jagung
3. Ransum (pakan)
Merupakan campuran dari dua atau lebih bahan pakan yang diberikan untuk seekor ternak
selama sehari semalam.Ransum harus dapat memenuhi kebutuhan zat nutrien yang
diperlukan ternak untuk berbagai fungsi tubuhnya, yaitu untuk hidup pokok, produksi maupun
reproduksi (Siregar, 1995). Pada umumnya ransum untuk ternak ruminansia terdiri dari
pakan hijauan dan pakan konsentrat. Pakan pokok (basal) dapat berupa
rumput, legum, perdu, pohon – pohonan serta tanaman sisa panen sedangkan pakan
konsentrat antara lain berupa biji-bijian, bungkil, bekatul dan tepung-tepungan

4. Ransum seimbang

Adalah ransum yang diberikan selama 24 jam yang mengandung semua zat nutrien (jumlah
dan macam nutriennya) dan perbandingan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi
sesuai dengan tujuan pemeliharaan ternak (Chuzaemi, 2002)
Pengetahuan tentang kualifikasi bahan pakan diperlukan untuk menyusun ransum seimbang.
Penyusunan ransum seimbang yang sesuai dengan kebutuhan ternak, diharapakan akan
dapat menghasilkan produksi yang optimal.

II.2 Kebutuhan Nutrisi dan Ketersediaan Air Untuk sapi Bunting

II.2.1 Standar Kebutuhan Nutrisi Sapi Bunting

1. Kebutuhan Nutrisi sapi dara (Persiapan Sapi Menjelang Kebuntingan)

Perkembangan organ reproduksi terjadi selama masa pertumbuhan sehingga status fisiologis
sapi dara harus benar –benar diperhatikan, karena kekurangan gizi dapat menyebabkan tidak
berfungsinya ovarium (Matondang et al, 2001) sebaliknya
bisa mengalami gangguan reproduksi seperti terjadinya kegagalan kebuntingan dan terjadinya
kemajiran bila berat badan sapi meningkat secara berlebihan .Pembesaran sapi dara
berhubungan erat dengan efisiensi reproduksi keberhasilannya tergantung pada pola
pemeliharaan yang 95% dipengaruhi oleh pakan, kesehatan dan faktor lingkungan.
Nutrisi yang di butuhkan untuk sapi dara menjelang kebuntingan adalah
- Protein : 7-9 %,
- TDN 60 %
- EM 1.5-1.7 Mcal/Kg
- Calsium 0.7 %
- Phosphorus 0.5 %

2. Kebutuhan Nutrisi Sapi Induk Bunting Muda


Kebutuhan pakan sapi bunting diperlukan untuk:
-Pembentukan Jaringan-jaringan baru (janin,membran janin,pembesaran uterus dan
perkembangan kelenjar susu).
- Pertumbuhan induk semangnya karena selama proses kebuntingan berlangsung,proses
pertumbuhan badan induk semang masih berlangsung.
Kebutuhan Nutrisi Sapi induk Bunting muda
- Protein 7-10 %
- TDN 50-55 %
- EM 1.8 Mcal/kg
- Calcium 0.5 %
- Phosphorus 0.2 %

3. Kebutuhan Nutrisi sapi Induk Bunting Tua sampai laktasi

Kebutuhan Pakan untuk sapi induk bunting tua dan laktasi adalah

- Mensuplai energi bagi induk semang untuk finishing kelahiran dan perkembangan janin.
- Mempersiapan organ reproduksi untuk mendukung proses kelahiran
- Memberikan suplai energi pasca melahirkan
- Memberikan nutrisi untuk masa laktasi
- Mempertahankan berat induk semang selama proses menyusui
- Mengoptimalkan masa birahisetelahmelahirkan
KebutuhanNutrisiuntuksapiinduk bunting tuadanlaktasi
- Protein 12 – 12.5 %
- TDN 60 -65 %
- EM 2 – 2,8 Mcal/Kg
- Calcium 0.7 %
- Phosphorus 0.3 %
II.2.2 Kebutuhan Air MinumUntukSapi Bunting

Air minum merupakan factor yang sangat penting dalam proses pencernaan oleh sebab itu
ketersedian air minum harus terpenuh iselama proses pemeliharaan berlangsung,tingkat konsumsi
air minum pada sapi berbeda-beda dan tergantung pada suhu, jenis pakan, kelembaban. Pada suhu
yang tinggi atau pada musim panas konsumsi air minum akan meningkat di bandingkan pada saat
suhu yang rendah,begitu pula dengan jenis pakan,sapi yang mengkonsumi jenis pakan dengan bahan
kering yang tinggi akan lebih banyak mengkonsumsi air minum dibandingakan dengan bahan kering
yang rendah. Pada dasarnya sapi mengkonsusmi pakan dan air minum untuk menjaga keseimbangan
suhu badannya untuk berlangsungnya proses metabolismetubuh.

Perkiraan jumlah konsumsi air minum untuk sapi berdasarkan suhu

Sapi bunting dan Menyusui


Suhu 22-25 O C konsumsi air minum 37 - 40 liter/hari/ekor
Suhu 26 – 28 O C konsumsi air minum 55 – 60 liter/hari/ekor
Suhu 30 – 32 O C konsumsi air minum 60 – 67 liter/hari/ekor
Untuk sapi pada umumnya mengkonsumsi air rata-rata 60 liter/hari/ekor.

II.3 Manajemen perawaatan untuk sapi bunting


Kita sedikit membahas tentang manajemen perawatan untuk sapi bunting sebagai
pengetahuan dan mengurangi terjadinya hal-hal yang akan membahayakan indukkan yang
bunting.
 Kandang untuk sapi bunting harus selalu bersih karena sapi bunting rawan terhadap
serangan penyakit melalui viral, yang mengakibatkan infeksi pada uterus dan kemudian
pada plasenta dan fetus
 Kandang juga disarankan disebri alas seperti jerami-jerami kering, rumput kering,serbuk
gergaji, karung dll
 Kemiringan kandang juga harus diperhatikan jika kemiringan lebih dari 45O dapat
menyebabkan prolapus uteri
 Sapi yang bunting harus kita hindarkan dari benturan apapun, termasuk jangan sampai
tergelincir
 Sebaiknya indukan yang sedang bunting dilepas dilapangan penggembalaan selama1-2
jam setiap hari karena dapat memberi kesempatan kepada spai bunting utnuk melatih
otot daging dan urat-urat tubuh sehingga peredaran darah lancer, dengan begitu dapat
menunjang proses kelahiran yang lancer

SUMBER JURNAL 1
(TOLONG DI CUT YANG GK PENTING KARENA INI
COPAS DARI JURNAL, ADA YANG GK JELAS
SOALNYA GAMBAR DAN TABEL DI COPY GK BS,
NGIKUT SATU JADI KALIMAT ) BISA LIHAT JURNAL
1 .KALO BINGUNG HAPUS AJA LANGSUNG PILIH
DARI JURNAL TRS BARU COPY GPPA

FERMENTASE JERAMI PADI

1. Selintas Tentang Jerami Padi Yang dimaksud dengan jerami padi adalah bagian batang
tumbuh yang setelah dipanen bulir-bulir buah bersama atau tidak dengan tangkainya
dikurangi dengan akar dan bagian batang yang tertinggal setelah disabit. Masalah utama
pemanfaatan jerami sebagai pakan adalah tersebarnya sumber jerami padi sehingga
menyebabkan ongkos transportasi mahal. Masalah utama lainnya adalah kualitas jerami
padi yang rendah. Ikatan fisik dan ikatan kimia antara selulosa, hemiselulosa, lignin dan silica
(Ranjhan, 1977) serta rendahnya kecernaan (Djajanegara, 1983) merupakan hambatan
utama bagi mikroorganisme rumen dalam memanfaatkan serat kasar jerami padi. Usaha
untuk mengatasi hal tersebut, perlu mempertimbangkan suatu perlakuan dan pemberian
pakan tambahan (suplemen) yang tepat. Komposisi dan nilai gizi zat-zat makanan dari jerami
padi dari bahan kering dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut : Tabel 4. Komposisi dan
Nilai Gizi Zat – Zat Makanan Jerami Padi Kering Komposisi Gizi Nilai Komposisi Gizi Nilai
Protein kasar 3-5% Energi 14,1-16,2% Serat kasar 27-40% Calsium 0,11-0,58% Abu 11-19%
Phospor 0.14-0.3% Dry Matter (DM) 91% Selulosa 33% DM Heni Selulosa 26% DM Ligium 7-
13% Silika 13% DM Lemak 1,82% BETN 40,38%

2. Metoda Peningkatan Kualitas Jerami Padi Untuk meningkatkan nilai gizi jerami padi ini diperlukan
input teknologi yang sampai saat ini terus dikembangkan dan dikenalkan pada peternak. Ada
beberapa cara yang lazim digunakan dalam pengolahan limbah pertanian diantaranya melaui
perlakuan fisik, kimia dan biologi. Peningkatan manfaat limbah pertanian dilakukan dengan
peningkatan nilai kecernaanya dan salah satu metoda yang dapat dilakukan untuk tujuan tersebut
adalah pengolahan secara biologis dengan memanfaatkan mikroorganisme (Astuti & Suharto, 1987).
Dalam bab ini diterangkan teknik fermentasi dan amoniasi yang dipilih berdasarkan kesederhanaan
alat yang dibutuhkan, kemudian kerja dan telah diuji dengan menggunakan ternak.

3. Fermentasi Fermentasi yaitu proses perombakan dari struktur keras secara fisik, kimia dan biologi
sehingga bahan dari struktur yang komplek menjadi sederhana, sehingga daya cerna ternak menjadi
lebih efisien. 1) Bahan Utama Pembuatan Jerami Pembuatan fermentasi jerami ini memanfaatkan
penggunaan starbio dan urea. (1) Starbio (Starter Mikroba) Merupakan hasil teknologi tinggi yang
berisi koloni mikroba rumen sapi yang diisolasi dari alam untuk membantu penguraian struktur
jaringan pakan yang sulit terurai. Adapun kolonikoloni mikroba tersebut terdiri dari mikroba yang
bersifat proteolitik, lignolitik, selulolitik, lipolitik dan yang bersifat fiksasi nitrogen non simbiotik
(Lembah Hijau Multifarm, 1999). Untuk meningkatkan kualitas limbah pertanian, starbio mampu
meningkatkan derajat fermentasi bahan organic terutama komponen serat sehingga serat sehingga
menyediakan sumber energi yang lebih baik (Suharto et al. 1983).

Adapun proses pembuatannya :

1. Seleksi tahap pertama Klon-klon bakteri alam yang terpilih dari berbagai jenis dan fungsinya
diisolasi dan dibiakan dalam media agar. 2. Seleksi tahap kedua Bakteri yang terpilh dari seleksi awal
diberi cekaman panas dan dingin yaitu pada suhu 900 C dan suhu minus 50 C selama 3 minggu. 3.
Seleksi tahap ketiga Bakteri yang terplih dari seleksi tahap kedua ini diberi cakaman pada basa dan
asam yang ekstrem yaitu pada pH 9 dan pH 3,5. Penggunaan starbio pada pakan ternak akan
menimbulkan karbohidrat, protein dan lemak yang undigested pada feses akan lebih kecil sehingga
lebih banyak energi yang dibebaskan dan dikonversi ke produksi serta sedikit energi yang hilang
dalam bentuk gas methane. Manfaat starbio :

1. lebih banyak zat nutrisi yang dapat diurai dan diserap (meningkatkan daya cerna pakan)

2. kotoran tidak berbau

3. dengan pakan yang sama akan dihasilkan produksi lebih banyak

4. kualitas produksi akan meningkat

5. dapat menurunkan FCR

6. dapat menurunkan crude protein samapi 2 % tanpa menurunkan produksi

Urea

Urea merupakan sumber NPN (Nitrogen bukan protein) mudah didapat dan relatif murah harganya,
namun demikian pemberiannya tidak terlalu banyak karena dapat menimbulkan keracunan. Jadi
dalam pemberiannya kurang lebih 4 %. Urea digunakan sebagai pensuplai NH3 (amoniak), dimana
NH3 ini digunakan sebagai sumber energi bagi mikroba dalam proses fermentasi – tidak sebagai
penambah nutrisi pakan. Bisa juga diartikan sebagai katalisator dalam proses fermentasi. Disamping
itu urea merupakan senyawa nitrogen yang sangat sederhana dan dapat diubah oleh mikro
organisme rumen, sebagian atau seluruhnya menjadi protein. Dan dapat meningkatkan intake
pakan.
Cara Membuat Fermentasi Jerami

(1) Bahan : ♦ Jerami padi (misal 1 ton jerami kering panen)

♦ Starbio 0,6% (6 kg)

♦ Urea 0,6% (6 kg)

♦ Air secukupnya (kelembaban 60%)

(2) Cara Membuatnya :

♦ Jerami ditumpuk 30 cm, kalau perlu diinjak-injak, lalu ditaburi urea, starbio dan kemudian disirami
air secukupnya mencapai kelembaban 60%, dengan tanda-tanda jerami kita remas, apabila air tidak
menetes tetapi tangan kita basah berarti kadar air mendekati 60%.

♦ tahapan pertamakita ulang sampai ketinggian tertentu (minimal 1,5 meter)

♦ Tumpukan jerami dibiarkan selama 21 hari (tidak perlu dibolak-balik)

♦ Setelah 21 hari tumpukan jerami dibongkar lalu diangin-anginkan atau dikeringkan

♦ jerami siap diberikan pada ternak atau kita stok dengan digulung, dibok dan disimpan dalam
gudang.

Catatan : dalam membuat jerami fermentasi tidak perlu ditutup, apabila membuat fermentasi jerami
dalam jumlah sedikit tumpukan jerami bisa ditutup dengan seresah atau karung goni.

Tabel 5. Komposisi zat-zat makanan dan kecernaan bahan kering dan bahan organic in vitro jerami
padi tanpa fermentasi dan difermentasi dengan starbio (Jasmal A. Syamsu, 2001). Jerami Padi
Komponen Analisis Tanpa Fermentasi Fermentasi Zat Makanan (% BK) Protein kasar 4,31b 9,11a
Serat kasar 40,30a 36,52b Lemak kasar 1,42a 1,70a Abu 20,07a 19,91a NDF 72,49a 67,40b ADF
53,62a 46,62b Selulosa 33,00a 26,54b Lignin 7,21a 4,10b Kecernaan in vitro (%) Bahan kering 28,77a
32,93b Bahan organic 19,98a 25,08b Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada
baris menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf p>0,05. Menurut Syamsu, 2001 Komposisi
serat jerami padi tanpa fermentasi nyata lebih tinggi disbanding jerami padi yang di fermentasi
dengan starbio. Penggunaan starbio mampu menurunkan kadar dinding sel (NDF) jerami padi. Hal ini
memberikan indikasi bahwa selama berlangsungnya fermentasi terjadi pemutusan ikatan
lignoselulosa dan hemiselulosa jerami padi. Mikroba lignolitik dalam starbio membantu perombakan
ikatan lignoselulosa sehingga selulosa dan lignin dapat terlepas dari ikatan tersebut oleh enzim
lignase. Fenomena ini terlihat dengan menurunnya kandungan selulosa dan lignin jerami padi yang
di fermentasi. Menurunnya kadar lignin menunjukkan selama fermentasi terjadi penguraian ikatan
lignin dan hemiselulosa. Lignin merupakan benteng pelindung fisik yang menghambat daya cerna
enzim terhadap jaringan tanaman (Komar, 1984 dalam Syamsu 2001) dan lignin berikatan erat
dengan hemiselulosa (Doyle, Davendra & Pearce, 1986 dalam Syamsu, 2001). Kompiang,
Tangendjaja & Iqbal, 1992 dalam Syamsu 2001 menyatakan dengan menurunnya kadar NDF
menunjukkan telah terjadi pemecahan selulosa dinding sel sehingga pakan akan menjadi lebih
mudah dicerna oleh ternak.
http://www.bptu-sembawa.net/data/download/20090816160949.pdf

Kartadisastra,H.R., 1997. Pakan Ternak Ruminansia,Kanisius, Jakarta.

Kartadisastra, H.R., Penyedian & Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia, Yogyakarta, Penerbit
Kanisius, 1997.

Komar, A., Teknologi Pengolahan Jerami Sebagai Makanan Ternak, Penerbit Yayasan Dian Grahita
Indonesia, 1984.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=406813&val=8860&title=PENGGUNAAN%20F
ERMENTASI%20PAKAN%20KOMPLET%20BERBASIS%20HIJAUAN%20PAKAN%20DAN%20JERAMI%20
UNTUK%20PAKAN%20RUMINANSIA
SUMBER JURNAL 2
(TOLONG DI CUT YANG GK PENTING KARENA INI
COPAS DARI JURNAL, ADA YANG GK JELAS
SOALNYA GAMBAR DAN TABEL DI COPY GK BS,
NGIKUT SATU JADI KALIMAT ) BISA LIHAT JURNAL
2 .KALO BINGUNG HAPUS AJA LANGSUNG PILIH
DARI JURNAL TRS BARU COPY GPPA
PEMANFAATAN JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF UNTUK SAPI BALI DARA

PENDAHULUAN

Bali masih mempunyai peluang untuk mengembangkan ternak sapi. Kebutuhan komoditas pangan
ini belum dapat dipenuhi oleh produksi daging sapi dalam negeri sehingga impor daging sapi atau
sapi bakalan masih dilakukan. Pada tahun 2007, impor daging sapi dari berbagai negara mencapai
270.000 ton dan cenderung terus meningkat.

Upaya untuk meningkatkan produktivitas ternak sapi, peternak sapi di daerah Bali dihadapkan
dengan masalah keterbatasan jumlah hijauan pakan ternak khususnya di musim kemarau. Disamping
itu sebagian besar ternak sapi dipelihara oleh petani ternak dengan pola pemeli- haraan yang
sederhana sehingga tidak mampu memberikan pertumbuhan yang maksimal. Beberapa indikator
untuk mengukur pertumbuhan dan perkembangan ternak sapi dapat diketahui dari perubahan berat
badan, perubahan ukuran tubuh ternak serta kondisi/skor tubuh ternak. Adanya peningkatan berat
badan menunjukkan ternak mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Guntoro (2002)
melaporkan pemeliharaan sapi kereman (penggemukan) dengan pola tradisional yaitu hanya diberi
pakan yang terdiri dari rumput dan kadang-kadang ditambah dengan ketela atau hijauan lain
tergantung persediaan yang ada di lokasi, hanya mampu memberikan peningkatan berat badan 0,2 -
0,3 kg/ekor/hari. Suyasa dkk. (2004) juga melaporkan bahwa sapi yang hanya diberikan pakan
hijauan memberikan tambahan berat badan harian 0,35 kg/ekor/hari. Mastika dan Puger (2009)
melaporkan sapi Bali dara yang diberi tambahan konsentrat pertambahan berat badannya 424 g/
ekor/hari sedangkan yang tanpa konsentrat 150 g/ekor/ hari. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tidak
cukupnya ketersediaan jumlah dan kualitas bahan makanan ternak dalam siklus tahunan merupakan
faktor yang sering mempengaruhi pertumbuhan sapi Bali.

Skor kondisi tubuh ternak berkaitan dengan pertumbuhan dan potensi reproduksi. Menurut
Awaludin dan Panjahitan (2010), pada skor 1 (sangat kurus), maka sapi betina dewasa akan
mengalami gangguan reproduksi berat yang ditandai dengan berhentinya siklus birahi. Pada skor 2
(kurus) sapi betina masih mengalami gangguan reproduksi yang ditandai dengan siklus birahi yang
tidak teratur, cendrung kurang dari 21 hari serta lama birahi lebih pendek. Aktivitas reproduksi sapi
betina dewasa akan normal jika skor kondisi sapi pada angka 3 (sedang/menengah), bahkan pada
skor 4 (baik) dan skor 5 (gemuk) aktivitas reproduksi ternak sapi betina akan bertahan selama musim
kering atau kekurangan pakan

Untuk mempertahankan ketersediaan pakan terutama selama musim kering maka perlu dicarikan
pakan alternatif untuk mensubstitusi rumput lapangan/HMT sehingga asupan nutrisi pakan pada
ternak tetap terjamin. Salah satu alternatif untuk penyediaan pakan yang murah dan kompetitif
adalah melalui pemanfaatan limbah, baik limbah pertanian, limbah peternakan maupun limbah
industri (Mastika, 1991). Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang jumlahnya cukup
banyak dan belum banyak dimanfaatkan. Produksi jerami padi bisa mencapai 12-15 ton per ha/satu
kali panen atau 4-5 ton bahan kering tergantung pada lokasi dan varietas yang digunakan (Yunilas,
2009). Penggunaan jerami padi sebagai makanan ternak mengalami kendala terutama disebabkan
adanya faktor pembatas dengan nilai nutrisi yang rendah yaitu kandungan protein rendah, serat
kasar tinggi serta kecernaan rendah (Anon., 2010a). Lebih lanjut dijelaskan bahwa jerami padi
mempunyai kandungan protein 3,5 - 4,5%, lemak 1,4-1,7%, serat kasar 31,5-46,5%, abu 19,9-22,9%,
kalsium 0,19%, fosfor 0,1% dan BETN (Bahan Extrak Tanpa Nitrogen) 27,8-39,9%. Rendahnya
kandungan nutrisi jerami padi dan sulitnya daya cerna jerami maka dalam pemanfaatannya perlu
mendapat perlakuan sehingga nutrisinya meningkat dan dalam aplilaksinya ke ternak perlu
ditambahkan atau dikombinasikan dengan bahan suplemen lain sehingga nilai nutrisinya dapat
memenuhi kebutuhan hidup ternak secara lengkap. Salah satu cara untuk meningkatkan kandungan
zatzat makananya adalah dengan pengolahan jerami padi melalui fermentasi.

Berbagai macam bahan fermentor yang dapat digunakan untuk memfermentasi jerami seperti
dengan starbio maupun dengan promix. Fermentasi jerami dengan starbio sudah banyak dilakukan
petani. Hasil penelitian terdahulu pada sapi jantan di Desa Siut, Gianyar menunjukkan pemberian
HMT (Hijauan Pakan Ternak)+dedak padi + starbio memberikan pertambahan berat badan harian
sebesar 0,43 kg/ekor/ hari. Namun fermentor starbio sekarang sulit didapatkan dipasaran, oleh
karena itu perlu dicoba bahan fermentor lain, seperti Promix merupakan komposisi ideal antara
probiotik dan herbal, berbentuk serbuk yang dapat berfungsi membantu pemecahan dan
penyerapan pakan ternak sehingga daya serap pakan menjadi lebih baik (Anon.,2010b ). Promik juga
dapat digunakan untuk mengolah jerami padi yang ketersediaannya cukup banyak dipasaran dan
harganya relatif murah. Proses fermentasi jerami padi dengan promix mudah dilakukan. Untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian jerami padi terfermentasi dapat meningkatkan
pertumbuhan sapi dara merupakan tujuan penelitian ini, sehingga dapat dijadikan bahan informasi
dalam meningkatkan potensi jerami sebagai pakan ternak sapi.

MATERI DAN METODE Penelitian


menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 3 perlakuan pakan. Masing-masing perlakuan
menggunakan 6 ekor sapi dara umur 12 bulan sebagai ulangan, dengan rataan bobot badan awal
112 kg Perlakuan pakan yang diberikan adalah : P0 = Sapi diberikan pakan rumput(HMT). P1 = Sapi
diberikan pakan 50% HMT + 50% jerami padi fermentasi + 1 kg dedak padi + probiotik promix 200
gr/100 kg konsentrat P2 = Sapi diberikan pakan 50% HMT + 50% jerami padi fermentasi + 1 kg dedak
padi + probiotik starbio 250 gr/100kg konsentrat. Hijauan pakan ternak diberikan sesuai dengan cara
petani yaitu 10% dari berat badan sapi (sekitar 12 kg) dengan intensitas pemberian 2 kali per hari,
pagi dan sore. Pemberian dedak padi diberikan pada pagi hari.

Parameter yang diamati meliputi pertambahan bobot badan harian, pengukuran performa tubuh
sapi (panjang badan, lingkar dada, tinggi gumba, tinggi panggul, lebar panggul serta skor kondisi
tubuh sebelum dan sesudah perlakuan), serta respon munculnya birahi. Untuk mengetahui
peningkatan berat badan ternak sapi dilakukan penimbangan berat badan sapi setiap bulan dengan
timbangan elektronik. Pengukuran tubuh ternak dilakukan dengan menggunakan mistar/ meteran
dan pita ukur. Skor kondisi tubuh didapat dengan membandingkan kondisi ternak dengan standar
yang telah ditetapkan yaitu skor 1 (sangat kurus), skor 2 (kurus), skor 3 (sedang/menengah), skor 4
(baik) dan skor 5 (gemuk). Persentase birahi didapat dengan menghitung jumlah ternak sapi yang
birahi pasca pemberian perlakuan. Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam (Anova), apabila
perlakuan berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji BNT dengan tingkat kepercayaan (significant
level) 5%

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Peningkatan berat badan ternak sapi Tabel 1. Pertumbuhan Sapi Dara Betina di Desa
Pangsan, Badung tahun 2010 Uraian Perlakuan P0 P1 P2 Bobot awal (Kg) 195,4a 176,75 a
185,5 a Bobot akhir (Kg) 222,2 a 217,1 a 227,9 a Pertambahan bobot badan (Kg) 0,22 a 0,33b
0,34 b *) Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf 5% Uji Jarak berganda Duncan’s Dari Tabel 1. terlihat bobot awal ternak
sapi antara ke-3 perlakuan (P0, P1dan P2) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
Demikian pula bobot akhir ternak sapi antara ke-3 perlakuan juga tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata. Tetapi hasil pengamatan terhadap pertambahan berat badan harian
menunjukkan sapi yang diberi pakan jerami dengan fermentasi (P1 dan P2) memberikan
tambahan bobot badan harian secara nyata (P>0,05) jika dibandingkan dengan sapi yang
hanya diberikan pakan HMT (P0). Pemberian jerami padi fermentasi sebagai pengganti 50%
HMT yang dikombinasikan dengan dedak padi dan probiotik memberikan pengaruh yang
positif karena hasil fermentasi jerami mampu meningkatkan kadar gizi yang dikandungnya
(Widiyazid, dkk. 1999), sehingga hal ini juga akan berdampak terhadap pemenuhan
kebutuhan tubuh ternak yang berpengaruh terhadap pertumbuhan berat badan.
Peningkatan berat badan itu disebabkan karena kandungan nutrisi jerami padi terfermentasi
yang dikombinasikan dengan HMT dan dedak padi sesuai dengan kebutuhan sapi Bali
sehingga pertumbuhannya jauh lebih baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mastika dan
Puger (2009) bahwa kualitas pakan merupakan faktor yang sangat menentukan
pertumbuhan dan kualitas daging sapi Bali. Peningkatan kualitas pakan walaupun berasal
dari limbah ternyata mampu meningkatkan pertambahan berat badan 1,5- 2 kali lipat
dibandingkan dengan yang diberi rumput lapang yaitu hanya memberikan pertambahan
berat badan antara 200-235 gr/ekor/hari, dan yang diberi rumput gajah 320 gr/ekor/hari
(Mastika, 1991). Sedangkan antara perlakuan pobiotik (P1 dengan P2) dimana pemberian
probiotik starbio memberikan peningkatan berat badan harian lebih tinggi jika dibandingkan
dengan pemberian probiotik promix, namun secara stastistik tidak menunjukkan perbedaan
yang sigifikan (Tabel 1) Hal ini disebabkan karena promik dan starbio sama-sama
mengandung probiotik yang berfungsi untuk membantu mengoptimalkan penyerapan
nutrisi pakan. Menurut Anon (2010b) promix memiliki fungsi anatara lain meningkatkan
nafsu makan, meningkatkan stamina ternak, mempercepat penggemukan, meningkatkan
TDN (Total Digestible Nutrient), menurunkan FCR (Feed Convertion Ratio), meningkatkan
daya tahan terhadap stres serta mengurangi bau pada kotoran ternak. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Suyasa (2004) bahwa sapi jantan yang diberikan pakan rumput + jerami
fermentasi + complete feed 2 kg memberikan pertambahan berat badan 0,61 kg/ekor/hari.

Gambar 1. Grafik peningkatan beraat badan harian GRAFIK PENINGKATAN BERAT BADAN
HARIAN TERNAK SAPI 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 T1 T2 T3 T4 Bulan Penimbangan Peningkatan Berat
Badan Harian (Kg) P0 P1 P2 Dari Gambar 1 terlihat pengaruh pemberian jerami terfermentasi
baik dengan starbio maupun dengan promix jika dibandingkan ternak sapi yang hanya diberikan
HMT saja terlihat sejak bulan ke-2 penimbangan, tapi perbedaan tertinggi terjadi pada bulan ke-
3 penimbangan. Sedangkan pada bulan pertama peningkatan PBB tidak terlalu tinggi disebabkan
ternak sapi masih memerlukan waktu adaptasi terhadap pakan jerami yang diberikan. Dari
Gambar1. juga terlihat pemberian promix pada bulan ke-4 ternyata memiliki tren peningkatan
berat badan harian lebih tinggi jika dibandingkan dengan Dari Gambar 1 terlihat pengaruh
pemberian jerami terfermentasi baik dengan starbio maupun dengan promix jika dibandingkan
ternak sapi yang hanya diberikan HMT saja terlihat sejak bulan ke-2 penimbangan, tapi
perbedaan tertinggi terjadi pada bulan ke-3 penimbangan. Sedangkan pada bulan pertama
peningkatan PBB tidak terlalu tinggi disebabkan ternak sapi masih memerlukan waktu adaptasi
terhadap pakan jerami yang diberikan. Dari Gambar1. juga terlihat pemberian promix pada
bulan ke-4 ternyata memiliki tren peningkatan berat badan harian lebih tinggi jika dibandingkan
dengan pemberian Starbio, walaupun perbedaanya tidak nyata

b. Performa /skor kondisi ternak sapi


Pemberian pakan tambahan berupa jerami yang dikombinasikan dengan dedak padi dan
probiotik (P1 dan P 2) ternyata dapat meningkatkan performa ternak sapi. Peningkatan
performa ternak tersebut dibuktikan dengan perubahan skor kondisi tubuh terna, ternyata
skor kondisi tubuh ternak pada P1 dan P2 lebih tinggi jika dibandingka P0. Hal itu disebabkan
pemberian pakan hijauan yang dikombinasikan dengan jerami padi ditambah dedak padi dan
probiotik baik strabio maupun promix mampu memacu pertumbuhan organ tubuh ternak
sapi lebih baik jika dibandingkan dengan kontrol (P0). Menurut Cole (1982) dalam Hasnudi
(2005) pertumbuhan ternak tergantung pada sistim manajemen yang dipakai, tingkat nutrisi
pakan, kesehatan dan iklim. Lebih lanjut dikatakan oleh Soeparno (1992) dalam Hasnudi
(2005) pertumbuhan ternak itu ditandai perubahan ukuran meliputi perubahan bobot hidup,
bentuk dimensi linier dan komposisi tubuh termasuk komponen tubuh seperti otot , tulang,
lemak dan organ dalam. Dari Gambar 2.terlihat skor kondisi tubuh ternak sapi pada P1
maupun P2 yang semula lebih rendah (kurus) jika dibandingkan oleh P0 pada akhir
penelitian ternyata skornya menjadi baik sampai gemuk (skor 3 - 4) mampu melampaui P0.
Sedangkan pada perlakuan P0 skor kondisi tubuh konstan sejak awal hingga akhir perlakuan
yaitu skor 3 (sedang). Peningkatan skor kondisi tubuh yang pesat pada perlakuan P1 dan P2
mulai terjadi bulan kedua perlakuan.
Gambar 2. Perkembangan skor kondisi tubuh ternak. GRAFIK PERKEMBANGAN SKOR TUBUH SAPI 1.5
2 2.5 3 3.5 4 4.5 Aw al 1 bln 2 bln 3 bln 4 bln Bulan Penimbangn Skor Tubuh P0 P1 P2 Jika dicari
selisih peningkatan skor kondisi awal dengan akhir maka peningkatan tertinggi terjadi pada
perlakuan P2 diikuti oleh P1 (Gambar 3.). Peningkatan skor kondisi itu dipengaruhi oleh asupan
nutrisi pakan yang lebih baik pada P1 dan P2 jika dibandingkan P0.

c. Service Per Conception (S/C ) Service per conception adalah angka yang menunjukkan rataan
jumlah perkawinan yang terjadi kelompok ternak dibagi jumlah ternak yang bunting pada
kelompok ternak tersebut. Pada Tabel 2. terlihat ternyata rataan S/C sapi bali pada
kelompok perlakuan (P1 lebih tinggi (1,6) jika dibandingkan dengan S/C pada ternak
kontrol(S/C: 1,5). Sedangkan perlakuan P2. angka S/C lebih rendah (1,25) jika dibandingkan
kontrol. Walaupun pada perlakuan P1. angka S/C lebih tinggi (s/c:1,6), tetapi kalau diratakan
antara P1 dan P2 maka angka S/C masih lebih rendah (1.43) jika dibandingkan kontrol (1,5).
Artinya untuk terjadinya suatu kebuntingan pada sapi memerlukan perkawinan 1,5 kali (PO)
dan 1,43 kali (P1 dan P2). Tingginya angka S/C pada P1 disebabkan terjadinya perkawinan
yang berulang akibat kondisi sapi sangat kurus saat dimulainya perlakuan, sehingga sangat
mempengaruhi pertumbuhan reproduksinya. Pemberian pakan tambahan berpengaruh
terhadap angka S/C tersebut dimana dengan pemberian pakan tambahan akan
menyebabkan perbaikan kondisi tubuh ternak sapi yang sudah barang tentu akan
mempengaruhi perkembangan organ reproduksi. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan
yang dilaporkan oleh Hidayat, dalam Anon. (2010), yang menyatakan indeks kebuntingan
sapi bali kira-kira 1,2 yang artinya sapi betina menjadi bunting setelah dikawinkan 1,2 kali
(paling tidak sekali)

Tabel 2. Service Per Conception Sapi Dara Betina di Desa Pangsan, Badung tahun 2011 Parameter
Perlakuan P0 P1 P2 Service Per Conception 1,5 1,6 1,25

d. Umur Kebuntingan

Perlakuan pakan tidak mempengaruhi umur kebuntingan sapi. Pada kontrol diperoleh umur
kebuntingan sapi bali induk 282 hari atau 9,4 bulan lebih singkat 7,5 hari jika dibandingkan
dengan perlakuan (289,5 hari atau 9,6 bulan). Menurut Davendra et al. (1973) dalam Toelihere
(1985) lama kebuntingan sapi bali adalah ratarata 287 hari. Ternyata umur kebuntingan
dipengaruhi oleh jenis kelamin pedet yang dikandungnya. Pada pedet kelamin betina lebih
singkat umur kebuntingannya (7 hari) jika dibandingkan pedet jantan. Menurut Toelihere
(1985), lama kebuntingan diantaranya dipengaruhi oleh bangsa, jenis kelamin
foetus, jumlah foetus yang dikandung serta periode kebuntingan. Foetus jantan biasanya
menyebabkan kebuntingaan berlangsung lebih lama satu sampai dua hari dari pada foetus
betina. Sapi betina muda pada kebuntingan pertama dan kedua lama kebuntingannya lebih
singkat satu sampai dua hari jika dibandingkan sapi betina tua. Demikian pula kebuntingan
kembar akan menyebabkan lama kebuntingan akan semakin singkat jika dibandingkan
kebuntingan tunggal. Menurut Turman et al. (1968) dalam Toelihere (1985), melaporkan bahwa
pada sapi potong dengan kebuntingan majemuk sesudah penyuntikan PMS lama kebuntingan
untuk foetus tunggal, kembar, triplet qudruplet dan quituplet masing-masing 280,8; 277,4;
269,2; 262,5; 258 hari.

e. Berat Lahir dan Kondisi Pedet

Dari induk yang sudah melahirkan dapat diketahui berat pedet pasca perlakuan pakan yaitu untuk
sapi kontrol diperoleh berat pedet 14,5 kg/ekor sedangkan untuk yang mendapat perlakuan pakan
tambahan 16 kg/ekor. Berat lahir pedet juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, dimana pada pedet
jantan memiliki berat badan lebih berat ±5 kg jika dibandingkan pedet betina. Kondisi pedet saat
dilahirkan semuanya sehat baik pada kontrol maupun pada sapi perlakuan. Hal itu menunjukan
pemberian pakan tambahan akan berpengaruh positif terhadap kondisi induk selama kebuntingan,
sehingga mampu mencukupi nutrisi bagi embriyo selama kebuntingan sehingga berat lahir pedet
menjadi lebih tinggi. Gambar 4. Berat lahir pedet 13.5 14 14.5 15 15.5 16 Berat badan (kg) Berat
lLahir (kg) Perlakuan GRAFIK BERAT LAHIR PEDET Kontrol Perlakuan Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa:

1. Pemberian pakan jerami fermentasi + HMT yang dikombinasikan dengan 1 kg


dedak padi/ekor/ hari serta probiotik, baik starbio maupun promix, dapat meningkatkan
pertambahan berat badan harian sapi dara betina, performa ternak (skor kondisi tubuh), berat lahir
pedet, menurunkan angka Service per conception tubuh ternak serta jika dibandingkan dengan
pakan rumput/HMT.

2.Pemberian jerami padi sangat berpotensi sebagai pakan sapi Bali, walaupun
diperlukan fermentasi dan masa adaptasi sekitar 2 bulan sebelum ternak terbiasa memakannya

https://media.neliti.com/media/publications/164345-ID-pemanfaatan-jerami-padi-sebagai-pakan-
al.pdf

Anon, 2010a. Pemanfaatan Jerami Padi Untuk Konservasi dan Pakan Ternak.
http://www.scribd.com/doc. Diakses 8 Juli 2011.

Anon., 2010b. Promix. Suplemen Pakan Ternak Ayam dan Sapi. http://pradiptaparamitha.com.

Awaludin dan T. Panjaitan. 2010. Pengukuran Ternak Sapi Potong. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian NTB. Kementerian Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai