Anda di halaman 1dari 7

PROSPEK USAHA

Usaha penggemukan domba merupakan usaha peternakan yang penerapannya


cukup sederhana namun menjanjikan. Modal yang dibutuhkan tidak begitu besar
setiap orang dapat melakukan usaha ini, perputaran modal kerja pun relatif
cepat. Permintaan terhadap domba di dalam negeri cukup tinggi baik itu untuk
konsumsi maupun untuk keperluan Aqikah dan akan menjadi sangat tinggi
menjelang hari raya haji. Permintaan di luar negeri pun terus meningkat
terutama untuk Negara-negara di Asia, Eropa dan Amerika.
Usaha penggemukan domba biasanya dilakukan di pedesaan, karena pakan
utama dari domba adalah rumput, daun-daunan (hijauan) dan limbah pertanian
yang umumnya terdapat di pedesaan.  Namun  seiring dengan perkembangan
teknologi di bidang pakan ternak seperti complete feed sebuah teknologi
pengembangan peternakan domba dan kambing tanpa rumput yang ditemukan
oleh Ir. Didik Eko Wahyono yang juga merupakan pengurus DPD HPDKI propinsi
Jawa Timur, dengan menggunakan complete feed ternak domba dan kambing
tidak perlu diberi hijauan lagi. Ditemukan teknologi ini tidak menutup
kemungkinan usaha penggemukan domba dapat dikembangkan di kota.
.

TIPS KEBERHASILAN USAHA

1. Berikut adalah beberapa saran dalam usaha penggemukan domba :

a. Umur domba belum berumur satu tahun, pada usia itu pertumbuhan domba
sedang mencapai fase pertumbuhan cepat, dimana pakan akan
dikonversikan menjadi daging.
b. Pada usia lebih dari satu tahun, pakan akan mulai dikonversikan menjadi
lemak, yang tidak diharapkan oleh peternak.
c. Domba yang digemukkan adalah domba jantan. Domba jantan mempunyai
pertambahan bobot badan yang lebih tinggi daripada domba betina karena
hormon testosteron yang dimilikinya.

2. Kandang yang digunakan kandang dengan tipe panggung model waste


collector, karena kotoran lebih mudah dibersihkan.

a. Kotoran tidak boleh menumpuk di bawah kandang karena kandungan


amonia dapat menggangu pernapasan domba dan dapat menyebabkan
penyakit paru-paru.
b. Domba yang terserang penyakit paru-paru bobot badannya tidak dapat
naik, bahkan cenderung menurun dan dapat menyebabkan kematian.
c. Kotoran yang terkumpul tidak perlu dibuang karena dapat diolah lebih
lanjut.

Pengolahan kotoran dapat dilakukan dengan dua cara:

 sistem terbuka: kotoran dibiarkan sekitar tiga bulan dalam lubang


penampung yang tersedia . Cara ini cukup murah dan mudah. Kotoran
yang telah tertimbun dapat langsung digunakan sebagai pupuk organik
 sistem  tertutup. kotoran ditimbun dalam suatu lubang yang diberi atap
dan terhindar dari genangan air.
Pupuk organik ini apabila dijual dapat menjadi penghasilan tambahan bagi
peternak tersebut.

 Pakan yang diberikan berupa konsentrat dan rumput.


 Konsentrat merupakan makanan yang mengandung serat kasar
rendah tetapi kandungan zat-zat makanan yang dapat dicerna
sebagai sumber utama zat makanan seperti karbohidrat, lemak dan
protein tinggi. Apabila konsentrat untuk domba sulit didapatkan,
maka dapat diganti dengan konsentrat untuk sapi. Namun apabila
konsentrat untuk sapi masih sulit didapatkan, peternak dapat
memanfaatkan sumberdaya yang ada di lingkungan sekitar, semisal
dengan menggunakan ampas tahu.
 Rumput yang digunakan dapat berupa rumput lapang maupun
rumput gajah. Namun apabila menggunakan rumput gajah, rumput
perlu dipotong kecil-kecil agar domba lebih mudah dalam
mengonsumsi.
Pemberian pakan sebaiknya secara teratur yaitu pagi, siang, dan sore.
Pemberian pakan secara sekaligus dapat menyebabkan domba kurang nafsu
makan, dan pakan juga lebih mudah busuk. Selain diberi makan, domba juga
perlu minum. Pemberian air minum tidak perlu dibatasi atau ad libitum.

 Domba hasil penggemukan dapat dijual kepada:


 rumah jagal
 pembeli perorangan
 rumah-rumah makan
 pedagang pengumpul.
Apabila domba digemukkan beberapa bulan menjelang hari raya kurban,
keuntungan yang didapatkan akan semakin besar sebab saat hari raya kurban
permintaan domba melonjak sehingga harga domba tinggi.

FAKTOR KRITIS PADA KEBERHASILAN USAHA


Faktor-faktor kritis yang harus diperhatikan dalam usaha pengemukan domba
diantaranya adalah:

Pencarian bibit yang berkualitas

Kesalahan dalam memilih bibit domba akan mengganggu proses penggemukan


bahkan akan terjadi kegagalan usaha. oleh karena itu perlu perhatian dan
kehati-hatian dalam memperoleh bibit domba (bakalan) yang berkualitas

Penyediaan pakan (baik konsentrat, maupun hijauan)

Pakan dalam usaha penggemukan domba merupakan hal yang paling pokok,
untuk itu ketersedian pakan baik konsentrat, maupun hijauan (daun-daunan)
harus benar-benar diperhatikan

Pengelolaan yang tidak fokus (tidak sekedar sambilan)


Usaha penggemukan domba memerlukan perhatian yang serius, jika usaha ini
hanya sekedar sambilan kemungkinan besar usaha ini akan menghadapi
kegagalan

Pengadministrasian proses penggemukan

Usaha penggemukan biaya berkisar antara 2 – 6 bulan, lemahnya


pengadministrasian untuk menjual domba dan membeli bibit dapat merugikan
usaha ini.

TEKNIS MELAKUKAN USAHA


Usaha penggemukan domba dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut
Untuk memperoleh hasil yang diharapkan pemilihan domba bakalan (bibit) perlu
dilakukan dengan selektif.

1. Pemilihan Domba bakalan (bibit)    


1. Bibit domba baru berusia pasca sapih (6-8 bulan) atau kurang dari satu
tahun.          Domba yang umurnya 12 bulan atau sedang tanggal gigi,
biasanya mengaIami masa stress dan bobotnya juga turun, sehingga
menggangu proses penggemukan.
Ciri-ciri domba yang usianya kurang dari 1 tahun yaitu: giginya masih
rapat dan belum tanggal, dan berat rata-ratanya 20 kg.
2. Bibit harus domba jantan       – Domba jantan pertumbuhannya lebih cepat
dari pada yang betina.       – Domba jantan yang akan dijadikan bibit harus
yang tidak bertanduk dan sifatnya tenang, karena         domba yang
bertanduk mempunyai naluri berkelahi yang tinggi dan pertumbuhannya
cenderung lebih lambat. Pada akhir masa penggemukan, berat domba
bertanduk bisa berbeda 1-2 kg lebih rendah dibandingkan dengan yang
tidak bertanduk: Kerugian lain, domba bertanduk sering merusak
kandang.
3.  Bibit domba sehat dan tidak cacat
Domba yang sehat dan tidak cacat memiliki ciri

ü  penampilan fisik yang baik

ü  bulunya tampak seperti basah (kelimis)

ü  kakinya tegak dan besar

ü  moncongnya tumpul.

2. Kandang    
Kandang yang digunakan dapat menggunakan system panggung dan sistem
lantai, namun system panggung dapat memberikan keuntung lebih yaitu kotoran
domba tidak perlu dibersihkan, karena langsung jatuh ke dalam penampungan
yang diletakan di bawah kandang. Kotoran ini dapat menjadi penghasilan
tambahan setelah menjadi pupuk (tidom).
a)      Panjang kandang dibuat 1m, lebar 60 cm dan tinggi 60 cm. Satu lokasi
( satu atap) terdiri dari 2 baris       kandang yang tidak saling berhadapan tiap
barisnya. Satu kandang dihuni satu domba.

b)      Untuk menambah napsu makan domba, setiap wadah pakan sebaiknya
digunakan untuk 2 domba.       Wadah pakan itu diletakan disisi luar dan tidak
saling berhadapan dengan barisan kandang lainnya.       Wadah pakan itu bisa
dibuat dari bambu atau bahan lain.

c)      Atap kandang dibuat dari alang-alang atau rumbia dengan kemiringan 45°.
Penggunaan atap       rumbia lebih baik dibandingkan dengan atap seng atau
asbes karena pada siang hari kandang       tidak terlalu panas dan pada malam
harinya menjadi hangat. Penggunaan atap seng sering     . menyebabkan domba
stress, karena kalau siang terlalu panas dan kalau malam terlalu dingin

3        PEMBERIAN PAKAN
a)      Pemberian pakan harus diatur sedemikian rupa sehingga domba tidak
kelaparan atau kekenyangan. Pengaturan pakan domba dapat dilakukan sesuai
dengan tahap-tahap berikut:     Minggu pertama, yaitu pada saat domba datang
beri konsentrat 1/5-2 ons per hari/ekor domba       tambahkan 7 ons ampas tahu
dan 3 kg rumput sampai, berikan pada waktu-waktu berikut:       – Jam 05.00 beri
makan ampas tahu dan konsentrat       – Jam 09.30 beri makan rumput       – Jam
15.00 beri makan rumput kembali dalam kadar/jumlah yang sama       – Beri air
minum setiapkali domba habis makan rumput       Pada fase ini, 2-3 hari domba
akan terlihat kurang napsu makan, namun hal itu dikarenakan domba belum
terbiasa, hari berikutnya pakan yng diberikan akan dimakan sampai habis.

b)      Minggu kedua, tambah dosis konsentrat menjadi 2/5-3 ons. Pakan dan
waktu pemberiannya tetap

c)      Minggu ketiga, tambah dosis konsentrat menjadi 4 ons. Pakan dan waktu
pemberiannya tetap

d)     Minggu berikutnya sampai masa penggemukkan berakhir (panen), tambah


dosis konsentrat       menjadi 5 ons. Pakan dan waktu pemberiannya tetap.

4     MENJAGA KESEHATAN


a)      Sejak awal kedatangan domba perlu dijaga kesehatannya dengan
melakukan pemeliharaan yang baik, pemeliharaan domba agar terjaga
kesehatannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:     Menghindarkan
lingkungan dari hal-hal yang dapat menyebabkan domba stress

b)      Lakukan pengobatan pencegahan pada saat bibit baru datang sebelum
dimasukkan kedalam kandang

c)       Cukur bulu domba yang baru datang agar bibit penyakit, kutu, dan parasit
lain bisa segera       terbasmi. Dengan pencukuran ini, hasil dari
penggemukanpun langsung terlihat mahal
d)      Mandikan domba setelah dicukur, sampai semua kotoran yang melekat
hilang

e)      Berikan suntikan antibiotik dan obat cacing

f)       Terakhir, berikan obat anti stress untuk mencegah stress

5         PERIODE (WAKTU) PEMELIHARAAN


Penggemukan domba biasa dilakukan pada domba selesai sapih (pasca sapih)
atau pada saat usia domba kurang dari satu tahun maka penggemukan yang
efektif adalah selama 45 hari.  Jika penggemukan dilakukan sampai masa
tanggal gigi maka hal ini justru akan menurunkan bobot badan domba.  Oleh
karena diperlukan perhitungan yang teliti sebelum melakukan pembelian bibit.
Hal pertama yang harus menjadi pertimbangan adalah kapan masa panen akan
dilakukan? Misalnya menjelang hari raya idul kurban, maka pembelian bibit
dilakukan 45 hari sebelum perayaan idul kurban tersebut.

ANALISA USAHA
Asumsi Usaha penggemukan domba

 penggemukan per unit kandang berisi 20 ekor


 masa penggemukan 60 hari (1 periode)
 berat awal rata-rata 20 kg/ekor
 berat akhir pemeliharaan rata-rata 35 kg/ekor dengan prosentase karkas
45% harga karkas (disembelih) Rp. 40.000,-,
 harga jual hasil penggemukan Rp. 500.000,-/ekor
 harga bibit/bakalan Rp. 250.000/ekor
 umur ekonomis kandang dan peralatan selama 20 periode
 harga kotoran (pupuk) bernilai Rp. 300.000/ periode pemeliharaan

1. BIAYA

Jumlah
Uraian
A. Biaya Investasi
1 Rp. 4.500.000
Kandang
2 Rp. 1.000.000
Peralatan
3 Rp. 1.500.000
Sewa Lahan
Rp. 7.000.000
Total Investasi
B. Biaya Tetap

1 Rp.    225.000
Penyusutan kandang (Rp.4.500.000/20)
2 Rp.    50.000
Penyusutan Peralatan (Rp.1.000.000/20)
Rp. 275.000
Total Biaya Tetap
C. Biaya Variabel

1 Rp.  6.750.000
Biaya bibit/bakalan (30 ekor x Rp.225.000)
2 Rp.     720.000
Hijauan pakan ternak (60 hari x 30 ekor x 4kg x Rp.100)
3 Rp.  1575000000
Pakan konsentrat (60 hari x 30ekor x 0,250kg x Rp. 700.000)
4 Rp.     150.000
Obat-obatan (30 ekor x Rp.5.000,-)
5 Rp.  1.500.000
Upah Tenaga Kerja (1 orang x Rp. 1.500.000)
6 Rp.     200.000
Listrik
7 Rp.     300.000
Air
8 Rp.     500.000
Transport
Total Biaya Variabel Rp.11.870.000
D. Biaya Total (biaya tetap + biaya variable) Rp.12.145.000
E. Modal Usaha (biaya investasi + biaya total) Rp.19.145.000
2. PENERIMAAN

Uraian Jumlah
No
Rp. 15.000.000
1 30 ekor x Rp. 500.000
Rp.      300.000
2 Kotoran (pupuk)
Rp. 15.300.000
Total
3. ANALISA LABA-RUGI
Keuntungan = Hasil Penerimaan-Biaya Total (15.300.000-12a.145.000) = Rp.
3.155.000
4. KEUNTUNGAN BILA DIJUAL DALAM BENTUK KARKAS
– Tambahan biaya pemotongan (30 ekor x Rp. 25.000,-)           =Rp.       750.000
– Penerimaan:
a. nilai karkas (30 ekor x 0,45 x 35kg x Rp.40.000)                  = Rp. 18.900.000
b. kulit dan jeroan (30 ekor x Rp. 100.000)                              = Rp.   3.000.000
c. nilai kotoran (pupuk)                                                             = Rp.      300.000
Total                                                                                Rp. 22.200.000
Keuntungan Rp.22.200.000-Rp.750.000-Rp.12.145.000    = Rp.    
9.305.00

Anda mungkin juga menyukai