Anda di halaman 1dari 11

CARA PEMBUATAN PAKAN ALTERNATIF HAY DAN SILAGE

I. Cara Pembuatan Hay

Musim kemarau sudah di depan mata, biasanya masalah rutin yang dihadapi peternak kecil
adalah minimnya hijauan di lapangan. Hampir semua persediaan dilapangan, ditegalan dan
dipinggiran sawah-sawah meranggas semua. Dan hal ini selalu berulang setiap tahun. Salah satu
solusinya adalah dengan menyimpan hijauan saat stok hijauan pakan ternak dilapangan
melimpah. Cara yang paling populer ada 2 macam yaitu dengan pembuatan Hay dan Silase.

Hay (dibaca hei) adalah tanaman hijauan yang di awetkan dengan cara dikeringkan kemudian di
simpan dalam bentuk kering dengan kadar air 12%-30%. Bahan pakan yang biasa digunakan
untuk pembuatan hay adalah segala macam hijauan yang di sukai oleh ternak ruminansia, dan
limbah pertanian seperti jerami padi, jerami jagung, batang dan daun kacang tanah, batang dan
daun kedelai, rumput dan gamal.

Hay dapat dibuat dengan cara sebagai berikut:


1. Hijauan harus dipanen saat menjelang berbunga (karena berkadar protein tinggi, serat kasar
dan kandungan air optimal), sehingga hay yang diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna
“gosong”) yang akan meningkatkan palatabilitas dan kualitas.
2. Bertekstur halus atau yang berbatang halus agar mudah kering,
3. Hijauan (tanaman) yang akan dibuat hay dipanen dari area yang subur,
Ada 2 cara pengeringan hijauan dalam pembuatan hay, yaitu: pengeringan dibawah sinar
matahari dan menggunakan alat pengering (dryer).
A. Pengeringan dibawah sinar matahari merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara
meghamparkan hijauan yang sudah dipotong di lapangan terbuka di bawah sinar matahari. Setiap
hari hamparan di bolak-balik hingga kering. Hay yang dibuat dengan cara ini biasanya memiliki
kadar air: 20 – 30% (dapat dilihat dari: warna kecoklat-coklatan).
B.Pengeringan dengan dryer menggunakan suhu pengering 100-250OC, pengeringan dihentikan
bila kandungan air hijauan sudah mencapai 12-20 %.
Hijauan yang sudah kering kemudian diikat dan disimpan dalam rak di tempat kering.

1
Ciri-ciri hay yang baik adalah berwarna tetap hijau meskipun ada yang sedikit kekuningan,
bentuk hijauan masih tetap utuh dan tidak mudah patah, tidak kotor dan tidak berjamur, mau
dimakan oleh ternak

Catatan:
Agar hay dapat lebih awet disimpan, perlu diberi pengawet. Adapun macam-macam pengawet
yang dapat dipakai antara lain garam dapur (Nacl), asam propionic, dan amonia cair. Garam
sebagai pengawet diberikan 1-2% akan dapat mencegah timbulnya panas karena kandungan uap
air, juga dapat mengontrol aktivitas mikroba, serta dapat menekan pertumbuhan jamur. Asam
propionic berfungsi sebagai fungicidal dan fungistalic yaitu mencegah dan memberantas jamur
yang tumbuh serta tidak menambah jumlah jamur yang tumbuh. Adapun pemberian untuk hay
yang diikat (dipak) sebanyak 1% dari berat hijauan. Amoniak cair juga berfungsi sebagai
fungicidal dan pengawet, mencegah timbulnya panas, meningkatkan kecernaan hijauan tersebut
dan memberikan tambahan N yang bukan berasal dari protein (NPN).

II. Cara Pembuatan Silase

• Silase adalah pakan yang telah diawetkan dari bahan pakan berupa
tanaman hijauan, limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami lainya, dengan jumlah kadar
/ kandungan air pada tingkat tertentu. Pakan tersebut dimasukan dalam sebuah tempat yang
tertutup rapat kedap udara, biasa disebut dengan silo,
selama sekitar tiga minggu.

• Di dalam silo tersebut tersebut akan terjadi beberapa tahap proses an-aerob (proses tanpa
udara/oksigen), dimana bakteri asam laktat akan mengkonsumsi zat gula yang terdapat pada
bahan baku, sehingga terjadilah proses fermentasi.

2
• Silase yang terbentuk karena proses fermentasi ini dapat di simpan untuk jangka waktu yang
lama tanpa banyak mengurangi kandungan nutrisi dari bahan bakunya.
• Tujuan utama pembuatan silase adalah untuk memaksimumkan pengawetan kandungan nutrisi
yang terdapat pada hijauan atau bahan pakan ternak lainnya, agar bisa di disimpan dalam kurun
waktu yang lama, untuk kemudian di berikan sebagai pakan bagi ternak khususnya untuk
mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau.
• Proses fermentasi yang tidak terkontrol akan mengakibatkan kandungan nutrisi pada bahan
yang di awetkan menjadi berkurang jumlahnya. Diperlukan jenis zat tambahan agar kandungan
nutrisi dalam silase tidak berkurang secara drastis, bahkan bisa memenuhi kebutuhan nutrisi
ternak yang memakannya.
• Syarat hijauan (tanaman) yang dibuat silase adalah segala jenis tumbuhan atau hijauan serta
bijian yang di sukai oleh ternak, terutama yang mengandung banyak karbohidrat nya seperti :
rumput, sorghum, jagung, biji-bijian kecil, tanaman tebu, tongkol gandum, tongkol jagung,
pucuk tebu, batang nanas dan jerami
padi.
• Sementara bahan tambahan dimaksudkan untuk meningkatkan dan mempertahankan kadar
nutrisi yang terkandung pada bahan pakan silase. Penambahan bahan additive ini bisa dilakukan
secara langsung maupun tidak langsung. Pemberian bahan tambahan secara langsung dengan
menggunakan, Natrium bisulfat, Sulfur oxida, Asam chlorida, Asam sulfat, Asam propionat.
• Pemberian bahan tambahan secara tidak langsung ialah dengan memberikan tambahan bahan-
bahan yang mengandung karbohidrat yang siap diabsorpsi oleh mikroba, antara lain :

 Molase (melas) : 2,5 kg /100 kg hijauan.


 Onggok (tepung) : 2,5 kg/100 kg hijauan.
 Tepung jagung : 3,5 kg/100 kg hijauan.
 Dedak halus : 5,0 kg/100 kg hijauan.
 Ampas sagu : 7,0 kg/100 kg hijauan.

Prosedur Pembuatan Silase


Garis Besar

 Hijauan dipotong-potong dahulu, ukuran 3-5 cm


 Dimasukkan kedalam lubang galian (silo) beralas plastik
 Tumpukan hijauan dipadatkan (diinjak-injak)
 Tutup dengan plastik dan tanah

3
Pencampuran. Hijauan dicampur bahan lain dahulu sebelum dipadatkan (bertujuan untuk
mempercepat fermentasi, mencegah tumbuh jamur dan bakteri pembusuk, meningkatkan tekanan
osmosis sel-sel hijauan. Bahan campuran dapat berupa: asam-asam organik (asam formiat, asam
sulfat, asam klorida, asam propionat),
molases/tetes, garam, dedak padi, menir /onggok dengan dosis per ton hijauan sebagai berikut :

 asam organik : 4- 6 kg
 molases/tetes : 40 kg
 garam : 30kg
 dedak padi : 40kg
 menir : 35kg
 onggok : 30kg

Pemberian bahan tambahan tersebut harus dilakukan secara merata ke seluruh hijauan yang akan
diproses. Apabila menggunakan molases/tetes lakukan secara bertahap dengan perbandingan 2
bagian pada tumpukan hijauan di lapisan bawah, 3 bagian pada lapisan tengah dan 5 bagian pada
lapisan atas agar terjadi pencampuran yang merata.

Pelayuan. Hijauan dilayukan dahulu selama 2 hari (kandungan bahan kering 40% - 50%.

Tata Cara Pembuatan Silase

Penyiapan Silo
Siapkan silo yang bisa di tutup dan kedap udara, artinya udara tidak bisa masuk maupun keluar
dari dan ke dalam wadah tersebut.

Wadah tersebut juga harus kedap rembesan cairan. Untuk memenuhi kriteria ini maka bahan
plastik merupakan jawaban yang terbaik termurah serta sangat fleksibel penggunaannya.
Walaupun bahan dari metal, semen dll tetap baik untuk di gunakan.

Ukuran di sesuaikan dengan kebutuhan dan pilihlah ukuran, bahan serta konstruksi yang sesuai
dengan kebutuhan. Gentong plastik yang mempunyai tutup bisa di kunci dengan rapat,
merupakan salah satu pilihan yang terbaik. Karena di samping ukurannya yang sedang sehingga
mudah untuk di angkat manusia, kemudian dengan penambahan jumlah bisa
memenuhi kebutuhan yang lebih banyak.

4
Jika ingin membuat dalam jumlah yang banyak sekali gus, maka cara yang termurah adalah
dengan menggali tanah. Ukuran di sesuaikan dengan kebutuhan. Kemudian menggunakan
kantung plastik yang di jual meteran, sehingga penutupannya bisa dilakukan dengan sangat rapat.
Prinsip yang harus di perhatikan adalah, saat membuka dan memberikan silase pada ternak,
maka silo tersebut akan kemasukan udara/oksigen yang bisa dan akan merusak silase yang telah
jadi karena terjadinya proses aerobic.

Pembuatan dalam jumlah kecil dengan menggunakan silo yang banyak serta portable (seperti
gentong plastik biru, atau kantong plastik), jauh lebih berdaya guna di banding dengan
pembuatan dalam jumlah sangat besar dalam satu wadah/silo. Untuk itu ketahuilah jumlah
kebutuhan ternak anda, lalu sesuaikan pembuatan silo, sehingga penggunaannya bisa sekali buka
silo, isinya langsung habis di konsumsi sehingga tidak adalagi sisa yang harus di simpan.

Penyimpanan sisa silase ini, di samping sangat merepotkan juga sangat riskan terjadinya proses
pembusukan karena terjadi nya eksposur tehadap oksigen yang akan mengaktivekan bakteri
aerob 

Penyiapan bahan baku silase serta penempatan pada silo


Bahan baku sebaiknya berasal dari tumbuhan atau bijian yang segar yang langsung di dapat dari
pemanenan, jangan yang telah tersimpan lama. Penyiapan bahan baku silase sebagai berikut :

> Ukuran pemotongan sebaiknya sekitar 5 cm.


> Pemotongan dan pencacahan perlu di lakukan agar mudah di masukan dalam silo dan
mengurangi terperangkapnya ruang udara di dalam silo serta memudahkan pemadatan. Jika
hendak menggunakan bahan tambahan, maka taburkan bahan tambahan tersebut kemudian di
aduk secara merata, sebelum di masukan dalam silo.
> Masukan cacahan tersebut kedalam silo secara bertahap, lapis demi lapis. Saat memasukan
bahan baku kedalam silo secara bertahap, lakukan penekanan atau pengepresan untuk setiap
lapisan agar padat. Kenapa harus di padatkan, karena oksigen harus sebanyak mungkin di
kurangi atau di hilangkan sama sekali dari ruang silo.
> Lakukan penutupan dengan serapat mungkin sehingga tidak ada udara yang bisa masuk
kedalam silo. Biarkan silo tertutup rapat serta di letakan pada ruang yang tidak terkena matahari
atau kena hujan secara langsung, selama tiga minggu.

> Setelah tiga minggu maka silase sudah siap di sajikan sebagai pakan ternak. Sedangkan untuk
menilai kualitas hasil pembuatan silase ini bisa di lihat di Kriteria Silase yang baik, Silo yang
tidak di buka dapat terus di simpan sampai jangka waktu yang sangat lama asalkan tidak
kemasukan udara.
5
> Pemberian pada ternak yang belum terbiasa makan silase, harus di berikan sedikit demi
sedikit dicampur dengan hijauan yang biasa dimakan. Jika sudah terbiasa secara bertahap dapat
seluruhnya diberi silase sesuai dengan kebutuhan.

Tambahan Informasi
Alur Proses yang terjadi pada Silase

Tahap-1
Saat pertama kali hijauan di panen, pada seluruh permukaan hijauan tersebut terdapat organisme
aerobic, atau sering disebut sebagai bakteri aerobic, yaitu bakteri yang membutuhkan
udara/oksigen. Sehingga pada saat pertamakali hijauan sebagai bahan pembuatan silase di
masukan ke dalam silo, bakteri tersebut akan mengkonsumsi udara/oksigen yang terperangkap di
dalam rang silo tersebut. Kejadian ini merupakan sesuatu yang tidak di inginkan untuk terjadi
saat ensiling, karena pada saat yang sama bakteri aerobik tersebut juga akan mengkonsumsi
karbohidrat yang sebetulnya di perlukan bagi bakteri lactic acid. Walaupun kejadian ini nampak
menguntungkan dalam mengurangi jumlah oksigen di dalam silo , sehingga menciptakan
lingkungan anaerob seperti yang kita kehendaki dalam ensiling, namun kejadian tersebut juga
menghasilkan air dan peningkatan suhu/panas. Peningkatan panas yang berlebihan akan
mengurangi digestibility kandungan nutrisi,
seperti misalnya protein. Proses perubahan kimiawi yang terjadi pada phase awal ini adalah
terurainya protein tumbuhan, yang akan terurai menjadi amino acid, kemudian menjadi amonia
dan amines. Lebih dari 50% protein yang terkandung di dalam bahan baku akan terurai. Lama
terjadinya proses dalam tahap ini tergantung pada kekedapan udara dalam silo, dalam kekedapan
udara yang baik maka phase ini hanya akan bejalan beberapa jam saja. Dengan teknik
penanganan yang kurang memadai maka phase ini akan berlangsung sampai beberapa hari
bahkan beberapa minggu. Untuk itu maka tujuan utama yang harus di capai pada phase ensiling
ini adalah, semaksimum mungkin di lakukan pencegahan masuknya udara/oksigen, sehingga
keadaan anaerobic dapat secepatnya tercapai.
Kunci sukses pada phase ini adalah :

• Kematangan bahan
• Kelembaban bahan
• Panjangnya pemotongan yang akan menentukan kepadatan dalam silo.
• Kecepatan memasukan bahan dalam silo
• Kekedapan serta kerapatan silo

6
Tahap-2
Setelah oksigen habis di konsumsi bakteri aerobic, maka phase dua ini di mulai, disinilah proses
fermentasi dimulai, dengan dimulainya tumbuh dan berkembangnya bakteri acetic – acid.
Bakteri tersebut akan menyerap karbohidrat dan menghasilkan acetic acid sebagai hasil ahirnya.
Pertumbuhan acetic acid ini
sangat diharapkan, karena disamping bermanfaat untk ternak ruminansia juga menurunkan kadar
pH yang sangat di perlukan pada phase berikutnya. Penurunan kadar pH di dalam silo di bawah
5.0, perkembangan bakteri acetic acid akan menurun dan ahirnya berhenti Dan itu merupakan
tanda berahirnya phase-2. Dalam fermentasi hijauan phase-2 ini berlangsung antara 24 s/d 72
jam.
Makin menurunnya kadar pH akan merangsang pertumbuhan dan perkembangan bakteri anaerob
lainnya yang memproduksi latic acid. Maka pada phase ini latic acid akan bertambah terus

Tahap-3
Dengan bertambahnya jumlah bakteri pada phase 3, maka karbohidrat yang akan terurai menjadi
latic acid juga makin bertambah. Latic acid ini sangat di butuhkan dan memegang peranan paling
penting dalam proses fermentasi. Untuk pengawetan yang efisien, produksinya harus mencapai
60% dari total organic acid dalam silase. Saat silase di konsumsi oleh ternak, latic acid akan di
manfaatkan sebagai sumber energi ternak tersebut. Phase 3 ini adalah phase yang paling lama
saat ensiling, proses ini berjalan terus sampai kadar pH dari bahan hijauan yang di pergunakan
turun terus, hingga mencapai kadar yang bisa menghentikan pertumbuhan segala macam bakteri,
dan hijauan atau bahan baku lainnya mulai terawetkan. Tidak akan ada lagi proses penguraian
selama tidak ada udara/oksigen yang masuk atau di masukan.

Tahap-4
Pencapaian final kadar pH tergantung dari jenis bahan baku yang di awetkan, dan juga kondisi
saat di masukan dalam silo. Hijauan pada umumnya akan mencapai kadar pH 4,5, jagung 4.0.
Kadar pH saja tidaklah merupakan indikasi dari baik buruknya proses fermentasi ini. Hijauan
yang mengandung kadar air di atas 70% akan mengalami proses yang berlainan pada phase 4 ini.
Bukan bakteri yang memproduksi latic acid yang tumbuh dan berkembang, namun bakteri
clostridia yang akan tumbuh dan berkembang. Bakteri anaerobic ini akan memproduksi butyric
acid dan bukan latic acid, yang akan menyebabkan silase berasa asam. Kejadian ini berlangsung
karena pH masih di atas 5.0.

7
Tahap-5
Phase ini merupakan phase pengangkatan silase dari tempatnya /silo. Proses pengangkatan ini
sangatlah penting namun biasanya tidak pernah di perhatikan oleh para peternak yang kurang
berpengalaman. Hasil riset mengatakan bahwa lebih dari 50% silase mengalami kerusakan atau
pembusukan yang di sebabkan oleh bakteri aerobic, saat di keluarkan dari silo. Kerusakan terjadi
hampir di seluruh permukaan silase yang terekspos oksigen, saat berada pada tempat
penyimpanan atau pada tempat pakan ternak, setelah di keluarkan dari silo. Kecermatan
kerapihan dan kecepatan penanganan silase setelah dikeluarkan dari silo yang kedap udara
sangatlah perlu untuk di cermati, agar tidak terjadi pembusukan.

Dengan penyimpanan pakan ternak melalui teknologi Hay dan Silse ini maka diharapkan saat
musim kemarau sapi tetap bisa dapat makan hijauan secara kontinu. Semoga bermanfaat.

8
CARA MEMBUAT PAKAN KAMBING ATAU DOMBA DARI POHON PISANG

Pakan merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan dalam beternak. Syarat
pakan yang diberikan harus berkualitas, mengandung zat atau materi yang dibutuhkan dengan
komposisi yang seimbang.  Bila syarat tersebut telah terpenuhi, pakan tersebut bisa disebut
pakan berkualitas.  Hal ini secara umum berlaku untuk semua hewan ternak, termasuk kambing
dan domba.

Di Indonesia,  pakan yang umum diberikan oleh para peternak kambing dan domba adalah
rumput. Rumput sepertinya sudah menjadi primadona sejak lama untuk jadi pakan kambing atau
domba dan menjadi menu wajib.  Sekarang saatnya kita memperbaharui jenis pakan primadona
tersebut dengan pakan berkualitas agar tumbuh dan kembang ternak kita menjadi optimal. 
Sebagai referensi coba kita lihat kualitas dari beberapa jenis pakan yang sering para peternak
pakai.  Kandungan nutrisi yang terdapat dalam rumput dan tumbuhan lain tersebut  dapat kita
lihat dalam Tabel Kandungan Nutrisi Hijauan Legimunosa

Pada tulisan ini kita akan membuat pakan untuk kambing dan domba dengan kualitas nutrisi
seimbang sesuai kebutuhan yang optimal.  Coba anda lihat lagi tabel tadi, di sana terdapat
berapa kebutuhan kambing atau domba terhadap nutrisi berupa karbohidrat, protein, vitamin
maupun serat kasarnya. Pakan yang akan kita buat  prinsipnya adalah proses fermentasi. Dengan
melalui fermentasi, pakan akan mudah dicerna dan penyerapan nutrisi akan lebih baik.

Berikut adalah cara yang sudah saya lakukan minggu kemarin (19 Januari 2014). Untuk kali ini
kita akan membuat pakan dengan bahan baku pohon pisang, disebut juga gedebog pisang atau
gebog. Melengkapi kebutuhan lainnya terhadap protein dan serat kasar, kita tambahkan ampas
tahu dan dedak.  Bahan-bahan tersebut adalah bahan yang mudah ditemui dan didapatkan. Untuk
daerah yang kesulitan bahan-bahan tersebut dapat diganti dengan bahan sejenis, kita tinggal
melihat saja pada tabel tadi jenis dan jumlahnya. Untuk proses fermentasi kita akan lakukan
mengikuti pola HCS yang telah sukses diterapkan oleh rekan-rekan peternak kita
misalnya di Jawa Tengah. Jenis fermentasi yang saya lakukan ini disebut fermentasi basah,
artinya bahan bakunya tidak kering alias masih mengandung banyak air. Banyak pula yang
menyebut pakan fermentasi ini dengan sebutan silase, atau ada yang ‘sedikit salah’ menyebut
‘esalase‘…maksudnya mungkin sama, yang penting jangan menyebut ‘etalase’ saja….hehe

Baiklah, tanpa panjang lebar lagi  kita lakukan pembuatan pakan ternak ala HCS ini.  Untuk yang
pertama, seperti biasa kita lakukan persiapan-persiapan. Apa saja yang harus dipersiapkan ? Ini
dia…….

1. Persiapan Peralatan

 Terpal, sebagai alas untuk pencampuran bahan


 Timbangan, untuk menimbang bahan.  Jenis timbangan terserah anda.

9
 Gelas ukur plastik. Kemarin saya pakai yang 1000 ml,        
gunanya ya untuk ngukur berapa liter air yang dibutuhkan. Alat lain bisa dipakai,
misalnya pakai gayung ukuran 1 liter. Saya lebih senang pakai ini karena skala volume-
nya lebih jelas.
 Ember plastik kapasitas minimal 5 liter
 Sekop atau alat apa saja yang fungsinya untuk membantu saat pencampuran bahan
 Sprayer, saya memakai sprayer dengan kapasitas 5 liter. Sudah dilengkapi pompa biar ga
pegel tangan. Fungsinya biar nanti larutan SOC bisa tersebar merata.
 Tong plastik atau kantong plastik, untuk tempat fermentasi bahan-bahan
 Golok, atau pisau, atau parang, terserah anda, fungsinya nanti untuk mencacah atau
mengiris gedebog pisang.

2. Persiapan Bahan

Siapkan bahan-bahan sesuai tabel berikut.  Untuk pembuatan pakan dengan jumlah yang
berbeda, jumlah takaran bahan-bahan bisa disesuaikan.

NO NAMA BAHAN JUMLAH (TAKARAN)


1 Pohon Pisang 100  kg
2 Ampas Tahu 15  kg
3 Dedak/katul 3  kg
4 Gula Pasir 100 gram
5 Garam 250 gram
6 SOC HCS 30 cc (3 tutup botol SOC)

3. CARA PEMBUATAN

 Hamparkan terpal di tempat teduh, maksudnya biar kita tidak kepanasan selama
pengerjaan, dan mengurangi resiko rusak atau matinya inokulum.
 Di atas terpal tadi, dengan beralaskan kayu, pohon pisang dipotong-potong sampai
ukuran kurang lebih 3 x 4 cm
 Kemudian campurkan ke dalam pohon pisang yang sudah dipotong-potong tadi masing-
masing ampas tahu dan dedak. Campur dan aduk sampai merata.
 Buat larutan bibit fermentasi dengan cara : 30 cc SOC HCS (3 tutup botol SOC)
dimasukkan ke dalam 1 (satu) liter air, tambahkan 100 gram gula pasir lalu diaduk
sampai larut. Larutan ini kemudian didiamkan selama 15 menit.
 Setelah 15 menit, larutan bibit fermentasi tadi dimasukkan ke dalam 10 liter air (pakai
ember). Aduk sampai larut.
 Larutan baru tersebut kemudian masukkan ke dalam sprayer dan disemprotkan ke dalam
bahan pakan (potongan pohon pisang dkk.) secara merata sambil diaduk.
 Kemudian taburkan 250 gram garam ke dalam bahan sambil diaduk secara merata.
 Langkah terakhir, masukkan bahan pakan tersebut ka dalam tong plastik atau kantong
plastik dan ditutup rapat (kedap udara) selama 1-3 jam.

10
 Setelah selesai, pakan hasil fermentasi tersebut siap diberikan pada ternak kambing atau
domba.

4. KETERANGAN

 Sebelum pakan buatan diberikan pada ternak, terlebih dahulu bersihkan ternak (mandi)
dan kandangnya.  Bila perlu, ternak diberi vitamin B terlebih dahulu atau
dicekok/dicontang dengan 2-3 cc (1 tutup botol) SOC HCS agar nafsu makannya
meningkat.
 Masukkan kambing atau domba ke dalam kandang dan biarkan dulu untuk adaptasi dan
JANGAN DIBERI MAKAN
 Untuk proses adaptasi, pertama-tama berikan pakan buatan dicampur dengan pakan biasa
yang telah disemprot SOC HCS.
 Selama 1 – 7 hari, tiap pagi ternak diberi pakan seperti biasa yang telah disemprot SOC
HCS, sore harinya diberi pakan buatan agar terbiasa.  Selanjutnya akan normal dengan
pakan buatan.
 Pengalaman saya, kecepatan adaptasi kambing atau domba berbeda-beda. Ada yang pada
saat pertama diberi langsung menyukai pakan buatan ini, namun ada pula yang perlu
waktu sampai 2 hari untuk adaptasi sampai benar-benar berpindah ke pakan buatan.
 Satu hal lagi, atur kadar air jangan terlalu tinggi.  Bila terlalu tinggi atau basah, hasil
fermentasi tidak optimal dan kurang tahan lama.

5. MANFAAT PAKAN HASIL FERMENTASI BASAH

 Pakan hasil fermentasi akan lebih mudah dicerna sehingga penyerapan nutrisi bisa
optimal
 Dengan pola ini, kebutuhan nutrisi dalam pakan sudah terpenuhi sehingga pertumbuhan
ternak akan lebih cepat dibandingkan dengan diberi pakan biasa (rumput), biasanya
pertumbuhan 2 – 4 kali meningkat dibandingkan pakan biasa. Rata-rata 2,5 – 14
kg/minggu, sedangkan tanpa SOC rata-rata 2,5 kg/bulan.
 Daging ternak tidak banyak mengandung lemak karena komposisi pakan sudah ideal
 Nutrisi pakan berupa vitamin tercukupi dengan adanya kandungan SOC HCS dalam
pakan
 Limbah kotoran ternak tidak bau seperti kalau diberi pakan biasa. Dengan demikian
lingkungan akan tetap sehat.  Silahkan bandingkan….
 Menghilangkan kebiasaan mencari rumput atau ngarit dan angon.

11

Anda mungkin juga menyukai