Anda di halaman 1dari 10

Dwi S atr i yo Wid od o , 2014 |1

Pengaruh Lama Fermentasi Dan Penambahan Inokulum


Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus fermentum
Terhadap Kualitas Silase Tebon Jagung (Zea mays)

Dwi Satriyo Widodo (10620071)


Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

ABSTRAK
Silase merupakan awetan basah segar yang disimpan dalam sebuah tempat
yang tertutup rapat dan kedap udara, pada kondisi anaerob. Prinsip dasar dari
pembuatan silase adalah fermentasi hijauan oleh mikroba yang banyak
menghasilkan asam laktat. L. plantarum (Lactobacilus plantarum) dan L.
fermentum (Lactobacillus fermentum) termasuk dalam bakteri asam laktat yang
menghasilkan produk berupa asam laktat seperti yang dikehendaki dalam
pembuatan silase. Selain penambahan inokulum lama fermentasi juga
berpengaruh terhadap kualitas silase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh lama fermentasi dan penambahan inokulum L. plantarum dan L.
fermentum sebagai inokulum tunggal maupun campuran. Rancangan percobaan
yang digunakan adalah (RAL) pola dua arah dengan dua faktor perlakuan dan tiga
kali ulangan. Faktor pertama adalah jenis inokulum yang terdiri dari 4 taraf
perlakuan (L0= silase tanpa penambahan inokulum, L1= L. plantarum, L2= L.
fermentum, dan L3= kombinasi antara L. plantarum dan L. fermentum) dan faktor
kedua adalah lama fermentasi terdiri dari 3 taraf perlakuan (J1 = 21 hari, J2 = 28
hari, dan J3 = 35 hari). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan J3L3
(perlakuan dengan lama fermentasi 35 hari dan penambahan inokulum L.
plantarum dan L. fermentum sebagai inokulum campuran) lebih baik dalam
memperbaiki tekstur, aroma/bau, KA, PK dan SK. Nilai dalam menurunkan pH
dan suhu silase serta tidak terdapat jamur.
Kata Kunci : Lama fermentasi, Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus
fermentum, Kualitas silase tebon jagung (Zea mays)
PENDAHULUAN ternak ruminansia, tubuh hewan akan
Pakan merupakan kebutuhan mampu bertahan hidup dan terjamin
utama dalam segala bidang usaha kesehatannya. Hewan juga bisa
ternak, termasuk dalam hal ternak semakin tumbuh menjadi besar dan
ruminansia. Pemberian pakan bertambah berat. Hal ini dikarenakan
dimaksudkan agar ternak ruminansia pakan hijauan ataupun yang berasal
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari biji-bijian mengandung berbagai
sekaligus untuk pertumbuhan dan unsur-unsur zat pakan (Sudarmono,
reproduksi (Djarijah, 1996). 1998).
Pakan hijauan adalah semua Kebutuhan hewan ternak
bahan pangan yang berasal dari ruminansia yang semakin tinggi,
tanaman atau tumbuhan berupa daun- memaksa peternak harus lebih
daunan, terkadang berupa ranting, inovatif dalam pemberian pakan
dan bunga. Dengan adanya pakan hijauan pada hewan ternak. Guna
berupa hijauan yang diberikan pada mengantisipasi jika musim kering

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Dwi S atr i yo Wid od o , 2014 |2

datang dan pakan hijauan akan Dengan demikian penelitian


semakin sulit ditemukan, maka ini dirancang guna mengetahui
peternak memerlukan cara pengaruh lama fermentasi dan
penyimpanan bahan pakan segar atau penambahan inokulum L. plantarum
bahan pakan simpan dalam kurun dan L. fermentum terhadap kualitas
waktu tertentu. Hal ini dapat silase tebon jagung (Zea mays).
dilakukan dengan pengawetan basah
(silase) maupun penawetan kering KAJIAN PUSTAKA
(hay). Sehingga kesulitan mencari Hijau - hijauan merupakan
bahan pakan saat musim kering kebutuhan pakan utama bagi ternak
sudah tidak lagi menjadi kendala ruminansia. Kandungan nutrisi yang
bagi peternak (Yulianto, 2010). cukup didalam hijauan sangat disukai
Tebon jagung (Zea mays) oleh ternak ruminansia, selain itu,
merupakan salah satu bahan pakan juga sangat dibutuhkan bagi
ternak yang ideal sebagai bahan produktivitas ternak ruminansia
pakan ternak yang dapat digunakan (Kurnianingtyas, 2012).
sebagai silase sehingga mudah untuk Setiap harinya ternak
diawetkan dalam proses ensilase. ruminansia harus mendapatkan
Data hasil penelitian pembuatan pakan berupa hijauan atau rumput
silase tanaman jagung, baik uji dan pakan penguat. Pada umumnya
organoleptik maupun uji kimiawi bahan pakan hijauan diberikan dalam
menunjukkan bahwa tanaman jagung jumlah 10% dari berat badannya, dan
sangat ideal bila digunakan sebagai 1% pakan penguat dari berat badan
silase (Kushartono, 2005) (Sudarmono, 2008).
Penggunaan bakteri asam Silase merupakan awetan
laktat L. plantarum 1A-2 dan L. basah segar yang disimpan dalam
plantarum 1BL-2 dengan berbagai silo, sebuah tempat yang tertutup
variasi dan konsentrasi dapat rapat dan kedap udara, pada kondisi
menghasilkan silase dengan kualitas anaerob. Pada suasana anaerob
yang baik pada pembuatan silase tersebut akan mempercepat
rumput gajah (Ratnakomala, 2009). pertumbuhan bakteri anaerob untuk
Penambahan L. fermentum membentuk asam laktat (Mugiawati,
tersebut mampu menurunkan pH dan 2013).
meningkatkan konsentrasi asam Kushartono dan Iriani (2005)
laktat pada saat pembuatan silase. L. menjelaskan bahwa dalam
fermentum merupakan bakteri asam pembuatan silase perlu diperhatikan
laktat dari kelompok bakteri asam beberapa aspek penting yang akan
laktat heterofermentatif (Jalc, 2009). menunjang dalam hal pembuatan
Selain faktor penambahan maupun ketersediaan silase. Aspek
inokulum, lama fermentasi juga tersebut antara lain konsistensi,
berpengaruh terhadap kualitas silase ketersediaan bahan dan harga. Media
karena selama proses fermentasi fermentasi dalam pembuatan silase
akan terjadi perubahan kandungan merupakan faktor penentu yang
nutrisi bahan. paling penting untuk pertumbuhan
mikroba.

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Dwi S atr i yo Wid od o , 2014 |3

Proses Fermentasi Dalam Silase pada silo maka akan terjadi


Menurut Elfering (2010), penurunan kualitas silase atau
proses fermentasi pada silase kerusakan silase.
terdapat 4 tahapan, yaitu : Penelitian Kurnianingtyas
(2012) melaporkan bahwa
1. Fase aerobik, normalnya fase pembuatan silase rumput kalanjana
ini berlangsung sekitar dengan penambahan berbagai macam
beberapa jam yaitu ketika akselerator membutuhkan waktu
oksigen yang berasal dari pemeraman 21 hari untuk
atmosfir dan berada diantara mendapatkan kualitas silase yang
partikel tanaman berkurang. baik. Penelitian yang dilakukan oleh
Oksigen yang berada diantara Ratnakomala (2006) dan Ridwan et
partikel tanaman digunakan al. (2005) menyebutkan bahwa
untuk proses repirasi tanaman, pembuatan silase yang ditambahkan
mikroorganisme aerob, dan bakteri asam laktat membutuhkan
fakultatif aerob seperti yeast dan waktu fermentasi selama 30 hari
Enterobacteria. Sedangkan pembuatan silase dengan
2. Fase fermentasi, fase ini menggunakan daun kelapa sawit
merupakan fase awal dari reaksi membutuhkan waktu 40 hari
anaerob. Fase ini berlangsung fermentasi baru memenuhi kriteria
dari beberapa hari hingga sebagai silase yang bermutu baik
beberapa minggu tergantung dari (Hanafi, 2004).
komposisi bahan dan kondisi Kualitas Silase
silase. Jika proses ensilase Silase dikatakan memiliki
berjalan sempurna maka bakteri kualitas yang baik jika pH
asam laktat sukses berkembang. maksimum 3,8-4,2, kemudian
Bakteri asam laktat pada fase ini memiliki bau seperti buah-buahan
menjadi bakteri predominan dan dan sedikit asam, sangat wangi,
menurunkan pH silase sekitar sehigga terdorong untuk
3,8-5. mencicipinya, kemudian apabila
3. Fase stabilisasi, fase ini digigit terasa manis dan terasa asam
merupakan kelanjutan dari fase seperti yogurt atau yakult, kemudian
kedua. Fase stabilisasi memiliki warna hijau kekuning-
menyebabkan aktivitas fase kuningan. Silase yang baik memiliki
fermentasi menjadi berkurang tekstur kering, namun apabila
secara perlahan sehingga tidak dipegang terasa lembut dan empuk
terjadi peningkatan atau (Direktorat Pakan Ternak, 2012).
penurunan nyata pH, bakteri Kualitas silase yang baik
asam laktat, dan total asam selalu ditunjukkan dengan
4. Fase feed-out atau aerobic didapatkannya pH yang optimum
spoilage phase. Silo yang yaitu antara 3,8-4,2. Kegagalan
sudah terbuka dan kontak dalam pembuatan silase dapat
langsung dengan lingkungan disebabkan oleh beberapa faktor
maka akan menjadikan proses antara lain proses pembuatan yang
aerobik terjadi. Hal yang sama salah, terjadi kebocoran silo sehingga
terjadi jika terjadi kebocoran

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Dwi S atr i yo Wid od o , 2014 |4

tidak tercapai suasana yang anaerob, terhadap keasaman, menghasilkan


(Ratnakomala et al., 2006). bakteriosin, dan berperan sebagai
Tebon Jagung (Zea mays) probiotik (Ohmomo et al., 2002).
Tanaman jagung merupakan Bakteri asam laktat
tanaman yang ideal jika digunakan homofermentatif berperan penting
sebagai bahan baku silase, apabila dalam pembuatan silase yang
seluruh bagian tanaman jagung berkualitas baik. L. plantarum
dibuat silase, maka karbohidrat biasanya berperan sebagai
terlarut yang dibutuhkan untuk mikroorganisme homofermentatif
pertumbuhan bakteri sudah utama dalam fermentasi silase.
mencukupi (Nusio, 2005). Beberapa jenis Lactococcus berperan
Penelitian dari (Kushartono et membentuk lingkungan asam pada
al., 2005) melaporkan bahwa permulaan fermentasi silase dan
pembuatan silase dari tanaman selanjutnya menjadi mikroorganisme
jagung sangat baik dilakukan. Data yang dominan (Ohmomo et al.,
hasil penelitian pembuatan silase 2002).
tanaman jagung menunjukkan pada Salah satu bakteri asam laktat
uji organoleptik silase tanaman heterofermentatif yang digunakan
jagung diperoleh silase yang bersih dalam pembuatan silase adalah L.
tanpa jamur, berbau harum dan fermentum. Penambahan L.
warna tanaman jagung masih segar. fermentum tersebut mampu
Sedangkan pada uji kualitas silase menurunkan pH dan meningkatkan
tanaman jagung secara kimiawi konsentrasi asam laktat pada saat
menunjukkan hasil yang cukup baik, pembuatan silase (Jalc, 2009).
tidak terjadi penurunan nilai gizi, Penggunaan bakteri asam
bahkan kandungan protein, lemak, laktat homofermentatif dan
dan energi lebih tinggi dari rumput heterofermentatif diharapkan mampu
raja. meningkatkan efektifitas dalam
Bakteri Asam Laktat pembuatan silase. Hal tersebut
Bakteri asam laktat didasarkan pada penelitian Filya
diperlukan dalam proses pembuatan (2003) yang melaporkan bahwa
silase hijauan karena berfungsi untuk penggunaan inokulum L. buchneri,
mempercepat terbentuknya asam yang merupakan bakteri asam laktat
laktat pada pembuatan silase heterofermentatif, secara tunggal
sehingga kualitas silase yang maupun dikombinasikan dengan
dihasilkan meningkat. Semakin bakteri asam laktat homofermentatif
banyak penambahan bakteri asam dapat meningkatkan stabilitas aerob
laktat dalam pembuatan silase maka silase dengan penghambatan pada
semakin cepat proses ensilase aktivitas yeast atau khamir.
(Mugiawati, 2013).
Karakteristik dasar yang METODE PENELITIAN
harus dimiliki oleh inokulum bakteri Penelitian tentang Pengaru
asam laktat dalam ensilase adalah Lama Fermentasi Dan Penambahan
mampu beradaptasi pada bahan Inokulum Lactobacillus plantarum
dengan kadar air tinggi, suhu dan Lactobacillus fermentum
lingkungan yang tinggi, toleransi Terhadap Kualitas Silase Tebon

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Dwi S atr i yo Wid od o , 2014 |5

Jagung (Zea mays) ini bersifat e. Untuk mencapai kondisi anaerob


eksperimental yang menggunakan dilakukan pemadatan dan silo
Rancangan Acak Lengkap dengan ditutup rapat.
dengan dua faktor perlakuan dan 3 f. Dilakukan pemeraman selama 21
kali ulangan. Faktor pertama adalah hari, 28 hari, dan 35 hari.
jenis inokulum yang terdiri dari 4 Data yang diperoleh
taraf perlakuan. selanjutnya dianalisis dengan
Variabel yang digunakan menggunakan uji Two-way
dalam penelitian ini terdiri dari 3 ANOVA. Bila hasil uji ANOVA
variabel yang meliputi: variabel tersebut menunjukan hasil yang
bebas, variabel terikat, dan variabel signifikan maka dilakukan pengujian
kontrol. Variabel bebas dalam lanjut dengan Uji Jarak Duncan.
penelitian ini adalah inokulum
Lactobacillus plantarum dan HASIL DAN PEMBAHASAN
Lactobacillus fermentum dengan Ringkasan Uji Jarak Duncan
beberapa jumlah inokulum yang atau DMRT (Duncan Multiple Range
berbeda, yaitu: 0,5% dan 1%; Test) %KA dengan taraf signifikansi
sedangkan variabel terikat yang 5%.
digunakan adalah perubahan warna, No. Perlakuan %KA Notasi
tekstur, aroma/bau, tumbuhnya 1. J1L0 38.81 a
o
jamur, suhu silase ( C), pH silase 2. J1L1 40.81 b
(0C), protein kasar (% PK), serat 3. J1L2 41.57 c
kasar (% SK) dan kadar air (%KA), 4. J1L3 42.47 d
dan variabel kontrolnya adalah tebon 5. J2L0 43.30 d
jagung tanpa penambahan inokulum 6. J2L1 45.66 e
bakteri asam laktat. 7. J2L2 47.15 f
Pembuatan silase dilakukan 8. J2L3 49.68 g
melalui beberapa tahapan berikut 9. J3L0 49.74 g
(Ratnakomala, 2006): 10. J3L1 52.25 h
a. Silase dibuat dari tebon jagung 11. J3L2 54.92 i
yang dicacah menggunakan
12. J3L3 56.76 j
copper dengan ukuran 3-5 cm
Keterangan: Angka - angka yang
kemudian dilayukan selama 20
diikuti dengan huruf yang sama pada
jam.
kolom yang sama menunjukkan
b. Setiap sampel dibuat sebanyak 0.5
bahwa tidak berbeda nyata
kg.
berdasarkan uji Duncan5%.
c. Silase yang sudah dibuat
Uji DMRT 5% menunjukkan
dimasukkan ke dalam silo
J3L3 berbeda nyata terhadap seluruh
(plastik/stoples).
perlakuan. Hal ini dapat dilihat pada
d. Inokulum bakteri L. plantarum
notasi, huruf yang berbeda
dan L. fermentum diberikan
menunjukkan adanya perbedaan
dengan cara disemprotkan secara
nyata pada perlakuan. Sedangkan
berlapis-lapis sedikit demi sedikit
J1L3 tidak berbeda nyata dengan
pada saat hijauan dimasukkan ke
J2L0 dan J2L3 tidak berbeda nyata
dalam silo (plastik/stoples).
dengan J3L1. Penelitian
menunjukkan bahwa lama fermentasi

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Dwi S atr i yo Wid od o , 2014 |6

35 hari dan dengan penambahan berbeda nyata dengan J3L1 tidak


inokulum L. plantarum dan L. berbeda nyata dengan J3L1.
fermentum sebagai inokulum Penelitian menunjukkan bahwa lama
campuran mampu menghasilkan fermentasi 35 hari dan dengan
prosentase kadar air tertinggi dengan penambahan inokulum L. plantarum
56.76%. dan L. fermentum sebagai inokulum
Mc Donald (1981) yang campuran mampu menghasilkan
menjelaskan bahwa selama proses prosentase protein kasar tertinggi
ensilase berlangsung akan terjadi dengan 14.7%.
penurunan pada pada kandungan Reaves (1963) menjelaskan
bahan kering (BK) hal ini berdampak bahwa selama proses ensilase bakteri
pada peningkatan kadar air yang asam laktat yang ada pada hijauan
disebabkan oleh proses ensilase yang akan memanfaatkan hijauan sebagai
pertama dimana respirasi masih sumber enegi dan menghasilkan
berlangsung, glukosa diubah menjadi asam-asam organik terutama asam
CO2, H2O dan panas. laktat, sehingga protein mengalami
Ringkasan Uji Jarak Duncan perombakan.
atau DMRT (Duncan Multiple Range Ringkasan Uji Jarak Duncan
Test) %PK dengan taraf signifikansi atau DMRT (Duncan Multiple Range
5%. Test) %SK dengan taraf signifikansi
No. Perlakuan %PK Notasi 5%.
1. J1L0 6.52 a No. Perlakuan %SK Notasi
2. J1L1 9.61 d 1. J1L0 9.6 l
3. J1L2 10.54 e 2. J1L1 8.1 i
4. J1L3 11.88 fg 3. J1L2 7.4 g
5. J2L0 7.57 b 4. J1L3 6.8 e
6. J2L1 11.53 f 5. J2L0 8.9 k
7. J2L2 12.22 g 6. J2L1 7.7 h
8. J2L3 13.22 h 7. J2L2 6.5 d
9. J3L0 8.50 c 8. J2L3 5.9 b
10. J3L1 12.17 g 9. J3L0 8.6 j
11 J3L2 13.69 i 10. J3L1 7.1 f
12 J3L3 14.7 j 11. J3L2 6.2 c
Keterangan: Angka-angka yang 12. J3L3 5.7 a
diikuti dengan huruf yang sama pada Keterangan: Angka-angka yang
kolom yang sama menunjukkan diikuti dengan huruf yang sama pada
bahwa tidak berbeda nyata kolom yang sama menunjukkan
berdasarkan uji Duncan5%. bahwa tidak berbeda nyata
Uji DMRT 5% menunjukkan berdasarkan uji Duncan5%.
J3L3 berbeda nyata terhadap seluruh Uji DMRT 5% menunjukkan
perlakuan. Hal ini dapat dilihat pada J3L3 berbeda nyata terhadap seluruh
notasi, huruf yang berbeda perlakuan. Hal ini dapat dilihat pada
menunjukkan adanya perbedaan notasi, huruf yang berbeda
nyata pada perlakuan. Sedangkan menunjukkan adanya perbedaan
J1L3 tidak berbeda nyata dengan nyata pada perlakuan. Penelitian
J2L1 dan J2L2. J2L2 juga tidak menunjukkan bahwa lama fermentasi

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Dwi S atr i yo Wid od o , 2014 |7

35 hari dan dengan penambahan

kekuning

tidak ada
inokulum L. plantarum dan L.

Lunak

manis
asam
J1L3
hijau
fermentum sebagai inokulum

an
campuran mampu menghasilkan
prosentase serat kasar terendah

kekuning
dengan 5.7%.

Sedikit
Lunak

Asam
J2L0
hijau
Pembuatan silase dengan

an
memanfaatkan bakteri asam laktat
sebagai inokulum tambahan bakteri

kekuning

tidak ada
asam laktat dapat mengikat selulose

Lunak

tajam
asam
J2L1
hijau
dalam pakan yang mengandung serat

an
kasar sehingga akan menurunkan
ikatan lignin dan dapat meningkatkan

kekuning

tidak ada
daya cerna (McDonald, 1981).

Lunak

tajam
Ratnakomala (2009) menambahkan

asam
J2L2
hijau

an
hidrolisa asam hemiselulase
merupakan reaksi kimiawi yang

kekuning

tidak ada
memecah selulose didalam dinding

Lunak

tajam
sel tanaman yang disebabkan oleh

asam
J2L3
interaksi dengan ion hidrogen hijau

an
didalam silase. kekuning
Hasil pengamatan secara

Sedikit
Lunak
organoleptik pada silase tebon

Asam
J3L0
hijau

jagung (Zea mays) ditinjau dari


an

beberapa aspek meliputi warna,


kekuning

tidak ada
tekstur, suhu, bau, dan ada atau
Lunak

tidaknya jamur selama proses


tajam
asam
J3L1
hijau

fermentasi berlangsung
an
Perlakuan

kekuning

tidak ada
Tekstur
Warna

Jamur

Lunak

tajam
asam
J3L2
hijau
Bau

an
kekuning

kekuning

tidak ada
Sedikit
Lunak

manis

Lunak
asam
J1L0
hijau

tajam
asam
J3L3
hijau
an

an
kekuning

Hasil pengamatan organleptik


tidak ada

menunjukkan bahwa silase berwarna


Lunak

manis
asam
J1L1
hijau

hijau kekuningan, tekstur lunak,


an

berbau asam baik asam yang seperti


buah, maupun asam yang tajam, dan
kekuning

tidak ada

tidak terdapat jamur. Pada penelitian


Lunak

manis
asam
J1L2
hijau

menunjukkan beberapa perlakuan


an

terdapat sedikit jamur hal ini diduga

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Dwi S atr i yo Wid od o , 2014 |8

akibat penutupan silo yang kurang dibawah suhu lingkungan.


rapat. Sebaliknya apabila suhu silase
Hasil pengamatan pH dan melebihi suhu lingkungan 5-100C
0
suhu ( C) silase tebon jagung (Zea berarti diduga silase telah
mays). terkontaminasi mikroorganisme lain
Perlakuan pH silase Suhu seperti kapang dan jamur (Ridwan,
silase 2005)
(0C)
J1L0 3.88 26 PENUTUP
J1L1 3.77 26
J1L2 3.89 26 Kesimpula n
J1L3 3.78 26 Berdasarkan data hasil
J2L0 3.79 25 penelitian yang diperkuat dengan
J2L1 3.81 25 pembahasan maka dapat ditarik
J2L2 3.91 25 kesimpulan berupa :
J2L3 3.83 25 Lama fermentasi 35 hari lebih
J3L0 3.76 25 baik dari pada menggunakan lama
J3L1 3.83 25 fermentasi 21 hari dan 28 hari dalam
J3L2 3.67 25 meningkatkan kualitas silase tebon
J3L3 3.75 25 jagung (Zea mays). Penambahan
Pada penelitian ini inokulum L. plantarum dan L.
didapatkan Interval pH antara 3,67- fermentum lebih baik digunakan
3,89 bisa dikatakan sangat baik sebagai inokulum campuran daripada
mengacu pada Wilkins (1988) yang inokulum tunggal dalam
menyebutkan bahwa kualitas silase meningkatkan kualitas silase tebon
berdasarkan pH dikategorikan jagung (Zea mays).
menjadi 4 golongan, silase dikatakan
baik sekali jika (pH 3,2-4,2), baik Saran
(pH 4,2-4,5), sedang (pH 4,5-4,8) Berdasarkan penelitian yang
dan buruk jika (pH >4,8) telah dilakukan dapat dikemukakan
(Santoso, 2009) yang saran sebagai berikut :
menjelaskan dengan penambahan
bakteri asam laktat dapat 1. Perlu adanya penelitian lanjutan
mempercepat laju fermentasi dan tentang pembuatan starter cair
mempercepat penurunan pH dengan dengan menggunakan bakteri
memanfaatkan monosakarida seperti asam laktat L. plantarum dan L.
glukosa dan fruktosa sehingga terjadi fermentum sebagai inokulan.
akumulasi asam laktat. Hasil reaksi 2. Perlu adanya penambahan lama
aerob yang terjadi pada awal proses fermentasi dalam perlakuan
ensilase, silase menghasilkan asam guna mengetahui batas
lemak volatile yang menjadikan pH maksimum aktivitas bakteri
turun. asam laktat sebagai inokulan
pada penelitian kali ini suhu
didapatkan antara 240C-250C. Silase
dikatakan berhasil baik jika suhu
silase masih beberapa derajat

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Dwi S atr i yo Wid od o , 2014 |9

DAFTAR PUSTAKA fermentation Parameters in


Grass Silage. Czech J.
Anim. Sci. 54 (2): 84-91
[Direktorat Pakan Ternak]. 2012.
Pedoman Umum Pengembangan Kurnianingtyas, I.B., Pandansari,
Lumbung Pakan Ruminansia. P.R., Astuti, I., Widyawati,
Jakarta: Direktorat Jenderal S.D., dan Suprayogi, W.P.S.
Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012. Pengaruh Macam
Akselerator terhadap
Djarijah, Abbas Siregar. 1996. Kualitas Fisik, Kimiawi,
Usaha Ternak Sapi. dan Biologis Silase Rumput
Yogyakarta: Kanisius Kolonjono. Tropical Animal
Husbandry. 1 (1): 7-14
Elferink, SJWHO, Driehuis, F.,
Gottschal, J.C., dan Kushartono, B. dan Iriani, N. 2005.
Spoelstra, S.F. 2010. Silage Silase Tanaman Jagung
Fermentation Processes and Sebagai Pengembangan
Their Manipulation. Sumber Pakan Ternak .
Netherlands: Food Prosiding Temu Teknis
Agriculture Organization Nasional Tenaga
Press Fungsional Pertanian.
Bogor : Balai Penelitian
Filya, I, 2003. The Effect of Ternak
Lactobacillus buchneri and
Lactobacillus plantarum on McDonald, P, 1981, The
the fermentation, aerobic Biochemistry of Silage. John
stability, and ruminal willey and sons, Ltd.
degradability of low dry Chichester. New York.
matter corn and sorghum Brisbane. Toronto
silages. Journal Dairy Mugiawati, R.E. 2013. Kadar Air
Science. 86: 3575-3578 dan pH Silase Rumput
Gajah pada Hari ke-21
Hanafi, Diana Nevy. 2004. dengan Penambahan Jenis
Perlakuan Silase dan Aditif dan Bakteri Asam
Amoniasi Daun Kelapa Laktat. Jurnal Ternak
Sawit Sebagai Bahan Pakan Ilmiah. 1 (1): 201-207
Baku Domba. FAKULTAS
PERTANIAN PROGRAM Nusio, L.G. 2005. Silage Production
STUDI PRODUKSI
From Tropical Forages. In :
TERNAK UNIVERSITAS
SUMATRA UTARA Silage Production And
Utilization. Wageningen
Jalc, D. 2009. The Use of Bacterial Academic Publication
Inoculants for Grass Silage: Wagenigen
Their Effects on Nutrient
Composition and

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
D w i S a t r i y o W i d o d o , 2 0 1 4 | 10

Ratnakomala, S., Ridwan, R., Pengaruh Penambahan


Kartina, G., dan Widyastuti, Dedak Padi dan
Y. 2006. Pengaruh Lactobacillus plantarum
Inokulum Lactobacillus 1BL-2 dalam Pembuatan
plantarum 1A-2 dan 1B-L Silase Rumput Gajah
terhadap kualitas Silase (Pennisetum purpureum).
Rumput Gajah (Pennisetum Media Peternakan. 28 (3):
purpureum). Jurnal 117-123
Biodiversitas. 7 (2): 131-
134 Sudarmono, A.S. dan Sugeng, Y.B.
2008. Sapi Potong Edisi
Ratnakomala, Shanty . 2009. Revisi. Semarang: Penebar
Menabung Hijauan Pakan Swadaya
Ternak Dalam Bentuk
Silase. Jurnal Biotrend/ Wilkins, R.J. 1988. The Preservation
vol. 4/ no.1 of Forage In: E.R. Orskov
(Ed). Feed Science. Elsevier
Reaves.P.M., 1963. Dairy Cattle Science Publisher BV,
Feeding And Management, Amsterdam
John Willey and sons, Inc,
New york Yulianto, P. dan Saparinto, C. 2010.
Pembesaran Sapi Potong
Ridwan, R., Ratnakomala, S., Secara Intensif. Depok:
Kartina, G., dan Penebar Swadaya.
Widiyastuti, Y. 2005.

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Anda mungkin juga menyukai