Anda di halaman 1dari 17

EVALUASI KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK, pH, Aw DAN WSS SILASE Indi

gofera sp. YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN Zea mays DAN ATAU Pennistitum
purpureum cv. Mott UNTUK PAKAN RUMINANSIA

USULAN PENELITIAN

Oleh:
VANIA KARTIKA BERLIYANTI

PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
EVALUASI KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK, pH, Aw DAN WSS SILASE
Indigofera sp. YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN Zea mays DAN ATAU Penn
istitum purpureum cv. Mott UNTUK PAKAN RUMINANSIA

Oleh :

VANIA KARTIKA BERLIYANTI


23010118120028

Disetujui oleh :
Dosen Wali Dosen Pembimbing Utama

Drh. Fajar Wahyono. M. P. Dr. Ir. Retno Iswarin Pujaningsih, M. Agr. Sc.
NIP. 19580204 198603 1 003 NIP. 19670223 199303 2 001

Usulan ini telah terdaftar di progam Studi Peternakan


No : …………………………………………
Tanggal : …………………………………............

Ketua Progam Studi S1 Peternakan Pembimbing Anggota

Dr. drh. Enny Tantini Setiatin, M.Sc. Dr. Ir. Baginda Iskandar M. T. M. Si., IPM
NIP. 19610912 1999003 2 002 NIP. 19630220 198902 1 004
JUDUL : EVALUASI KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK, pH, Aw DAN WSS
SILASE Indigofera sp YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN Zea mays DAN
ATAU Pennistitum purpureum cv. Mott UNTUK PAKAN RUMINANSIA

I. LATAR BELAKANG

Pakan adalah asupan yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi

kebutuhan yang diperlukan untuk perkembangan dan reproduksi. Pakan ruminansia

terdiri dari hijauan dan konsentrat. Hijauan merupakan faktor yang penting untuk

mencukupi kebutuhan ternak ruminansia. Hijauan pakan ternak dapat berasal dari

rumput, legum, limbah pertanian dan tumbuhan lainnya (Azahari et al., 2019). Pakan

yang termasuk dalam kategori hijauan makanan ternak (HMT) adalah pakan yang

mengandung nilai gizi yang sesuai kebutuhan ternak ruminansia. Tujuan

diberikannya hijauan untuk ternak yaitu untuk meningkatlan produktivitas dan

reproduksi ternak khususnya ruminansia. Permasalahan yang sering dihadapi

peternak adalah kualitas pakan yang rendah terutama pada kandungan nutrien

didalamnya.

Salah satu metode mempertahankan kualitas pakan dapat diolah dengan

metode pengawetan seperti misalnya silase. Silase merupakan salah satu pakan

hijauan ternak yang dihasilkan melalui proses fermentasi oleh bakteri asam laktat

(BAL) (Holik et al., 2019). Kualitas silase dapat ditentukan dengan uji organoleptik

yang meliputi warna, aroma, tekstur dan keberadaan jamur. Proses pembuatan silase

akan berjalan dengan optimal apabila diberi penambahan akselerator yang dapat

berupa inokulum bakteri asam laktat yang memiliki fungsi yaitu untuk membuat

suasana asam pada silase, mempercepat proses ensilage, menghampat pertumbuhan


bakteri pembusuk dan jamur. Prinsip dasar pembuatan silase yaitu fermentasi hijauan

oleh mikroba yang banyak menghasilkan bakteri asam laktat (BAL). Bakteri asam

laktat dapat diperoleh dari limbah kubis yang digunakan sebagai starter fermentasi

karena memiliki kandungan asam dan mikroba menguntungkan Penambahan hijauan

yang berkualitas akan meningkatkan nilai nutrisi silase.

Indigofera sp. adalah tanaman pakan untuk ternak yang termasuk ke dalam

leguminosa pohon yang memiliki potensi dan produktivitas yang tinggi serta

kandungan nutrien yang baik serta tahan terhadap pada tanah kering, genangan, tanah

berkadar garam tinggi dan tanah masam (Ering et al., 2019). Tanaman indigofera

dapat bertahan hidup dan berproduksi pada taraf cekaman kekeringan berat yang

dapat dikembangkan diwilayah iklim kering untuk mengatsi masalah keterbatasan

pakan terutama saat musim kemarau. Indigofera memiliki kandungan protein yang

tinggi bersifat basa serta serat yang rendah akan menyebabkan masalah mengenai

buffering capacity dimana pH silase sulit turun akibat sifat basa N

(Kurniawan et al., 2018).

Jagung (Zea mays) adalah salah satu bahan pakan ternak yang dapat

digunakan sebagai silase sehingga mudah untuk diawetkan. Rumput odot

(Pennisetum purpureum cv. Mott) merupakan salah satu jenis rumput yang unggul

yang memiliki produkivitas dan kandungan nutrisi yang tinggi yang dapat dijadikan

pakan ternak dalam bentuk silase. Penambahan hijauan jagung atau rumput odot

pada silase indigofera diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kontinuitas pakan

ternak ruminansia (Lestari et al., 2021).


Kualitas silase dapat dilihat dengan melakukan uji organoleptik, pH, Aw dan

WSS. Uji organoleptik dapat dilakukan dengan melihat warna, mencium aroma dan

meraba tekstur yang bertujuan untuk mendapatkan awetan hijuan yang berkualitas.

Karakteristik silase yang baik tidak menggumpal, berjamur, berbau busuk, dan

tekstur yang lembek (Kojo et al., 2015). Selain uji organoleptik juga dapat dilihat

dari pH atau derajat keasaman, yang optimum untuk silase yaitu 3,5-4,2. Aktivias air

(Aw) yang merupakan tempat pertumbahan bagi mikroba, jika nilai Aw tinggi maka

terdapat mikroorganisme yang berbahaya dan juga dapat dilihat dari WSS (Water

Soluble Substance) yang merupakan bahan terlarut yang terukur. Tingkat

keberhasilan pembuatan silase yaitu adanya gula terlarut yang cukup karena jika

kurangnya kadar gula terlarut pada proses ensilase akan mengakibatkan BAL

kekurangan asupan energi untuk melakukan aktivitasnya, dan akan menggunakan

hijauan sebagai sumber energi sehingga berakibat berkurangnya kandungan nutrisi

pada hijauan (Bira et al., 2020).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka silase indigofera yang

dikombinasikan dengan hijauan jagung dan rumput odot perlu dikaji dan dievaluasi

kualitasnya yaitu secara organoleptik, pH, Aw dan WSS. Penelitian ini bertujuan

untuk mengkaji kualias silase indigofera yang dikombinasikan dengan hijauan

jagung dan atau rumput odot untuk pakan ruminansia. Manfaat penelitian ini adalah

memperoleh pengetahuan, wawasan serta ilmu mengenai awetan hijauan pakan yang

berkualitas yang berasal dari silase indigofera yang dikombinasi bersama hijauan

jagung dan atau rumput odot untuk pakan ruminansia.


II. TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kualitas hijauan silase seperti

organoleptik, pH, Aw (water activity) dan WSS (Water Soluble Substance) silase

indigofera yang dikombinasi bersama hijauan jagung dan atau rumput odot untuk

pakan ruminansia.

III. MANFAAT

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu mendapatkan

pengetahuan, wawasan serta ilmu mengenai awetan hijauan pakan yang berkualitas

yang berasal dari silase indigofera yang dikombinasi bersama hijauan jagung dan

atau rumput odot untuk pakan ruminansia.

IV. TINJAUAN PUSTAKA

IV.1. Silase Indigofera

Silase merupakan cara pengawetan hijauan dalam bentuk segar yang

difermentasi secara anaerob (Barokah et al., 2017). Prinsip dari pembuatan silase

yaitu menjaga kondisi anaerob dalam silo dengan cara dipadatkan semaksimal

mungkin (Hidayat, 2014). Kelebihan pakan yang dibuat silase yaitu pakan tahan

lama atau awet, tidak memerlukan pengeringan serta meminimalkan kerusakan zat

gizi dalam pakan (Suwitary et al., 2018). Indigofera merupakan leguminosa yang

dapat diolah menjadi silase dengan menggunakan bakteri asam laktat (BAL) yang
memiliki kandungan protein kasar tinggi yang bersifat basa serat yang rendah

namun, akan menyebabkan masalah pada buffering capacity yang merupakan kondisi

dimana pH silase sulit turun akibat sifat basa N (Kurniawan et al., 2018).

IV.2. Hijauan Jagung (Zea mays)

Tanaman jagung (Zea mays) termasuk kedalam jenis rumput-rumputan

berpotensi menjadi pakan ternak karena memiliki kandungan nutrisi yang baik yang

merupakan sumber serat, produksi yang tinggi serta ketersediaan yang kontinyu

(Farda et al., 2020). Tidak semua bagian dari tanaman jagung mempunyai palabilitas

serta daya cerna yang tinggi, maka diperlukan perlakuan biologis (Lutfiady et al.,

2016). Pemanfaatan hijauan jagung dapat diolah menggunakan teknologi serta

perlakuan biologis yaitu dapat berupa hay, amoniasi dan silase (Mayasari et al.,

2013).

IV.3. Rumput Odot (Pennisetum purpureum cv.Mott)

Rumpu odot yang dikenal dengan rumput gajah mini adalah rumput yang

memiliki kandungan nilai gizi dan palabilitas yang cukup tinggi untuk ternak

(Kurniati et al., 2021). Rumput odot memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi

dibandingkan dengan rumput gajah sehingga dapat dijadikan pakan ternak

ruminansia berupa silase (Wati et al., 2018). Pengolahan rumput gajah mini atau

rumput odot dengan cara dibuat silase merupakan upaya yang dilakukan pada saat

produksi ruput tersebut melimpah sehingga dapat dimanfaatkan pada musim kemarau

(Sirait, 2017).
IV.4. Organoleptik Silase

Kualitas silase dapat diketahui dengan cara pengujian organoleptik pada

silase tersebut (Detha et al., 2018). Uji organoleptik dapat berupa pengujian warna,

pengujian aroma, pengujian tekstur pada silase, untuk mendapatkan awetan hijuan

yang berkualitas dapat dilakukan dengan cara penambahan starter bakteri asam laktat

(Kurniawan et al., 2015). Starter adalah bahan tambahan yang digunakan pada awal

proses fermentasi (Prayitno et al., 2014). Starter bakteri asam laktat dapat berasal

dari limbah sayuran kubis yang digunakan sebagai starter fermentasi karena memiliki

kandungan asam dan mikroba menguntungkan sehingga menyebabkan asam lebih

cepat diproduksi dan dapat berperan menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk

(Utama dan Mulyanto, 2009). Penambahan bakteri asam laktat yang tinggi dalam

pembuatan silase maka akan semakin cepat pula proses ensilase (Sumarsih, 2015).

Karakteristik silase yang baik yaitu tidak menggumpal, berjamur, berbau busuk, dan

tekstur yang lembek (Kojo et al., 2015).

IV.5. Aw (Aktivitas Air)

Aktivitas air adalah air bebas yang menunjang pertumbuhan mikroba dan

berhubungan dengan kualiatas pakan, jika nilai Aw kecil maka akan kecil pula daya

tahan bahan akibat tumbuhnya mikrooganisme (Wulandari et al., 2020). Jika nilai

pada Aw sekitar 0,70-0,75 maka terdapat mikroorganisme berbahaya yang tumbuh

dan beracun serta dapat disebut tidak aman (Yatno dan Purwanti, 2010). Aktivitas air

(Aw) dapat dipengaruhi oleh garam karena dapat mengendalikan pertumbuhan

mikroorganisme pada bahan (Utama dan Mulyanto, 2009).


IV.6. WSS (Water Soluble Substance)

WSS (Water Soluble Substance) umunya bahan terlarut yang terukur,

kurangnya kadar gula terlarut pada proses ensilase mengakibatkan BAL kekurangan

asupan energi untuk melakukan aktivitasnya, sehingga akan menggunakan hijauan

sebagai sumber energi dan berakibat berkurangnya kandungan nutrisi pada hijauan

(Bira et al., 2020). Dalam bakteri asam laktat (BAL) terdapat bahan terlarut yang

merupakan hasil dari perombakan selulosa oleh bakteri selulolitik (Wulandari et al.,

2014).

V. MATERI DAN METODE

Penelitian dengan judul “Evaluasi Karakteristik Organoleptik, pH, Aw dan WSS Sila

se Indigofera Sp. yang Dikombinasikan Dengan Zea Mays dan atau Pennistitum Pur

pureum Cv. Mott Untuk Pakan Ruminansia” dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus

2021 di Laboratorium Ilmu Nutrisi Pakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian

Universitas Diponegoro, Semarang.

V.1. Materi

Materi yang digunakan adalah starter berupa bakteri asam laktat dari

fermentasi limbah kubis dan garam dapur, indigofera (Indigofera Sp.) yang dipanen

pada tinggi pohon 1,5 m dengan interval pemotongan 60 hari, hijauan jagung (Zea

Mays) yang dipanen pada umur 8 minggu, rumput odot (Pennisetum Purpureum Cv.

Mott) yang dipanen pada umur 6 minggu dan molases. Peralatan yang digunakan

yaitu chopper, timbangan analitik, wadah toples, lakban, blender, alat tulis kertas
pH, Aw meter dan kuisioner penilaian organoleptik. Pengujian organoleptik,

pengisian data dilakukan dengan menggunakan 20 panelis semi terlatih.

Metode

Tahap pertama adalah pembuatan starter dari limbah kubis. Bahan baku

pembuatan starter dari limbah kubis diperoleh dipasar, kemudian limbah kubis dicuci

serta dibersihkan dan dipotong-potong selanjutnya, ditambahkan starter 10% yang

meliputi BAL 2%, molasses 3% dan dedak 5% serta garam 2,5%. Setelah

ditambahkan starter dan garam dan di masukan kedalam wadah toples, selanjutnya

diperam selama 5 hari kemudian disaring untuk memisahkan ampasnya dan larutan

starter dari limbah kubis siap digunakan. Komposisi bahan penyususun starter yang

digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Bahan Starter Limbah Kubis


Komposisi Jumlah
Limbah Kubis (Segar) 15 kg
Garam 175 gr
Air 1,2 L

Tahap kedua yaitu pembuatan silase, diawali dengan indigofera (Indigofera

Sp.), hijauan jagung (Zea mays) dan rumput odot (Pennisetum Purpureum Cv. Mott)

dipotong-potong, kurang lebih 3-5 cm kemudian dilayukan selama kurang lebih 24

jam untuk menurunkan kadar air sehingga dapat dilakukan proses ensilase.

Pencampuran bahan dengan starter dari limbah fermentasi kubis dilakukan sesuai

dengan perlakuan yang sudah ditentukan sampai bahan tercampur dengan homogen.

Proses ensilase dilakukan dengan cara bahan yang sudah dicampur dengan starter

dimasukan ke dalam wadah stoples (silo), selanjutnya dipadatkan untuk


meminimalisirkan udara di dalamnya kemudian wadah toples (silo) diberi lakban.

Silase disimpan pada ruang penyimpanan agar terhindar dari sinar matahari langsung

selama 21 hari.

Tahap ketiga adalah tahap pengambilan data dilakukan dengan sebelumnya sa

mpel sudah ditandai disetiap perlakuan dan ulangannya pada masing – masing sampe

l. Selanjutnya dilakukan analisis organoleptik berupa bau, tekstur, warna,

pengumpulan data organoleptik dilakukan dengan uji panel. Panelis uji organoleptik

sebanyak 20 orang Fakultas Peternakan UNDIP dan pengukuran pH dapat dilakukan

dengan cara kertas pH dimasukan kedalam silase.

Tabel 2. Skor Penilaian Pengujian Fisik Organoleptik

Warna Tekstur Aroma Penampakan

Kuning kecoklat = 4 Sangat = 4 Asam sega = 4 Tidak ada jamu =4


an Lembek r r
Coklat = 3 Sedang = 3 Agak asam = 3 Terdapat sediki =3
t jamur
Coklat kehitama = 2 Kasar = 2 Busuk = 2 Terdapat banya =2
n k pada permuk
aan
Hitam = 1 Sangat k = 1 Sangat bus = 1 Banyak terdapa =1
asar uk t di semua titik

Analisis Aw pada silase dilakukan dengan cara hidupkan alat Aw meter sampai

posisi ready. Kemudian sampel diletakkan kedalam Aw meter. Tekan tombol start

dan tunggu hingga konstan atau alat Aw meter berbunyi.

Analisis WSS dapat dilakukan dengan cara indigofera di blender hingga

berubah tekstur menjadi halus kemudian dilakukan penimbangan menggunakan

timbangan analitik. Kemudian indigofera yang sudah ditimbang satu gram sampel
dimasukan kedalam labu erlenmeyer 100 ml ditambahkan 80 ml air suling, dan

ditutup dengan alumunium foil selanjutnya, diinkubasi pada 80˚C. Setelah 3 jam

inkubasi, ditambahkan air hingga 100 ml dan campuran disaring dengan kertas

saring. Kemudian residu dikeringkan untuk diambil sebagai zat yang tidak dapat

larut. Dapat dihitung dengan rumus :

( A × BKo)−( B × BKt)
Bahan terlarut (%) = × 100 %
( A × BK )

Keterangan :

A = Berat sampel sebelum inkubasi

B = Berat sampel setelah inkubasi

BKo = Bahan kering sebelum inkubasi

BKt = Bahan kering setelah inkubasi

V.2. Analisis Data

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RA

L) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan, perlakuan yang diterapkan yaitu sebagai berik

ut:

T1 = silase indigofera tanpa dikombinasikan dengan hijauan lainnya atau

perlakuan kontrol

T2 = 30% silase indigofera + 70% hijauan jagung

T2 = 50% silase indigofera + 50% hijauan jagung


T3 = 50% silase indigofera + 50% rumput odot

T4 = 30% silase indigofera + 70% rumput odot

Model Linear

Yij = μ + τi + εij ; i = perlakuan (0,1,2,3,4)

j = ulangan (1,2,3,4)

Keterangan:

Yij = Organoleptik silase dari hasil kombinasi ke-I pada ulangan ke-j
μ = Nilai tengah umum

τi = Pengaruh perlakuan kombinasi silase pada taraf ke-i


εij = Pengaruh galat percobaan pada silase kombinasi ke-I pada ulanagan ke-j
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis ragam atau ANOVA

dan apabila terdapat pengaruh pada perlakuan akan dilanjutkan dengan uji beda

wilayah ganda Duncan pada taraf 5%.

Hipotesis Statistik

H0 = τ1 = τ2 =...= τ5 = 0 ; tidak ada pengaruh perlakuan kombinasi hijauan silase

indigofera (Indigofera sp.) dikombinasi bersama hijauan jagung (Zea mays) atau

rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) dengan penambahan bakteri asam

laktat.

H1 = minimal ada satu τi ≠ 0 ; minimal ada satu pengaruh perlakuan kombinasi

hijauan silase indigofera (Indigofera sp.) dikombinasi bersama hijauan jagung (Zea

mays) atau rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) dengan penambahan

bakteri asam laktat.


Kriteria Pengujian Analisis Statistik :

Jika F hitung > 0,05 maka H0 diterima atau H1 ditolak

Jika F hitung ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima

Jadwal Penelitian

Juni Juli Agustus


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1 Persiapan
2. Pembuatan Silase
3 Pengambilan Data
Analisis
4
Laboratorium
5 Pengolahan Data
DAFTAR PUSTAKA

Azahari, D. H., A. F. Suddin., H. J. Purba dan R. Elizabeth. 2019. Revitalisasi


manajemen pakan mememnuhi HMT ruminansia. J. UNES. 4(10): 69-84.

Barokah, Y., A. Ali dan E. Erwan. 2017. Nutrisi silase pelepah kelapa sawit yang
ditambah biomassa indigofera. J. Ilmu-Ilmu Peternakan. 20(2): 59-68.

Bira, G. F., P. K. Tahuk dan T. Sean. 2020. Pengaruh penggunaan jenis hijauan
berbeda pada pembuatan silase komplit terhadap kendungan nutrisi yang
dihasilkan. J. Tropical Animal Science an Technology. 2(1):43-51.

Detha, A., F. U. Datta., E. Beribe., N. Foeh dan N. Ndaong. 2018. Efektivitas bakteri
asam laktat yang diidolasi dari susu kuda sumba terhadap kualitas silase
jerami padi. J. Kajian Veteriner. 6(1): 31-37.

Ering, V. J., M. M. Telleng., A. Rumambi dan C. I. J. Sumolang. 2019. Pengaruh


jarak tanam indigofera zollingeriana terhadap kapasitas tampung potensial
ternak sapi di areal pertamanan kelapa. J. Zootec. 39(2): 380-386.

Farda, F. T., A. K. Wijaya., Liman., Muhtarudin., D. Putri dan M. Hasanah. 2020.


Pengaruh varietas dan jarak tanam yang berbeda terhadap kandungan
nutrient hijauana jagung. J. Ilmiah Peternakan terpedu. 8(2): 83-90.

Hidayat, N. 2014. Karakteristik dan kualitas silase rumput raja menggunakan


berbagai sumber dan tingkat penmabahan karbohidrat fermentable.
J. Agripet. 14(1): 42-49.

Holik, Y. L.A., L. Abdullah dan P. D. M. H. Karti. 2019. Evaluasi nutrisi silase


kultivar baru tanaman sorgum dengan penambahan legum indigofera sp.
Pada taraf berbeda. J. Ilmu nutrisi dan Teknologi Pakan. 17(2): 38-46.
Kojo, R. M., Rustandi., Y. R. L. Tulung dan S. S. Malalantang. 2015. Pengaruh
penambahan dedak padi dan tepung jagung terhadap kualitas fisik silase
rumput gajah. J. Zootek. 35(1): 21-29.

Kurniati, D., N. Hidayati dan B. Kurnadi. 2021. Efek perbedaan teknik peneringan
terhadap kulitas hay rumput odot. J. Maduranch. 6(1): 9-13.

Kurniawan, D., Erwanto dan F. Fathul. 2015. Pengaruh penambahan berbagai starter
pada pembuatan silase terhadap kualitas fisik dan pH silase ransum berbasis
limbah pertanian. J. Ilmiah Peternak Tropika. 3(40): 191-195.
Kurniawan, W., T. Wahyono., N. Sandiah., H. Has., L. O. Nafiu dan A. Napirah.
2018. Evalusai kualitas dan karakteristik fermentasi silase kombinasi stay
green sorghum-indigofera zolingeriana dengan perbedaan kombinasi.
J. Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis. 6(1): 62-69.

Lestari, N. A., N. Sandiah., P. D. Isnaeni dan W. Kurniawan. 2021. Karakteristik


organoleptik silase kombinasi jagung dan daun indigofera dengan
persentase komposisi yang bahan yang berbeda. J. Ilmiah Peternakan Halu
Oleo. 3(1): 53-56.

Lutfiady, A., R. Tawaf dan H. Arief. 2016. Manfaat finansial penggunaan ransum
berbasis silase biomasa jagung pada peternakan sapi perah. J. Stidents. 5(1):
1-9.

Mayasari, N., A. Yulianti dan A. Mushawir. 2013. Pemberdayaan masyarakat


melalui pemanfaatan produk jagung sebagai pakan ternak di desa ciliang
dan cintaratu, kecamatan parigi, kebupaten ciamis. J. Aplikasi Ipteksuntuk
Masyarakat. 2(1): 1-7.

Prayitno, S. H., Widiyanto dan C. S. Utama. 2014. Penggunaan ekstrak limbah sayur
dalam kombinasi cairan rumen sebagai starter berdasarkan total jamur serta
keberadaan kapang dan khamir. J. Animal Agriculture. 3(4): 505-510.

Sirait, J. 2017. Rumput gajah mini sebagai hijauan pakan untuk ruminansia.
J. Wartazoa. 27(4): 167-176.

Sumarsih, S. 2015. Pengaruh bakteri asam laktat sebagai starter pada proses ensilase.
J. Litbang Porvinsi Jawa Tengah. 13(2): 171-175.

Suwitary, N. K. E., L. Suariani dan N. M. Yusuastari. 2018. Kualitas silase komplit


berbasis limbah kulit jagung manis dengan berbagai tingkat penggunaan
starbio. J. Lingkungan dan Pembangunan. 2(1): 1-7.

Utama, C. S dan A. Mulyanto. 2009. Potensi limbah pasar sayur menjadi starter
fermentasi. J. Kesehatan. 2(1): 6-13.

Wati, W. S., Mashudi dan A. Irsyammawati. 2018. Kualitas silase rumput odot
dengan penambahan lactobacillus plantarum dan molasses pada waktu
inkubasi yang berbeda. J. Nutrisi Ternak Tropis. 1(1): 45-53.

Wulandari, E., B. I. M. Tampoebolon., Widiyanto dan R. I. Pujaningsih. 2020. Uji


mikrobiologis salmonella, water activity dan total bakteri multinutrien blok
dari cangkang kerang dan cangkang telur sebagai sumber mineral.
J. Sain Peternakan Indonesia. 15(1): 43-49.
Wulandari, S., A. Agus., M. Soejono dan M. N. Cahyanto. 2014. Nilai cerna dan
biodegradasi theobromin pod kakao dengan perlakuan fermentasi
menggunakan inokulum multi mikrobia. J. Agritech. 34(2): 160-169.

Yatno dan S. Purwanti. 2010. Pengaruh steaming dan lama penyimpanan terhadap
sifat fisik pakan burung perkutut. J. JITP. 1(1): 19-27.

Anda mungkin juga menyukai