gofera sp. YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN Zea mays DAN ATAU Pennistitum
purpureum cv. Mott UNTUK PAKAN RUMINANSIA
USULAN PENELITIAN
Oleh:
VANIA KARTIKA BERLIYANTI
Oleh :
Disetujui oleh :
Dosen Wali Dosen Pembimbing Utama
Drh. Fajar Wahyono. M. P. Dr. Ir. Retno Iswarin Pujaningsih, M. Agr. Sc.
NIP. 19580204 198603 1 003 NIP. 19670223 199303 2 001
Dr. drh. Enny Tantini Setiatin, M.Sc. Dr. Ir. Baginda Iskandar M. T. M. Si., IPM
NIP. 19610912 1999003 2 002 NIP. 19630220 198902 1 004
JUDUL : EVALUASI KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK, pH, Aw DAN WSS
SILASE Indigofera sp YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN Zea mays DAN
ATAU Pennistitum purpureum cv. Mott UNTUK PAKAN RUMINANSIA
I. LATAR BELAKANG
terdiri dari hijauan dan konsentrat. Hijauan merupakan faktor yang penting untuk
mencukupi kebutuhan ternak ruminansia. Hijauan pakan ternak dapat berasal dari
rumput, legum, limbah pertanian dan tumbuhan lainnya (Azahari et al., 2019). Pakan
yang termasuk dalam kategori hijauan makanan ternak (HMT) adalah pakan yang
peternak adalah kualitas pakan yang rendah terutama pada kandungan nutrien
didalamnya.
metode pengawetan seperti misalnya silase. Silase merupakan salah satu pakan
hijauan ternak yang dihasilkan melalui proses fermentasi oleh bakteri asam laktat
(BAL) (Holik et al., 2019). Kualitas silase dapat ditentukan dengan uji organoleptik
yang meliputi warna, aroma, tekstur dan keberadaan jamur. Proses pembuatan silase
akan berjalan dengan optimal apabila diberi penambahan akselerator yang dapat
berupa inokulum bakteri asam laktat yang memiliki fungsi yaitu untuk membuat
oleh mikroba yang banyak menghasilkan bakteri asam laktat (BAL). Bakteri asam
laktat dapat diperoleh dari limbah kubis yang digunakan sebagai starter fermentasi
Indigofera sp. adalah tanaman pakan untuk ternak yang termasuk ke dalam
leguminosa pohon yang memiliki potensi dan produktivitas yang tinggi serta
kandungan nutrien yang baik serta tahan terhadap pada tanah kering, genangan, tanah
berkadar garam tinggi dan tanah masam (Ering et al., 2019). Tanaman indigofera
dapat bertahan hidup dan berproduksi pada taraf cekaman kekeringan berat yang
pakan terutama saat musim kemarau. Indigofera memiliki kandungan protein yang
tinggi bersifat basa serta serat yang rendah akan menyebabkan masalah mengenai
Jagung (Zea mays) adalah salah satu bahan pakan ternak yang dapat
(Pennisetum purpureum cv. Mott) merupakan salah satu jenis rumput yang unggul
yang memiliki produkivitas dan kandungan nutrisi yang tinggi yang dapat dijadikan
pakan ternak dalam bentuk silase. Penambahan hijauan jagung atau rumput odot
pada silase indigofera diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kontinuitas pakan
WSS. Uji organoleptik dapat dilakukan dengan melihat warna, mencium aroma dan
meraba tekstur yang bertujuan untuk mendapatkan awetan hijuan yang berkualitas.
Karakteristik silase yang baik tidak menggumpal, berjamur, berbau busuk, dan
tekstur yang lembek (Kojo et al., 2015). Selain uji organoleptik juga dapat dilihat
dari pH atau derajat keasaman, yang optimum untuk silase yaitu 3,5-4,2. Aktivias air
(Aw) yang merupakan tempat pertumbahan bagi mikroba, jika nilai Aw tinggi maka
terdapat mikroorganisme yang berbahaya dan juga dapat dilihat dari WSS (Water
keberhasilan pembuatan silase yaitu adanya gula terlarut yang cukup karena jika
kurangnya kadar gula terlarut pada proses ensilase akan mengakibatkan BAL
dikombinasikan dengan hijauan jagung dan rumput odot perlu dikaji dan dievaluasi
kualitasnya yaitu secara organoleptik, pH, Aw dan WSS. Penelitian ini bertujuan
jagung dan atau rumput odot untuk pakan ruminansia. Manfaat penelitian ini adalah
memperoleh pengetahuan, wawasan serta ilmu mengenai awetan hijauan pakan yang
berkualitas yang berasal dari silase indigofera yang dikombinasi bersama hijauan
organoleptik, pH, Aw (water activity) dan WSS (Water Soluble Substance) silase
indigofera yang dikombinasi bersama hijauan jagung dan atau rumput odot untuk
pakan ruminansia.
III. MANFAAT
pengetahuan, wawasan serta ilmu mengenai awetan hijauan pakan yang berkualitas
yang berasal dari silase indigofera yang dikombinasi bersama hijauan jagung dan
difermentasi secara anaerob (Barokah et al., 2017). Prinsip dari pembuatan silase
yaitu menjaga kondisi anaerob dalam silo dengan cara dipadatkan semaksimal
mungkin (Hidayat, 2014). Kelebihan pakan yang dibuat silase yaitu pakan tahan
lama atau awet, tidak memerlukan pengeringan serta meminimalkan kerusakan zat
gizi dalam pakan (Suwitary et al., 2018). Indigofera merupakan leguminosa yang
dapat diolah menjadi silase dengan menggunakan bakteri asam laktat (BAL) yang
memiliki kandungan protein kasar tinggi yang bersifat basa serat yang rendah
namun, akan menyebabkan masalah pada buffering capacity yang merupakan kondisi
dimana pH silase sulit turun akibat sifat basa N (Kurniawan et al., 2018).
berpotensi menjadi pakan ternak karena memiliki kandungan nutrisi yang baik yang
merupakan sumber serat, produksi yang tinggi serta ketersediaan yang kontinyu
(Farda et al., 2020). Tidak semua bagian dari tanaman jagung mempunyai palabilitas
serta daya cerna yang tinggi, maka diperlukan perlakuan biologis (Lutfiady et al.,
perlakuan biologis yaitu dapat berupa hay, amoniasi dan silase (Mayasari et al.,
2013).
Rumpu odot yang dikenal dengan rumput gajah mini adalah rumput yang
memiliki kandungan nilai gizi dan palabilitas yang cukup tinggi untuk ternak
(Kurniati et al., 2021). Rumput odot memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi
ruminansia berupa silase (Wati et al., 2018). Pengolahan rumput gajah mini atau
rumput odot dengan cara dibuat silase merupakan upaya yang dilakukan pada saat
produksi ruput tersebut melimpah sehingga dapat dimanfaatkan pada musim kemarau
(Sirait, 2017).
IV.4. Organoleptik Silase
silase tersebut (Detha et al., 2018). Uji organoleptik dapat berupa pengujian warna,
pengujian aroma, pengujian tekstur pada silase, untuk mendapatkan awetan hijuan
yang berkualitas dapat dilakukan dengan cara penambahan starter bakteri asam laktat
(Kurniawan et al., 2015). Starter adalah bahan tambahan yang digunakan pada awal
proses fermentasi (Prayitno et al., 2014). Starter bakteri asam laktat dapat berasal
dari limbah sayuran kubis yang digunakan sebagai starter fermentasi karena memiliki
(Utama dan Mulyanto, 2009). Penambahan bakteri asam laktat yang tinggi dalam
pembuatan silase maka akan semakin cepat pula proses ensilase (Sumarsih, 2015).
Karakteristik silase yang baik yaitu tidak menggumpal, berjamur, berbau busuk, dan
Aktivitas air adalah air bebas yang menunjang pertumbuhan mikroba dan
berhubungan dengan kualiatas pakan, jika nilai Aw kecil maka akan kecil pula daya
tahan bahan akibat tumbuhnya mikrooganisme (Wulandari et al., 2020). Jika nilai
dan beracun serta dapat disebut tidak aman (Yatno dan Purwanti, 2010). Aktivitas air
kurangnya kadar gula terlarut pada proses ensilase mengakibatkan BAL kekurangan
sebagai sumber energi dan berakibat berkurangnya kandungan nutrisi pada hijauan
(Bira et al., 2020). Dalam bakteri asam laktat (BAL) terdapat bahan terlarut yang
merupakan hasil dari perombakan selulosa oleh bakteri selulolitik (Wulandari et al.,
2014).
Penelitian dengan judul “Evaluasi Karakteristik Organoleptik, pH, Aw dan WSS Sila
se Indigofera Sp. yang Dikombinasikan Dengan Zea Mays dan atau Pennistitum Pur
pureum Cv. Mott Untuk Pakan Ruminansia” dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus
V.1. Materi
Materi yang digunakan adalah starter berupa bakteri asam laktat dari
fermentasi limbah kubis dan garam dapur, indigofera (Indigofera Sp.) yang dipanen
pada tinggi pohon 1,5 m dengan interval pemotongan 60 hari, hijauan jagung (Zea
Mays) yang dipanen pada umur 8 minggu, rumput odot (Pennisetum Purpureum Cv.
Mott) yang dipanen pada umur 6 minggu dan molases. Peralatan yang digunakan
yaitu chopper, timbangan analitik, wadah toples, lakban, blender, alat tulis kertas
pH, Aw meter dan kuisioner penilaian organoleptik. Pengujian organoleptik,
Metode
Tahap pertama adalah pembuatan starter dari limbah kubis. Bahan baku
pembuatan starter dari limbah kubis diperoleh dipasar, kemudian limbah kubis dicuci
meliputi BAL 2%, molasses 3% dan dedak 5% serta garam 2,5%. Setelah
ditambahkan starter dan garam dan di masukan kedalam wadah toples, selanjutnya
diperam selama 5 hari kemudian disaring untuk memisahkan ampasnya dan larutan
starter dari limbah kubis siap digunakan. Komposisi bahan penyususun starter yang
Sp.), hijauan jagung (Zea mays) dan rumput odot (Pennisetum Purpureum Cv. Mott)
jam untuk menurunkan kadar air sehingga dapat dilakukan proses ensilase.
Pencampuran bahan dengan starter dari limbah fermentasi kubis dilakukan sesuai
dengan perlakuan yang sudah ditentukan sampai bahan tercampur dengan homogen.
Proses ensilase dilakukan dengan cara bahan yang sudah dicampur dengan starter
Silase disimpan pada ruang penyimpanan agar terhindar dari sinar matahari langsung
selama 21 hari.
mpel sudah ditandai disetiap perlakuan dan ulangannya pada masing – masing sampe
pengumpulan data organoleptik dilakukan dengan uji panel. Panelis uji organoleptik
Analisis Aw pada silase dilakukan dengan cara hidupkan alat Aw meter sampai
posisi ready. Kemudian sampel diletakkan kedalam Aw meter. Tekan tombol start
timbangan analitik. Kemudian indigofera yang sudah ditimbang satu gram sampel
dimasukan kedalam labu erlenmeyer 100 ml ditambahkan 80 ml air suling, dan
ditutup dengan alumunium foil selanjutnya, diinkubasi pada 80˚C. Setelah 3 jam
inkubasi, ditambahkan air hingga 100 ml dan campuran disaring dengan kertas
saring. Kemudian residu dikeringkan untuk diambil sebagai zat yang tidak dapat
( A × BKo)−( B × BKt)
Bahan terlarut (%) = × 100 %
( A × BK )
Keterangan :
Rancangan Percobaan
L) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan, perlakuan yang diterapkan yaitu sebagai berik
ut:
perlakuan kontrol
Model Linear
j = ulangan (1,2,3,4)
Keterangan:
Yij = Organoleptik silase dari hasil kombinasi ke-I pada ulangan ke-j
μ = Nilai tengah umum
dan apabila terdapat pengaruh pada perlakuan akan dilanjutkan dengan uji beda
Hipotesis Statistik
indigofera (Indigofera sp.) dikombinasi bersama hijauan jagung (Zea mays) atau
rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) dengan penambahan bakteri asam
laktat.
hijauan silase indigofera (Indigofera sp.) dikombinasi bersama hijauan jagung (Zea
mays) atau rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) dengan penambahan
Jadwal Penelitian
Barokah, Y., A. Ali dan E. Erwan. 2017. Nutrisi silase pelepah kelapa sawit yang
ditambah biomassa indigofera. J. Ilmu-Ilmu Peternakan. 20(2): 59-68.
Bira, G. F., P. K. Tahuk dan T. Sean. 2020. Pengaruh penggunaan jenis hijauan
berbeda pada pembuatan silase komplit terhadap kendungan nutrisi yang
dihasilkan. J. Tropical Animal Science an Technology. 2(1):43-51.
Detha, A., F. U. Datta., E. Beribe., N. Foeh dan N. Ndaong. 2018. Efektivitas bakteri
asam laktat yang diidolasi dari susu kuda sumba terhadap kualitas silase
jerami padi. J. Kajian Veteriner. 6(1): 31-37.
Kurniati, D., N. Hidayati dan B. Kurnadi. 2021. Efek perbedaan teknik peneringan
terhadap kulitas hay rumput odot. J. Maduranch. 6(1): 9-13.
Kurniawan, D., Erwanto dan F. Fathul. 2015. Pengaruh penambahan berbagai starter
pada pembuatan silase terhadap kualitas fisik dan pH silase ransum berbasis
limbah pertanian. J. Ilmiah Peternak Tropika. 3(40): 191-195.
Kurniawan, W., T. Wahyono., N. Sandiah., H. Has., L. O. Nafiu dan A. Napirah.
2018. Evalusai kualitas dan karakteristik fermentasi silase kombinasi stay
green sorghum-indigofera zolingeriana dengan perbedaan kombinasi.
J. Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis. 6(1): 62-69.
Lutfiady, A., R. Tawaf dan H. Arief. 2016. Manfaat finansial penggunaan ransum
berbasis silase biomasa jagung pada peternakan sapi perah. J. Stidents. 5(1):
1-9.
Prayitno, S. H., Widiyanto dan C. S. Utama. 2014. Penggunaan ekstrak limbah sayur
dalam kombinasi cairan rumen sebagai starter berdasarkan total jamur serta
keberadaan kapang dan khamir. J. Animal Agriculture. 3(4): 505-510.
Sirait, J. 2017. Rumput gajah mini sebagai hijauan pakan untuk ruminansia.
J. Wartazoa. 27(4): 167-176.
Sumarsih, S. 2015. Pengaruh bakteri asam laktat sebagai starter pada proses ensilase.
J. Litbang Porvinsi Jawa Tengah. 13(2): 171-175.
Utama, C. S dan A. Mulyanto. 2009. Potensi limbah pasar sayur menjadi starter
fermentasi. J. Kesehatan. 2(1): 6-13.
Wati, W. S., Mashudi dan A. Irsyammawati. 2018. Kualitas silase rumput odot
dengan penambahan lactobacillus plantarum dan molasses pada waktu
inkubasi yang berbeda. J. Nutrisi Ternak Tropis. 1(1): 45-53.
Yatno dan S. Purwanti. 2010. Pengaruh steaming dan lama penyimpanan terhadap
sifat fisik pakan burung perkutut. J. JITP. 1(1): 19-27.