Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Nutrisi Ternak Tropis September 2020

Vol 3 No 2 pp 63-70

KUALITAS SILASE RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum)


DENGAN PENAMBAHAN JUS TAPE SINGKONG

Quality Improvement of Elephant Grass Silage (Pennisetum purpureum)


with Fermented Cassava Juice Addition

Hanief Eko Sulistyo1), Ifar Subagiyo1), Erna Yulinar2)


1)
Dosen Minat Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Jalan Veteran,
Ketawanggede, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia 65145
2)
Mahasiswa Minat Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Jalan Veteran,
Ketawanggede, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia 65145

Diterima Pasca Revisi: 31 Agustus 2020


Layak Diterbitkan: 1 September 2020

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis penambahan berbagai level jus tape
singkong terhadap kualitas silase rumput gajah (Pennisetum purpureum) mencakup kualitas
fisik, pH, dan kandungan nutrisi. Penelitian ini dilaksanakan dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan berdasarkan tingkat penambahan jus tape singkong (P0 =
0%, P1 = 3%, P2 = 6%, P3 = 9%) dengan 3 ulangan. Data dianalisis menggunakan analisis
varian dan dilanjutkan dengan Duncan's Multiple Range Test (DMRT) jika terdapat perbedaan
antar perlakuan. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan jus tape singkong
berhasil meningkatkan kualitas fisik silase. Penambahan jus tape singkong memberikan
pengaruh sangat nyata terhadap pH, kandungan bahan kering (BK), protein kasar (PK), serat
kasar (SK) dan lemak kasar (LK) silase (P> 0,01) dan kandungan bahan organik (BO) silase
(P> 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah jus tape singkong bisa digunakan sebagai aditif
untuk meningkatkan kualitas silase rumput gajah.

Kata kunci: Rumput gajah, bakteri asam laktat, jus tape singkong

How to Cite: *Corresponding author:


Sulistyo, H.E., Subagiyo, I., & Yulinar, E. (2020). Erna Yulinar
Peningkatan Kualitas Silase Rumput Gajah Email: ernayulinar55@gmail.com
(Pennisetum Purpureum) Dengan Penambahan Jus Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Jalan
Tape Singkong. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis 3(2) Veteran, Ketawanggede, Kec. Lowokwaru, Kota
63-70 Malang, Jawa Timur, Indonesia 65145

DOI: 10.21776/ub.jnt.2020.003.02.3 63
Erna Yulinar, Dkk 2020

ABSTRACT

The purpose of research was to determine the effect of adding various levels of fermented
cassava juice to the quality of elephant grass silage (physical quality, pH, and nutrient
content). This research method used an experimental method designed with a Completely
Randomized Design (CRD) consisting of 4 treatments based on the level of fermented cassava
juice additions (T0 = 0%, T1 = 3%, T2 = 6%, T3 = 9%) with 3 replications. Data were
analyzed using variant analysis and continued with Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) if
there were differences between treatments. The results of this study indicated that the addition
of fermented cassava juice improves the physical quality of silage. The addition of fermented
cassava juice has a very significant effect on silage pH, dry matter (DM), crude protein (CP),
crude fiber (CF) and extract ether (EE) (P> 0.01), and also the organic matter (OM) content
of silage (P> 0.05). The conclusion of this study was fermented cassava juice can be used as
additive for improving Elephant Grass silage quality.

Keywords: Elephant grass, lactid acid bacteria, fermented cassava juice

PENDAHULUAN berupa silase. Rumut gajah apabila


dipelihara dengan tata laksana yang baik
Negara tropis seperti Indonesia, setiap maka produktifitasnya mencapai 40 ton/ ha
tahunnya mengalami 2 musim yaitu musim di wilayah subtropis dan bisa mencapai 80
kemarau dan penghujan. Ketersediaan ton/ha di wilayah tropis (Woodard and
tanaman pakan ternak sangat di Indonesia Prine,1993).
sangat dipengaruhi oleh musim tersebut Kesulitan mencukupi kebutuhan
(Adli and Sjofjan, 2018). Pakan memiliki hijauan pakan ternak sering terjadi akibat
peranan penting dalam pemeliharaan ternak produksi yang rendah disebabkan asupan air
yang pengaruhnya pakan memiliki yang terbatas di musim kemarau (Adli et al.
persentase 60-70% terhadap keberhasilan 2019). Oleh karena itu pada saat
usaha peternakan (Adli et al. 2018). Usaha produktivitas hijauan tinggi di musim hujan
peternakan yang dimaksud dapat maka perlu dilakukan pengawetan hijauan
digolongkan menjadi dua berdasarkan jenis berupa teknologi silase. Silase merupakan
ternak, yaitu ternak ruminansia dan ternak teknologi tepat guna yang diaplikasikan
non ruminansia, untuk ternak ruminansia dalam rangka penyimpanan hijauan untuk
pakan terdiri dari hijauan dan konsentrat waktu yang lama dengan mempercepat
(Adli et al. 2017). Saat musim penghujan proses fermentasi dalam keadaan anaerob
merupakan masa panen raya hijauan sehingga menekan pertumbuhan mikroba
termasuk rumput gajah mencapai masa pembusuk. Pembuatan silase dapat
puncaknya, momentum tersebut dapat dilakukan dengan atau tanpa bahan
digunakan untuk mengoptimalkan tambahan (additive), penambahan bahan
ketersediaan hijauan selama musim dapat berupa stater.
kemarau. Rumput gajah (Pennisetum Selama ini penggunaan starter kurang
purpureum) disukai ternak ruminansia aplikatif bagi peternak rakyat akibat
karena daunnya lebar, bulu dipermukaan beberapa hal seperti ketersediaan bahan,
daun halus, dan batang yang lunak. Ella keterampilan, hingga harga. Menurut
(2002) menyatakan bahwa rumput gajah Kusumaningati dkk. (2013), starter yang
banyak ditanam oleh peternak karena tahan digunakan untuk pembuatan silase adalah
kering, produktivitas tinggi dan memiliki biakan mikroba tertentu yang ditumbuhkan
nilai kandungan gizi tinggi (PK 7-13 %) di dalam substrat atau medium untuk tujuan
nilai kecernaan (55-70%), sehingga proses selanjutnya, yaitu mempercepat
berpotensial untuk dijadikan hijauan awetan terjadinya fermentasi selama ensilase

DOI: 10.21776/ub.jnt.2020.003.02.3 64
Erna Yulinar, Dkk 2020

berlangsung. Medium yang dapat kondisi aerob fakultatif. Produk olahan


digunakan dalam pembiakan starter dapat lanjutan berupa jus tape singkong
menggunakan sumber energi. Penggunaan merupakan upaya untuk menciptakan
starter dalam proses pembuatan silase perlu kondisi anaerob dan menumbuhkan BAL
dilakukan untuk memperoleh hasil silase dalam tape singkong.
yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan Berdasarkan kandungan tape
pilihan starter dengan substratnya yang singkong yang diuaraikan di atas maka
murah dan mudah didapat misalnya perlu dilakukan penelitian untuk
singkong yang diolah lanjut menjadi jus mengaplikasikan tape singkong sebagai
tape singkong. Umbi singkong berasal dari aditif dalam pembuatan silase rumput gajah.
tanaman ketela pohon yang tersebar di
Indonesia dan mudah didapat dengan harga MATERI DAN METODE
yang relatif terjangkau. Hal ini diperjelas
oleh Prabawati dkk., (2011) bahwa Penelitian ini menggunakan bahan
singkong atau ubi kayu (Manihot esculenta baku silase berupa rumput gajah berumur 60
Crantz) adalah sala satu bahan pangan lokal hari yang diperoleh dari desa Ampeldento,
Indonesia sumber karbohidrat dengan Karangploso, Malang. Aditif yang
urutan ketiga terbesar setelah padi dan digunakan adalah tape singkong yang
jagung. Ketersediaannya yang melimpah difermentasi menggunakan ragi tape.
dan relatif murah dapat menjadi faktor yang Tahapan pembuatan tape singkong dimulai
cukup penting dalam menggali potensi dari pengukusan singkong kemudian
singkong. Singkong dapat dijadikan sebagai pemberian ragi tape dan pemeraman selama
substrat bagi starter mikroba dalam proses 3 hari. Tape singkong yang sudah jadi
fermentasi menjadi tape singkong dengan kemudian ditambah air dan dihaluskan
menambahkn ragi tape. Tape singkong menggunakan blender hingga menjadi jus
merupakan makanan selingan yang populer kemudian lagi selama 2 hari dan siap
di hampir seluruh wilayah Indonesia. digunakan menjadi aditif silase. Pembuatan
Rasa tape singkong cenderung manis silase dilakukan menggunakan plastik
dengan sedikit aroma alkohol dan asam kedap udara dengan rata-rata berat segar
hasil fermentasi serta memiliki tekstur masing-masing silase 3,5-4 kg di
lunak dan kadar air tinggi. Rasa manis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak,
didapatkan dari glukosa dan maltosa yang Fakultas Peternakan, Universitas
terbentuk saat fermentasi pati singkong Brawijaya.
berlangsung. Tape singkong mengandung Desain penelitian pembuatan silase
kadar air 56-69%, etanol 3%, pH 4,38-4,75, menggunakan Rancangan Acak Lengkap
total asam 0,63-0,89%, protein 1,4%, lemak (RAL), dimana aditif berupa jus tape
0,3%, karbohidrat 40,2%, SK 2% dan abu singkong dibagi menjadi 4 perlakuan (3
0,7% (Hidayat dkk., 2006). Fermentasi jenis level aditif dan 1 kontrol) dan masing
singkong berlangsung setelah ditambahkan masing perlakuan diulang sebayak 3 kali.
starter berupa ragi yang mengandung Berikut ini adalah perlakuan pembuatan
kapang, khamir dan bakteri-bakteri lainnya. silase:
Khamir yang mendominasi adalah P0 : rumput gajah + jus tape singkong 0%,
Saccharomyces cereviceae, sedangkan P1 : rumput gajah + jus tape singkong 3%,
kandungan bakteri asam laktat (BAL) yang P2 : rumput gajah + jus tape singkong 6%,
cukup tinggi yakni sebanyak 5,8-7,4 log P3 : rumput gajah + jus tape singkong 9%.
CFU/g dari spesies Weisella sp., Parameter yang diukur dalam
Pediococcus pentosaceus, Enterococcus sp. penelitian ini adalah kandungan nutrisi yang
dan Lactobacilllus sp. (Gultom, 2017). Ragi diuji secara proksimat meliputi kandungan
tape mengandung kapang, khamir, BAL dan BK, BO, PK, SK dan LK (AOAC, 2005).
bakteri aminolitik yang diinkubasi dalam Pengujian dilakukan di Laboratorium

DOI: 10.21776/ub.jnt.2020.003.02.3 65
Erna Yulinar, Dkk 2020

Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas 105(CFU/ml). Dari segi pH, jus tape
Peternakan, Universitas Brawijaya, singkong memiliki pH yang rendah, hal ini
Malang. Kualitas fisik dinilai menggunakan dikarenakan BAL akan mengkonsumsi
sistem panelis meliputi warna, aroma, karbohidrat dalam tape dan menghasilkan
tekstur dan keberadaan jamur dengan skor asam laktat, sehingga pH jus tape singkong
penilaian 1-5. Jumlah panelis adalah 15 turun.
orang yang terdiri dari panelis tidak terlatih. Tabel 2 menunjukkan bahwa setelah
Pengujian pH dilakukan terhadap 12 sampel mengalami ensilase, rata-rata warna rumput
silase menggunakan pH meter. gajah menjadi hijau kecoklatan dan dapat
dikategorikan berkualitas baik. Hal ini
HASIL DAN PEMBAHASAN sesuai dengan pernyataan Prabowo, dkk
(2013), bahwa silase yang baik akan
Kandungan Nutrisi Pakan berwarna hijau kekuningan atau hijau
Jus tape singkong merupakan kecoklatan, sedangkan silase yang bermutu
pengolahan lebih lanjut dari tape singkong kurang baik akan berwarna coklat hingga
diharapkan dapat meningkatkan jumlah kehitaman.
BAL untuk dijadikan sebagai starter bakteri Aroma silase pada P1-P3 semakin
dari silase. Singkong mengandung asam seiring dengan penambahan level jus
karbohidrat tinggi sehingga diharapkan tape singkong yang meningkat, hal ini
dapat mencukupi kebutuhan nutrisi bagi diduga karena asam laktat yang dihasilkan
BAL selama ensilase berlangsung. Pada juga akan semakin banyak. Hal ini sesuai
penelitian ini ada dua parameter yang dengan pendapat Zakariah (2016), bahwa
diamati terkait dengan kualitas jus tape aroma silase dipengaruhi oleh produk yang
singkong yakni jumlah BAL dan pH jus dihasilkan oleh mikrobia yang terdapat di
tape singkong. Kualitas jus tape singkong dalam tumpukan silase. BAL di dalam
ada dalam Tabe. silase akan menghasilkan asam laktat yang
Berdasarkan Tabel 1, jumlah BAL jus menjadikan aroma asam segar. Sedangkan
tape singkong bisa dijadikan starter pada P0, aroma silase asam dan sedikit
sekaligus aditif pada silase rumput gajah. busuk, hal ini menandakan adanya bakteri
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan pembusuk Clostridia. Hal ini dijelaskan
Rusdy (2017) bahwa batasan minimal oleh Wattiaux (2013) bahwa kegagalan
jumlah BAL untuk mendukung terjadinya fermentasi silase dapat disebabkan oleh
proses fermentasi yang baik adalah bakteri Clostridia.

Tabel 1.. Kualitas jus tape singkong Parameter Starter kualitas


Jumlah BAL (CFU/ml) *2,6 ×108
pH 3,95
Sumber : (*) Hasil uji Laboratorium Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, UB

Tabel 2. Kualitas Fisik Silase Rumput Gajah


Perlakuan Warna Aroma Tekstur Jamur
P0 Coklat muda Busuk Lunak, Berlendir +
P1 Hijau Kecokelatan Asam Utuh ,Tidak Berlendir -
P2 Hijau Kecoklatan Asam Utuh ,Tidak Berlendir -
P3 Hijau Kecoklatan Asam Utuh ,Tidak Berlendir -
Keterangan: hasil pengamatan oleh panelis

Bakteri Clostridia dapat bersaing memproduksi asam laktat untuk


dengan BAL dan akan mendominasi menurunkan pH silase dengan cepat.
fermentasi ketika BAL tidak cukup Fermentasi oleh Clostridia akan terjadi

DOI: 10.21776/ub.jnt.2020.003.02.3 66
Erna Yulinar, Dkk 2020

karena fase respirasi tanaman bertahan dikategorikan sebagai basa (Karastogianni


dalam waktu yang lama, sehingga et al., 2016). Nilai pH silase rumput gajah
Enterobacteria akan tumbuh dan disajikan pada tabel 3 di bawah ini.
menyebabkan kenaikan temperatur silase Kandungan nutrisi silase merupakan
pada awal fermentasi. Beberapa spesies parameter kualitas silase yang penting, pada
Clostridia akan memfermentasi gula dan penelitian ini parameter kandungan nutrisi
mengubah asam laktat menjadi asam yang diamati antara lain kandungan BK,
butirat, karbon dioksida (CO2), dan BO, PK, SK dan LK silase rumput gajah.
hydrogen (H2). Asam butirat memiliki bau Kandungan nutrisi rumput gajah segar
yang kuat dan tidak sedap, sehingga sebelum dibuat silase dan silase rumput
mempengaruhi bau silase menjadi busuk. gajah akan disajikan pada Tabel 4.
Tekstur silase setelah ensilase pada Berdasarkan Tabel 4, kandungan
semua perlakuan menjadi utuh dan tidak nutrisi rumput gajah yang diberi
berlendir, sehingga dapat dikategorikan penambahan jus tape singkong memberikan
berkualitas baik. Hal ini sesuai dengan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
pernyataan Zakariah (2016), bahwa tekstur kandungan BK. Pada data yang ditampilkan
yang tidak menggumpal dan tidak berlendir, menunjukkan adanya penurunan terhadap
dimiliki oleh silase yang baik dan hal ini kandungan BK, penurunan BK pada P0, P1,
menunjukkan bahwa tidak terdapat P2, dan P3 berturut-turut adalah (23,74%,
kerusakan karena tidak adanya oksigen 23,25%, 22,44%, dan 21,98%). Hal ini
yang masuk kedalam silo ataupun tidak diduga aktivitas mikroba yang berasal dari
adanya pertumbuhan jamur yang tidak jus tape singkong semakin banyak yang
diharapkan. Lendir yang terdapat pada menyebabkan kondisi hijauan didalam silo
silase merupakan indikasi adanya mikrobia lebih cepat dalam melakukan fermentasi.
pembusuk. Lendir tersebut dihasilkan oleh Hal ini juga diduga adanya aktifitas khamir
mikrobia dari sistem kapsul, sistem kapsul Saccharomyces cereviceae yang semakin
inilah yang menjadikan mikrobia pembusuk banyak, maka nutrisi yang diperlukan juga
dan patogen menjadi resisten terhadap semakin banyak, sehingga mikroorganisme
fagositosis sehingga meningkatkan akan merombak BK dari jus tape dan BK
virulensinya terhadap ternak. Pada rumput gajah, sehingga BK silase menurun
P1,P2,P3 tidak ditemukan adanya walaupun tidak signifikan. Hal ini sesuai
pertumbuhan jamur, oleh karena itu silase dengan pernyataan yang dikemukakan oleh
P1, P2, dan P3 dikategorikan bermutu baik. Zakariah (2016) bahwa pertumbuhan
Hal ini sesuai dengan pernyataan inokulum BAL yang terjadi selama proses
Larangahen, dkk (2017) bahwa silase yang ensilase tentunya membutuhkan nutrisi.
baik adalah silase yang tidak berjamur Perombakan BK substrat yang digunakan
ataupun berair. sebagai sumber energi oleh BAL
pH dan Kandungan Nutrisi Silase menyebabkan kandungan BK pakan
Rumput Gajah mengalami penurunan.
Derajat keasaman atau pH Kandungan nutrisi rumput gajah yang
didefinisikan sebagai keasaman atau diberi penambahan jus tape singkong
kebasaan media cair dimana reaksi alamiah memberikan pengaruh nyata (P>0,01)
biasa terjadi, tergantung dari konsentrasi ion terhadap kandungan BO silase rumput
hidronium (H3O+) dan hidroksil (OH-). gajah. Presentase BO pada P0, P1, P2 dan
Nilai pH 7 didefinisikan sebagai netral, hal P3 berturut-turut adalah 83,75%, 83,55%,
ini karena konsentrasi proton dan 83,19%, dan 83,01%. Apabila dibandingkan
hidroksinya dalam cairan adalah sama. antar perlakuan, P3 memiliki nilai BO yang
Media yang pH nya kurang dari 7 paling rendah. Hal ini dikarenakan pada P3
diketegorikan sebagai asam, sedangkan penambahan jus tape singkong paling
media yang nilai pH nya lebih dari 7 tinggi, sehingga mikroorganisme fermetor

DOI: 10.21776/ub.jnt.2020.003.02.3 67
Erna Yulinar, Dkk 2020

dalam silase juga akan tinggi, selain itu jus Saccharomyces cereviceae memiliki
tape singkong juga akan menyumbang BO kemampuan menghasilkan enzim seperti
silase terutama water soluble carbohydrate selulase, katalase, kitinase, glukanase,
(WSC). Akibatnya mikroorganisme seperti glukoamilase, dan lain-lain, hal ini
BAL dan Saccharomyces cereviceae akan menyebabkan Saccharomyces cereviceae
merombak lebih banyak BO, khususnya dapat mengurai dinding sel tanaman
karbohidrat sebagai nutrisi pertumbuhan menjadi gulayang lebih sederhana serta
mereka. Hal ini sesuai dengan pernyataan mengurai karbohidrat lain sebagai sumber
Mc Donald (1981), bahwa BAL merupakan nutrisi untuk pertumbuhannya. Fluktuasi
bakteri homofermentatif. Zakariah (2016) nilai BO dikarenakan BAL sebagai
menyatakan bahwa Saccharomyces mikroorganisme yang dominan saat proses
cereviceae merupakan khamir bersel ensilase akan menggunakan mineral dalam
tunggal yang bersifat anaerob fakultatif. pertumbuhannya.

Tabel 3. pH silase rumput gajah


Perlakuan Rataan pH
P0 5,01±0,07b
P1 4,58±0,08a
P2 4,55±0,03a
P3 4,53±0,01a
Keterangan: hasil uji pH silase rumput gajah

Tabel 4. Kandungan nutrisi silase rumput gajah


Kandungan nutrisi (%BK)
Perlakuan
BK(%) BO (%)* PK (%)* SK (%)* LK (%)*
RG segar 27,68 92,28 9,20 30,02 2,08
c b a c
P0 23,74±0,48 83,75±0,12 9,07±0,12 28,24±0,37 2,02±0,06a
P1 23,25±0,34bc 83,55±0,33a 9,17±0,08a 27,13±0,48bc 2,22±0,04b
P2 22,44±0,18ab 83,19±0,25a 9,23±0,10a 26,54±0,28ab 2,36±0,05bc
P3 21,98±0,62a 83,01±0,13a 9,39±0,10b 25,52±0,38a 2,45±0,09c
Keterangan : (*) berdasarkan 100% BK
(a-c) superskrip yang berbeda pada kolom BK, SK dan LK menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Perlakuan penambahan level jus tape Fluktuasi kandungan protein P1-P3 diduga
singkong yang berbeda pada silase rumput karena jumlah mikroorganisme yang
gajah memberikan perbedaan yang nyata meningkat seiring dengan meningkatnya
pada kandungan PK silase (P<0,01). P3 penambahan jus tape singkong
memberikan perlakuan terbaik dengan PK menyumbang protein sel tunggal. Hal ini
sebesar 9,39%, hal ini akibat aktivitas diduga karena kandungan protein pada
mikroba dalam hal ini BAL yang proses ensilase juga ditunjang oleh protein
menghidrolisis protein dengan bantuan sel mikroba. Hal ini sesuai dengan
enzim protease. Protein yang dihasilkan pernyataan Zakariah (2016) bahwa
tetap tinggi karena berasal dari protein BAL kenaikan PK pada silase dengan inokulasi
itu sendiri (Asmoro, 2017). Hal ini sesuai L. plantarum dapat dipengaruhi oleh
dengan pernyataan Mc Donald (1981) pertumbuhan biomassa dari mikrobia.
bahwa BAL merupakan bakteri non- Adanya kenaikan kandungan PK
proteolitik dan juga memiliki kemampuan merupakan kontribusi dari inokulan
yang rendah untuk sintesis asam amino. mikrobia berupa protein sel tunggal.

DOI: 10.21776/ub.jnt.2020.003.02.3 68
Erna Yulinar, Dkk 2020

Berdasarkan Tabel 4, penambahan jus tape inkubasi karena terjadinya perombakan


singkong memberikan pengaruh yang karbohidrat menjadi asam lemak. Zakariah
sangat nyata terhadap kandungan SK silase (2016) melaporkan bahwa silase dengan
(P<0,01). penggunaan L. plantarum secara umum
Kandungan SK silase berdasarkan meningkatkan kandungan LK, jika
Tabel 4 cenderung menurun, diduga karena dibandingkan dengan kandungan LK pada
aktivitas penguraian SK oleh ragi tape yakni fase awal silase. Meningkatnya kandungan
Saccharomyces cereviceae pada saat proses LK dikarenakan mikroorganisme dapat
ensilase. Hal ini sesuai dengan kenyataan memproduksi minyak mikrobia, dimana
bahwa kadar SK P0 yakni 23,747% dan minyak tersebut disebut sebagai single cell
tidak jauh berbeda dengan kandungan SK oil (SCO). SCO memiliki kemiripan dengan
rumput gajah segar (30,02%). Namun pada SCP (single cell protein) yang biasa
P1-P3 yang ditambah dengan jus tape digunakan untuk menujukkan protein
singkong mengalami penurunan dan berasal dari mikroorganisme tunggal.
penurunan tersebut semakin nyata seiring
dengan penambahan jus tape singkong yang KESIMPULAN DAN SARAN
meningkat. Pemeraman jus tape singkong
menyebabkan khamir Saccharomyces Penambahan aditif berupa jus tape
cereviceae terus berkembang dan berperan singkong pada level yang berbeda
dalam memecah dinding sel. Hal ini memberikan hasil terbaik dengan kualitas
diperkuat oleh pernyataan Zakariah (2016) fisik silase yaitu warna hijau kecokelatan,
bahwa Saccharomyces cereviceae memiliki tekstur yang utuh, aroma yang baik (asam
kemampuan untuk merenggangkan dan dan tidak busuk), serta tidak adanya jamur,
mengurai fraksi SK. Saccharomyces mempercepat penurunan pH dan
cereviceae berkemampuan untuk enzim kandungan nutrisi yang cukup baik.
selulase, amilase dan linamarase sehingga
dapat mengurai selulosa sehingga DAFTAR PUSTAKA
menurunkan kadar SK silase. Selain itu,
kondisi asam akibat produksi asam laktat Adli, D. N., & Sjofjan, O. (2018). Nutrient
pada proses ensilase dapat pula content evaluation of dried poultry
merenggangkan fraksi NDF. Sehingga waste urea molasses block (DPW-
dapat disimpulkan bahwa penurunan UMB) on In-vitro analysis. Sains
kandungan SK dapat terjadi karena fraksi Peternakan, 16(2), 50–53. https://doi.
dinding sel merenggang akibat suasana org/10.20961/sainspet.v16i2.21264
asam serta adanya enzim selulase yang
disekresikan oleh Saccharomyces Adli, D. N., Sjofjan, O., & Mashudi, M.
cereviceae, dimana makin besar konsentrasi (2017). Dried of poultry waste urea-
jus tape singkong yang ditambahkan maka molasses block (dpw-umb) as
akan meningkatkan jumlah Saccharomyces potential for feed supplementation.
cereviceae yang bekerja mengurai selulosa. Jurnal Agripet, 17(2), 144–149. https://
Berdasarkan Tabel 4, penambahan jus doi.org/10.17969/agripet.v17i2.8391
tape singkong memberikan pengaruh yang
sangat nyata terhadap kandungan LK silase Adli, D. N., Sjofjan, O., & Mashudi, M.
(P<0,01). Perlakuan tertinggi pada P3 (2018). A study: nutrient content
(2,45%) hal ini diduga BAL menghidrolis evaluation of dried poultry waste urea
glukosa atau karbohidrat menjadi asam molasses block (dpw-umb) on
lemak seperti asam laktat, asam propionat, proximate analysis. Jurnal Ilmu-Ilmu
dan asam butirat. Hal ini didukung Wati Peternakan, 28(1), 84–89. https://doi.
dkk., (2018) bahwa kandungan lemak akan org/10.21776/ub.jiip.2018.028.01.09
meningkat siring dengan lamanya proses

DOI: 10.21776/ub.jnt.2020.003.02.3 69
Erna Yulinar, Dkk 2020

AOAC. (2005). Official Methods of Analysis penambahan molases terhadap


(18th ed.). Gaithersburg: Maryland. kualitas fisik dan kimia silase kulit
pisang sepatu (Mussa paradisiaca
Asmoro, D. S. (2017). Pengaruh Jenis formatypica). ZOOTEC, 37(1), 156–
Hijauan Pada Pembuatan Silase 166. https://doi.org/10.35792/zot.37.1
Pakan Lengkap Terhadap Kualitas .2017.14419
Fisik, pH, dan Kandungan Nutrisi.
Universitas Brawijaya. Prabawati, S., Richana, N., & Suismono.
(2011). Inovasi pengolahan singkong
Donald, M. (1981). The Biochemistry of meningkatkan pendapatan dan
Silage. New York: John Wiley & Sons diversifikasi pangan. Sinar Tani Edisi
Inc. 4-10 Mei 2011 No.3404 Tahun XLI,
(4), 1–5.
Ella, A. (2002). Produktivitas dan Nilai
Nutrisi Beberapa Renis Rumput dan Prabowo, A., Susanti, A., & Karman, J.
Leguminosa Pakan yang Ditanam (2013). Pengaruh Penambahan
pada Lahan Kering Iklim Basah. Bakteri Asam Laktat terhadap pH dan
Makassar: Balai Pengkajian Penampilan Fisik Silase Jerami
Teknologi Pertanian Sulawesi Selata. Kacang Tanah. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan Dan Veteriner.
Gultom, G. (2017). Komposisi
Mikroorganisme dan Kimia Tape Rusdy, M. (2017). Pengawetan hijauan
Singkong dan Tape Ketan yang pakan. Makasar: Sign Publisher.
Diproduksi di Daerah Bogor. Institut
Pertanian Bogor. Wati, W. S., Mashudi, M., & Irsyammawati,
A. (2018). Kualitas silase rumput odot
Hidayat, N., Padaga, M. C., & Susilorini, S. (Pennisetum Purpureum Cv.Mott)
(2006). Mikrobiologi Industri. dengan penambahan lactobacillus
Yogyakarta: Andi Offset. plantarum dan molasses pada waktu
inkubasi yang berbeda. Jurnal Nutrisi
Karastogianni, S., Girousi, S., & Ternak Tropis, 1(1), 45–53. https://
Sotiropoulos, S. (2016). pH: principles doi.org/10.21776/ub.jnt.2018.001.01.6
and measurement. In Encyclopedia of
Food and Health (pp. 333–338). https: Wattiaux. (2013). Intoduction to Silage
//doi.org/10.1016/B978-0-12-384947- Making. Dairy Updates : Feeding,
2.00538-9 502, 1–12.

Kusumaningati, M. A., Nurhatika, S., & Woodard, K. R., & Prine, G. M. (1993). Dry
Muhibuddin, A. (2013). Pengaruh matter accumulation of elephantgrass,
konsentrasi inokulum bakteri energycane, and elephantmillet in a
zymomonas mobilis dan lama subtropical climate. Crop Science,
fermentasi pada produksi etanol dari 33(4), 818–824. https://doi.org/10.21
sampah sayur dan buah pasar 35/cropsci1993.0011183X003300040
Wonokromo Surabaya. Jurnal Sains 038x
Dan Seni ITS, 2(2), E218–E223. https://
doi.org/10.12962/j23373520.v2i2.4298 Zakariah, A. (2016). Potensi Kulit Buah
Kakao sebagai Pakan Ternak
Larangahen, A., Bagau, B., Imbar, M. R., & Ruminansia. Makasar: Pustaka
Liwe, H. (2016). PEngaruh Almaida.

DOI: 10.21776/ub.jnt.2020.003.02.3 70

Anda mungkin juga menyukai