Anda di halaman 1dari 147

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by bkg

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK


DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum)
DALAM PENGENCER TERHADAP
KUALITAS SEMEN KAMBING BOER
SELAMA PENYIMPANAN SUHU RUANG

SKRIPSI

Oleh :
Bagas Dwi Hermawan
NIM. 155050100111135

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK
DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum)
DALAM PENGENCER TERHADAP
KUALITAS SEMEN KAMBING BOER
SELAMA PENYIMPANAN SUHU RUANG

SKRIPSI

Oleh :
Bagas Dwi Hermawan
NIM. 155050100111135

Skripsi ini merupakan salah satu


syarat untuk memeperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
SURAT KETERANGAN
Penelitian dengan tema pengaruh ekstrak daun kemangi
terhadap kualitas spermatozoa kambing Boer selama penyimpanan
suhu ruang dilaksanakan secara kelompok dengan anggota sebagai
berikut:

No. Nama Judul

1 Bagas Dwi Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun


Hermawan Kemangi (Ocimum sanctum) dalam
Pengencer Terhadap Kualitas Semen
(155050100111135) Kambing Boer Selama Penyimpanan
Suhu Ruang

2 Melita Sari Pengaruh Ekstrak daun Kemangi


dengan Pelarut Aseton 96% dalam
(155050101111120)
Pengencer Tris Aminomethan
Terhadap Kualitas Semen Kambing
Boer Selama Penyimpanan Suhu
Ruang.

3 Novia Indriani Pengaruh Ekstrak daun Kemangi


dengan Pelarut Etanol 96% dalam
(155050100111269)
Pengencer Tris Aminomethan
Terhadap Kualitas Semen Kambing
Boer Selama Penyimpanan Suhu
Ruang.
4 Riky Nugroho Pengaruh Ekstrak daun Kemangi
Pranata dengan Pelarut Etanol 70% dalam
Pengencer Tris Aminomethan
(155050101111126)
Terhadap Kualitas Semen Kambing
Boer Selama Penyimpanan Suhu
Ruang.

5 Aida Fitriyati Pengaruh Ekstrak daun Kemangi


dengan Pelarut Aseton 70% tanpa
(15505010111146)
inaktivasi dalam Pengencer Tris
Aminomethan Terhadap Kualitas
Semen Kambing Boer Selama
Penyimpanan Suhu Ruang

Demikian surat pernyataan ini disampaikan, agar


digunakan sebagaimana mestinya.
Malang, 19 Maret 2019

Penulis

(Bagas Dwi Hermawan.)


NIM : 15505050100111135
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Bagas Dwi Hermawan, dilahirkan di
Malang, 30 Desember 1996. Penulis merupakan putra kedua
dari Bapak Sukardi dan Ibu Marpik. Penulis memiliki seorang
kakak laki-laki bernama Edi Purwanto. Penulis memiliki
jenjang pendidikan di TK Tunas Harapan. Lulus pada tahun
2003, dilanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Pisangan
Baru 01 Pagi, penulis lulus tahun 2009. Lulus dari jenang
Sekolah Dasar penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang
Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 216 Jakarta Pusat
dan lulus tahun 2012. Ditahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Atas di SMA
Negeri 21 Jakarta Timur, dan lulus pada tahun 2015. Tahun
2015 penulis diterima di Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya Malang melalui jalur SBMPTN.
Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti Unit
Kegiatan Mahasiswa Flag Football Universitas Brawijaya
Malang, selain itu penulis juga tergabung dalam komunitas
Flag Football regional Malang. Tahun 2017 penulis diangkat
sebagai Wakil Ketua komunitas Flag Football regional
Malang. Penulis melakukan Praktek Kerja Lapang selama 1
bulan di Cibugary Dairy Farm, Pondok Rangon, Jakarta
Timur.

i
ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur penulis panjatkan


kehadirat Allah SWT atas karunia dan limpahan rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul
PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN
KEMANGI (Ocimum sanctum) DALAM PENGENCER
TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER
SELAMA PENYIMPANAN SUHU RUANG. Shalawat
serta salam penulis panjatkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan pihak
lain, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr.Sc.Agr. Ir. Suyadi MS., IPU selaku
Dekan Fakultas Peternakan dan juga
pembimbing yang selalu memberikan arahan
dan bimbingan selama penyusuan skipsi.
2. Prof. Dr.Ir. Lilik Eka Radiati, MS., IPU
selaku Wakil Dekan I, Prof. Dr. Ir. Budi
Hartono, MS., IPU selaku Wakil Dekan II dan
Dr. Ir. Osfar Sjofjan, M.Sc., IPU selaku Wakil
Dekan III.

iii
3. Dr. Ir. Sri Minarti, MP, IPM. selaku ketua
Jurusan Peternakan yang selalu memberikan
arahan dan motivasi
4. Dr. Ir. Agus Susilo, S.Pt., Mp., IPM selaku
Ketua Program Studi Peternakan yang selalu
memberi motivasi.
5. Ir. Nur Cholis, M.Si., IPM selaku Ketua
Peminatan Produksi Ternak
6. Dr. Ir. Kuswati, MS., IPM, Dr. Ir. Muhammad
Halim Natsir, S.pt., MP., IPM dan Dr. Ir. Umi
Wisaptinigsih Suwandi, MS selaku penguji
ujian yang telah memberikan saran dan
bimbingan.
7. Bapak Sukardi, Ibu Marpik dan Edi Purwanto
selaku orang tua dan keluarga penulis yang
senantiasa memberi semangat, motivasi dan
iringan doa sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak Udin dan Bapak Somali selaku laboran
yang membantu selama pra penelitian dan
penelitian.
9. Riky Pranata, Novia Indriani, Melita Sari dan
Aida Fitriyati selaku teman sekelompok
penulis dalam penelitian.
iv
10. Seluruh kerabat di Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya Malang yang selalu
memberikan dukungan dan masukan kepada
penulis.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis


menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum
sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena itu saran serta
kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis ada pada khususnya dan bagi
pembaca. Amin Ya Robbal’alamin

Malang, 30 September 2018

Penulis

v
vi
THE EFFECT OF KEMANGI LEAF EXRACT (Ocimum
sanctum) IN DILUENT TO QUALITY OF BOER SEMEN
DURING STORAGE ROOM TEMPERATURE
Bagas Dwi Hermawan1), Suyadi2),
1)
Student of Faculty Animal Science, Brawijaya University,
Malang
2)
Lecturer of Faculty Animal Science, Brawijaya University,
Malang
Email : bagaswk20@gmail.com
ABSTRACT
Spermatozoa will undergo metabolism during storage.
Metabolic processes produce lipid peroxide reacts with free
radicals, that activate Reactive Oxygen Species (ROS)
overload, and decrease in sperm quality during the storage
process. This study aims about affect kemangi leaf extract in
Tris egg yellow diluents to spermatozoa quality. The kemangi
leaf found from traditional market in Malang. Kemangi leaf
extract maked by maseration metodhe using 70% aceton . The
materials used for this research was Boer goat with average
body weight 50-60 Kg. Semen collection four times a week
with artificial vagina. Addition of onion extract at 0%, 1%,
2%, and 3% during 1, 2 and 3 hours storage at room
temperature. The design of experiments used was Complete
randomized design with 4 treatments and 10 repetitions, if
there is a difference followed by Duncan's Multiple Range
Test. The observation showed that the rate of addition of
kemangi leaf extract did not provides a significant influence
(P>0,05) against sperm motility. Kemangi leaf extract
addition of 3% (P3) give the best result on the 0, 1 st, 2nd, 3rd

vii
hours respectively 73%, 65.5%, 55% and 44.5%. Kemangi
leaf extract additional level also did not gives a significant
influence (P>0,05) in maintaining the viability of spermatozoa
during storage. Percentage viability P3 treatment on the 0, 1
st, 2nd, 3rd hours is 87.4%, 82.5%, 78.3% and 74.5%.
Kemangi leaf extract additional level gives a significant
influence (P<0,05) in maintaining the abnormalities of
spermatozoa during storage. The rate of Kemangi leaf Extract
3% also can keep the increase in abnormalities of spermatozoa
during storage. At the 1, 2, and 3 hours respectively for 3.9%,
4.46%, 6.63% and 7.26%.
Keywords : Spermatozoa, ROS, Kemangi leaf extracy, Semen
Quality

viii
PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN
KEMANGI (Ocimum sanctum) % DALAM PENGENCER
TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER
SELAMA PENYIMPANAN SUHU RUANG.
Bagas Dwi Hermawan1), Suyadi2),
1)
Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya,
Malang
2)
Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang
Email : bagaswk20@gmail.com

RINGKASAN

Daun kemangi (Ocimum sanctum) merupakan salah satu


tumbuhan yang mengandung banyak antioksidan. Salah satu
antioksidan yang banyak ditemukan dalam daun kemangi
adalah flavonoid. Penambahan ekstrak daun kemangi ke
dalam pengencer Tris Kuning Telur mampu meredam radikal
bebas sehingga mampu mempertahankan kualitas semen
selama penyimpanan suhu ruang.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh
penambahan ekstrak daun kemangi kedalam pengencer
terhadap kualitas semen kambing Boer meliputi motilitas,
viabilitas dan abnormalitas selama penyimpanan suhu ruang.
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai informasi
tentang penggunaan ekstrak daun kemangi kedalam pengencer
terhadap kualitas semen selama penyimpanan suhu ruang.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2018
hingga Februari 2019, pembuatan ekstrak daun kemangi
dilakukan di Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Malang dan diteruskan di Laboratorium
Lapang Sumber Sekar Fakultas Peternakan Universitas

ix
Brawijaya, Malang untuk penampungan semen kambing Boer
dan evaluasi kualitas spermatozoa kambing Boer.
Materi penelitian ini adalah kambing Boer yang
dipelihara di Laboratorium Lapang Sumber Sekar Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya, Malang, sebanyak 4 ekor
yang berumur 4-5 tahun dengan berat 50-60kg. Penampungan
semen dilakukan sebanyak 4 kali dalam satu minggu dengan
menggunakan metode vagina buatan. Metode penelitian ini
adalah percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap yang
terdiri dari 4 perlakuan dan 10 ulangan. Adapun perlakuan
tersebut adalah P0 tanpa penambahan ekstrak daun kemangi,
P1 penambahan 1% ekstrak daun kemangi, P2 penambahan
2% ekstrak daun kemangi dan P3 penambahan 3% ekstrak
daun kemangi. Variabel yang diamati adalah motilitas,
viabilitas dan abnormalitas. Pengamatan dilakukan pada jam
ke 0, 1, 2 dan 3. Data dianalitis dengan One way Anova dan
dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak
daun kemangi tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap motilitas
individu dan viabilitas, namun berpengaruh (P<0,05) terhadap
abnormalits spermatozoa kambing boer selama penyimpanan
suhu ruang. Nilai motilitas terbaik dihasilkan pada P3 dengan
penambahan 3% ekstrak daun kemangi dengan rataan
persentase sebesar 73±4,83%, 65,5±4,97%, 55±5,57%,
44,5±6,43%. Penambahan ekstrak daun kemangi tidak
berpengaruh (P>0,05) terhadap persentase viabilitas selama
penyimpanan suhu ruang. Persentase viabilias terbaik
dihasilkan P3 dengan rataan persentase sebesar 87,4±3,03%,
82,5±2,57%, 78,3±4,48%, 74,5±5,74%. Penambahan ekstrak
daun kemangi memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05)
terhadap persentase abnormalitas selama penyimpanan suhu
ruang. Persentase abnormalitas terbaik pada jam ke-0 terdapat
pada P3 dengan rataan sebesar 3,9±0,69%, persentase terbaik
jam ke-1 terdapat pada P2 dengan persentase sebesar
x
4,31±1,59%. persentase abnormalitas terbaik untuk jam ke 2
dan ke-3 terdapat pada P2 dengan rataan persentase sebesar
5,78±0,90% dan 7,15±1,42%.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu penambahan ekstrak
daun kemangi masih belum mampu memberikan pengaruh
terhadap motilitas dan viabilitas namun untuk abnormalitas
memberikan pengaruh. P3 memberikan hasil terbaik terhadap
kualitas spermatozoa kambing Boer meliputi motilitas,
viabilitas dan abnormalitas selama penyimpanan suhu ruang.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengenceran
dengan penambahan ekstrak daun kemangi guna mendapatkan
hasil yang lebih optimal.

xi
xii
DAFTAR ISI

Isi Halaman
RIWAYAT HIDUP ................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................... iii
ABSTRACT ......................................................................... vii
RINGKASAN ....................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................... xiii
DAFTAR TABEL............................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ......................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................... xviii
DAFTAR SINGKATAN .................................................... xix

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................3
1.3 Tujuan....................................................................4
1.4 Kegunaan ...............................................................4
1.5 Kerangka pikir .......................................................4
1.6 Hipotesis ................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kambing boer ........................................................9
2.2Semen Kambing ..................................................10
2.3 Sel Spermatozoa ..................................................11
2.4 Metabolisme Sel Spermatozoa ............................13
2.5 Pengenceran.........................................................15
2.6 Struktur membran ................................................16
2.7 Radikal bebas (Reactive Oxygen Species) ...........18
2.8 Antioksidan .........................................................21
2.9 Daun Kemangi .....................................................23
2.10 Kandungan Bahan Aktif Daun Kemangi ........25
2.11 Flavonoid ........................................................27
xiii
2.12 Metode Ekstraksi ............................................30
2.13 Evaluasi Semen ...............................................31
a. Evaluasi Makroskopis .................................32
b. Evaluasi Mikroskopis ..................................33

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN


3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................37
3.2 Materi penelitian ...............................................37
3.3 Alat dan Bahan .................................................38
3.4 Metode Penelitian .............................................40
3.5 Jalannya penelitian............................................41
3.5.1 Pembuatan Ekstrak daun kemangi ...........41
3.5.2 Pembuatan bahan pengencer ....................42
3.5.3 Penampungan semen................................43
3.5.4 Evaluasi Semen Segar ..............................45
3.5.5 Pengenceran Semen .................................49
3.5.6 Variabel yang diamati ..............................51
3.6 Analisis data......................................................53
3.7 Kerangka Operasional.......................................54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Kualitas Semen Segar .......................................55
4.2 Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Kemangi
Terhadap Motilitas Spermatozoa Selama
Penyimpanan Suhu Ruang ..............................60
4.3 Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Kemangi
Terhadap Viabilitas Spermatozoa Selama
Penyimpanan Suhu Ruang ..............................65

4.4 Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Kemangi


Terhadap Abnormalitas Spermatozoa Selama
Penyimpanan Suhu Ruang ..............................71
xiv
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan..........................................................77
5.2 Saran ....................................................................77

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................79

LAMPIRAN ..........................................................................91

xv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Kualitas semen segar Kambing Boer ........................55
2. Rataan persentase Motilitas individu kambing
boer dengan penambahan ekstrak daun kemangi
selama penyimpanan suhu ruang...............................61
3. Rataan Persentase Viabilitas spermatozoa
kambing boer dengan penambahan ekstrak
daun kemangi selama penyimpanan suhu ruang .......66
4. Rataan persentase Abnormalitas spermatozoa
kambing boer dengan penambahan ekstrak daun
kemangi selama penyimpanan suhu ruang. ...............72

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Skema Kerangka pikir penelitian ................................6
2. Pejantan kambing boer ..............................................10
3. Morfologi spermatozoa pada ternak kambing ...........12
4. Proses metabolisme pada sel sperma ........................14
5. Lapisan Lipid bilayer ................................................17
6. Proses terbentuknya peroksidasi lipid .......................19
7. Perbedaan struktur molekul stabil dengan radikal
bebas..........................................................................19
8. Sumber dan efek dari Reactive Oxygen Species
pada semen ................................................................20
9. Reaksi antioksidan terdahap radikal bebas................21
10. Peredaman radikal bebas oleh flavonoid ...................22
11. Daun kemangi ...........................................................24
12. kerangka C6- C3- C6 Flavonoid .................................26
13. Rumus kimia flavonoid .............................................28
14. Penangkapan spesies oksigen reaktis (ROS) .............29
15. Pejantan kambing boer yang akan dikoleksi semen ..30
16. Proses koleksi semen kambing boer..........................45
17. Prosedur pengencerean semen ..................................50
18. Kerangka operasional penelitian ...............................54
19. Grafik persentase motilitas individu spermatozoa
kambing boer selama penyimpanan suhu ruang .......63
20. Grafik persentase viabilitas spermatozoa
kambing boer selama penyimpanan suhu
ruang.........................................................................68
21. Pengamatan viabilitas spermatozoa dengan
mikroskop perbesaran 400x ......................................71
22. Grafik persentase abnormalitas spermatozoa
kambing Boer selama penyimpanan suhu ruang .......74
23. Pengamatan abnormalitas spermatozoa dengan
mikroskop perbesaran 400x ......................................76

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Kualitas semen segar................................................91
2. Analisis Data Motilitas Spermatozoa Jam ke 0 .......92
3. Analisis Data Motilitas Spermatozoa Jam ke 1 .......94
4. Analisis Data Motilitas Spermatozoa Jam ke 2 .......96
5. Analisis Data Motilitas Spermatozoa Jam ke 3 .......98
6. Analisis Data Viabilitas Spermatozoa Jam ke 0 ...100
7. Analisis Data Viabilitas Spermatozoa Jam ke 1 ...102
8. Analisis Data Viabilitas Spermatozoa Jam ke 2 ...104
9. Analisis Data Viabilitas Spermatozoa Jam ke 3 ...106
10. Analisis Data Abnormalitas Spermatozoa Jam
ke 0 .........................................................................108
11. Analisis Data Abnormalitas Spermatozoa Jam
ke 1 .........................................................................110
12. Analisis Data Abnormalitas Spermatozoa Jam
ke 2 .........................................................................113
13. Analisis Data Abnormalitas Spermatozoa Jam
ke 3 .........................................................................116
14. Prosedur ekstraksi daun kemangi ...........................119

xviii
DAFTAR SINGKATAN

ANOVA : Analysis Of Variance


ATP : Adenosine Trifosfat
BBIB : Balai Besar Inseminasi Buatan
IB : Inseminasi Buatan
DNA : deoxyribonucleic acid
EDK : Ekstrak Daun Kemangi
HTC : Hand Tally Counter
HOST : Hipo Osmotic Swelling Test
Kg : Kilogram
M : Meter
Ml : Milimeter
MDA : Malondialdehyde
MPU : Membran Plasma Utuh
Nacl : Natrium klorida
pH : Potential of Hidrogen
ROS : Reactive Oxigen Species
RPM : Revolutions Per Minute

xix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kambing Boer merupakan salah satu kambing pedaging
yang memiliki persentase karkas yang tinggi dan tubuh yang
kompak. Kambing ini berasal dari Afrika Selatan, beberapa
negara maju sudah mengembangkan kambing Boer. Kambing
Boer memiliki produktifitas yang tinggi terutama untuk
produksi daging. Pertambahan bobot badan kambing Boer
dapat mencapai 140-250 gr/ ekor/ hari, selain itu persentase
daging pada karkas kambing Boer mencapai 40-50% dari
bobot badan (Nasich ,2010). Saat ini kambing boer telah
banyak di kembangkan di Indonesia guna meningkatkan
kualitas kambing lokal, Inseminasi Buatan (IB) merupakan
salah satu teknologi reproduksi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas ternak.
Inseminasi Buatan merupakan teknologi rekproduksi yang
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan populasi
ternak, dengan metode IB seekor pejantan dapat dimanfaatkan
untuk mengawini banyak betina, selain itu juga memungkinkan
perkawinan silang (Thomassen dan Farstad 2009). Inseminasi
buatan pada ternak kambing mulai dilakukan di Indonesia pada
tahun 1998. Kegiatan ini dilakukan di stasiun penelitian ternak
ruminansia kecil Balai Penelitian Ternak, Cilebut Bogor
(Ismeth, 2014).
Keberhasilan inseminasi buatan di pengaruhi oleh
berbagai faktor mulai dari kualitas semen yang digunakan,
keterampilan inseminator, kondisi fisiologis ternak betina dan
waktu birahi. Keberhasilan IB kambing di Indonesia masih
1
rendah, menurut Ismeth (2014) inseminasi buatan di Indonesia
menghasilkan tingkat kebutingan yang masih rendah kurang
dari 30%. Semen yang di koleksi harus memenuhi standar
sebelum di encerkan, proses pengenceran ini bertujuan untuk
memberikan medium bagi spermatozoa dan memperpanjang
masa simpan. Susilawati (2011) menambahkan bahwa alasan
utama dilakukan pengenceran adalah agar semen pejantan
unggul dapat digunakan untuk menginseminasi lebih banyak
betina dan dapat memberikan medium yang cocok sebagai
sumber nutrisi, kontrol pH, dan mempertahankan tekanan
osmotik spermatozoa.
Banyak bahan yang dapat digunakan sebagai pengencer,
salah satunya adalah Tris Kuning Telur. Tris Kuning Telur
merupakan pengencer yang terdiri dari asam sitrat, rafinosa,
fruktosa, lakstosa, penicylin, streptomycin, aquabidest dan
kuning telur. Pengencer tris memiliki sifat buffer yang baik,
kandungan glukosa dapat berguna sebagai sumber energy dan
kandungan kuning telur berguna sebagai sumber asam asmino
bagi spermatozoa (Setiono, Suharyati dan Purnama, 2015).
Penyimpanan semen dapat mempengaruhi kualitas dari
spermatozoa. Turunnya kualitas spermatozoa diakibatkan oleh
kerusakan struktur membran spermatozoa yang disebabkan
oleh reactive oxygen species (ROS). Radikal bebas akan
merangsang terjadinya reaksi autokatalitik yang akan merusak
ikatan ganda penyusun membran sel. Reaksi tersebut dapat di
putus dengan penambahan antioksidan. Antioksidan
merupakan senyawa yang mampu menunda, memperlambat
dan mencegah proses oksidasi lipid ( Jackie, 2017). Dengan
adanya antioksidan reaksi berantai radikal bebas dapat diputus
karena antioksidan menyumbangkan elektron bebasnya ke
2
dalam radikal bebas sehingga susunan kimia radikal bebas
berubah.
Antioksidan umumnya banyak terdapat pada tumbuhan,
salah satunya tumbuhan yang banyak mengandung antioksidan
adalah Kemangi. Kemangi merupakan tanaman yang sangat
popular di Indonesia, tanaman dengan nama latin (Ocimum
sanctum) sering digunakan sebagai obat. Tanaman kemangi
mudah didapatkan selain itu juga memiliki harga yang murah
dan mengandung banyak antioksidan. Kemangi memiliki
kandungan antioksidan alami berupa senyawa fenolik
(tokoferol, flavonoid, asam fenolat), senyawa nitrogen
(alkaloid, turunan klorofil, asam amino dan amina) dan beta
karoten (Kusuma, 2010). Selain itu kemangi memiliki
kandungan araginin yang dapat mencegah kemandulan dan
menambah daya tahan sperma (Kurniawan, 2013). Kandungan
flavonoid dalam daun kemangi mampu mencegah terjadinya
radikal bebas dangan cara mendonorkan elektronnya(Lahos
dan Das, 2010).
Berdasarkan uraian diatas kualitas semen selama
penyimpanan sangat penting diketahui karena menentukan
sejauh mana daya hidup dan fertilitas spermatozoa sehingga
perlu dilakukan penelitian yang membahas mengenai pengaruh
pemberian ekstrak daun kemangi dalam pengencer tris kuning
telur terhadap kualitas semen kambing boer selama
penyimpanan suhu ruang.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pengaruh tingkat pemberian ekstrak daun
kemangi dalam pengencer terhadap kualitas semen kambing
Boer selama penyimpanan suhu ruang ?
3
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penambahan ekstrak daun kemangi dalam pengencer Tris
Kuning Telur terdahap kualitas semen kambing Boer selama
penyimpanan suhu ruang dan mengetahui kadar ekstrak daun
kemangi terbaik dalam pengencer.

1.4 Kegunaan
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah
satu sumber ilmu pengetahuan bagi para akademisi baik
mahasiswa maupun dosen, tentang manfaat dari ekstrak daun
kemangi sebagai salah satu sumber antioksidan alami yang
dapat digunakan dalam pengenceran semen kambing.
Penelitian ini juga diharapkan mampu dijadikan acuan untuk
penelitian lainnya yang membahas ekstrak daun kemangi
ataupun pengenceran semen kambing.

1.5 Kerangka Pikir


Pelaksanaan Inseminasi Buatan membutuhkan semen
yang berkualitas, semen segar ditampung dan diberi pengencer
guna mempertahankan kualitas semen serta memperbanyak
volume. Cairan pengencer harus mengadung zat-zat yang
dibutuhkan oleh spermatozoa, menurut Veronika (2015)
pengencer harus mengandung sumber nutrisi, anti cold-shock,
antibiotik, buffer serta krioprotektan yang melindungi
spermatozoa dalam proses pendinginan dan pembekuan.
Selama proses penampungan, pengenceran dan
penyimpanan, spermatozoa mengalami penurunan kualitas.
Penurunan kualitas tersebut diakibatkan kontak dengan
oksigen mulai dari proses koleksi sampai penyimpanan. Proses
4
ini menyebabkan Reactive Oxygen Species (ROS)
mengoksidasi membran sel spermatozoa yang mengakibatkan
kerusakan pada membran sel. Erviana dkk (2012)
menambahkan bahwa Radikal bebas adalah senyawa kimia
yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan.
Senyawa ini bersifat tidak stabil dan sangat reaktif. Dalam
rangka mendapatkan kestabilan kimia, radikal bebas akan
berikatan dengan bahan sekitarnya. Radikal bebas akan
menyerang molekul stabil terdekat dan mengambil elektron,
zat yang terambil elektronnya akan menjadi radikal bebas
sehingga memulai reaksi berantai, yang akhiri dengan
terjadinya kerusakan sel. Penambahan antioksidan diharapkan
mampu memutus rantai reaksi yang disebabkan oleh radikal
bebas guna mempertahankan kualitas semen.
Antioksidan banyak didapatkan dalam tanaman herbal,
salah satu tanaman herbal yang mengandung banyak
antioksidan adalah kemangi. Kemangi (Ocimum sanctum)
merupakan salah satu tumbuhan yang mengadung banyak
antioksidan, salah satunya Flavonoid. Flavonoid mampu
menangkal radikal bebas dengan mereduksi radikal bebas
tersebu.

5
Semen kambing Boer Faktor yang
mempengaruhi kualitas
semen selama
penyimpanan antara
Penyimpanan suhu ruang lain: bahan pengencer,
kondisi penyimpanan,
waktu, aerasi,
temperature (Siudzinska
Spermatozoa + Radikal Bebas
dan Lukaszewicz. 2008)

Semen tanpa Penambahan ekstrak


penambahan daun kemangi
antioksidan (flavonoid)

Peredaman radikal
Peningkatan jumlah bebas oleh flavonoid
radikal bebas pada yang terdapat dalam
semen ekstrak daun kemangi

Kerusakan Membran
Pemutusan ikatan radikal
dan kematian
bebas
spermatozoa

Penurunan jumlah radikal


bebas

Kualitas spermatozoa dapat


dipertahankan
Gambar 1. Skema Kerangka pikir penelitian
6
1.6 Hipotesis
Penambahan ekstrak daun kemangi dalam pengencer
mampu mempertahankan kualitas (motilitas, viabilitas dan
abnormalitas) semen kambing Boer selama penyimpanan suhu
ruang.

7
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kambing Boer


Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan telah menjadi
ternak yang ter-registrasi di Indonesia selama lebih dari 65
tahun. Kata "Boer" artinya petani. Secara umum Kambing
Boer mempunyai tanda-tanda yang jelas yaitu: Tanduk
melengkung keatas dan kebelakang, telinga lebar dan
menggantung, hidung cembung, rambut relatif pendek sampai
sedang (Syawal. 2010)
Kambing Boer merupakan salah satu ternak yang dapat
digunakan sebagai sumber kebutuhan daging bagi masyarakat
serta mempunyai prospek untuk dikembangkan karena
mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan jenis kambing
lainnya yakni pertumbuhannya yang cepat, ukuran tubuh yang
besar, dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.
kambing Boer memiliki produktifitas yang tinggi terutama
untuk produksi daging. Pertambahan bobot badan kambing
Boer dapat mencapai 140-250 gr/ ekor/ hari, selain itu
persentase daging pada karkas kambing Boer mencapai 40-
50% dari bobot badan (Nasich, 2010).

9
Gambar 2. Pejantan kambing boer

2.2 Semen Kambing


Khaidir (2006) menyatakan bahwa semen adalah lendir
yang keluar dari organ reproduksi jantan, yang mana terdiri
dari bagian padat dan bagian cair. Bagian padat ialah
spermatozoa, sedangkan bagian cair disebut plasma semen (air
mani). Semen kambing normal umumnya berwarna puti susu-
krem dengan konsistensi kental. Semen kambing terdiri dari
dua unsu utama yaitu plasma dan spermatozoa. Plasma
merupakan cairan yang sebagian besar disekresikan oleh
kelenjar vesikularis dan dalam jumlah kecil disekresikan oleh
testes. Semen kambing berwarna abu-abu hingga kekuningan
dan diantara pejantan warna bervatiasi juga pada pejantan yang
sama. Volume ejakulasi rata rata kambing adalah 1ml dengan
range antara 0,5 s/d 1,2 ml (Susilawato, 2011).
Volume yangdiejakulasikan dipengaruhi oleh umur
pejantan, kondisi fisik, musim, ketrampilan, kolektor dan
10
frekuensi penampungan. Jika penampungan dengan
menggunakan vagina buatan dibutuhkan false mounting untuk
meningkatkan volume dan jika sering dilaukan penampungan
yaitu lebih dari 3X dalam seminggu volume akan menurun.
Volume ejakulasi rata-rata semen kambing sebanyak 1ml
dengan range antara 0,5 s/d 1,2 ml (Susilawati, 2011).
Penilaian konsentrasi spermatozoa tiap milliliter
semen sangat penting, karena faktor ini dipakai sebagai kriteria
penentu kualitas semen dan menentukan tingkat
pengencerannya. Konsentrasi yaitu jumlah spermatozoa per
unit volume (permililiter). Konsentrasi spermatozoa tiap
ejakulasi berkisar antara 1,5-5,0 x 109 spermatozoa/ ml. pH
rata-rata semen kambing berkisar sekitar 7,0 ( Kartika, 2014).

2.3 Sel Spermatozoa


Spermatozoa merupakan sel yang sangat terspesialisasi
dan padat yang tidak lagi mengalami pembelahan atau
pertumbuhan, berasal dari gonosit yang menjadi
spermatogonium, spermatosit primer dan sekunder dan
selanjutnya berubah menjadi spermatid dan akhirnya berubah
menjadi spermatozoa. Spermatozoa terdiri atas dua bagian
fungsional yang penting yaitu kepala dan ekor (Syauqy, 2014).
Pada hewan ruminant, kepala spermatozoa berbentuk
oval, datar/flat, dengan nucleus terdiri atas kromatin yang
kompak. Kromatin yang sangat padat menganduk
deoksiribinuklead asid (DNA) kromoso. Jumlah kromosom
yang terdapat pada spermatozoa adalah haploid atau setengah
dari jumlah DNA sel somatic pada spersies yang sama, yang
diahsilkan dari pembelahan miosis yang terjadi selama
pembentukan spermatozoa (Riyadhi, 2010).
11
Gambar 3. Morfologi spermatozoa pada ternak kambing
(Riyadhi. 2010)

Pada hewan ruminant, kepala spermatozoa berbentuk


oval, datar/flat, dengan nucleus terdiri atas kromatin yang
kompak. Kromatin yang sangat padat menganduk
deoksiribinuklead asid (DNA) kromoso. Jumlah kromosom
yang terdapat pada spermatozoa adalah haploid atau setengah
dari jumlah DNA sel somatic pada spersies yang sama, yang
diahsilkan dari pembelahan miosis yang terjadi selama
pembentukan spermatozoa (Riyadhi, 2010).
Ekor spermatozoa terbagi atas bagian leher (neck), tengah
(middle), utama (principal), dan bagian ujung (end piece).
Pada bagian tengah serta seluruh ekor terdiri atas aksonema.
Aksonema merupakan tersusun dari Sembilan pasang
mikrotubulus secara radial yang mengelilingi dua pusat
filament (riyadhi, 2010). Ekor spermatozoa merupakan bagian
dan terpanjang dari spermatozoa,yamg terbagi atas leher,
bagian tengah, bagian utama dan bagian ujung. Bagian leher
spermatozoa kurang jelas bentuknya dan pada bagian ini pula
12
akan terlihat bagaimana kepala spermatozoa mudah terlepas
dari bagian badan dan ekor. Bagian tengah merupakan bagian
yang paling lebar dari ekor spermatozoa dan di kelilingi oleh
mitokondria. Bagian utama merupakan bagian terpanjang dari
ekor spermatozoa dan mengandung banyak mesin penggerak
(propellinh machinery) serta mempunyai selubung yang
berserat. Bagian ujung ekor relatif pendek dan tidak
mempunyai selubung (Samsudewa dan Endang, 2006).

2.4 Metabolisme Sel Spermatozoa


Semen akan mengalami proses metabolisme selama
penyimpanan pada suhu ruang maupun dingin. Metabolisme
semen menghasilkan salah satunya reaksi peroksidatif lipid
jika bereaksi dengan radikal bebas (Effendi, Wahjuningsih dan
Ihsan. 2015). Terjadinya proses peroksidasi pada spermatozoa
akan diikuti oleh perubahan struktur membran plasma
spermatozoa, sehingga mengubah kestabilan dan fungsi
membran, serta menurunkan fluiditas membran spermatozoa.
Rusaknya membran plasma mitokondria spermatozoa
mengakibatkan terganggunya metabolisme (Suyadi,
Rachmawati dan Iswanto. 2012). Alawiyah dan Hartono
(2006) Peroksidasi lipid akan menyebabkan kerusakan struktur
dan terganggunya metabolisme spermatozoa yang berakibat
spermatozoa mati.

13
Gambar 4. Proses metabolisme pada sel sperma (Sumber :
Park, Park, Lee dan Dong. 2003)

Proses metabolisme spermatozoa akan meningkat


mengakibatkan asam laktat juga meningkat. Semakin banyak
jumlah asam laktat maka akan terjadinya peningkatan
kerusakan membran sehingga menurunkan proses metabolisme
yang akan berpengaruh pada energi yang dihasilkan (Azzahra,
Setiatin dan Samsudewa. 2016). Faktor-faktor yang
mempengaruhi metabolisme spermatozoa antara lain
temperatur, konsentrasi semenm fosfat an orgacic, pH, kation
dan anion, tekanan osmosis, hormone, zat anti bakteri dan gas.
Spermatozoa yang didinginkan di bawah temperature badan
meunjukkan motilitas yang menurun dan berhenti sama sekali
bila temperature berada beberapa derajat di atas titik beku.
Walaupun motilitas berhenti sama sekali, metabolisme
berlangsung terus secara perlahan-lahan (Susilawati, 2011).
Spermatozoa menggunakan berbagai substrat sebagai
sumber oksigen. Repirasi menggunakan asam laktat dan
piruvat yang berasal dari brea down fruktosa untuk
menghasilkan CO2 dan air. Jalur oksidasi (Oxidatid Path
14
Ways) berada di mitokonria yang lebih efisien menghasilkan
energy dibandingkan pada proses fruktolisis. Proses
katabolisme ini spermatozoa merubah ATP dan digunakan
untuk bergerak yang sebagian untuk memelihari proses
transport aktif membrane. Transport aktif ini vital dibutuhkan
untu transport ion di dalam sel. Tanpa subtract luar,
spermatozoa dapat menggunakan penyimpanan intraseluler
pada plsmalogen yang dapat digunakan untuk energy dalam
waktu pendek (Susilawati, 2011).

2.5 Pengenceran
Bahan yang dapat digunakan sebagi media pengencer
antara lain adalah Tris aminomethan kuning telur. Pengencer
ini memiliki bahan atau zat yang diperlukan oleh spermatozoa
yang merupakan sumber makanan baginya, antara lain seperti
fruktosa, laktosa, rafinos, asam-asam amino dan vitamin dalam
kuning ttelur yang cukup untuk motilitasnya (Susulawati,
2011)
Syarat dari pengencer adalah :
1. Behan tidak bersifat toxic terhadap spermatozoa
2. Menagndung sumber energy
3. Bersifat isotonis
4. Mengandung buffer
5. Melidungi dari pengaruh pendinginan secara cepat
6. Menghambat pertumbujan bakteri
7. Meningkatkan volume sehingga bisa digunakan
beberapa kali IB
8. Melindungi spermatozoa dari semen beku
(Susilowati, 2011)

15
Kondisi spermatozoa yang mudah mengalami kerusakan
saat perlakuan maupun penyimpanan membutuhkan pengencer
yang dapat mempertahankan kualitas selama penyimpanan.
Oleh karena itu pengencer harus mengandung sumber nutrisi,
anti cold-shock, antibiotic, buffer serta krioprotektan yang
melindungi spermatozoa dalam proses pendinginan dan
pembekuan ( Veronica, dkk. 2015).
Syarat penting yang harus dimiliki setiap pegencer adalah
bahan pengencer tidak bersifat toxic terhadap spermatozoa,
mengandung unsur yang memiliki sifat fisik dan kimianya
hampir sama dengan semen, mampu mempertahankan fertilitas
spermatozoa, mengandung sumber energi, menghambat
pertumbuhan bakteri, dan mengandung buffer (Susilawati,
2011).
Tris Aminomethan kuning telur, pada pengencer Tris
Aminomethan kuning telur mengandung krioprotekthane
ekstraseluler berfungsi sebagai media penyedia makanan,
sumber energi dan pelindung ekstra seluler spermatozoa dari
cold shock (Ihsan, 2011). Pengencer tris memiliki sifat buffer
yang baik, kandungan glukosa dapat berguna sebagai sumber
energy dan kandungan kuning telur berguna sebagai sumber
asam asmino bagi spermatozoa (Setiono, Suharyati dan
Purnama, 2015).

2.6 Struktur membran


Membran plasma merupakan pintu keluar masuknya zat-
zat dari dalam ke luar sel atau sebaliknya. Keutuhan integritas
membran spermatozoa termasuk membran plasma mutlak
diperlukan, untuk menjamin kelangsungan hidup dan
keberhasilannya membuahi sel telur. Tudung akrosom
16
merupakan salah satu bagian kepala spermatozoa yang juga
harus terjaga keutuhannya sampai terjadi kapasitasi. Tudung
akrosom berperan penting dalam proses fertilisasi,
keutuhannya harus tetap terjaga sehingga proses fertilisasi
dapat berjalan dengan baik. Akibat kerusakan struktur
membran maka sejumlah fungsi membran terganggu, sehingga
2+ terjadi peningkatan influk Ca ke dalam sel secara 2+
abnormal yang mengakibatkan konsentrasi Ca di dalam sel
meningkat (Susilowati. 2010).

Gambar 5. Lapisan lipid bilayer (Sumber : Perhar, Arhonditsis


and Michael. 2012)

Persentase MPU adalah keutuhan membran plasma


spermatozoa diamati dengan metode HOS test. Spermatozoa
dengan membran plasma yang masih utuh akan menahan
cairan osmolalitas dalam sel, sehingga ekor terlihat melingkar
atau membengkok sedangkan spermatozoa dengan ekor yang
lurus menunjukkan membran plasma telah mengalami
karusakan karena tidak mampu menahan cairan yang masuk ke
dalam sel (Arsiwan, 2014). Membran dapat dianggap sebagai
penghalang yang permeabel dan selektif antara dua fasa. Fasa
pertama biasanya dianggap sebagai umpan (feed), sementara

17
fasa kedua adalah hasil pemisahan (permeate). Pemisahan
tercapai karena membran memiliki kemampuan untuk
mengangkut salah satu komponen campuran umpan lebih
mudah daripada komponen lainnya (Idawati. 2015).

2.7 Radikal bebas (reactive Oxygen Species)


Radikal bebas adalah senyawa kimia yang mempunyai
satu atau lebih elektron tidak berpasangan. Senyawa ini
bersifat tidak stabil dan sangat reaktif. Untuk mencapai
kestabilan, molekul harus mencari elektron lain sebagai
pasangan. Reaksi berantai ini dapat menimbulkan kerusakan
sel yang berujung pada mutasi sel dan apabila merusak organ
yang memiliki fungsi tertentu dapat menimbulkan penyakit
degeneratif (Erviana, dkk. 2012).
Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang
mempunyai elektron yang tidak berpasangan. Dalam rangka
mendapatkan kestabilan kimia, radikal bebas akan berikatan
dengan bahan sekitarnya. Radikal bebas akan menyerang
molekuk stabil terdekat dan mengambil elektron, zat yang
terambil elektronnya akan menjadi radikal bebas pula sehingga
memulai reaksi berantai, yang diakhiri dengan terjadinya
kerusak sel (Fajar, 2016). Radikal bebas sangat berbahaya
terhadap kelangsungan hidup spermatozoa. radikal bebas akan
memberkan dampat negative terhadap spermatozoa yang
mengakibatkan kerusakan pada organ-organ dan membrane
plasma sel yang menyebabkan rendahnya motilitas dan daya
hidup spermatozoa (Rizal dan Herdis, 2010).

18
Gambar 6. Proses terbentuknya peroksidasi lipid (Sumber :
Ayala, Munoz and Sandro. 2014).

Salah satu kerusakan pada spermatozoa selama proses


penyimpanan beku sampai pencairan kembali adalah
peroksidasi lipid. Membran plasma sperma memiliki fosfolipid
yang menganduk asam lemak tak jenuh, sehingga sangat
rentan terhadap serangan radikal bebas. Radikal bebas dapat
menyebabkan terjadinya reaksi autokatalitik yang akan
merusak ikatan ganda penyusun membran sel (Sukawati, dkk.
2014).

Gambar 7. Perbedaan struktur molekul stabil dengan radikal


bebas (Sumber :Saroj 2016)
19
Oksidasi lipid (lipid peroksidase) pada membran
spermatozoa menghasilkan senyawa malondialdehyde (MDA),
yang bersifat toksik pada sel sehingga menyebabkan kerusakan
membran spermatozoa. Membran spermatozoa yang rusak
akan menyebabkan penurunan integritas membran
spermatozoa, sehingga pada akhirnya menyebabkan penurunan
kualitas sperma (Hayati, 2016).
Produksi ROS yang berlebih membuat sistem pertahanan
tidak mampu menetralisirnya, oksidan yang berada dalam
spermatozoa dapat menyebabkan kerusakan asam lemak,
khususnya asam lemak poli tak jenuh yang merupakan
komponen penting dari fosfolipid penyusun membran
spermatozoa, inaktivasi enzim, pemutusan rantai DNA dan
menyebabkan penurutan motilitas serta kematian spermatozoa
(Susilowati,2008).

Gambar 8. Sumber dan efek dari Reactive Oxygen


Species pada semen
(Sumber : Pagl, Aurich and Cristine. 2006).

20
2.8 Antioksidan
Antioksidan atau reduktor merupakan pencegah terjadinya
oksidasi atau menetralkan senyawa yang telah teroksidasi,
dengan menyumbangkan hydrogen dan atau elektronnya.
(Silalahi, 2006 dalam Fajar, 2016.). antioksidan adalah suatu
senyawa yang pada konsentrasi rendah dihadapkan pada
substrat yang dapat dioksidasi dan secara nyata menunda atau
menghambat oksidasi dari substrat tersebut. Sehingga
antioksidan berfungsi melindungi sistem biologi terhadap suatu
efek yang berpotensi merusakkan dari suatu proses atau reaksi
yang menyebabkan oksidasi yang meluas (Rizal dan Herdis.
2010).

Gambar 9. Reaksi antioksidan terhadap radikal bebas (Sumber


: Atli, 2017).

Berdasarkan fungsinya, ada dua jenis antioksidan, yaitu


antioksidan primer dan antioksidan sekunder. Antioksidan
primer berperan sebagai hydrogen donors, yaitu dengan jalan
memberikan atom hidrogen pada radikal peroksida yang
terbentuk selama tahap inisiasi. Antioksidan sekunder
menjalankan fungsinya sebagai metal deactivator, oxygen
21
scavanger, dan reducing agents. Perbedaan utama dengan
antioksidan primer adalah antioksidan sekunder tidak
mengubah radikal bebas menjadi molekul yang lebih stabil.
Antioksidan sekunder berperan sebagai chelator untuk ion
logam, menon-aktifkan singlet oxygen, menyerap radiasi
ultraviolet, atau berperan sebagai oxygen scavanger. Fungsi
antioksidan sekunder adalah meningkatkan aktivitas
antioksidan primer. Beberapa contoh antioksidan sekunder
antara lain: vitamin C (asam askorbat), karotenoid, dan asam
sitrat (Ayucitra, 2011).

Gambar 10. Peredaman radikal bebas oleh flavonoid (Sumber :


Yuhernita dan Juniarti. 2011)

Senyawa antioksidan alami pada tumbuhan umumnya


berupa senyawa fenolik atau polifenol yang dapat berupa
golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol,
dan asam-asam organik polifungsional. Senyawa antioksidan
22
alami polifenolik ini adalah multifungsional dan dapat beraksi
sebagai pereduksi, penangkap radikal bebas, pengkelat logam,
dan peredam terbentuknya singlet oksigen (Ayucitra, 2011).
Antioksidan juga mampu menghambat reaksi oksidasi
dengan cara mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat
reaktif sehingga kerusakan sel dapat dicegah. Reaksi oksidasi
dengan radikal bebas sering terjadi pada molekul protein, asam
nukleat, lipid dan polisakarida (Sayuti, 2015).

2.9 Daun Kemangi


Kemangi (Ocium sanctum) merupakan tanaman obat yang
sering digunakan oleh masyarakat. Kemangi digunakan
masyarakat sebagai sayur dan lalap. Selain itu kemangi juga
memiliki khasiat mengatasi bau mulut dan badan, panas dalam,
peluruh haid dan peluruh ASI. Kemangi memiliki kandungan
alkaloid, tripenoid, flavonoid yang mampu memberikan efek
anti bakteri ( Naibaho, 2013). Daun kemangi merupakan
tanaman yang memiliki banyak manfaat sebagai obat, pestisida
nabati, penghasil minyak atsiri, sayuran dan minuman
penyegar. Tanaman ini berasal dari daerah Asia tropis
termasuk di Indonesia juga ada (Novita, 2014). Kemangi
memiliki kandungan antioksidan alami berupa senyawa fenolik
(tokoferol, flavonoid, asam fenolat), senyawa nitrogen
(alkaloid, turunan klorofil, asam amino dan amina) dan beta
karoten. Diantara senyawa-senyawa tersebut, yang
berpengaruh terhadap fertilitas adalah flavonoid, alkaloid dan
tanin. (Kusuma, 2010).

23
Gambar 11. Daun kemangi (Sumber Baliga, 2013).

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyte
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Lamiaceae
Genus : Ocimum
Spesies : Ocimum sanctum

Tanaman kemangi dengan nama latin Ocimum sanctum L.


merupakan tanaman yang memiliki aroma yang khas. Tanaman
ini memiliki tinggi 60-70 cm, mempunyai batang yang halus
dengan daun berwarna hijau berbentuk oval (3-4 cm) di setiap
ruasnya, memiliki bunga berwarna putih. Kemangi banyak

24
ditemukan di Indonesia, sehingga tanaman ini dijual di pasaran
dengan harga yang murah (Kurniasih, 2004).
Secara empiris daun kemangi digunakan sebagai
afrosidiak dikarenakan memiliki kandungan araginin yang
mampu mencegah kemandulan dan memperkuat daya tahan
sperma. Selain araginin, pada daun kemangi juga terdapat
kandungan metabolit sekunder lainnya seperti minyak atsir,
alkaloid, fitosterol, senyawa fenolik, tannin, lignin, saponin,
flavonoid. (Safwan, Taufan, Sugara dan Mutiara, 2016).

2.10 Kandungan Bahan Aktif Daun Kemangi


Weda (2010) penelitian fitokimia pada daun kemangi
menunjukkan adanya flavonoid, glikosid, asam gallic dan
esternya, asam caffeic dan minyak atsiri yang mengandung
(70,5%) sebagi komponen utamanya. Daun kemangi memiliki
kandungan antioksidan seperti flavonoid, eugenol, dan
asam ursalat. Ketiga kandungan ini dapat mencegah terjadinya
radikal bebas dengan cara mendonorkan elektronnya (Lahos
dan Das, 2010).
Flavonoid atau yang sering disebut dengan bioflavonoid
ini merupakan kelompok pigmen tanaman yang dapat
melindungi dari serangan radikal bebas yang merusak.
Senyawa ini merupakan senyawa yang memberikan warna
pada buah-buahan maupun bunga ( Ixoura, 2015) Flavonoid
yang merupakan senyawa aktif pada tumbuhan mempunyai
sifat antiestrogen atau dapat disintesis menjadi antiestrogen di
dalam tubuh (Akbar, 2010). Flavonoid menghambat enzim
aromatase, yaitu enzim yang mengkatalis konversi androgen
menjadi estrogen yang akan meningkatkan hormon testosteron
(Akmalia 2015). Flavonoid merupakan senyawa yang larut
25
dalam air, dapat diekstraksi dengan etanol dan tetap ada dalam
lapisan air setelah ekstrak ini dikocok dengan eter. Flavonoid
berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila
ditambah basa atau ammonia sehingga mudah dideteksi pada
kromatogram atau dalam larutan (Akmalia 2015).

Gambar 12. Kerangka C6- C3- C6 Flavonoid (Sumber : Redha,


2010)

Struktur kimia flavonoid tersusun atas 15 rantai karbon


dan terdiri atas 2 cincin benzene yaitu cincin A dan B yang
dihubungkan oleh cincin C pyran heterosiklik. Flavonoid
memiliki beberapa subgroup seperti flavones (flavone,
epigenin, dan luteolin). Flavonols (quercetin, kaempferol,
myricetin, dan fisetin), flavonones, (flavonone, hesperetin, dan
narigenin). Mekanisme antioksidan dari flavonoid dapat
berupa menekan terbentuknya ROS dengan berindak sebagai
chelating ion pada elemen metal yang menyebabkan radikal
bebas, free radical scavenger, dan meningkatkan kinerja
aktivitas antioksidan tubuh. Konfigurasi cincin hidriksil B

26
merupakan salah satu faktor penentu dalam menghambat ROS
dan RNS karena dapat mendonorkan hidrogen dan sebuah
elektron ke radikal hidroksil, peroksil dan peroksinitrit serta
menstabilkan radikal tersebut (Kumar, Kumar, Dwivedi dan
Abhay. 2010).
Kurniawan (2013) secara empiris kemangi digunakan
sebagai afrodisiak karena memiliki kandungan araginin yang
dapat memperkuat daya tahan sperma dan mencegah
kemandulan. Araginin merupakan asam amino non-esensial
dan bersifat polar yang sangat diperlukan dalam sintesis
protein dan memiliki peran penting dalam sistem ketahanan
tubuh dan imunitas seluler. Pemberian ekstrak etanol 70%
herba kemangi (Ocimum americanum L.) pada tikus jantan
strain Sprague-Dawley dengan dosis 1 mg/KgBB, 10mg/KgBB
dam 100mg/KgBB dapat meningkatkan diameter tubulus
seminiferous dan tebal sel germinal, selain itu dapat
meningkatkan konsentrasi spermatozoa. (Riamayanti, 2014).
Desi, Kurniasari, Romdhoni dan Andi (2018) menyatakan
bahwa terdapat pengaruh pemberian ekstrak etanol daun
kemangi (Ocimum bascilicum L.) terhadap motilitas
spermatozoa tikus putih galur wistar jantan (Rattus norvegicus)
yang diinduksi Monosodium Glutamate (MSG).Semakin tinggi
dosis ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum bascilicum L.)
yang diberikan semakin tinggi pula presentase motilitas
spermatozoa.

2.11 Flavonoid
Flavonoid atau yang sering disebut dengan bioflavonoid
ini merupakan kelompok pigmen tanaman yang dapat
melindungi dari serangan radikal bebas yang merusak.
27
Senyawa ini merupakan senyawa yang memberikan warna
pada buah-buahan maupun bunga ( Ixoura, 2015) Flavonoid
adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan
di alam. Senyawa-senyawa flavonoid terdapat pada semua
bagian tumbuhan tinggi seperti bunga, daun, buah, kayu, akar,
biji, dan kulit kayu. Flavonoid termasuk senyawa fenolik alam
yang potensial sebagai antioksidan dan mempunyai
bioaktivitas sebagai obat. Manfaat flavonoid antara lain untuk
melindungi struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C,
antiinflamasi, mencegah keropos tulang dan sebagai antibiotik
(Waji dan Sugrani, 2009).

Gambar 13 Rumus kimia Flavonoid (Sumber :


https://id.wikipedia.org/wiki/Flavonoid)

Flavonoid memiliki kerangka dasar karbon yang terdiri


dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat
pada suatu rantai propane (C3) sehingga memberntuk
suatususunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga
jenis struktur, yaitu 1,3-diarilpropan atau flavonoid, 1,2-
diarilpropan atau isoflavonoid, dan 1,1-diarilpropan atau
neoflavonoid (Waji dan Andris. 2009). Flavonoid adalah

28
kelompok dengan berat molekul rendah berbasis inti 2-fenil-
kromon yang merupakan biosintesis dari turunan asam asetat /
fenilalanin dengan menggunakan jalur asam shikimat. Secara
tradisional, flavonoid diklasifikasikan dengan tingkat oksidasi,
annularitas cincin C, dan sambungan posisi cincin B( Arifin
dan Sanusi.2018). Bhattacharya (2014) kandungan flavonoid
pada daun kemangi (Ocimum santum) sebanyak 1,87±0,02
g/100g.

Gambar 14. Penangkapan spesies oksigen reaktif


(ROS). (R•) adalah flavonoid. Radikal bebas Fl-O• bereaksi
dengan radikal kedua, menghasilkan quinone yang stabil.
(Sumber : Arifin dan Sanusi.2018)

Flavonoid mampu menangkap radikal bebas secara


langsung melalui sumbangan atom hidrogen. Radikal dibuat
tidak aktif menurut persamaan reaksi pada Gambar 2, di mana
R • adalah radikal bebas dan Fl-O• adalah radikal fenoksil.
Aktivitas antioksidan invitro flavonoid bergantung pada
penataan gugus fungsi pada struktur intinya. Konfigurasi dan
jumlah total gugus hidroksil secara substansial mempengaruhi

29
mekanisme aktivitas antioksidan. Konfigurasi hidroksil cincin
B adalah yang paling banyak menentukan penangkapan ROS,
sedangkan substitusi cincin A dan C memiliki dampak kecil
konstanta laju penangkapan radikal anion superoksida. (Arifin
dan Sanusi. 2018).

2.12 Metode Ekstraksi


Metode ekstraksi dilakukan menggunakan metode
Soxhletasi. Bahan yang akan diekstraksi dimasukkan ke dalam
sebuah kantung ekstraksi (kertas, karton dan sebagainya)
dibagian dalam alat ekstraksi dari gelas yang bekerja continue
(perkolator). Proses ekstraksi telah selesai apabila warna
larutan sama dengan warna pelarut, kemudian di uapkan di
waterbath dengan suhu 700C (Safwan, 2016). Menurut
Mukhriani (2014) metode maserasi memiliki kelebihan sperti
cara pengerjaan dan alat yang digunakan sederhana, biaya
operasional yang relativ rendah serta menghindari rusaknya
senyawa-senyawa yang bersifat termolabil.
Metode ekstraksi daun kemangi dapat menggunakan
metode maserasi dengan cara Serbuk halus daun kemangi yang
didapatkan sebanyak 95,64 gram direndam dalam 71,73 ml
etanol 96% selama 72 jam. Selanjutnya dimaserasi dan
disaring dengan menggunakan kertas saring. Filtrat hasil
maserasi diuapkan dengan menggunakan rotary vaporator
selama kurang lebih 60 menit untuk menguapkan etanol
sehingga diperoleh ekstrak kental (Nisa’ina, 2015).
Serbuk kemangi sebanyak 500 gram dimaserasi dalam
etanol selama 3 x 24 jam dalam suhu kamar. Larutan yang
didapat kemudian disaring dengan kertas saring lalu diuapkan

30
dengan rotary vacuum evaporator sehingga dihasilkan ekstrak
daun kemangi sebanyak 55 ml (Yohana dkk, 2011).
Aziz, Sendry dan Aris (2014) menyatakan bahwa
pemilihan pelarut merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan proses ektraksi, dalam pemilihan
jenis pelarut faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah
daya melarutkan senyawa – senyawa yang terdapat di dalam
zat terlarut, titik didih, sifat racun, mudah tidaknya terbakar
dan pengaruh terhadap peralatan ektraksi. Menurut Gustriani,
Korry dan Ummy (2016) proses pelarutan suatu senyawa yang
terdapat di dalam bahan baku selama proses ekstraksi
dipengaruhi oleh kemurnian pelarut, suhu pelarut, ukuran
partikel-partikel bahan yang diekstraksi, sifat kimia pelarut
atau zat terlarut, waktu ekstraksi, kadar air bahan yang
diekstraksi dan sistem ekstraksi yang dilakukan. Aseton
memiliki nilai titik didih pada suhu 550C (Sulhatun, Jalaludin
dan Tisara. 2013).
Aseton larut dalam berbagai perbandingan dengan air,
etanol, dietil eter, dll. Ia sendiri juga merupakan pelarut yang
penting. Aseton digunakan untuk membuat plastik, serat, obat-
obatan, dan senyawa-senyawa kimia lainnya (Susanto,
Ardinam Gumelar dan Bening. 2012)

2.13 Evaluasi semen


Evaluasi semen dibangi menjadi makroskopis dan
mikroskopis. Pemeriksaan makroskopis meliputi:
a. Warna
b. pH
c. Volume semen

31
Pemeriksaan mikroskipis meliputi:
a. Konsentrasi spermatozoa
b. Persentase motilitas spermatozoa
c. Viabilitas atau persentase hidup spermatozoa
d. Abnormalitas spermatozoa ( Efi. 2008).

A. Evaluasi Makroskopis
a. Warna
Semen kambing umumunya berwarna abu-abu
hingga kekuningan dan diantara pejantan warna
bervariasi juga pada pejantan yang sama. Semen
kambing terdiri dari dua unsur utama yaitu plasma dan
spermatozoa. Plasma merupakan cairan yang sebagian
besar disekresikan oleh kelenjar vesikularis dan dalam
jumlah kecil disekresikan oleh testes. Plasma semen
umumnya berwarna kekuningan, mungkin karena
mengandung riboflavin yang disekresikan oleh
kelenjar vesikularis.warna merah muda
mengindikasikan adanya pendarahan pada penis saat
penampungan, sedangkan warna abu-abu atau
kecoklatan mengindikasikan terdapat infeksi pada
saluran reproduksi jantan (Susilawati, 2011).

b. pH
Semen diteteskan diatas kertas pH universal
kemudian dicocokan perubahan warna yang terjadi. pH
semen normal antara 6-7. (Nahriyanti, dkk,2017).
Penilaian pH diukur dengan cara mengambil sedikit
semen segar dengan menggunakan ose dan diletakkan
pada kertas lakmus atau pH meter kemudian dilihat
32
pH-nya pH semen diuji dengan menggunakan pH BTB
paper, pH normal semen berkisar 6,2-6,8 (Susilawati,
2011).

c. Volume
Volume semen sendiri merupakan cairan semen
yang diperoleh dalam setiap ejakulasi, yang
merupakan sekresi dari alat kelamin jantan, semen
terdiri dari dua bagian yaitu spermatozoa yang
diproduksi tubuli seminiferi, dan plasma semen yang
dihasilkan oleh kelenjar pelengkap yaitu kelenjar
vesikularis. Volume adalah salah satu standar
minimum untuk evaluasi kualitas semen yang akan
digunakan untuk IB (Prasetyo dkk, 2013). Volume
semen kambing dipengaruhi oleh perbedaan umur,
pakan, ukuran badan, frekuensi penampungan dan,
perbedaan bangsa dan dipengaruhi oleh faktor-faktor
lainnya (Kusumawati, 2016).

B. Evaluasi Mikroskopis
a. Konsentrasi Sperma
Nilai konsentrasi sperma dalam satu millimeter
semen merupakan salah satu parameter kualitas semen
yang sangat berguna untuk menentukan jumlah betina
yang dapat di inseminasi menggunakan semen tersebut
diperoleh dari penelitian kambing Boer adalah 3540,2
juta sel/ml (Kusumawati, 2016). Konsentrasi ssemen
dapat dihitung dengan menggunakan haemositometer,
colorimeter atau spectrophotometer. Teknik
penghiungan spermatozoa dengan menggunakan
33
haemocytometer adalah sebagai berikut : semen
dihisap dengan pipet eritrocyt sampai angka 0,5
kemudian NaCl 3% dhisap sampai angka 10,1. Pipet
erirocyt digoyang-goyang dengan membentuk gerakan
seperti angka delapan selama 2-3 menit., kemudian
semen dibuang 1-2 tetes, setelah itu dituang pada
kamar hitung yang ditatasnys sudah ditutupi dengan
cover glass sebanyak satu tetes. Spermatozoa dihitung
pada 5 kotak (kamar hitung) yaitu sudut kanan dan kiri
atas, sudut kanan dan kiri bawah, dan tengah
(Susilawati, 2011).

b. Motilitas
Motilitas individu dapat diukur dengan
mengamati spermatozoa yang progesif, hal ini
merupakan variable yang penting dalam penilaian
kualitas semen (Lestari, Ihsan dan Nurul 2014).
Penilaian mikroskopis meliputi gerakan massa;
diperiksa dengan meneteskan satu tetes semen ke atas
object glass lalu diamati dibawah mikroskop
perbesaran 100x. Kriteria penilaian gerak massa
spermatozoa antara lain : a) Sangat baik (+++) terlihat
adanya gelombang besar, banyak, gelap, tebal, dan
aktif seperti gumpalan awan hitam dekat waktu hujan
yang bergerak cepat dan berpindah-pindah tempat, b)
Baik (++) bila terdapa gelombang-gelombang kecil
tipis, jarang, kurang kelas dan bergerak lamban. C)
Kurang baik (+), jika tidak terilah gelombang
melainkan gerakan-gerakan individu aktif progresif

34
dan d) Buruk (0), bila hanya sedikit ada gerakan-
gerakan individual (Susilawati, 2011).
Motilitas individu diamati dengan menggunakan
mikroskop dengan perbesaran 400x, kriteria motilitas
individu adalah sebagai berikut: 0% spermatozoa
immotil tidak bergerak: 50% spermatozoa bergerak
melingkar, kurang dari 50% bergerak progesif tidak
bergelombang: 50-80% spermatozoa bergerak progesif
dan menghasilkan gerakan massa: 90% gerakan
progesif yang gesit dan membentuk gelombang; 100%:
gerakan sangat progesif dan gelombang sangat cepat
(Indriani, Susilowati dan Sri 2013).

c. Viabilitas
Persentase sperma hidup dihitung melalui
pewarnaan diferensial yaitu menggunakan eosin
negrosin. Eosin negrosi akan memberikan warna
kepada spermatozoa yang mati menjadi merah muda,
sedangkan spermatozoa yang tidup tidak berwarna
(Pamungkas, 2008).

d. Abnormalitas
Abnormalitas spermatozoa adalah merupakan
kelainan fisik dari spermatozoa yang terjadi karena
pada saat proses pembentukan spermatozoa dalam
tubuli seminiferi maupun karena proses perjalanan
spermatozoa melalui saluran-saluran organ kelamin
jantan. Penentuan abnormalitas spermatozoa dapat
dihitung pada suatu ejakulat bersamaan dengan
penentuan motilitas dan konsentrasi spermatozoa.
35
Abnormalitas spermatozoa terjadi selain karena faktor
heriditer tetapi dipengaruhi juga oleh faktor lain
seperti penyakit yang apabila menyerang organ
reproduksi akan menyebabkan gangguan pada
pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi
terutama testis yang akan menyebabkan produksi
spermatozoa didalam tubuli seminiferi menjadi tidak
sempurna (Dethan. 2010). Selama abnormalitas
spermatozoa ≤20%, maka semen tersebut masih dapat
digunakan untuk inseminasi buatan. (Toelihere, 1993
dalam Siswanto, 2014)

36
BAB III
MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2018 -
Februari 2019. Pembuatan ekstrak daun kemangi dilakukan di
Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Malang. Penampungan, processing dan pengujian
kualitas semen segar kambing Boer di lakukan di
Laboratorium Lapang Sumber Sekar Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya Malang.

3.2 Materi Penelitian


Materi penelitian ini menggunakan Kambing Boer
pejantan sebanyak 4 ekor yang berumur 4-5 tahun dengan
bobot badan rata-rata 50kg yang dipelihara di Laboratorium
Lapang Sumber Sekar Fakultas Peternakan, Universitas
Brawijaya, Malang. Kambing di beri pakan berupa rumput
gajah (Pennisetum purpureum) sebanyak 5kg/ekor perhari dan
konsentrat sebanyak 500gr/ekor/hari. Frekuensi penampungan
4 kali dalam seminggu. Semen yang digunakan dalam
penelitian mempunyai persyaratan minimal motilitas massa ++
dan motilitas individu minimal 70%. Media pengencer Tris
Kuning Telur diperoleh dari Balai Besar Inseminasi Buatan
Singosari (BBIB Singosari). Ekstrak daun kemangi dibuat
sendiri dengan bahan daun kemangi didapatkan dari pasar
tradisional Blimbing dan Karang Ploso.

37
Gambar 15. Pejantan kambing boer yang akan dikoleksi semen

3.3 Alat dan Bahan


 Pembuatan Ekstrak daun kemangi
Alat : beaker glass, timbangan analitik,
gelas ukur, corong, kertas saring,
Rotatory evaporator, Oven,
Sentrifugator, pengaduk, alumunium
foil, ph meter, mortar, gelas ukur
1000ml
Bahan : daun kemangi, aquadest, aseton
70%

 Pembuatan dan Penyimpanan Pengencer


Alat : magnetic strirer, beaker glass,
sentrifugator, timbangan analitik,
kertas saring, gelas ukur, refrigerator

38
Bahan : Tris Aminomethane, Asam sitrat,
Laktisam Fruktosa, Rafinosa,
Penicilin, Streptomycin, Kuning
telur, Aquabidest.

 Penampungan Semen
Alat : Vagina Buatan, kondom, balon,
tissue, pemanas air, collection tube,
alumunium foil
Bahan : alcohol 70%, vaselin, air hangat

 Pengenceran dan Penyimpanan Semen


Alat : Micro pipet, pipet, rak, tabung
reaksi, tissue, refrigerator,
alumunium foil
Bahan : Pengencer Tris Kuning Telur,
Ekstrak daun Kemangi

 Evaluasi Kualitas Semen


Alat : Mikroskop, ose bulat, cover glass,
object glass, tissue, tabung eppendorf
1ml, kertas Ph, Haemocytometer,
pipet eritrosit, HTC.
Bahan : eosin negrosin, Nacl 3%

39
3.4 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan,
dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan
perlakuannya sbb:
P0 = 0% Ekstrak Daun Kemangi + 100% (2 ml)
pengencer Tris Kuning Telur
P1 = 1% (0,02 ml) Ekstrak Daun Kemangi + 100% (2 ml)
pengencer Tris Kuning Telur
P2 = 2% (0,04ml) Ekstrak Daun Kemangi + 100% (2 ml)
pengencer Tris Kuning Telur
P3 = 3% (0,06 ml) Ekstrak Daun Kemangi + 100% (2 ml)
pengencer Tris Kuning Telur

Masing masing perlakuan disimpan pada suhu ruangan


dan diamati jam 0,1,2 dan 3. Semua perlakuan di ulang
sebanyak 10 kali.

40
3.5 Jalannya Penelitian
3.5.1 Pembuatan Ekstrak daun Kemangi
Pembuatan ekstrak daun kemangi menggunakan
metode maserasi dengan mengacu pada penelitian
Kindangen, Yamlean, dan Defni (2018), berikut adalah
prosedur ekstraksi daun kemangi : dipisahkan kemangi
dari daun dan batang lalu dicuci bersih. Dikeringkan
daun kemangi dengan cara diangin-anginkan, setelah
kering daun kemarin di grinder sampai menjadi
serbuk. Sebanyak 160 gram serbuk daun kemangi
dimasukkan kedalam wadah, kemuadian direndam
dengan larutan aseton 70%, sebanyak 800 ml, ditutup
dengan alumunium foil dan dibiarkan selama 5 hari
sambil sesekali diaduk. Setelah 5 hari, sampel yang
rendam tersebut disaring menggunakan kertas saring
menghasilkan filtrate 1 dan residu 1. Residu yang ada
kemuadian ditambah dengan larutan aseton 70%
sebanyak 480 ml, ditutup dengan alumunium foil dan
dibiarkan selama 2 hari sanbil sesekali diaduk. Setelah
2 hari, sampel tersebut disaring menggunakan kertas
saring menghasilkan filtrate 2 dan residu 2. Filtrate 1
dan 2 dicampur menjadi satu, lalu di sentrifugasi
selama 10 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Setelah
itu dipisahkan filtrate dan residu, lalu di evaporasi
filtrate menggunakan rotatory evaporator, sehingga
diperoleh ekstrak daun kemangi. Ekstrak daun
kemangi yang dihasilkan di inaktivasi menggunakan
oven dengan suhu 600C selama 15 menit. Ekstrak
disimpan dalam wadah gelas tertutup sebelum

41
digunakan dalam pengujian. Bagan pembuatan ekstrak
daun kemangi dapat dilihat pada Lampiran 14.

3.5.2 Pembuatan bahan pengenceran


Bahan pembuatan Tris Kuning telur
- Tris Aminomethan 0,685 g
- Asam Sitratn0,381 g
- Laktosa 0,75 g
- Rafinos 1,35 g
- Fruktos 0,25 ml
- Aquabidest 400ml
- Penicillin 0,05 g
- Streptomycin 0,05 g
- Kuning telur 10 ml

Langkah-langkah pembuatan Pengencer Tris Kuning


Telur :
- Dimasukkan Tris Aminomethan, laktosa,
rafinosa, fruktosa dan aquabidest kedalam
beaker glass, dihomogenkan dengan magnetic
stirer selama 15 menit
- Disterilisasi dengan dipanaskan dalam panci
yang berisi air panas sampai terbentuk embun
- Ditunggu suhu turun hingga mencapai 370C
- Ditambahkan penicillin dan streptomycin
- Ditambambahkan kuning telur
- Dihomogenkan selamat 15 menit dengan
magnetic stirer

42
- Disentrifuse selama 30 menit dengan
kecepatan 1500rpm, setelah selesai diambil
supernatan
- Disentrifuse selama 30 menit dengan
kecepatan 1500rpm, setelah selesai diambil
supernatan
- Disimpan didalam refrigerator
Dalam penelitian ini pengencer Tris Kuning
Telur yang digunakan merupakan Tris Kuning Telur
jadi yang didapatkan dari Balai Besar Inseminasi
Buatan Singosari, Malang.

3.5.3 Penampungan Semen


Penampungan semen dilakukan diLaboratorium
Lapang Sumber Sekar, Kecamatan Dau Kabupaten
Malang. Metode yang digunakan untuk penampungan
semen adalah vagina buatan. Sebelum penampungan
semen, vagina buatan disiapkan terlebih dahulu. Vagina
buatan terdiri atas tabung paralon yang sudah di
modifikasi, inner liner (kondom), balon dan collection
tube.
a. Persiapan Vagina Buatan
- Disiapkan seluruh komponen vagina buatan
- Di potong bagian ujung kondom, selanjutnya
kondom dibersihkan dari sitin (cairan yang
mematikan spermatozoa) dengan dilap
menggunakan tisu dan direndam dalam
alkohol 70%, setelah itu dilap sampai kering.
- Dipotong dengan gunting bagian atas balon
lalu di rendam didalam alkohol 70% sampai
43
bersih, setelah itu dilap menggunakan tisu
sampai kering.
- Dipasang kondom yang sudah dibersihkan
pada kedua sisi tabung vagina buatan, diatur
agar tidak terlalu ketat lalu salah satu sisi di
ikat menggunakan karet (inner liner), di sisi
lainnya di pasang balon dan diikat dengan
karet gelang.
- Diikat collection tube yang sudah di lapisi
alumunium foil pada balon dan diikat dengan
karet.
- Dimasukkan air panas kedalam vagina buatan
melalui lubang lubang pentil hingga memenuhi
inner liner, kemudian lubang pentil ditutup
dengan ibu jari.
- Diatur kekenyalan vagina buatan, setelah
cukup bagian luar dan bagian dalam inner liner
diberi vaselin hingga 1/3 panjangnya. Vagina
buatan siap digunakan.

b. Penampungan Semen
Setelah vagina buatan siap, dilakukan persiapan
ternak. Kambing betina disiapkan dan di masukkan
kedalam kandang jepit. Kambing betina yang
digunakan diusahakan dalam keadaan estrus sehingga
dapat meningkatkan libido dari kambing pejantan yang
akan ditampung. Proses penampungan semen
memerlukan 2 orang yang bertugas, 1 orang bertugas
sebagai kolektor semen dan 1 orang lainnya bertugas
mengangani pejantan. Sebelum penampungan,
44
kambing pejantan dibiarkan melakukan false mounting
sebanyak 2 kali dan pada mounting ke 3 bagian
preputeum pejantan dipegang guna mengarahkan penis
ke lubang vagina buatan. Setelah semen tertampung
segera di evaluasi motilitas massa dan individu
mikroskopis (Herdiawan, 2004), evaluasi motilitas
massa menggunakan mikroskop dengan perbesaran
40X, dan motilitas individu dengam perbesaran 100X.
Semen yang digunakan hanya semen yang memiliki
motilitas ≥70%. Semen yang memenuhi syarat
selanjutnya dievaluasi secara makroskopis dan
mikroskopis.

Gambar 16. Proses koleksi semen kambing boer

3.5.4 Evaluasi Semen Segar


Semen segar yang diperoleh segera di periksa dan
di evaluasi secara makroskopis dan mikroskopis.
Pemeriksaan secara makroskopis meliputi pemeriksaan
volume (ml), konsistensi, warna, bau dan pH.

45
Pemeriksaan mikroskopis meliputi motilitas, viabilitas
dan abnormalitas.

A. Pemeriksaan makroskopis
a. Warna: pemeriksaan warna semen dilakukan
dengan melihat semen yang ada pada tabung
penampungan secara langsung. Warna semen
meliputi putih, putih susu, putih kekuningan
dan krem.
b. Konsistensi: pemeriksaan konsistensi
dilakukan dengan melihat derajat kekentalan.
Penilaian konsistensi meliputi encer, sedang
dan kental.
c. Volume: volume diketahui dengan membaca
skala yang terdapat pada tabung
penampunngan. Volume semen untuk masing-
masing ternak berbeda tergantung pada
bangsa, umur, berat badan, tingkat makanan,
frekuensi penampungan.
d. pH: untuk mengetahui pH semen, dilakukan
dengan meneteskan semen pada kertas lakmus
sebanyak satu tetes. Uji pH semen
menggunakan pH paper BTB atau MR, pH
normal semen biasanya berkisar antara 6,2-6,8.

B. Pemeriksaan mikroskopis
a) Konsentrasi
Untuk mengetahui konsentrasi semen
dilakukan dengan menggunakan
haemocytometer dengan cara semen disedot
46
memakai pipet eritrosit sampai angka 0,5,
kemudian NaCI 3% disedot pada pipet eritrosit
tadi sampai angka 1,01 atau 11 dihomogenkan
dengan membentuk angka 8 selama 3 menit,
dibuang 2-3 tetes kemudian dihomogenkan
lagi selama 1 menit dan dibuang 1 tetes
kemudian diteteskan pada objek
haemocytometer lalu ditutup cover glass serta
diamati dengan perbesaran 400x. Pamungkas
(2008) Evaluasi konsentrasi spermatozoa
digunakan alat haemositometer dengan ruang
hitung Neubauer dimana konsentrasi diperoleh
dengan menghitung jumlah spermatozoa yang
terdapat dalam kotak kecil sebanyak 5 buah
lalu dikalikan 107.
b) Pemeriksaan Motilitas
Pemeriksaan motilitas terbagi menjadi 2
yaitu motilitas massa dan motilitas individu.
Semen segar diambil menggunakan ose, lalu
diletakkan di object glass. Motilitas massa
diamati tanpa cover glass di bawah mikroskop
dengan perbesaran 100x. Kriteria penilaian
motilitas masaa antara lain 1) sangat baik
(+++), terdapat gelombang besar, tebal, gelap
dan aktif bergerak untuk berpindah tempat, 2)
Baik (++) , terdapat gelombang, kecil, tipis
dan pergerakan lambat, 3) Kurang baik (+),
tidak terdapat pergerakan massa, hanya
terdapat pergerakan individu aktif progresif

47
dan 4) Buruk (0), hanya terdapat sedikit
pergerakan individual (Susilawati, 2011).
Motilitas individu diamati dengan
menggunakan mikroskop perbesaran 400x dan
object glass dilapisi cover glass. Motilitas
individu dinilai dengan membandingkan
spermatozoa yang bergerak progresif (mundur
dan berputar tidak dihitung) dengan
spermatozoa yang diam ditempat. Motilitas
individu dinilai dengan persentase yang
berkisar 0-100%.

c) Pemeriksaan Persentase Hidup (Viabilitas)


Spermatozoa
Pemeriksaan spermatozoa yang hidup
dengan cara membuat preparat ulas. Semen
diteteskan pada bagian ujung gelas objek,
kemudian teteskan zat warna eosin negrosin
dicampur sampai homogen. Semen di ulas
dengan menggunakan object glass dengan
sudut ± 350 dan dibuat setipis mungkin,
selanjutnya dikeringkan dengan cara diangin-
anginkan. Perhitungan viabilitas dilakukan
dengan menggunakan miskroskop pembesaran
400x. spermatozoa dikatakan hidup apabila
bagian kepala spermatozoa tidak menyerap
warna, sedangkan spermatozoa dikatakan mati
apabila bagian kepala spermatozoa menyerap
warna dari eosin. Pengamatan viabilitas
dilakukan pada 5 lapang pandang berbeda, dan
48
jumlah spermatozoa yang diamati sudah
mencapai 100 spermatozoa. Setelah itu
dihitung persentase viabilitas spermatozoa.

d) Pemeriksaan Persentase Abnormalitas


Pemerikasaan abnormalitas spermatozoa
dihitung dari spermatozoa yang memiliki
abnormalitas primer maupun sekunder.
Abnormalitas primer meliputi kepala lonjong,
kepala besar, kepala kecil, ekor dua.
Sedangkan abnormalitas sekunder meliputi
kepala tanpa ekor, ekor tanpa kepala, ekor
bengkok dan ekor putus. Perhitungan
abnormalitas spermatozoa dilakukan dengan
menggunakan preparat ulas dan diperiksa
dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x.
Pengamatan abnormalitas dilakukan pada 5
lapang pandang berbeda dan jumlah
spermatozoa yang diamati sudah mencapai
100 spermatozoa. Setelah itu dihitung
persentase abnormalitas spermatozoa.

3.5.5 Pengenceran Semen


Semen segar yang telah dievaluasi kualitas
makroskopis dan mikroskopis, di bagi ke dalam 16
tabung reaksi yang telah terdapat pengencer Tris
Kuning Telur tanpa perlakuan dan Tris kuning telur
dengan perlakuan penambahan ekstrak daun kemangi
sebanyak 1%, 2%dan 3% sebanyak 0,05ml dengan
menggunakan mikro pipet. Setiap tabung reaksi diisi
49
dengan 0,05ml semen segar. Semen segar di encerkan
lagi dengan menggunakan pengencer Triskuning Telur
yang telah disuplementasi dengan ekstrak daun
kemangi dengan kadar 0%, 1%, 2%, 3%. Jumlah
pengencer yang diberikan bergantung dari nilai
perhitungan konsentrasi semen segar. Semen yang
sudah diencerkan dengan ditutup dengan alumunium
foil dan disimpan pada suhu ruang 26-290C dan
diamati pada jam ke 0, 1, 2 dan 3.

Semen segar Evaluasi kualitas makroskopis


dan mikroskopis

Dibagi kedalam 16
tabung reaksi dengan
masing masing
tabung reaksi
sebanyak 0,05ml

Semen segar + Pengencer


Kuning telur dengan Disimpan dalam suhu ruang
penambahan ekstrak daun dan di evaluasi motilitas,
kemangi dengan konsentrasi viabilitas dan abnormalitas
1%,2% dan 3% pada jam ke 0,1,2 dan 3

Gambar17. Prosedur pengenceran semen

50
3.5.6 Variabel yang diamati
Pemeriksaan Motilitas setelah dilakukan
penyimpanan pada suhu ruang. Kemudian dilakukan
pemeriksaan di bawah mikroskop dengan pembesaran
400x yaitu melihat berapa besar persentase motilitas
progresif. Semen yang disimpan dalam tabung reaksi
pada penyimpanan suhu ruang kemudian diteteskan (1
tetes) ke object glass yang steril. (Susilowati. T, 2011),
tutup dengan cover glass dan diamati motilitas
spermatozoa menggunakan mikroskop cahaya
pembesaran 400x. Gerakan individu spermatozoa
dengan gerak progresif yang dihitung presentasenya.
a. Persentase motilitas adalah presentasi spermatozoa
yang bergerak ke depan dibandingkan dengan
semua spermatozoa yang teramati (dalam lapang
pandang). Persentase motilitas dihitung dengan
menggunakan mikroskop pembesaran 400 kali pada
enam lapang pandang yang berbeda. Penilaian
diberikan dari angka 0%-100%.
Persentase motilitas:

x100%

b. Persentase hidup adalah persentasi spermatozoa


yang hidup dan dihitung dengan pembesaran 400
kali menggunakan pewarnaan diferensial dengan
menggunakan larutan eosin 2%. Spermatozoa yang
hidup ditandai dengan kepala yang berwarna

51
merah. Jumlah spermatozoa yang diamati minimal
200 ekor spermatozoa.
Persentase hidup:
x100%

c. Abnormalitas sperma dilakukan dengan pewarnaan


diferensial dengan menggunakan zat pewarna eosin
negrosin . Abnormalitas yang dihitung adalah
abnormalitas primer yaitu kepala terlalu besar,
kepala lonjong, ekor patah, leher bengkok dan
abnormalitas sekunder yaitu ekor putus dan kepala
tanpa ekor . Abnormalitas diamati dengan
menggunakan mikroskop perbesaran 400 kali
Abnormalitas :
x100%

52
3.6 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis ragam berdasarkan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 10
kali ulangan dengan model matematika sebagai berikut :

Yij = µ + αi + ɛij
Keterangan:
Yij :Nilai parameter perubahan yang diamati pada
ulangan ke-k dari faktor I ( perlakuan EDK) ke
I (0,1,2,3)
µ : Nilai Rataan Umum
αi : Pengaruh perlakuan EDK ke-i
ɛij :Pengatuh galat I pada Faktor Utama ke-I dan
Ulangan ke-j
Data hasil penelitian dicatat, dianalisis menggunakan
analisis varian (ANOVA) rancangan acak lengkap. Jika terjadi
perbedaan akan dilakukan uji Jarak Berganda Duncan dengan
menggunakan aplikasi SPSS versi 20

53
3.7 Kerangka Operasional
Penampungan semen
segar
Mikroskopis Makroskopis
Evaluasi Evaluasi
-Motilitas -Volume

-Viabilitas -Warna

-Abnormalitas -Bau

- Konsentrasi -Konsistensi

Standart motilitas massa minimal ++, motilitas individu >70%

Semen dengan Semen dengan Semen dengan Semen dengan


pengencer Tris pengencer Tris pengencer Tris pengencer Tris
Kuning Telur Kuning Telur Kuning Telur Kuning Telur
2ml + ekstrak 2ml + ekstrak 2ml + ekstrak 2ml + ekstrak
daun kemangi daun kemangi daun kemangi daun kemangi
0ml 0,02ml 0,04ml 0,06ml

Penyimpanan pada suhu ruang 26-290C dan


dievaluasi pada jam ke 0,1,2, dan 3

Uji kualitas : motilitas


individu, viabilitas dan
abnormalitas pada tiap jam

Perlakuan terbaik
Gambar 18. Kerangka Operasional Penelitian
54
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kualitas Semen Segar


Kualitas semen segar kambing Boer selama penelitian
dalam 10 kali penampungan dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kualitas semen segar kambing Boer

Hasil Pengamatan Rataan

Volume (ml) 1,33 ± 0,2

Warna Putih Kekuningan

Konsistensi Kental

pH 7
Bau Khas

Motilitas massa 3+
Motilitas Individu (%) 78,33±3,54

viabilitas (%) 83,9±3,98

Abnormalitas (%) 5,14±2,69


Konsentrasi (106/ ml) 3749±1439,96

Sumber : Data Primer (2019)

55
Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume semen segar
kambing Boer adalah 1,33±0,2 ml/ ejakulasi. Beberapa laporan
menunjukkan bahwa volume semen Kambing Boer yaitu
0,94±0,26 ml/ ejakulasi (Istanti, salim, Isnaini dan Susilawati,
2017) dan 1,3±0,24 ml/ejakulasi (Suyadi, Rachmawati dan
Iswanto, 2012). Susilawati (2011) menambahkan bahwa
bolume yang diejakulasikan dipengaruhi oleh umur pejantan,
kondisi fisik, musim, ketrampilan, kolektor dan frekuensi
penampungan. Aisah, Isnaini dan Wahyuningsih (2017)
menambahkan bahwa volume semen, konsentrasi dan motilitas
spermatozoa dapat dipengaruhi oleh curah hujan, curah hujan
yang tinggi dan intensitas cahaya yang rendah dapat
menghambat produksi hormone FSH sehingga menghambat
proses spermatogenesis dalam testis.
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa warna semen
kambing Boer adalah putih kekuningan. Lestari, Ihsan dan
Nurul (2014) menambahkan bahwa warna semen kambing
boer adalah putih kekuningan, warna krem pada semen masih
tergolong normal hal ini disebabkan adanya riboflavin dari
sekresi kelenjar vesikularis serta semen segar yang memiliki
jumlah spermatozoa banyak akan mengakibatkan semen lebih
kental dan warna lebih pekat. Warna semen dapat di pengaruhi
oleh konsistensi dan konsentrasi spermatozoa, semakin kental
konsistensi dan semakin banyak konsentrasi warna dari semen
akan semakin pekat. Suyadi dkk (2012) menambahkan bahwa
warna, konsistensi dan konsentrasi memiliki hubungan yang
erat, apabila semen memiliki konsistensi yang encer maka,
warna yang ditampilkan akan semakin pucat dan konsentrasi
spermatozoa semakin rendah. Warna merah muda pada semen
menindikasikan adanya pendarahan pada penis saat
56
penampungan, sedangkan warna abu-abu atau kecoklatan
mengindikasikan terdapatnya infeksi pada saluran reproduksi
jantan (Susilawati, 2011). Semen pada penelitian ini memiliki
bau yang khas, Suyadi (2012) menambahkan bahwa semen
dalam keadaan normal umumnya memiliki bau khas dari
hewan tersebut.
Konsistensi semen segar Kambing Boer hasil penelitian
adalah kental. Konsistensi sendiri merupakan salah satu sifat
semen yang memiliki hubungan dengan konsentrsi semen
didalamnya (Munazaroh, Wahyuningsih dan Gatot ,2013).
Konsistensi dipengaruhi oleh perbandingan antara plasma
semen dengan spermatozoa. Suyadi (2012) menambahkan
bahwa semen dengan konsistensi kental mempunyai
konsentrasi spermatozoa lebih tinggi dibandingkan dengan
semen yang encer. Susilowati (2011) menyatakan penilaian
semen encer (<1000.106 spermatozoa/ml semen), sedang
(1000.106-1500.106 spermatozoa/ml semen) dan pekat
(>1500.106 spermatozoa/ml semen).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat keasaman
(pH) dari semen segar Kambing Boer adalah 7. Beberapa
laporan menunjukkan pH semen segar Kambing memiliki rata-
rata 6,3 sampai 6,5 (Dethan dkk,2010), Susilawati (2011)
menambahkan bahwa pada umumnya pH normal semen
berkisar antara 6,2-6,8. pH 7 pada semen yang diteliti termasuk
pada kisaran netral. Derajat keasaman (pH) memiliki peranan
penting dalam metabolisme spermatozoa. Meningkatnya
derajat keasaman pengencer akan menggangu proses
metabolisme dalam sel spermatozoa, sehingga suplai energi
berupa adenosine trifosfat (ATP) berkurang yang
menyebabkan menurunnya motilitas (pergerakan) spermatozoa
57
dan berakibat pada turunnya daya hidup spermatozoa (Rizal,
Herdis, Nasrullah, Riyadhi, Sangadji dan Yulnati, 2015).
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa motilitas semen
segar Kambing Boer memiliki nilai 3+ ditandai dengan
pergerakan adanya gelombang awan pekat yang bergerak cepat
dan progresif. Kriteria penilaian gerak massa spermatozoa
antara lain : a) Sangat baik (+++) terlihat adanya gelombang
besar, banyak, gelap, tebal, dan aktif seperti gumpalan awan
hitam dekat waktu hujan yang bergerak cepat dan berpindah-
pindah tempat, b) Baik (++) bila terdapa gelombang-
gelombang kecil tipis, jarang, kurang kelas dan bergerak
lamban. C) Kurang baik (+), jika tidak terilah gelombang
melainkan gerakan-gerakan individu aktif progresif dan d)
Buruk (0), bila hanya sedikit ada gerakan-gerakan individual
(Susilawati, 2011). Motilitas massa merupakan parameter
keaktifan spermatozoa sebagai indikator tingkat persentase
spermatozoa hidup dan aktif dalam semen (Suyadi dkk, 2012).
Hal ini mengindikasikan bahwa semen segar Kambing Boer
hasil pengamatan mempunyai pergerakan progresif yang
tinggi.
Motilitas individu merupakan salah satu syarat penilaian
kualias semen, persentase spermatozoa yang motil (bergerak
progresif) dapat digunakan sebagai ukuran kesanggupan untuk
membuahi ovum (Lestari dkk, 2014). Rataan persentse
motilitas individu semen segar hasil penelitan menunjukkan
nilai 78,33±3,54, hasil ini lebih tinggi dibandingkan laporan
Munazaroh dkk (2013) motilitas individu semen segar
Kambing Boer adalah 73,33+5,77 dan 73,7± 3,39 (Koestaman
dkk, 2014). Kualitas semen masih dapat dikatakan baik apabila
memiliki motilitas >50% (Rahayu, Pramana dan Gatot, 2014).
58
Persentase rataan motilitas individu semen segar tersebut telah
memenuhu Standar Nasional Indonesia (SNI) bahwa minimal
motilitas individu seen segar untuk di processing adalah 70%.
Viabilitas merupakan salah satu indikator penentu kualitas
semen, penilaian persentase viabilitas (daya hidup)
spermatozoa dapat menggunakan pewarnaan eosin negrosin.
Rataan persentase viabilitas pada penelitian ini adalah
83,9±3,98. Viabilitas ini lebih rendah dibandingkan laporan
Agustian, Ihsan dan Nurul (2014) bahwa viabilitas semen
segar Kambing Boer adalah 89,26±2,6, 93,17±0,58 (Rahayu
dkk, 2014). Perbedaan nilai ini dapat disebabkan faktor umur
ternak, pakan, lingkungan dan variasi individu ternak. Semen
normal memiliki persentase hidup minimal 50%.
Rataan persentase abnormalitas semen segar Kambing
Boer berdasarkan data hasil penelitian sebesar 5,14±2,69. Hasil
ini lebih tinggi dibandingkan dengan laporan Lestari, Ihsan dan
Nurul (2014) bahwa rataan abnormalitas semen segar Kambing
Boer sebesar 3,57±0,55, Ihsan (2013) menambahkan bahwa
abnormalitas semen segar Kambing Boer 7,83±1,78. Nilai
abnormal ini masih berada dalam kisaran normal.
Abnormalitas sendiri terbagi menjadi dua yaitu primer dan
sekunder. Abnormalitas primer terjadi pada proses
spermatogenesis yang meliputi kepala terlalu kecil, kepala
terlalu besar, kepala pipih dan ekor ganda, sedangkan
abnormalitas sekunder terjadi setelah semen ditampung yang
meliputi kepala putus, ekor putus, kepala tanpa ekor dan ekor
tanpa kepala.
Konsentrasi memiliki hubungan yang erat dengan
konsistensi serta warna semen segar. Konsentrasi semen segar
Kambing Boer dalam penelitian ini memiliki rataan
59
3749±1439,96 x 106/ml. Beberapa laporan menunjukkan
bahwa konsentrasi semen segar Kambing Boer adalah
3810,2±1590,31 x 106/ml (Agustian dkk, 2014.), 4190±105,45
x 106/ml dan 3681±539 x 106/ml (Masyitoh, Suprayogi, Praja,
Srianto, Madyawati dan Amung. 2018). Nilai konsentrasi yang
semakin tinggi berdampak pada konsistensi yang semakin
kental.

4.2 Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Kemangi


Terhadap Motilitas Spermatozoa Selama
Penyimpanan Suhu Ruang
Penyimpanan semen bertujuan untuk mengoptimalkan
jangka waktu penggunaan semen pejantan unggu dab
penyebaran bibit unggul di tempat yang membutuhkan.
Penyimpanan semen dalam wajtu yang lama dapat
menurunkan motilitas spermatozoa. Motilitas individu
spermatozoa merupakan salah satu faktor kualitas semen yang
diperhatikan dalam pelaksanaan Inseminasi Buatan. Motilitas
individu spermatozoa pada penelitian ini diamati dengan
menggunakan mikroskop perbesaran 400 kali. Sperma diambil
menggunakan ose lalu diteteskan pada object glass, setelah itu
object glass di lapisi dengan cover glass. Persentase motilitas
individu spermatozoa Kambing Boer yang telah diencerkan
dengan pengencer Tris Kuning Telur pada berbagai level
ekstrak daun kemangi (EDK) dapat di lihat pada Tabel. 2

60
Tabel 2 . Rataan persentase Motilitas individu kambing boer
dengan penambahan ekstrak daun kemangi selama
penyimpanan suhu ruang.

Pengamatan
Perlakuan
Jam 0 Jam 1 Jam 2 Jam 3
P0 (0%) 71 ± 5,15 61±5,68 53±5,87 42±4,83
P1 (1%) 71±3,94 61,5±6,69 52±5,87 41,5±4,5
P2 (2%) 71,5±4,74 63±5,37 55±6,67 41±6,15
P3 (3%) 73±4,83 65,5±4,97 55±5,57 44,5±6,43
Keterangan : Penambahan ektrak daun kemangi tidak
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap
motilitas spermatozoa kambing boer selama
penyimpanan suhu ruang.

Hasil analisis statistik motilitas individu spermatozoa


kambing boer dapat di lihat pada Lampiran 2-5. Berdasarkan
hasil analisis diketahui bahwa penambahan ekstrak daun
kemangi tidak memberikan pengaruh (P>0,05) terhadap
motilitas individu spermatozoa kambing boer selama
penyimpanan suhu ruang. Namun perlakuan dengan
penambahan ekstrak daun kemangi cenderung memberikan
nilai yang lebih baik dibandingan tanpa penambahan ekstrak
daun kemangi. Hal ini dapat disebabkan karena kandungan
antioksidan flavonoid dari ekstrak daun kemangi mampu
meredam radikal bebas selama penyimpanan, sehingga
penurunan motilitas spermatozoa dapat berkurang. Erviana dkk
(2012) menambahkan bahwa tanaman kemangi memiliki
antioksidan alami berupa flavonoid yang mampu meredam
61
molekul radikal bebas dengan mondonorkan protonnya.
Siswandoko, Zaenab dan Husamah (2017) menjelaskan
pemberian antioksidan dengan dosis yang tepat mampu
memberikan hasil yang maksimal untuk mencegah dan
mengurangi radikal bebas pada membran plasma spermatozoa,
dimana bagian tersebut kaya akan asam lemak tak jenuh
sehingga rentan terhadap peroksidasi lipid.menurut Rizal dan
Herdis (2010) antioksidan mampu mencegah terjadinya reaksi
peroksidasi lipid pada membran plasma spermatozoa selama
proses pengolahan semen, sehingga membran plasma mampu
utuh. Membran plasma yang utuh juga akan melindungi
vesikel akrosom yang berada tepat dibawah membran plasma
sel bagian ujung kepala spermatozoa dari perusakan secara
mekanik, sehingga vesikel akrosom teap utuh dan nilai
motilitas dapat dipertahankan. Sementara itu semen tanpa
perlakuan kekurangan suplai antioksidan yang menyebabkan
penimbunan zat metabolisme yang bersifat racun terhadap
spermatozoa sehingga menyebabkan spermatozoa mati.
Perubahan atau penurunan motilitas individu selama
penyimpanan suhu ruang pada jam ke-0 jam ke-1 jam ke-2 dan
jam ke-3 dengan pengencer Tris Kuning Telur yang ditambah
ekstrak daun kemangi dengan berbagai dosis dapat dilihat pada
gambar 19.

62
MOTILITAS INDIVIDU
80.00 P0 (0%) P1 (1%) P2 (2%) P3 (3%)

60.00
Motilitas %

40.00

20.00

0.00
Jam 0 Jam 1 Jam 2 Jam 3
Lama Penyimpanan
Gambar 19. Grafik persentase motilitas individu spermatozoa
kambing Boer selama penyimpanan suhu ruang

Gambar 19 menunjukkan grafik penurunan motilitas


individu spermatozoa kambing boer selama penyimpanan suhu
ruang. Suyadi dkk (2014) menyatakan bahwa terjadinya
penurunan motilitas spermatozoa selama proses penyimpanan
dapat disebabkan karena spermatozoa mengalami shock akibat
proses pengenceran. Spermatozoa membutuhkan adaptasi
dengan lingkungan barunya setelah pengenceran. Penurunan
ini menurut Agustian dkk (2014) disebabkan karena proses
adaptasi spermatozoa terhadap pengencer yang berdampak
pada gangguan permeabilitas membran, penurunan aktivitas
metabolisme, kerusakan sel dan lebih lanjut dapat menurunkan
motilitas spermatozoa. Munazaroh dkk (2013) menyatakan
bahwa penurunan nilai motilitas disebabkan karena
berkurangnya persediaan energi spermatozoa yang digunakan
untuk mempertahankan hidup dan mendukung pergerakan
63
spermatozoa. Proses metabolisme spermatozoa selama
penyimpanan juga berpengaruh terhadap perubahan nilai
motilitas, menurut Perumal (2013) dengan adanya proses
metabolisme secara terus menerus akan menyebabkan
penimbunan asam laktat yang selanjutnya kan menurunkan pH
dan sebagai akibatnya motilitas spermatozoa akan menurun.
Hasbi, Sonjaya dan Gustina (2011) berpendapat bahwa
penurunan nilai motilitas dapat diakibatkan karena proses
penyimpanan, saat proses penyimpanan memungkinkan
spermatozoa terpapar oleh oksigen sehingga memungkinkan
terjadi peningkatan pembentukan reactive ocygen species
(ROS) seperti superoxide anions (O2), hydroxyl radicals (OH)
dan hydrogen peroxide H2O2. Reactive ocygen species
merupakan radikal bebas yang berasal dari metabolisme
oksigen yang dapat mengakibatkan kerusakan membran sel
spermatozoa dan berakibat pada penurunan motilitas. Bebas
dan Desak (2015) menyatakan bahwa radikal bebas sangat
berbahaya bagi kelangsungan hidup sel spermatozoa. Radikal
bebas mengambil elektron dari asam lemak tak jenuh yang
banyak menyusun fosfolipid membran plasma sel sehingga
merusak seluruh fosfolipida membran plasma sel spermatozoa.
Nilai rataan motilitas spermatozoa kambing boer pada jam
ke 0 berkisar antara 71-73%, jam ke 1 61-65,5&, jam ke 2 52-
55% dan jam ke3 41-44,5%. Rahayu dkk (2014)
menambahkan bahwa semen masih dapat dikatakan baik
apabila memiliki nilai >50%. Berdasarkan SNI 4689 tahun
2014 semen yang dapat digunakan untuk inseminasi buatan
adalah semen yang memiliki motilitas >70%. Dalam hal ini
maka sesuai hasil pengamatan motilitas spermatozoa yang
dapat di gunakan untuk IB hanya pada jam ke 0. Secara
64
keseluruhan P3 memiliki nilai terbaik di bandingkan perlakuan
lainnya, hal ini dikarenakan kandungan antioksidan yang
ditambahkan mampu meredam radikal bebas, sehingga mampu
mempertahankan nilai motilitas spermatozoa selama
penyimpanan suhu ruang.

4.3 Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Kemangi


Terhadap Viabilitas Spermatozoa Selama
Penyimpanan Suhu Ruang
Viabilitas merupakan salah satu indikator penentu
kualitas semen, penilaian persentase viabilitas spermatozoa
dapat menggunakan pewarnaan eosin negrosin. Spermatozoa
yang hidup akan berwarna terang sedangkan spermatozoa yang
mati akan berwarna ungu karena menyerap eosin negrosin.
Spermatozoa yang mati mengalami kerusakan membran sel
sehingga menyerap zat warna eosin yang diberikan. Nurkholis
(2013) menambahkan bahwa pada waktu semen dicampur
dengan zat warna, sel – sel sperma yang hidup tidak atau
sedikit sekali menghisap warna sedangkan sel – sel yang mati
akan mengambil warna karena permeabilitas dinding sel
meninggi sewaktu mati. Persentase rataan viabilias
spermatozoa Kambing Boer dalam pengencer Tris Kuning
Telur dengan level penambahan ekstrak daun kemangi yang
berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.

65
Tabel 3. Rataan Persentase Viabilitas spermatozoa kambing
boer dengan penambahan ekstrak daun kemangi
selama penyimpanan suhu ruang.
Pengamatan
perlakuan
Jam 0 Jam 1 Jam 2 Jam 3

P0 (0%) 84±7,18 80,2±6,38 78,1±6,77 65±11,15

P1 (1%) 86,2±6,18 81,4±6,97 77,2±6,16 72,3±8,44

P2 (2%) 85,3±8,18 81,9±7,68 77,3±8,95 73,2±7,12

P3 (3%) 87,4±3,03 82,5±2,57 78,3±4,48 74,5±5,74


Keterangan : Penambahan ektrak daun kemangi tidak
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap
motilitas spermatozoa kambing boer selama
penyimpanan suhu ruang.

Hasil analisis statistik viabilitas spermatozoa kambing


boer dapat dilihat pada Lampiran 6-9. Berdasarkan hasil
analisis statistik dapat diketahui bahwa penambahan ekstrak
daun kemangi tidak pengaruh (P>0,05) terhadap viabilitas
spermatozoa kambing boer selama penyimpanan suhu ruang.
Walaupun tidak memberikan pengaruh terhadap nilai
abnormalitas spermatozoa, perlakuan dengan penambahan
ekstrak daun kemangi cenderung memiliki nilai yang lebih
baik dibandingkan dengan perlakuan P0.
Secara berturut-turut selama penyimpanan P3
memberikan nilai viabilitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan lainnya. Pada jam ke 0 P3 memiliki nilai
rataan viabilitas sebesar 87,4±3,03, jam ke 1 82,5±2,57, jam ke
2 78,3±4,48 dan jam ke 3 74,5±5,74, hal ini menunjukkan
66
bahwa kandungan antioksidan flavonoid pada pengencer
mampu mempertahankan kualitas spermatozoa dari serangan
radikal bebas. Khaki Fathiazad, Nouri dan Amir (2011)
menambahkan bahwa daun kemangi memiliki senyawa kimia
yaitu minyak atsiri, flavonoids, phenylpropanoids dan
rosmarinicacid. Kandungan flavonoid dalam ekstrak daun
kemangi berguna sebagai antioksidan yang akan
menetralkan radikal bebas sehingga mencegah kerusakan
pada spermatozoa. Musfirah, Bachri dan Laela (2016)
menyatakan bahwa flavonoid berkhasiat sebagai antioksidan
mampu mempertahankan kualitas sperma. Flavonoid mampu
mempertahankan kualitas sperma dengan mempertahankan
motilitas spermatozoa sehingga meningkatkan viabilitas
sperma dan meningkatkan jumlah sperma (Louis, Salni dan
Nita. 2019). Antioksidan berperan penting menghambat reaksi
peroksida lipid yang mampu merusak membran spermatozoa
akibat penyimpanan. Cahyadi , Cristiyanto dan Setiatin (2016)
menambahkan bahwa antiioksidan flavonoid mampu
menangkal radikal bebas dan membuat membrane plasma sel
spermatozoa tetap terlindungi. Membran sel sperma yang utuh
akan menambah daya tahan dan umur sel sperma tersebut
sehingga persentase hidup sel spermatozoa meningkat.
Pemberian antioksidan dengan dosis yang tepat memberikan
hasil maksimal untuk mencegah dan mengurangi reaksi
peroksida lipid akibat aktivitas radikal bebas pada membran
plasma spermatozoa, dimana bagian tersebut kaya akan asam
lemak tak jenuh sehingga rentan terhadap reaksi peroksida
lipid (Siswandoko, Zaenab dan Husamah, 2017). Perubahan
persentase viabilitas spermatozoa kambing boer dapat dilihat
pada Gambar 20.
67
VIABILITAS
100.00
80.00
Viabilitas %

60.00 P0 (0%)
40.00 P1 (1%)

20.00 P2 (2%)

0.00 P3 (3%)
Jam 0 Jam 1 Jam 2 Jam 3
Lama Penyimpan

Gambar 20 Grafik persentase viabilitas spermatozoa kambing


Boer selama penyimpanan suhu ruang

Berdasarkan Gambar 20 dapat diketahui bahwa selama


penyimpanan suhu ruang nilai viabilitas mengalami
penurunan. Terjadinya penurunan viabilitas selama proses
penyimpanan dapat disebabkan karena perlakuan fisik saat
perlakuan yang menyebabkan kematian. Pengaruh fisik
tersebut dapat diakibatkan oleh gesekan antra spermatozoa,
antara spermatozoa dengan dinding tabung atau antara globul
lemak dari kuning telur sehingga menyebabkan kecencerungan
penurunan viabilitas seiring dengan tingkat pengenceran yang
berbeda (Munazaroh dkk, 2013). Perubahan suhu dapat
menyebabkan stress fisik dan kimia pada membran
spermatozoa yang menurunkan viabilitas dan kemampuan
memfertilisasi spermatozoa (Susilawati, 2011). Indriani dkk
(2013) menambahkan bahwa penurunan viabilitas spermatozoa
68
selama penyimpanan dikarenakan meningkatnya jumlah
spermatozoa rusak dan mati akibat keterbatasan energi.
Perubahan suhu dapat menyebabjan stress fisik dan kimia pada
membran spermatozoa yang menurunkan viabilitas dan
kemampuan memfertilisasi spermatozoa (Susilawati, 2011).
Indriani dkk (2013) menambahkan bahwa penurunan viabilitas
spermatozoa selama penyimpanan dikarenakan meningkatnya
jumlah spermatozoa rusak dan mati akibat keterbatasan energi.
Penurunan persentase viabilitas spermatozoa dapat disebabkan
karena persediaan nutrisi yang hanya berasal dari seminal
plasma saja tanpa ada tambahan dari medium lain. Semakin
lama waktu penyimpanan, nutrisi dalam seminal plasmna
semakin berkurang,hal ini yang menyebabkan nilai viabilitas
semakin menurun. Susilowati (2011) menyatakan bahwa
semakin lama waktu penyimpanan maka energi yang
dibutuhkan spermatozoa semakin tinggi sedangkan nutrisi
yang teredia semakin berkurang. Faktor penyesuaian suhu dari
suhu tubuh ternak ke suhu ruang juga dapat mempengaruhi
pergerakan spermatozoa karena spermatozoa harus
menyesuaikan kondisi fisik dengan lingkungan. Selama
penyimpanan suhu ruang memungkinkan untuk terpaparnya
spermatozoa dengan oksigen, sehingga pembentukan ROS
akan meningkat yang berdampak pada kersuakan membran sel
spermatozoa. Penurunan derajat keasaman juga berpengaruh
terhadap turunnya nilai viabilitas. Fafo, Hime dan Wilmientje
(2016) menyatakan bahwa derajat keasaman sangat
menentukan status kehidupan spermatozoa di dalam semen.
Semakin rendah atau semakin tinggi pH dari normal akan
membuat spermatozoa lebih cepat mati. Perubahan pH kearah
yang lebih asam terjadi dikarenakan penimbunan asam laktat
69
yang merupakan hasil metabolisme spermatozoa pada kondisi
anaerob.
Pada penyimpanan jam ke 3 nilai viabilitas P1,P2 dan P3
sebesar 72,3±8,44, 73,2±7,12 dan 74,5±5,74. Dalam hal ini
berarti P1,P2 dan P3 pada jam ke 3 memenuhi standar untuk di
lakukan inseminasi buatan. Kusumawati dkk (2017)
menyatakan bahwa salah satu standar minimum bagi kualitas
semen yang dapat dipakai untuk inseminasi buatan adalah
minimal mengandung 50% persentasi sperma hidup (viabilitas)
dan motil.
Pengamatan viabilitas spermatozoa pada penelitian ini
menggunakan metode pewarnaan eosin negrosin. Semen yang
telah di encerkan di teteskan sebanyak 1 tetes ke atas object
glass, lalu pewarna eosin negrosin diteteskan secukupnya
disebelah semen segar. Setelah itu di homogenkan semen dan
eosin negrosin menggunakan ose, setelah homogen diulas
menggunakan object glass dengan satu tarikan dan setipis
mungkin, dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Preparat
yang sudah kering selanjutnya diamati dengan mikroskop
perbesaran 400x. Agustian dkk (2014) menambahkan bahwa
persentase viabilitas spermatozoa diamati dengan
menggunakan metode pewarnaan dengan eosin negrosin dan
diamati dengan mikroskop perbesaran 400x. viabilitas
spermatozoa dapat dilihat pada Gambar 21.

70
A

Gambar 21. Pengamatan viabilitas spermatozoa dengan


mikroskop perbesaran 400x
Keterangan: A= spermatozoa hidup berwana terang , B=
spermatozoa mati berwana lebih gelap (ungu)

4.4 Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Kemangi


Terhadap Abnormalitas Spermatozoa Selama
Penyimpanan Suhu Ruang
Abnormalitas merupakan kelainan bentuk yang dialami
oleh spermatozoa, secara umum abnormalitas spermatozoa
terbagi menjadi abnormalitas primer dan sekunder.
Abnormalitas primer merupakan abnormalitas yang terjadi saat
proses spermatogenesis dan proses pematangan dalam
epididimis. Abnormalitas primer meliputi kepala terlalu besar,
kepala terlalu kecil, kepala pipih, dan ekor ganda. Sedangkan
abnormalitas sekunder merupakan abnormalitas yang terjadi
setelah semen di ejakulasikan, abnormalitas sekunder dapat
disebabkan oleh penanganan semen yang salah pada proses
evaluasi semen. Abnormalitas sekunder sendiri meliputi kepala
putus, ekor putus, kepala tanpa ekor dan ekor tanpa kepala.
Hasil rataan persentase abnormalitas spermatozoa kambing
71
boer dengan penambahan ekstrak daun kemangi dapat dilihat
pada tabel 4.

Tabel 4. Rataan persentase Abnormalitas spermatozoa


kambing boer dengan penambahan ekstrak daun
kemangi selama penyimpanan suhu ruang.
Pengamatan
Perlakuan
Jam 0 Jam 1 Jam 2 Jam 3

P0 (0%) 5,33±1,53 6,52±1,38c 7,99±1,82b 11,56±4,03b

P1 (1%) 4,45±1,88 5,11±1,32b 5,78±0,90a 7,15±1,42a

P2 (2%) 4,52±2,07 4,31±1,59a 6,21±0,96a 7,54±1,15a

P3 (3%) 3,9±0,69 4,46±1,02a 6,63±1,30a 7,26±1,21a


Keterangan : Notasi yang berbeda pada jam ke 1, 2 dan 3
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P<0,05)

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat penambahan ekstrak


daun kemangi tidak berpengaruh terhadap abnormalitas
spermatozoa kambing boer pada jam ke 0. Namun pada jam ke
1,2 dan 3, penambahan ekstrak daun kemangi berpengaruh
terhadap abnormalitas spermatozoa kambing boer pada
penyimpanan suhu ruang. Selama penyimpanan P0 memiliki
nilai rataan persentase abnormalitas yang lebih tinggi
dibandingkan P1,P2 dan P3. Pada jam ke 0, P0 memiliki nilai
rataan persentase abnormalitas sebesar 5,33±1,53, jam ke 1
6,52±1,38, jam ke 2 7,99±1,82 dan jam ke 3 11,56±4,03. Hal
ini dapat disebabkan karena pada P0 kekurangan suplai
antioksidan yang dapat meredam radikal bebas selama
penyimpanan, yang berdampak pada meningkatnya nilai

72
abnormalitas. Susilowati (2008) menambahkan bahwa
produksi ROS yang berlebih membuat sistem pertahanan tidak
mampu menetralisirnya, oksidan yang berada dalam
spermatozoa dapat menyebabkan kerusakan asam lemak,
khususnya asam lemak poli tak jenuh yang merupakan
komponen penting dari fosfolipid penyusun membran
spermatozoa, inaktivasi enzim, pemutusan rantai DNA dan
menyebabkan penurutan motilitas ,kematian spermatozoa dan
peningkatan nilai abnormalitas.
Pada jam ke 2 P1, P2 dan P3 memberikan pengaruh yang
sama terhadap abnormalitas spermatozoa kambing boer,
sedangkan P0 memberikan pengaruh yang berbeda. Nilai
abnormalitas terbaik pada jam ke2 dimiliki oleh P2 dengan
nilai sebesar 6,21±0,96. Begitu pula pada jam ke 3 P1,P2 dan
P3 memberikan pengaruh yang sama dibandingkan dengan P0.
Nilai abnormalitas terbaik pada jam ke 3 berada pada P1
dengan nilai 7,15±1,42. Penambahan ekstrak daun kemangi
mampu menekan radikal bebas selama penyimpanan yang
disebabkan oleh kandungan antioksidan berupa flavonoid.
Dewi, Puspawati, Swantara, Asih dan Wiwik (2014)
menambahkan bahwa flavonoid meredam radikal bebas
dengan menyumbangkan satu atom hydrogen untuk
menstabilkan radikal peroksidasi lemak.. Perubahan persentase
rataan abnormalitas spermatozoa kambing boer selama
penyimpanan suhu ruang dapat dilihat pada Gambar 22.

73
ABNORMALITAS
14
12
Abnormalitas%

10
8 P0 (0%)
6 P1 (1%)
4
P2 (2%)
2
0 P3 (3%)
Jam 0 Jam 1 Jam 2 Jam 3
Lama Penyimpanan

Gambar 22. Grafik persentase abnormalitas spermatozoa


kambing Boer selama penyimpanan suhu ruang

Berdasarkan Gambar 22 dapat diketahui bahwa selama


proses penyimpanan, nilai abnormalitas mengalami
peningkatan pada tiap jamnya. Abnormalitas mengalami
peningkatan pada tiap jam, hal ini dapat dipengaruhi oleh
spermatogenesis dari ternak tersebut dan juga perlakuan
setelah ejakulasi, seperti penanganan semen segar,
pencampuran semen dengan pengencer dan saat pembuatan
ulasan (Wiratri, Susilawati dan Sri, 2013). Selain itu perubahan
suhu dapat menyebabkan perubahan permeabilitas membran
sel dinding spermatozoa dan mengakibatkan disharmonisme,
pemecahan membran, dan pengeluaran enzim. Kondisi ini
dapat menyebabkan peningkatan abnormalitas spermatozoa.
Abnormalitas spermatozoa akan mengalami peningkatan yang
disebabkan oleh spermatogenesis dari ternak tersebut dan
perlakuan setiap penampungan semen segar, pencampuran

74
semen dengan pengencer dan saat pembuatan ulasan. Faktor
lain yang mempengaruhi peningkatan abnormalitas adalah
tindakan kurang hati-hati pada saat perlakuan, panas, gangguan
nutrisi dan pengaruh fisik dimana spermatozoa saling
bergesekan satu sama lain sehingga menyebabkan
abnormalitas sekaligus kematian (Munazaroh, Wahyuningsih
dan Gatot. 2013) P1, P2 dan P3 memiliki nilai abnormalitas
yang lebih kecil dibandingkan P0. Hal ini dapat disebabkan
kandungan antioksidan flavonoid dalam daun kemangi,
sehingga mampu meredam radikal bebas selama penyimpanan.
Rizal dan Herdis (2010) menambahkan bahwa penambahan
antioksidan mampu menghentikan reaksi yang ditimbulkan
oleh radikal bebas. Siswandoko (2017) menambahkan bahwa
pemberian antioksidan dengan dosis yang tepat memberikan
hasil maksimal untuk mencegah dan mengurangi reaksi
peroksida lipid akibat aktivitas radikal bebas pada membran
plasma spermatozoa, dimana bagian tersebut kaya akan asam
lemak tak jenuh sehingga rentan terhadap reaksi peroksida
lipid. Berkurangnya reaksi peroksidasi lipid akan berdampak
pada rendahnya nilai abnormalitas spermatozoa. Kandungan
flavonoid dalam ekstrak daun kemangi berguna sebagai
antioksidan yang akan menetralkan radikal bebas sehingga
mencegah kerusakan pada spermatozoa (Khaki, et al. 2011).
Penambahan antioksidan mampu menghentikan reaksi yang
ditimbulkan oleh radikal bebas. Reaksi radikal bebas pada
membran plasma sel (terutama pada asam lemak tak jenuh)
akan membentuk radikal bebas yang baru, yang jika bertemu
dengan molekul lain akan terjadi lagi reaksi dan membentuk
radikal bebas barujuga. Demikian seterusnya sehingga reaksi
berantai (chain reaction), dan apabila ini terjadi pada membran
plasma, reaksi itu akan berhenti juka seluruh membran plasma

75
sel telah mengalami kerusakan atau dihentikan dengan cara
menambahkan senyawa antioksidan (Rizal dan Herdis)
Pada jam ke 3 nilai abnormalitas spermatozoa kambing
boer berada pada kisaran 7,15-11,56%. Nilai ini masih dapat
digunakan untuk inseminasi buatan. Kusumawati, Utomo,
Krisnaningsi dan Syam (2017) menyatakan bahwa standar
persentase abnormalitas spermatozoa kambing yang layak
digunakan untuk IB tidak lebih dari 15%. Sedangkan menurut
Susilawati (2011) nilai abnormalitas yang dapat digunakan
lebih lanjut untuk IB adalah kurang dari 20% morfologi
spermatozoa abnormal. Abnormalitas pada spermatozoa dapat
dilihat pada Gambar 23.

Gambar 23. Pengamatan abnormalitas spermatozoa dengan


mikroskop perbesaran 400x
Keterangan: A= Spermatozoa normal, B= Abnormalitas
sekunder

76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Penambahan ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum)
kedalam pengencer belum mampu memberikan pengaruh
terhadap motilitas individu dan viabilitas semen kambing boer
selama penyimpanan suhu ruang, namun memberikan
pengaruh terhadap abnormalitas semen kambing boer selama
penyimpanan suhu ruang.

5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai seberapa
besar antioksidan yang terkandung dalam daun kemangi yang
dapat digunakan dalam pengenceran semen dan penambahan
dosis yang diberikan ke dalam pengencer guna mengetahui
seberapa mampu penambahan ekstrak daun kemangi
berpengaruh terhadap menangkal radikal bebas dalam semen.

77
78
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, M, F., Ihsan, M, N dan Nurul, I. 2014. Pengaruh
lama Simpan Semen dengan Pengencer Tris
Aminomethan Kuning Telur Pada Suhu Ruang
Terhadap Kualitas Spermatozoa Kambing Boer. J.
Ternak Tropika. 15 (2) : 1-6.
Aisah, S., Isnaini, N dan Sri, W. 2016. Kualitas semen segar
dan recovery rate sapi bali pada musim yang berbeda.
Jurnal Ilmu- Ilmu Peternakan. 27(1):63-79..
Arianantie, OS., TL,Yusuf, D Sajuthi dan Arifiantini, RI. 2013.
Pengatruh Krioprotektan Griserol dan
Dimethilformahida dalam Pembekuan Semen
Kambing Peranakan Etaah Menggunakan Pengencer
Tris Modifikasi. JITV. 18 (4): 239-250
Arifin, B dan Sanusi, I. 2018. Stuktur, Bioaktivitas dan
Antioksidan Flavonod. Jurnal Zarah. 6 (1) :21-29.
Arsiwan., Saili, T., Baa, L, O dan Syam, R. 2014. Membran
Plasma Utuh Sprmatozoa Epididimis Kambing
Peranakan Etawa Dalam Natrium Klorida Dengan
Konsentrasi Berbeda. Jitro.. 1(1): 79-84.
Atli, A. 2017. Antioxidant Explained in Human Terms
https://www.healthline.com/nutrition/ antioxidants-
explained. Diakses pada 30 Maret 2019.
Ayala, A., Munoz, M, F., and Sandro. 2014. Lipid
Peroxidation: Production, Metabolism, and Signaling
Mechanisms of Malondialdehyde and 4-Hydroxy-2-
Nonenal. Hindawi Publishing Corporation Oxidative
Medicine and Cellular Longevity. 2014:1-31.

79
Ayucitra. A., Indraswati, N., Mulyandasari dan Yulianus, K,
D. 2011. Potensi Senyawa Fenolik Bahan Alam
Sebagai Antioksidan Alami Minyak Goreng Nabati.
Widya Teknik. 10(1); 1-10.
Azzahra, F, Y., Setiani, E, T dan D, Samsudewa. 2015.
Evaluasi Motilitas dan Persentase Hidup Semen Segar
Sapi PO Kebumen Pejantan Muda. Jurnal Sain
Peternakan Indonesia. 11(2) : 99-107.
Baliga, M, S., A, R, Shivashankara., A, Azmidah., V, Sunitha
dan P, L Palatty. 2013. Gastrointestinal And
Hepatoprotective Effects Of Ocimum Sanctum L. Syn
(Holy Basil Or Tulsi) Valdation Of The
Ethnomedicinal Observation. Bioactive Food as
Dietary Interventions for Liver and Gastrointestinal
Disease. 21: 325-335.
Bhattacharya, A. (2014). Evaluation Of Some Anti Oxidativ
Constituent Of Three Species Of Ocimum.
Inernational Journal of Life Sciences. 8(5):14-17.
Cahyadi, T, R, T., Christiiyanto, M dan E, T, Setiatin. 2016.
Persentase Hidup dan Abnormalitas Sel Spermatozoa
Kambing Peranakan Etawah (PE) Dengan Pakan Yang
Disuplementasikan Daun Binahong (Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis). Animal Agriculture Journal.
(53):23-32.
Dethan, A, A., Kustono dan Hari,H. 2010. Kualitas dan
Kuantitas Sperma Kambing Bligon Jantan yang diberi
Pakan Rumput Gajah dengan Suplementasi Tepung
Darah. Buletin Peternakan. 34(3):145-153.
Desi, N, H., Kurniasari, D., Romdhoni, M, F dan Andi, M, M.
2018. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun

80
Kemangi (Ocimum Basilicum L.) Terhadap Motilitas
Spermatozoa Tikus Putih Galur Wistar Jantan (Rattus
Norvegicus) Yang Diinduksi Monosodium Glutamate
(MSG). 14 (1) :48-54
Ducha, N., Susilawati, T Aulanni’am dan Sri, W. 2013.
Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Sapi Limmousin
Selama Penyimpanan pada Refrigerator dan Pengencer
CEP-2 dengan Suplementasi Kuning Telur. Jurnal
Kedokteran Hewan. 7. No.1:5-8
Effendim F, I., Wahjuningsih, S dan M. N Ihsan. 2015.
Pengaruh pengencer Tris Aminomethane kuning telur
yang disuplementasi sarikulit Manggis (Garcinia
Mangostana) terhadap kualitas semen Sapi Limousin
selama penyimpanan suhu dingin 50C. Jurnal Ilmu-
Ilmu Peternakan. 25(3):69-79.
Efi. R. 2008. Hubungan Antara Jumlah False Mounting
Dengan Produksi Semen Pejantan Sapi Madura.
Cendekia.
Erviana, L., Malik, A dan Ahmad, N. 2012. Uji Aktivitas
Antiradikal Bebas Ekstrak Etanol Daun Kemangi
(Ocimum basilicum L.) Dengan Menggunakan Metode
DPPH. Jurnal Fitofarmaka Indonesia. 3(2).
Fafo, M., Hine, T, M dan Wilmientje, M, N. 3026. Pengujian
Efektifitas Ekstrak Daun Kelor Dalam Pengencer
Sitrat-Kuning Telur Terhadap Kualitas Semen Cair
Babi Landrace. Jurnal Nucleus Peternakan. 3(2):184-
195.
Fajar, A, S. 2016. Stress Oksidatif Dan Status Antioksidan
Pada Aktivitas Fisik Maksimal. Jurnal Generasi
Kampus. 9(2) ;176-189.

81
Feradis. 2010. Peranan Antioksidan dalam Pembekuan Semen.
Jurnal Peternakan. 6(2):63-70.
Hasbi, Sonjaya, H dan S. Gustina. 2011. Pengaruh Medium
Pemisah, Penambahan Ekstrak Kopi Sebelum Proses
Pemisahan Spermatozoa Pembawa Kromosom C dan
Y dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Semen
Cair Kambing Peranakan Ettawa. JITP. 1(2):107-118.
Herdis., Surachman, M., Yulawati., Rizal ,M dan H,
Maheswari. 2008. Viabilitas dan Keutuhan Membran
Plasma Spermatozoa Epididimis Kerbau Belang pada
Penambahan Maltosa dalam Pengencer Tris Kuning
Telur. J. Indon. Trop. Anim. Agtic. 33(2): 101-106.
Idawati, S. 2015. Mekanisme Transport ino melalui
karakterrisasi sifat listrik pada membran jeruk lemon
(Citrus medica Linn). Jurnal Dinamik. 6(1) : 11-24.
Indriani, Susilawati, T dan Sri, W. 2013. Daya Hidup
Spermatozoa Sapi Limousin yang Dipreservasi dengan
Metode Water Jacket dan Free water Jacket. Jurnal
Veteriner. 14(3): 379-386.
Inouno, I. 2014. Upaya meningkatkan Keberhasilan Inseminasi
Buatan pada Ternak Ruminansia Kecil. WARTAZOA.
24. No 4 :201-209.
Istanty, A, S., Salim, M, A., Isnaini, N dan Trisnil, S. 2017.
Pengaruh Penggantian Bovine Serum Albumin (BSA)
Dengan Putih Telur Dalam Pengencer Dasar Cep-2
Terhadap Kualitas Semen Kambing Boer Pada Simpan
Dingin. J. Ternak Tropika. 18(1) : 1-9.
Khaki, A., Fathiazad, F., Nouri, M dan Amir, A, K. 2011.
Effect of Ocimum basilicum on apoptosis in testis if
rats after exposure ti elektronagnetic field. Africal
82
Journal of Pharmacy and Parmacology. 5(12) :1534-
1537.
Kusumawati, D. E., Nur Utomo, K., Krisnaningsih, A. J. N.,
dan Syam, R. 2017. Kualitas Semen Kambing Kacang
Dengan Lama Simpan Yang Berbeda Pada Suhu
Ruang Menggunakan Pengencer Tris Aminomethan
Kuning Telur. JITRO. 4(3): 42-51.
Kindangen, O, C., TYamlean, P, V, Y dan Defny, S, W. 2018.
Formulasi Gel Antijerawat Ekstrak Etanol Daun
Kemangi (Ocium basilicum L) dan Uji Aktivitasnya
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Secara in
vitro. Jurnal Ilmiah Farmasi. 7(3):283-293.
Kumar, S., Kumar, R., Dwivedi, A dan Abhay, K, P. 2014. In
Vitro Antioxidant, Antibacterial, and Cytotoxic
Activity and In Vivo Effect of Syngonium
podophyllum and Eichhornia crassipes Leaf Extracts
on Isoniazid Induced Oxidative Stress and Hepatic
Markers. Biomed Reasearch International.
Kurniawan, S. 2013. Daun kemangi, bawang merah, bawang
putih dan bengkuang terapi herbal kesehatan dan
kecantikan. Diva Press..
Kusumawati, E, D., Utomo, K, N, Krisnaningsih, A, T, N dan
Syam, R. 2017. Kualitas Semen Kambing Kacang
dengan Lama Simpang yang Berbeda Pada Suhu
Ruang Menggunakan Pengencer Tris Aminomethan
Kuning Telur. JITRO. 4(3):42-51.
Lahos, K dan S. Das. 2010. Hepatoprotecive activity of
Ocimum sanctum alcoholic leaf extract againt
paracetamol-indunduced liver damage in albino rats.
Pharmacognosy Research. 3(1):13-18.

83
Lestari, T, P, S., Ihsan, M, N dan Nurul, I. 2014. Pengaruh
Waktu Simpan Semen Segar Dengan Pengencer
Andromed Pada Suhu Ruang Terhadap Kualitas Smen
Kambing Boer. J. Ternak Tropika. 15 (1) : 43-50.

Louis, S, L., Salni dan Sri, N. 2019. Pengaruh Pemberian


Fraksi Daun Kemangi (Ocimum ameriacnum, L.)
terhadap Berat, Diameter, Tebal Epitel Epididimis,
Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Tikus Putih
Jantan (Rattus norvegicus). Jurnal Kesehatan.
10(1):25-33.
Lung, J, K, S dan Dika, P, D. 2017. Uji aktivitas Antioksidan
Vitamin A,C,E dengan metode DPPH. Farmaka.
19(15) :53-62
Masyitoh, H., Suprayogi, T, W., Praja, R, N., Srianto, p.,
Madyawati, S, P dan Amung, L, S. 2018. Persentase
Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Kambing Saper
dalam Pengencer Tris Kuning Telur dan Susu Skim
Kuning Telur Befor Freezing. Jurnal Medik Veteriner
1(3) : 105-112.
Munazaroh, A, M., Wahyuningsih, S dan Gatot, C. 2013. Uji
Kualitas Spermatozoa Kambing Boer Hasil
Pembekuan Menggunakan Mr. Frosty ® Pada Tingkat
Pengenceran Andromed® Berbeda. J. Ternak Tropika.
14(2):63-71.
Musfirah, Y., Bachri,M, S dan Laela, H, N. 2016. Potensi
Ekstrak Etanol 70% Akar Salunang Balum (Lavanga
sarmentosa blume kurz) Terhadal kualitas dan
viabilitas sperma mencit. Pharmaciana. 6(2):131-138.
Naibaho, O, H., V, Paulina., Yamlean Y dan Weny, W. 2013.
Pengaruh Basis Salep Terhadap Formulasi Sediaan
84
Salep Ekstrak Daun Kemangi ( Ocimum sanctum L.)
Pada Kulit Punggung Kelinci Yang Dibuat Infeksi
Staphylococcus aureus. Jurnal Ilmiah Farmasi.
2(2):27-33.
Nahriyanti, S., Ondho, Y, S dan D. Samsudewa. 2017.
Perbedaan Kualitas Makroskopis Semen Segar Domba
Batur dalam Flock Mating dan Pen Mating. Jurnal
Sain Peternakan Indonesia. 12(2):191-198.
Nasich, M. 2010. Analisis Fenotip dan Genotip Kambing Hasil
Persilangan antara Pejantan Kambing Boer dengan
Induk Kambing Lokal. Disertasi. Program
Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya. Malang. DISERTASI.
Novita ,M, E, C. 2014. Daun Kemangi (Ocimum cannum)
Sebagai Alternatif Pembuatan Handsanitizier. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 9(2):136-142.
Perhar, G., Arhonditsis, G, B and Michael, T, B. 2012.
Modelling The Role Of Highly Unsaturated Fatty
Acids In Planktonic Food Web Processes: A
Mechanistic Approach. Environ. Rev. 20: 155-172.

Perumal, P. 2014. Effect of Superoxide Dismutase on Semen


Parameters and Antioxidant Enzyme Activities of
Liquid Stored (50C) Mithun (Bos frontalis) Semen.
Journal of Animals. 14:1-9.

Prasetyoo, A, A., R, Taswin dan Dadang, M, S. 2013. Kualitas


Semen Segar Sapi Simmental yang Dikoleksi dengan
Interval yang Berbeda di Balai Inseminasi Buatan
Lembang. Jurnal Ilmiah Peternakan. 1(3):907-913.

85
Rahayu, W, Pramana, A, W, M dan Gatot, C. 2014. Kualitas
Semen Segar Kambing Boer Pada Temperatur
Penyimpanan 4 Oc Dengan Menggunakan Pengencer
Sitrat Dan Suplementasi Susu Kedelai Bubuk. Jurnal
Biotropika. 2(1): 55-60.
Redha, A. 2010. Flavonoid :Struktur, Sifat Antioksidatif, Dan
Peranannya Dalam Sistem Biologis. Jurnal Belian.
9(2) :196-202..
Rizal dan Herdis. 2010. Peranan Antioksidan dalam
Meningkatkan Kualitas Semen Beku. WARTAZOA.
20(3):139-145.
Rizal, M., Herdis., Nasrullah., Riyadhi, M., Sangadji, I dan
Yulnawati. 2015. Kriopreservasi Semen Domba Garut
dengan Pengencer Tris yang Disuplementsi Ethylene
Diamine Tetraacetic Acid. Jurnal Veteriner. 16(2):249-
255.
Riyadhi, M. 2010. Jenis dan Tingkat Abnormalitas Primer
pada Spermatozoa Sapi Pejantan di Beberapa Balai
Inseminasi Buatan di Indonesia.
Rhocim, A., Salim., M., A., Isnaini, N dan Susilawati, T. 2017.
Pengaruh Penghilangan Rafinosa dalam Pengencer
Tris Aminomethan Kuning Telur Terhadap Kualitas
Semen Kmbing Boer Salama Simpan Dingin. Jurnal
Ternak Tropika. 18(1): 27-35.
Safwan, Taufan, Sugara dan Mutiara, K, R. 2016. Pengaruh
Ekstrak Daun Kemangi (ocimum sanctum L.) terhadap
Motilitas dan Konsentrasi Spermatozoa Mencit Jantan
(Mus muculus). Jurnal Ilmiah Ibnu Sina. 1(2) : 173-
181.

86
Sarma D, Sai Koteswar and Babu, A. Venka Suresh. 2011.
Pharmacognostic and Phytochemical Studies of
Ocimum mericanum. Jurnal of Chemical and
Pharmaceutical Research. 3(3) 337-347
Saroj, B. 2016. Free Radical. https://chemistryonline.guru/free-
radical/. Diakses tanggal 30 Maret 2019.
Sayuti, K dan Rina, Y. 2015. Antioksidan Alami dan Sintetik.
Padang. Andalas University Press.
Setiono, N., Suharyati, S dan Purnama, E, S. 2015. Kualitas
Semen Beku Sapi Brahman dengan Dosis
Krioprotektan Gliserol yang Berbeda dalam Bahan
Pengencer Tris Sitrat Kuning Telur. Jurnal Ilmiah
Peternakan Terpadu. 3(2):60-69.
Siswandoko, B., Zaenab, S., dan Husamah. 2017. Penambahan
Ektrak Kulit Buah Naga Ke Dalam Pengencer Tris
Kuning Telur Untuk Meningkatkan Kualitas Semen
Beku Kambing Peranakan Ettawa. Scripta Biologica.
4(4): 247-251.
Siudzinska, A and E. Lukaszewicz. 2008. Effect of Semen
Extender and Storage Time on Sperm Morphology of
Four Chicken Breed. JAPR: Research Report.
Sukmawati, E., Arifiantini, R, I dan Purwantara, B. 2014. Daya
Tahan Spermatozoa terhadap Proses Pembekuan pada
Berbagai JEnis Sapi Pejantan Unggul. JITV. 19(3)
168-175.
Sunarni, T., Pramono, S., Asmah, R. 2007, Flavonoid
antioksidan penangkap radikal dari daun kepel
(Stelechocarpus burahol) (Bl.) Hook f.& Th.), M.F.I.,
18 (3) : 111-116.

87
Susilowati, S. 2008. Kompleks Insulin Like Growth Factor-I
Mempengaruhi Persentase Membran Plasma Utuh dan
Kadar Malondialdehid Spermatozoa. Jurnal Veterine.
9(4):168-175.
Susilawati, S. 2010. Efek Waktu Sentrifugasi Terhadap
Motilitas, Daya Tahan Hidup dan Tudung Akrosom
Spermatozoa Kambing. VETERINARIA MEDIKA.
3(1).
Susilawati, T. 2011. Spermatology. UB Press. Universitas
Brawijaya. Malang.
Suyadi., Rachmawati, A dan Iswandi. 2014. Pengaruh Lama
Simpan Semen Kambing Peranakan Ettawa (Pe)
Dalam Pengencer Ringer’s Dektrose Dengan Ekstrak
Bawang Merah (Allium cepa L.) Pada Suhu Kamar.
Suyadi, Rachmawati, A dan N, Iswanto. 2012. Effect of α-
Tocopherol in Tris-Aminomethane – Egg Yolk on the
Semen Quality during Cold Storage in Boer goats.
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 22(3) : 1-8.
Suyadi, Susilorini, T, E dan Lucy, A. 2014. Kualitas Semen
Kambing Peranakan Etawah (Pe) Dalam Pengencer
Dengan Penambahan Ekstrak Bawang Merah (Allium
cepa L.) Selama Penyimpanan Suhu Dingin.
Syauqy, A. 2014. Evaluasi Kromatin Sperma Sebagai Indikator
Kualitas Sperma. MKS, Th. 46 (3): 236-242.
Thomassen R, Farstad W. 2009. Artificial insemination in
canids: A useful tool in breeding and conservation.
Theriogenology. 71:190-199.

88
Wiratri, V, D, B., Susilawati, T dan Sri, W. 2015. Kualitas
Semen Sapi Limousin Pada Pengencer Yang Berbeda
Selama Pendinginan. J. Ternak Tropika. 15. No 1: 13-
20.
Yuhernita dan Juniarti. 2011. Analisis Senyawa Metabolit
Sekunder Dari Ekstrak Metanol Daun Surian Yang
Berpotensi Sebagai Antioksidan. Makara Sainis.
15(1):48-52.

89
90
LAMPIRAN

Lampiran 1. Data rataan semen segar

Ulangan
Kualitas Rataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Volume (ml) 2 1.4 1.5 1 1.5 1.5 1.5 1 1.3 1.4 1,33 ± 0,2
konsistensi kental kental kental kental kental kental kental kental kental kental Kental
Ph 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
Warna PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK PK
Bau Khas Khas Khas Khas Khas Khas Khas Khas Khas Khas Khas
Motilitas massa 3+ 3+ 3+ 3+ 2+ 3+ 3+ 3+ 3+ 3+ 3+
Motilitas Individu (%) 75 80 70 80 70 80 80 80 80 80 78,33±3,54
viabilitas (%) 86 83 79 88 84 90 82 79 80 88 83,9±3,98
Abnormalitas (%) 4.3 6.4 2.7 5.1 5.8 3.6 2.5 6 11.7 3.3 5,14±2,69
Konsentrasi (10/ ml) 2850 3200 6540 1100 2640 3940 4650 4120 4420 4030 3749±1439,96

91
Lampiran 2. Analisis Data Motilitas Spermatozoa Jam ke0

Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 70 70 70 75
2 75 75 75 75
3 60 65 65 65
4 75 75 70 75
5 65 65 65 65
6 75 75 80 80
7 70 75 75 75
8 75 70 75 75
9 70 70 70 75
10 75 70 70 70
Jumlah 710 710 715 730
Rata-rata 71 71 71.5 73

FK = (Tyijk)2/abr
= (28652)/40 = 205205.625

JK PERLAKUAN = (Ty1ik2+Ty2ik2+ Ty2ik2+Tyik2)/r –


FK
= (7102+7102+7152+7302)/10-FK
= 205232.5 – 205205.625
= 26.875

92
JK Total = Yik2 – FK
= (702+702+702…+702)-FK
= 206025 - 205205.625
= 819.375

JK Galat = JK total- JK Perlakuan


= 819.375-26.875
= 792.5

TABEL ANOVA
F tabel
Sk db JK KT F. hitung
0.05 0.01
Perlakuan 3 26.875 8.9583 0,40694 2.85 4.33
Galat 36 792.5 22.01389

Total 39 819.375

Kesimpulan :
F hitung < F table 0.05 menunjukkan bahwa perlakuan
penambahan ekstrak daun kemangi tidak berpengaruh nyata
terhadap motilitas spermatozoa kambing boer selama
penyimpanan suhu ruang pada jam ke 0.

93
Lampiran 3. Analisis Data Motilitas Spermatozoa Jam ke1

Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 60 65 60 70
2 60 60 60 65
3 55 55 60 60
4 60 65 65 70
5 50 50 55 60
6 70 75 75 75
7 60 60 60 65
8 65 65 65 65
9 65 60 65 60
10 65 60 65 65
Jumlah 610 615 630 655
Rata-rata 61 61.5 63 65.5

FK = (Tyijk)2/abr
= (2510)2/40 = 157502.5

JK PERLAKUAN = (Ty1ik2+Ty2ik2+ Ty2ik2+Tyik2)/r –


FK
= (6102+6152+6302+6552)/10-FK
= 157625 – 157502.5
= 122.5

94
JK Total = Yik2 – FK
= (602+652+602…+652)-FK
= 158800 - 157502.5
= 1297.5

JK Galat = JK total- JK Perlakuan


= 1297.5- 122.5
= 1175

TABEL ANOVA
F tabel
Sk db JK KT F. hitung
0.05 0.01
Perlakuan 3 122.5 40.8333 1.251064 2.85 4.33

Galat 36 1175 32.63889

Total 39 1297.5
Kesimpulan :
F hitung < F table 0.05 menunjukkan bahwa perlakuan
penambahan ekstrak daun kemangi tidak berpengaruh nyata
terhadap motilitas spermatozoa kambing boer selama
penyimpanan suhu ruang pada jam ke 1.

95
Lampiran 4. Analisis Data Motilitas Spermatozoa Jam ke2

Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 55 60 60 60
2 50 50 55 55
3 45 50 45 50
4 50 50 60 55
5 45 40 45 45
6 60 60 65 65
7 55 50 55 50
8 50 55 50 55
9 60 50 55 60
10 60 55 60 55
Jumlah 530 520 550 550
Rata-rata 53 52 55 55

FK = (Tyijk)2/abr
= (2150)2/40 = 115562.5

JK PERLAKUAN =(Ty1ik2+Ty2ik2+ Ty2ik2+Tyik2)/r –


FK
= (5302+5202+5502+5502)/10-FK
= 115630 – 115562.5
= 67.5

96
JK Total = Yik2 – FK
= (552+602+602…+552)-FK
= 116950 - 115562.5
= 1387.5

JK Galat = JK total- JK Perlakuan


= 1387.5- 67.5
= 1320

TABEL ANOVA
F tabel
Sk db JK KT F. hitung
0.05 0.01
Perlakuan 3 67.5 22.5 0.610607 2.85 4.33
Galat 36 1320 36.6667
Total 39 1387.5
F hitung < F table 0.05 menunjukkan bahwa perlakuan
penambahan ekstrak daun kemangi tidak berpengaruh nyata
terhadap motilitas spermatozoa kambing boer selama
penyimpanan suhu ruang pada jam ke 2.

97
Lampiran 5. Analisis Data Motilitas Spermatozoa Jam ke
3

Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 45 40 45 50
2 40 40 35 45
3 35 35 40 40
4 40 45 45 40
5 35 35 30 30
6 45 50 50 50
7 50 45 40 50
8 45 40 45 50
9 45 45 35 45
10 40 40 45 45
Jumlah 420 415 410 445
Rata-rata 42 41.5 41 44.5

FK = (Tyijk)2/abr
= (1690)2/40 = 71402.5

JK PERLAKUAN = (Ty1ik2+Ty2ik2+ Ty2ik2+Tyik2)/r –


FK
= (4202+4152+4102+4452)/10-FK
= 71475 – 71402.5
= 72.5

98
JK Total = Yik2 – FK
= (452+402+452…+452)-FK
= 72600 - 71402.5
= 1197.5

JK Galat = JK total- JK Perlakuan


= 1197.5- 72.5
= 1125

TABEL ANOVA
F tabel
Sk db JK KT F. hitung
0.05 0.01
Perlakuan 3 72.5 24.16667 0.773333 2.85 4.33

Galat 36 1125 31.25

Total 39 1197.5
F hitung < F table 0.05 menunjukkan bahwa perlakuan
penambahan ekstrak daun kemangi tidak berpengaruh nyata
terhadap motilitas spermatozoa kambing boer selama
penyimpanan suhu ruang pada jam ke 3.

99
Lampiran 6. Analisis Data Viabilitas Spermatozoa Jam
ke0

Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 86.5 84.5 84.2 90.2
2 93.4 93.6 93.9 90.4
3 84.5 83.8 83.6 86.6
4 83.5 81.7 85.5 91.7
5 79.6 72.3 63.7 81.7
6 87.6 86.7 89.3 88.2
7 68.9 87 87.9 84.9
8 93 92.5 89.4 86.7
9 84.3 90.3 86 85
10 78.8 89.2 89.5 88.5
Jumlah 840.1 861.6 853 873.9
Rata-rata 84.01 86.16 85.3 87.39

FK = (Tyijk)2/abr
= (3428.6)2/40 = 293882.449

JK PERLAKUAN = (Ty1ik2+Ty2ik2+ Ty2ik2+Tyik2)/r –


FK
= (840.12+861.62+8532+873.92)/10-FK
= 293943.278 - 293882.449
= 60.829

100
JK Total = Yik2 – FK
= (86.52+84.52+84.22…+88.52)-FK
= 295435 - 293882.449
= 1552.811

JK Galat = JK total- JK Perlakuan


= 1552.811- 60.829
= 1491.982

TABEL ANOVA
F tabel
Sk db JK KT F. hitung
0.05 0.01
Perlakuan 3 60.829 20.2763 0.489247 2.85 4.33

Galat 36 1491.982 41.4439

Total 39 1552.811

F hitung < F table 0.05 menunjukkan bahwa perlakuan


penambahan ekstrak daun kemangi tidak berpengaruh nyata
terhadap viabilitas spermatozoa kambing boer selama
penyimpanan suhu ruang pada jam ke 0.

101
Lampiran 7. Analisis Data Viabilitas Spermatozoa Jam
ke1

Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 81.1 83.8 81.5 83.5
2 86.7 92.7 88 85.3
3 84.9 82.5 83.5 83.7
4 79 79.6 77.9 80.6
5 76.3 65.3 61.6 78
6 83.8 77.7 86.2 80.4
7 65.3 83.7 86.1 82.4
8 86.5 85.8 84.1 83.2
9 81.3 82.5 85.5 81.4
10 77.2 80.8 84.9 86.9
Jumlah 802.1 814.4 819.3 825.4
Rata-rata 80.21 81.44 81.93 82.54

FK = (Tyijk)2/abr
= (3261.2)2/40 = 265885.636

JK PERLAKUAN = (Ty1ik2+Ty2ik2+ Ty2ik2+Tyik2)/r –


FK
= (802.12+814.42+819.32+825.42)/10-FK
= 265914.942 - 265885.636
= 29.306

102
JK Total = Yik2 – FK
= (81.12+83.82+81.52…+85.92)-FK
= 267309 - 265885.636
= 1423.524

JK Galat = JK total- JK Perlakuan


= 1423.524- 29.306
= 1394.218

TABEL ANOVA
F tabel
Sk db JK KT F. hitung
0.05 0.01
Perlakuan 3 29.306 9.76866 0.252236 2.85 4.33

Galat 36 1394.218 38.7282

Total 39 1423.524

F hitung < F table 0.05 menunjukkan bahwa perlakuan


penambahan ekstrak daun kemangi tidak berpengaruh nyata
terhadap viabilitas spermatozoa kambing boer selama
penyimpanan suhu ruang pada jam ke 1.

103
. Lampiran 8. Analisis Data Viabilitas Spermatozoa Jam
ke 2

Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 80.4 82.9 80 83.2
2 86 78.5 84.3 75.5
3 83.5 80.2 79.6 77.3
4 70 78 76.4 78.3
5 76.1 63 57.7 68
6 83.4 78.5 83 77.8
7 64.7 77.9 64.8 76.8
8 83.9 83.6 80.2 82
9 76.2 78.9 84.5 81.2
10 77.2 70.1 82.4 82.4
Jumlah 781.4 771.6 772.9 782.5
Rata-rata 78.14 77.16 77.29 78.25

FK = (Tyijk)2/abr
= (3108.4)2/40 = 241553.764

JK PERLAKUAN = (Ty1ik2+Ty2ik2+ Ty2ik2+Tyik2)/r –


FK
= (781.412+771.6+772.9+782.5)/10-FK
= 241563.318 - 241553.764
= 9.554

104
JK Total = Yik2 – FK
= (80.42+82.92+802…+82.42)-FK
= 243219 - 241553.764
= 1665.476

JK Galat = JK total- JK Perlakuan


= 1665.476- 9.554
= 1655.922

TABEL ANOVA
F tabel
Sk Db JK KT F. hitung
0.05 0.01
Perlakuan 3 9.554 3.18466 0.069235 2.85 4.33

Galat 36 1655.922 45.9978

Total 39 1665.476

F hitung < F table 0.05 menunjukkan bahwa perlakuan


penambahan ekstrak daun kemangi tidak berpengaruh nyata
terhadap viabilitas spermatozoa kambing boer selama
penyimpanan suhu ruang pada jam ke 2.

105
Lampiran 9. Analisis Data Viabilitas Spermatozoa Jam ke
3

Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 73.3 75.9 73.1 80
2 70.5 61.4 77.5 74.8
3 45.7 82.5 75.4 73.5
4 69.5 76.2 73.1 77.1
5 58.8 56.3 57.4 61
6 71.9 73.4 79.3 71.4
7 52 76.3 64.3 75
8 83.8 77 73.5 80.2
9 63.6 65 79.2 79.8
10 60.9 78.7 78.7 72
Jumlah 650 722.7 731.5 744.8
Rata-rata 65 72.27 73.15 74.48

FK = (Tyijk)2/abr
= (2849)2/40 = 202920.025

JK PERLAKUAN = (Ty1ik2+Ty2ik2+ Ty2ik2+Tyik2)/r –


FK
= (6502+722.72+731.52+744.82)/10-FK
= 203461.458 - 202920.025
= 541.433

106
JK Total = Yik2 – FK
= (73.32+75.92+73.12…+722)-FK
= 205974 - 202920.025
= 3053.895

JK Galat = JK total- JK Perlakuan


= 3053.895- 541.433
= 2512.462

TABEL ANOVA
F tabel
Sk db JK KT F. hitung
0.05 0.01
Perlakuan 3 541.433 180.477 2.585988 2.85 4.33

Galat 36 2512.462 69.7906

Total 39 3053.895
F hitung < F table 0.05 menunjukkan bahwa perlakuan
penambahan ekstrak daun kemangi tidak berpengaruh nyata
terhadap viabilitas spermatozoa kambing boer selama
penyimpanan suhu ruang pada jam ke 3.

107
Lampiran 10. Analisis Data Abnormalitas Spermatozoa
Jam ke 0

Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 4.8 4.8 8.9 5
2 4.5 2.4 2.8 3.6
3 6.8 4.9 4 2.7
4 6.4 4.9 3.5 3.4
5 3.8 3.6 7.6 3.7
6 5.4 3.9 3.6 3.4
7 8.4 9.3 3.8 4.7
8 3.2 3.7 4.7 4.3
9 4.7 3.4 2.7 3.8
10 5.3 3.6 3.6 4.4
Jumlah 53.3 44.5 45.2 39
Rata-rata 5.33 4.45 4.52 3.9

FK = (Tyijk)2/abr
= (182)2/40= 828.1

JK PERLAKUAN = (Ty1ik2+Ty2ik2+ Ty2ik2+Tyik2)/r –


FK
= (53.22+44.52+45.22+45.22)/10-FK
= 838.518 - 828.1
= 10.418

108
JK Total = Yik2 – FK
= (4.82+4.82+8.92…+4.42)-FK
= 934 - 828.1
= 105.9

JK Galat = JK total- JK Perlakuan


= 105.9- 10.418
= 95.482

TABEL ANOVA
F tabel
Sk db JK KT F. hitung
0.05 0.01
Perlakuan 3 10.418 3.472667 1.309315 2.85 4.33

Galat 36 95.482 2.652278

Total 39 105.9

F hitung < F table 0.05 menunjukkan bahwa perlakuan


penambahan ekstrak daun kemangi tidak berpengaruh nyata
terhadap abnormalitas spermatozoa kambing boer selama
penyimpanan suhu ruang pada jam ke 0.

109
Lampiran 11. Analisis Data Abnormalitas Spermatozoa
Jam ke 1

Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 6.8 5.6 6.5 3.8
2 4.5 4.5 1.8 4.2
3 8.2 5.2 5 2.8
4 6.4 5.8 6.6 4.7
5 7.2 3.6 2.6 3.8
6 6.3 7.7 5 3.4
7 9.1 6.4 5 5.2
8 5.1 3.7 3.3 5.4
9 5.8 3.7 3.8 5.3
10 5.8 4.9 3.5 6
Jumlah 65.2 51.1 43.1 44.6
Rata-rata 6.52 5.11 4.31 4.46

FK = (Tyijk)2/abr
= (204)2/40= 1040.4

JK PERLAKUAN = (Ty1ik2+Ty2ik2+ Ty2ik2+Tyik2)/r –


FK
= (65.22+51.12+43.12+44.62)/10-FK
= 1070.902 - 1040.4
= 30.502

110
JK Total = Yik2 – FK
= (6.82+5.62+6.52…+62)-FK
= 1135.9 - 1040.4
= 95.5

JK Galat = JK total- JK Perlakuan


= 95.5- 30.502
= 64,998

TABEL ANOVA
F tabel
Sk db JK KT F. hitung
0.05 0.01
Perlakuan 3 30.502 10.16733 5.631312 2.85 4.33

Galat 36 64.998 1.8055

Total 39 95.5
F hitung > F table 0.05 menunjukkan bahwa perlakuan
penambahan ekstrak daun kemangi berpengaruh nyata
terhadap abnormalitas spermatozoa kambing boer selama
penyimpanan suhu ruang pada jam ke 1.

Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD)

SE = √ =√ = 0.134368895

Tabel Nilai Kritis Uji Duncan's 5%


P 2 3 4
JND 2.858 3.006 3.102
Nilai UJBD 0.384026 0.403913 0.416812

111
Perlakuan rata-rata notasi
P2 4.31 a
P3 4.46 a
P1 5.11 b
P0 6.52 c

Kesimpulan :
Penambahan ekstrak daun kemangi pada P2 dan P3
memberikan pengaruh yang sama untuk abnormalitas
spermatozoa pada jam ke 1, sedangkan P1 dan P0 memiliki
pengaruh yang berbeda pada abnormalitas spermatozoa pada
jam ke 1.

112
Lampiran 12. Analisis Data Abnormalitas Spermatozoa
Jam ke 2

Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 7.9 6.3 7.6 6.9
2 5.8 4.8 4.8 4.9
3 11.8 6.5 5.7 4.3
4 6.4 6.1 5.1 8.1
5 8.3 3.7 5.7 7.2
6 8.4 6.7 7.2 7.8
7 9.8 5.9 6.7 7.7
8 7 6.3 7 5.4
9 6.2 5.6 5.5 7
10 8.3 5.9 6.8 7
Jumlah 79.9 57.8 62.1 66.3
Rata-rata 7.99 5.78 6.21 6.63

FK = (Tyijk)2/abr
= (266)2/40= 1770.23025

JK PERLAKUAN = (Ty1ik2+Ty2ik2+ Ty2ik2+Tyik2)/r –


FK
= (79.92+57.82+62.12+66.32)/10-FK
= 1797.695 - 1770.23025
= 27.46475

113
JK Total = Yik2 – FK
= (7.92+6.32+7.62…+72)-FK
= 1858.4 - 1770.23025
= 88.13975

JK Galat = JK total- JK Perlakuan


= 88.13975- 27.46475
= 60.675

TABEL ANOVA
F tabel
Sk db JK KT F. hitung
0.05 0.01
Perlakuan 3 27.46475 9.15491 5.431842 2.85 4.33

Galat 36 60.675 1.68541

Total 39 88.13975

F hitung > F table 0.05 menunjukkan bahwa perlakuan


penambahan ekstrak daun kemangi berpengaruh nyata
terhadap abnormalitas spermatozoa kambing boer selama
penyimpanan suhu ruang pada jam ke2.

Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD)

SE = √ =√ = 0.129823611

Tabel Nilai Kritis Uji Duncan's 5%


P 2 3 4 5
JND 2.858 3.006 3.102 3.171
Nilai UJBD 0.371036 0.39025 0.402713 0.41167067
114
Perlakuan rata-rata notasi
P1 5.78 a
P2 6.21 a
P3 6.63 a
P0 7.99 b

Kesimpulan :
Penambahan ekstrak daun kemangi pada P1, P2 dan P3
memberikan pengaruh yang sama untuk abnormalits
spermatozoa pada jam ke 3, sedangkan untuk P0 memberikan
pengaruh yang berbeda untuk abnormalitas spermatozoa pada
jam ke 2

115
Lampiran 13. Analisis Data Abnormalitas Spermatozoa
Jam ke 3

Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 9.9 6.6 8.4 6.7
2 6.8 5.6 6.4 5.7
3 16.4 7.4 5.4 8.5
4 9.6 6.2 6.7 8.4
5 20.2 4.8 7.4 8.3
6 11.7 9.3 5.6 5.8
7 11.5 7.7 8.5 8
8 11.7 8.6 8.4 9
9 7.4 6.8 7.2 7.8
10 10.4 8.5 8.6 7.2
Jumlah 115.6 71.5 72.6 75.4
Rata-rata 11.56 7.15 7.26 7.54

FK = (Tyijk)2/abr
= (335.1)2/40= 2807.30025

JK PERLAKUAN = (Ty1ik2+Ty2ik2+ Ty2ik2+Tyik2)/r –


FK
= (115.62+71.52+72.62+75.42)/10-FK
= 2943.153 - 2807.30025
= 135.85275

116
JK Total = Yik2 – FK
= (9.92+6.62+8.42…+7.22)-FK
= 3132.5 - 2807.30025
= 325.14975

JK Galat = JK total- JK Perlakuan


= 325.14975- 135.85275
= 189.297
TABEL ANOVA
F tabel
Sk db JK KT F. hitung
0.05 0.01
Perlakuan 3 135.8528 45.2842 8.612038 2.85 4.33

Galat 36 189.297 5.25825

Total 39 325.1498

F hitung > F table 0.05 menunjukkan bahwa perlakuan


penambahan ekstrak daun kemangi berpengaruh nyata
terhadap abnormalitas spermatozoa kambing boer selama
penyimpanan suhu ruang pada jam ke3.

Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD)

SE = √ =√ = 0.1

117
Tabel Nilai Kritis Uji Duncan's 5%
P 2 3 4 5
JND 2.858 3.006 3.102 3.171
Nilai UJBD 0.655364 0.689302 0.711316 0.727138

Perlakuan rata-rata notasi


P1 7.15 a
P2 7.26 a
P3 7.54 a
P0 11.56 b

Kesimpulan :
Penambahan ekstrak daun kemangi pada P1, P2 dan P3
memberikan pengaruh yang sama untuk abnormalits
spermatozoa pada jam ke 3, sedangkan untuk P0 memberikan
pengaruh yang berbeda untuk abnormalitas spermatozoa pada
jam ke 3

118
Lampiran 14. Prosedur ekstraksi daun kemangi
Digrinder daun
Daun kemangi Dikeringkan kemangi sampai
menjadi bubuk

Ditimbang 160gr
daun kemangi dan
Disaring dengan kertas dimaserasi dengan
saring 800ml aseton 70%
selama 5 hari

Disimpan Residu dimaserasi dengan


supernatant 480ml aseton 70% selama 2
(larutan hari, setelah itu Disaring
A)dalam dengan kertas saring,
refrigerator diambil supernatant
(larutan B)

Dicampur Larutan A dan B

Disentrifugasi dengan kecepatan 1500rpm selama 10 menit

119
0
Dievaporasi ekstrak dengan suhu 56 C sampai tidak terdapat embun
pada alat evaporator

0
Diinaktivasi ekstrak daun kemangi dengan oven suhu 60 C selama 15 menit

Ekstrak daun kemangi

120
Dokumentasi Penelitian

Penampungan semen penampungan semen

Pengenceran semen pembuatan preparat

Pengukuran pH evaluasi mikroskopis

121
``persiapan vagina buatan pengenringan daun kemangi

Pengeringan daun kemangi pemisahan daun kemangi

122
Pembuatan preparat persiapan penampungan

pembuatan preparat ulas proses ekstraksi daun kemangi

Sentrifugasi ekstrak proses evaporasi ekd

123

Anda mungkin juga menyukai