Anda di halaman 1dari 27

KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL DALAM

PENGENCER TRIS-KUNING TELUR DENGAN DAN TANPA


IMBUHAN OMEGA-3

TRI SUKMA ADHE MEIDINA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kualitas Semen Beku
Sapi Simmental dalam Pengencer Tris-Kuning Telur dengan dan tanpa Imbuhan
Omega-3 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2017

Tri Sukma Adhe Meidina


NIM B04130088
ABSTRAK
TRI SUKMA ADHE MEIDINA. Kualitas Semen Beku Sapi Simmental dalam
Pengencer Tris-Kuning Telur dengan dan tanpa Imbuhan Omega-3. Dibimbing
oleh RADEN IIS ARIFIANTINI.
Proses kriopreservasi semen dapat merusak membran plasma spermatozoa.
Oleh sebab itu dibutuhkan pelindung membran plasma pada saat proses
kriopreservasi. Omega-3 adalah imbuhan yang dapat melindungi membran plasma.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas semen beku dalam
pengencer Tris kuning telur (TKT) dengan dan tanpa omega-3 (TKTO). Bahan
penelitian bersumber dari 5 sapi pejantan yang berasal dari Balai Inseminasi
Buatan (BIB) Lembang dengan menggunakan vagina buatan. Semen segar
kemudian langsung dievaluasi secara makroskopik dan mikroskopik. Semen
dibagi menjadi 2 tabung dan diberi pengencer TKT pada tabung pertama dan
TKTO pada tabung kedua. Semen kemudian dikemas dalam 0.25 mL straw dan
diekuilibrasi pada 5 oC selama 4 jam lalu dibekukan dalam nitrogen cair (-196 oC)
hingga tahap selanjutnya. Kualitas semen beku dievaluasi setelah 24 jam
penyimpanan. Data dianalisis menggunakan Independent Sample T-Test. Hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa motilitas spermatozoa setelah thawing dalam
pengencer TKT dan TKTO adalah 45.17 ± 1.98% dan 47.48 ± 3.55%. Tidak ada
perbedaan nyata antara TKT dan TKTO (p>0.05) pada motilitas spermatozoa,
skor individu, viabilitas spermatozoa, dan keutuhan membran plasma.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah pemberian omega-3 dalam pengencer TKT
tidak meningkatkan kualitas semen setelah proses pembekuan.
Kata kunci: semen beku, omega-3, sapi Simmental, spermatozoa

ABSTRACT

TRI SUKMA ADHE MEIDINA. Quality of Simmental bull frozen semen in Tris
egg yolk extender with and without supplemented omega-3. Supervised by
RADEN IIS ARIFIANTINI.

Cryopreservation process will damage the spermatozoa plasma membrane.


Therefore, it is necessary to protect the spermatozoa plasma membrane during the
cryopreservation process. Omega-3 is a supplement that can protect plasma
membrane. This study aimed to compare the quality of frozen semen in Tris egg
yolk (TEY) extender with and without omega-3 (TEYO). Semen samples from five
Simmental bulls belonged to Lembang Artificial Insemination Center (AIC) were
collected using artificial vaginas. The semen samples were evaluated immediately
macroscopically and microscopically after collected. The semen samples then
divided into two tubes and diluted in TEY and TEYO extender respectively. The
semen samples were packed into 0.25 mL straws and equilibrated at 5 oC for 4
hours and froze using automatic freezing machine and stored in liquid nitrogen (-
196 oC) for further evaluation. The quality of frozen semen were evaluated after
24 hours of storage. The data were analyzed using independent sample t-test. The
results showed that the spermatozoa post-thawing motility in TEY and TEYO
extender were 45.17 ± 1.98% and 47.48 ± 3.55% respectivelly. No significant
difference between TEY and TEYO (p>0.05) was found in the spermatozoa
motility, individual score, spermatozoa viability as well as membrane integrity.
The research concluded that omega-3 supplementation in Tris Egg Yolk did not
improve the semen quality after freezing.

Keywords: frozen semen, omega-3, Simmental Bull, spermatozoa


KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL DALAM
PENGENCER TRIS-KUNING TELUR DENGAN DAN TANPA
IMBUHAN OMEGA-3

TRI SUKMA ADHE MEIDINA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir dengan judul Kualitas Semen Beku Sapi Simmental dalam Pengencer Tris-
Kuning Telur dengan dan tanpa Imbuhan Omega-3. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW,
keluarga, dan para sahabat yang telah menunjukkan jalan yang terang benderang,
yaitu agama Islam.

Tugas Akhir ini tidak dapat penulis selesaikan tanpa adanya dukungan dari
berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr R Iis
Arifiantini, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan
pengarahan, ilmu, bimbingan, dan motivasi bagi penulis, serta bapak
Bayu Febram, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memberikan bimbingan dan arahan. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Sukarman dan Ibu Komariyah selaku orang tua penulis serta
Ika Sukmawati, Guiliano Fernando dan Dias Sukmarini selaku kakak
penulis yang selalu memberikan semangat, motivasi, perhatian, arahan, dan
doa kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua
anggota tim penelitian dan teman-teman Unit Rehabilitasi Reproduksi
(URR) yang selalu setia membantu dalam proses penelitian. Kemudian
kepada Rakhma Aisha NU, Nadia Hasanah A, dan Aisyah Fidela S, Syifa
Balqis SP, dan Putri D yang selalu setia mendampingi dalam berbagai situasi
dan kondisi serta memberi saran-saran positif. Tak lupa penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Fakultas Kedokteran Hewan
(FKH) IPB dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih banyak kekurangan. Untuk
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga hasil Bogor,penelitian
Agustus 2017
ini
bermanfaat bagi peneliti dan pembaca.
Tri Sukma Adhe Meidina
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA
Sapi Simmental 2
Pengencer Tris Kuning Telur 2
Omega-3 3
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian 4
Penyiapan Bahan Pengencer 4
Koleksi dan Evaluasi Semen Segar 4
Pembuatan Semen Beku 4
Pengujian Kualitas Semen Beku 4
Analisis Data 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Semen Segar Sapi Simmental 6
Kualitas Semen Beku Sapi Simmental Setelah Thawing 7
Penurunan Kualitas Semen Beku Sapi Simmental dalam
Pengencer TKT dan TKTO 8
Recovery Rate Spermatozoa 9
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan 10
Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 10
RIWAYAT HIDUP 13
DAFTAR TABEL

1. Karakteristik Semen Segar Sapi Simmental (n=5 ekor) 6


2. Kualitas Semen Beku Sapi Simmental dalam Pengencer
TKT dan TKTO setelah Thawing 8
3. Penurunan Motilitas Semen Beku Sapi Simmental dalam
Pengencer TKT dan TKTO 9
4. Recovery Rate Sapi Simmental dalam Pengencer TKT dan TKTO 9
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Teknologi yang tepat digunakan dalam upaya peningkatan mutu genetik


sapi potong adalah dengan Inseminasi Buatan (IB). Teknologi IB ternak sapi telah
banyak diterapkan di Indonesia (Setiono et al. 2015). Inseminasi buatan dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas sapi dengan teknik
memanfaatkan potensi pejantan unggul agar dapat meningkatkan mutu genetik
dari ternak tersebut (Nyuwita et al. 2015). Salah satu jenis sapi yang memiliki
potensi yang baik untuk dikembangkan adalah sapi Simmental.
Sapi Simmental termasuk dalam bos Taurus yang berasal dari Lembah
Simme di Oberland Berner, Swiss. Sapi ini bersifat dwiguna yaitu menghasilkan
susu dan daging. Sapi Simmental memiliki warna tubuh kuning keemasan hingga
kecoklatan. Fisik sapi Simmental berbentuk kekar dan berotot. Berat badan sapi
Simmental jantan dapat mencapai 1.7 ton (Arifin 2015). Kualitas dan produksi
semen yang dihasilkan dari pejantan unggul memiliki peranan penting dalam IB
(Khairi 2016).
Faktor utama yang memengaruhi keberhasilan IB adalah mutu semen beku.
Mutu semen beku dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kualitas pejantan yang
menghasilkan spermatozoa, teknik produksi semen beku sampai saat pelaksanaan
IB di lapangan, dan penanganan terhadap pejantan. Pembekuan spermatozoa
merupakan proses penghentian kehidupan spermatozoa secara sementara untuk
mengurangi proses metabolisme hampir secara total dengan tujuan mengurangi
penggunaan energi. Masalah yang ditimbulkan dari proses pembekuan semen
adalah cekaman terhadap cold shock dan terbentuknya kristal es akibat proses
pengeluaran air secara intraseluler (Setiono et al. 2015).
Berbagai macam bahan pengencer yang dapat digunakan untuk semen di
antaranya susu skim, Tris kuning telur, dan sitrat kuning telur. Bahan pengencer
yang umum digunakan untuk semen sapi adalah pengencer Tris kuning telur
(Setiono et al. 2015). Tris kuning telur mengandung komposisi bahan yang
berperan dalam mempertahankan daya tahan spermatozoa, terutama lipoprotein,
lesitin, dan fruktosa (Rhoyan et al. 2014). Kandungan lipoprotein dan
phospholipid yang tinggi dalam pengencer mampu melindungi membran plasma
spermatozoa (Sugiarto et al. 2014). Kemudian, kandungan lesitin pada kuning
telur bersifat membran counting untuk tetap mempertahankan konfigurasi normal
phospholipid bilayer yang merupakan susunan utama membran sel spermatozoa
(Ariantie et al. 2013).
Omega-3 merupakan asam lemak tak jenuh ganda yang berperan dalam
mempertahankan membran sel spermatozoa. Sumber omega-3 banyak ditemukan
dalam minyak ikan dan kandungan tertinggi terdapat pada minyak ikan salmon.
Imbuhan omega-3 dalam pakan dan pengencer semen dapat meningkatkan
kualitas semen segar dan beku pada domba (Nurcholis et al. 2016). Penggunaan
omega-3 pada semen segar sapi masih terbatas informasinya, oleh karena itu
penelitian bertujuan untuk membandingkan kualitas semen beku sapi Simmental
dalam pengencer Tris kuning telur dengan dan tanpa imbuhan omega-3.
2

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kualitas semen


beku sapi Simmental dalam pengencer Tris kuning telur dengan dan tanpa
imbuhan omega-3.

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan
omega-3 dalam pengencer Tris kuning telur sehingga membantu Balai Inseminasi
Buatan Daerah (BIBD) dalam mengembangkan kualitas spermatozoa yang layak
untuk kegiatan IB.

TINJAUAN PUSTAKA

Sapi Simmental

Sapi Simmental merupakan sapi yang berasal dari Eropa selain Limousin
dan Hereford, yang dapat beradaptasi dan berkembang dengan baik dengan
kondisi di Indonesia. Saat ini sebagian besar populasi sapi di Indonesia
merupakan sapi Simmental hasil persilangan (Agung et al. 2014). Sapi Simmental
memiliki wajah putih dengan tubuh gelap, memiliki tubuh yang besar (sapi jantan
dewasa bobot badannya dari 1.043-1.179 kg, sedangkan sapi betina dewasa bobot
badannya sekitar 658-816 kg) dan dapat beradaptasi dalam berbagai iklim
(Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan 2006).
Sapi Simmental memiliki pertumbuhan yang sangat cepat, sekitar 3 pon
(1.4 kg) per hari (Gillespie dan Flanders 2009). Sapi ini bukan hanya sapi
dwiguna, tetapi triguna karena dapat berfungsi sebagai sapi pekerja. Walaupun
Simmental digolongkan dalam tipe triguna, tetapi pemanfaatan sapi ini umumnya
sebagai ternak pedaging karena memiliki pertumbuhan otot yang sangat baik,
menghasilkan karkas yang tinggi, dan sedikit lemak (Direktorat Jendral
Peternakan dan Kesehatan Hewan 2006), serta pertumbuhan dan harga jual yang
tinggi (Khairi 2016).
Sapi Simmental diketahui memiliki kualitas semen yang baik. Menurut
Komariah et al. (2013), penilaian karakteristik spermatozoa sapi Simmental secara
makroskopis yaitu volume sebanyak 6.8 mL, berwarna putih susu, konsistensi
sedang, dan pH 6.51. Secara mikroskopis motilitas spermatozoa sebesar 80.16%,
gerakkan massa ++ (baik), dan konsentrasi spermatozoa sebanyak 1899.3 jt/mL.

Pengencer Tris Kuning Telur

Bahan pengencer yang dapat digunakan untuk semen sapi salah satunya
adalah pengencer Tris kuning telur. Menurut Mumu (2009), Tris memiliki
peranan dasar dalam mempertahankan daya hidup spermatozoa dan dapat
menurunkan tingkat kerusakan akrosom, sedangkan kuning telur adalah sebagai
sumber energi bagi spermatozoa karena mengandung glukosa. Pengencer Tris
memiliki sifat buffer yang baik, kandungan glukosa yang digunakan sebagai
3

bahan sumber energi dan kandungan kuning telur merupakan sumber asam amino
bagi spermatozoa.
Proses pembekuan semen menyebabkan spermatozoa mendapat cekaman
terhadap cold shock dan terbentuknya kristal es akibat proses pengeluaran air
secara intraseluler (Setiono et al. 2015). Salah satu bahan yang digunakan untuk
melindungi semen adalah kuning telur. Kuning telur biasa digunakan sebagai agen
krioprotektif (Pillet et al. 2010). Kuning telur dan komponen fraksinya banyak
digunakan karena memberikan perlindungan terhadap spermatozoa pada saat
semen diencerkan dan selama proses pendinginan serta pembekuan sampai
mencapai temperatur 0 oC. Peran utama dari kuning telur sebagai krioprotektan
yang tidak memiliki permeabilitas membran yaitu untuk memberikan
perlindungan terhadap kerusakan spermatozoa yang terjadi selama pendinginan
dan proses pembekuan (Andrabi 2009).
Tris kuning telur mengandung komposisi bahan yang berperan dalam
mempertahankan daya tahan spermatozoa, terutama lipoprotein, lesitin, dan
fruktosa (Rhoyan et al. 2014). Sugiarto et al. (2014) menyatakan bahwa tingginya
persentase hidup dalam pengencer disebabkan karena kandungan lipoprotein dan
fosfolipid sehingga mampu melindungi membran plasma spermatozoa. Glukosa
dan fruktosa merupakan monosakarida yang paling banyak ditambahkan dalam
pengencer semen karena mudah dimetabolisme sekaligus dapat meningkatkan
motilitas dan viabilitas.

Omega-3

Omega-3 adalah asam lemak tak jenuh ganda yang berperan dalam
mempertahankan membran sel spermatozoa. Sumber omega-3 banyak ditemukan
dalam minyak ikan dan kandungan tertinggi terdapat pada minyak ikan salmon.
Menurut Nichols et al. (2014) minyak ikan salmon mengandung 1970 mg
Saturated Fatty Acid (SFA), 35.5% Polyunsaturated Fatty Acids (PUFA), 180 mg
Eicosa Pentaenoic Acid (EPA) dan 120 mg Docosahexaenoic Acids (DHA).
Selain minyak ikan, sumber omega-3 juga banyak ditemukan pada produk hewani
seperti omega-3 pada telur ayam. Menurut Polat et al. (2013), omega-3 pada telur
ayam mengandung 31.18% PUFA, 31 mg DHA, dan 2966 mg SFA.
Spermatozoa yang terkandung PUFA memiliki peran yang penting dalam
metabolisme energi, menstabilkan plasma membran, dan beberapa fungsi yang
diperlukan untuk fertilisasi. Spermatozoa pada mamalia terdapat rantai panjang
polyunsat-urated asam lemak dari keluarga n-3, khususnya docosahexaenoic acid
(DHA; C22: 6n-3) (Zachut et al. 2011). Asam lemak ini penting untuk integritas
membran spermatozoa, motilitas spermatozoa dan kelangsungan hidup
spermatozoa. Proporsi omega-3-PUFA di spermatozoa dan plasma membran
menurun seiring dengan bertambahnya usia pada banteng. Hal ini memberikan
kontribusi meningkatnya kerentanan spermatozoa sehingga menjadi mudah rusak
(Argov-Argaman et al. 2013).
Proses kriopreservasi semen dapat menyebabkan kerusakan pada membran
spermatozoa, oleh sebab itu dibutuhkan pelindung pada saat proses kriopreservasi.
Menurut Nurcholis et al. (2016), kandungan PUFA dan DHA dari omega-3 dapat
meningkatkan daya perlindungan membran plasma spermatozoa dari cold shock.
Manfaat omega-3 dalam minyak ikan pada pemberian pakan telah dievaluasi
4

dengan baik untuk meningkatkan kualitas spermatozoa pada manusia (Conquer et


al. 2000), sapi (Gholami et al. 2010), babi (Estienne et al. 2008), domba
(Selvaraju et al. 2010), kambing (Dolatpanah et al. 2008), dan unggas (Khatibjoo
et al. 2011). Manfaat pada efek ini umumnya berhubungan dalam pengaruh
plasma membran spermatozoa, yang akan melindungi spermatozoa dari kerusakan
lingkungan (Masoudi et al. 2016).

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian


Proses koleksi semen, evaluasi semen segar, dan pembuatan semen beku
dilakukan di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang. Evaluasi semen beku
dilakukan di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR) Institut Pertanian Bogor.
Penelitian dilaksanakan bulan November 2016 sampai bulan April 2017.
Penyiapan Bahan Pengencer
Bahan pengencer Tris dipersiapkan dengan cara mencampurkan 3.028 g Tris
hidroksimetil aminomethan dengan 1.78 g asam sitrat monohidrat dan 1.25 g D-
fruktosa, dan dilarutkan dalam 100 mL akuades (Arifiantini dan Yusuf 2006). Tris
sebanyak 80% ditambah dengan kuning telur 20% dihomogenkan dan disentrifus.
Supernatannya sebanyak 94 mL, ditambahkan dengan 6 mL gliserol.
Koleksi dan Evaluasi Semen
Sapi pejantan unggul berjumlah 5 ekor dengan berat badan antara 900-
1000 kg dan berumur 6-7 tahun dipilih dalam kondisi sehat. Proses koleksi semen
dilakukan dengan menggunakan teknik vagina buatan. Hasil dari penampungan
semen kemudian diberikan kode jantan dan kode ejakulat. Semen kemudian
diletakkan dalam termos tertutup yang hangat dan segera dievaluasi dalam
laboratorium. Evaluasi makroskopis meliputi volume, warna, konsistensi, dan pH.
Evaluasi mikroskopis meliputi motilitas dan skor individu spermatozoa, viabilitas,
konsentrasi, dan membran plasma utuh.
Pembuatan Semen Beku
Semen segar dibagi menjadi dua tabung yang masing-masing diencerkan
dengan Tris kuning telur (TKT) dan Tris kuning telur omega-3 (TKTO) dengan
omega-3 sebanyak 1 mL. Semen kemudian dikemas dalam mini straw sebanyak
0.25 mL dan disusun dalam rak pembekuan. Ekuilibrasi dilakukan pada suhu 5 oC
cooltop selama 4 jam. Proses pembekuan dilakukan menggunakan mesin
automatik. Semen beku kemudian disimpan dalam nitrogen cair (-196 oC).
Pengujian Kualitas Semen Beku
Semen beku dithawing dengan menggunakan air hangat 37 oC selama 30
detik. Kedua sumbat (sumbat pabrik dan lab) kemudian digunting. Semen
dimasukkan dalam microtube. Kualitas yang diuji adalah motilitas dan skor
individu spermatozoa, viabilitas spermatozoa, keutuhan membran plasma, dan
recovery rate spermatozoa.
5

Motilitas dan Skor Individu Spermatozoa


Motilitas spermatozoa diuji dengan meneteskan satu tetes semen di atas
gelas objek lalu ditutup dengan cover glass dan diamati di bawah mikroskop
perbesaran 400x. Penilaian motilitas spermatozoa dilakukan dengan melihat
perbandingan spermatozoa yang progresif dengan gerakan-gerakan yang lain.
Nilai dinyatakan dalam persen. Kecepatan laju spermatozoa diuji dengan cara
yang sama dengan pengujian motilitas spermatozoa. Penilaian skor individu
spermatozoa mengacu pada Australian Association of Cattle Veterinarians
(AACV). Skor 0 tidak ada pergerakan spermatozoa, skor 1 spermatozoa tidak
progresif namun ekor bergerak lambat, skor 2 ekor spermatozoa lambat dan
progresif lambat, skor 3 bergerak progresif dengan kecepatan sedang, skor 4
spermatozoa bergerak progresif dengan cepat, dan skor 5 spermatozoa bergerak
progresif sangat cepat.
Viabilitas Spermatozoa
Viabilitas diuji dengan cara meneteskan eosin-nigrosin lalu campurkan
dengan sedikit semen. Homogenkan campuran kemudian dibuat preparat ulas dan
keringkan dengan heating table selama 10-15 detik. Pengamatan dilakukan pada
10 lapang pandang dengan jumlah sel minimal 200 sel. Spermatozoa yang mati
akan menyerap warna, sedangkan yang hidup tidak menyerap warna.

Keutuhan Membran Plasma Spermatozoa

Penilaian keutuhan membran plasma (MPU) dilakukan dengan


menggunakan Hypo-osmotic Swelling (HOS) test. Sebanyak 50 µL semen
dimasukkan dalam 1000 µL larutan HOS, dihomogenkan kemudian diinkubasi
pada suhu 37 oC selama 30 menit. Satu tetes larutan yang telah diinkubasi
diteteskan pada gelas obyek kemudian ditutup dengan cover glass. Evaluasi
dilakukan secara acak dari 10 lapang pandang min. 200 spermatozoa dan dihitung
menggunakan mikroskop pembesaran 400x. Persentase MPU dihitung dengan
membandingkan antara jumlah spermatozoa yang bereaksi (HOS positif) dibagi
dengan jumlah spermatozoa yang dihitung (bereaksi dan tidak bereaksi) dikalikan
100% (Nurcholis et al. 2016).

Recovery Rate (RR) Spermatozoa


Recovery Rate (RR) adalah kemampuan spermatozoa yang berhasil pulih
kembali setelah proses kriopreservasi (Nurcholis et al. 2016). Penilaian dilakukan
dengan cara : motilitas spermatozoa setelah thawing dibagi dengan motilitas
spermatozoa semen segar dikali 100%.
6

Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan
Independent Sample T-Test. Aplikasi yang digunakan adalah program Microsoft
Excel 2010 dan software SPSS versi 16.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas Semen Segar Sapi Simmental


Karakteristik semen segar sapi Simmental pada penelitian ini menunjukkan
hasil yang baik dan dapat dilihat pada Tabel 1. Volume yang diperoleh sebanyak
7.6 mL, warna krem, konsistensi atau kekentalan sedang, pH 6.4, dan gerakkan
massa (++). Motilitas spermatozoa 72%, viabilitas spermatozoa 80.60%,
konsentrasi spermatozoa 1.383 juta/mL dengan membran plasma utuh (MPU)
68.08%. Berdasarkan hasil evaluasi, semen segar yang dikoleksi memiliki kualitas
yang baik dan layak untuk diproses menjadi semen beku. Data volume semen
segar sapi Simmental baik karena termasuk dalam rentang normal antara 4.10-
8.75 mL (Sumeidiana et al. 2007). Warna krem pada hasil penelitian sesuai
dengan Komariah et al. (2013), di mana warna semen segar berkisar antara krem
sampai putih susu.

Tabel 1 Karakterisik Semen Segar Sapi Simmental (n=5 ekor)


Keterangan Jumlah (Rerata ±SE)
Volume (mL) 7.6±0.93
Warna Krem
Konsistensi Sedang
Ph 6.4
Gerakkan massa ++
Motilitas Spermatozoa (%) 72±1.22
Viabilitas Spermatozoa (%) 80.60±11.29
Konsentrasi Spermatozoa (x106/mL) 1.383±69.09
Membran Plasma Utuh (%) 68.08±3.45

Konsistensi atau derajat kekentalan spermatozoa menunjukkan kualitas


sedang, spermatozoa sapi yang normal memiliki konsistensi dari sedang hingga
kental (Komariah et al. 2013). Derajat keasaman (pH) spermatozoa sapi
Simmental baik karena berkisar antara 6.2-7.5 (Wahyudi et al. 2016). Gerakkan
massa (++) menunjukkan bahwa spermatozoa dalam keadaan baik karena terdapat
gelombang-gelombang kecil, tipis, dan agak lamban (Setiono et al. 2015).
Motilitas semen segar pada hasil penelitian, terbilang baik karena berkisar antara
50-80% spermatozoa yang progresif aktif (Setiono et al. 2015). Hal ini sejalan
dengan motilitas semen segar sapi Simmental pada penelitian Priyanto et al.
(2015) yaitu 70%. Viabilitas normal berkisar antara 60-80% (Kusumawati et al.
2016), hal ini menandakan bahwa viabilitas spermatozoa hasil penelitian yang
7

baik. Konsentrasi spermatozoa hasil penelitian ini terbilang baik karena


konsentrasi di atas 1000x106 sel/mL (Priyanto et al. 2015).
Spermatozoa yang memiliki membran plasma utuh dan hidup ditandai
dengan ekor yang berputar dan pancaran warna terang, sedangkan yang
mengalami kematian akan ditandai dengan ekor yang lurus (Handayani et al.
2015). Persentase membran plasma utuh (MPU) pada penelitian berbeda dengan
hasil yang dilaporkan Priyanto et al. (2015), yaitu 74.92%. Perbedaan kualitas
MPU dapat disebabkan karena perlakuan pakan yang diberikan, lingkungan
tempat tinggal, umur ternak, dan penanganan saat evaluasi semen segar (Anwar et
al. 2015).

Kualitas Semen Beku Sapi Simmental Setelah Thawing


Motilitas dan Skor Individu Spermatozoa
Motilitas adalah salah satu parameter yang paling umum digunakan untuk
mengevaluasi fertilitas spermatozoa (Sukmawati et al. 2014). Hasil pengamatan
kualitas semen beku sapi Simmental setelah thawing disajikan dalam Tabel 2.
Penilaian motilitas spermatozoa yaitu dengan membandingkan gerakan
spermatozoa yang bergerak progresif aktif (Yusuf et al. 2006). Motilitas
spermatozoa sapi Simmental setelah thawing dalam pengencer TKT 45.17%,
sedangkan dalam pengencer TKTO 47.48%. Tidak terdapat perbedaan (p>0.05)
antara pengencer terhadap motilitas spermatozoa sapi Simmental setelah thawing.
Motilitas spermatozoa setelah thawing pada penelitian ini lebih tinggi
daripada laporan Sukmawati et al. (2014) pada rumpun sapi yang sama yaitu
hanya 41.29%, namun peneliti tersebut menggunakan pengencer skim. Nilai
motilitas lebih rendah dari Baharun et al. (2017) dengan nilai motilitas 49.45%,
pada pengencer Tris kuning telur namun sapi yang digunakan adalah rumpun
Pasundan.
Penilaian skor individu spermatozoa sapi Simmental setelah thawing dalam
pengencer TKT dan TKTO masing-masing adalah 2.70 dan 2.67. Skor individu
spermatozoa antara pengencer TKT dan TKTO tidak berbeda (p>0.05). Motilitas
dan skor individu spermatozoa setelah thawing dalam persyaratan mutu semen
beku sapi sesuai Standar Nasional Indonesia nomor 4896.1:2008 adalah motilitas
minimal 40% dengan skor individu minimal 2. Berdasarkan standar tersebut, nilai
motilitas dan skor individu spermatozoa hasil penelitian ini masih layak
digunakan untuk proses IB.
Tabel 2 Kualitas Semen Beku Sapi Simmental dalam pengencer TKT dan
TKTO setelah Thawing

Karakteristik TKT TKTO


Motilitas spermatozoa (%) 45.17±1.98 47.48±3.55
Skor individu (1-5) 2.70±0.12 2.67±0.13
Viabilitas spermatozoa (%) 54.67±0.04 56.32±0.08
Membran plasma utuh (%) 78.91±0.04 72.39±0.03
Keterangan = Tris Kuning Telur (TKT); Tris Kuning Telur Omega-3 (TKTO)
8

Viabilitas Spermatozoa
Pengujian viabilitas spermatozoa digunakan sebagai indikator integritas
struktur membran (Sukmawati et al. 2014). Viabilitas spermatozoa sapi
Simmental setelah thawing dalam pengencer TKT 54.67%, sedangkan dalam
pengencer adalah TKTO 56.32%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan viabilitas spermatozoa antara TKT dan TKTO.
Arifiantini dan Yusuf (2010) melaporkan viabilitas spermatozoa sapi FH pada
berbagai macam pengencer adalah antara 58.30% sampai dengan 65.10%. Nilai
TKT pada penelitian Arifiantini dan Yusuf (2010) lebih besar dibandingkan
dengan nilai TKT pada penelitian. Hal ini terjadi karena rumpun sapi yang
digunakan berbeda.

Membran Plasma Utuh (MPU) Spermatozoa


Penilaian MPU spermatozoa sapi Simmental setelah thawing menunjukkan
tidak terdapat perbedaan antar pengencer yang digunakan, dengan nilai MPU
72.39% (TKTO) sampai dengan 78.92%. Nilai MPU pada penelitian berbeda
dengan yang dilaporkan oleh Priyanto et al. (2015) yaitu 67.01%, hal ini
disebabkan karena peneliti tersebut menggunakan rumpun sapi yang berbeda-beda
yaitu brahman, ongole, Simmental dan Limosin. Sukmawati et al. (2014)
melaporkan nilai MPU sapi Simmental pada pengencer skim hanya 61.72%.
Menurut Nurcholis et al. (2016), pengencer TKTO mengandung PUFA
lebih tinggi dibanding dengan TKT, kandungan tersebut memberikan pengaruh
pada perlindungan membran sel spermatozoa. Membran sel tersusun atas
fosfolipid bilayer dan protein serta asam lemak tak jenuh yang mudah rusak
akibat pembentukan kristal es pada saat kriopreservasi.

Penurunan Kualitas Semen Beku Sapi Simmental dalam Pengencer


TKT dan TKTO
Penurunan kualitas semen beku dapat terjadi akibat adanya proses
kriopreservasi. Menurut Sariozkan et al. (2009), proses kriopreservasi dapat
menyebabkan kerusakan permanen pada organel spermatozoa dan terjadinya
perubahan membran serta aktivitas enzimatik yang dapat menurunkan motilitas
dan viabilitas spermatozoa. Penurunan kualitas semen beku sapi Simmental dapat
diamati pada Tabel 3.
Tabel 3 Penurunan Motilitas Semen Beku Sapi Simmental dalam pengencer
TKT dan TKTO

Pengencer
Motilitas Spermatozoa (%)
TKT TKTO
Semen segar ke setelah ekuilibrasi 10±4.61 9±3.93
Setelah ekuilibrasi ke setelah pembekuan 16.83±3.85 15.52±1.6
Semen segar ke setelah pembekuan 26.83±0.76 24.52±2.33
Keterangan = Tris Kuning Telur (TKT); Tris Kuning Telur Omega-3 (TKTO)

Nilai persentase penurunan motilitas dalam pengencer TKT dan pengencer


TKTO hampir sama. Penurunan motilitas tertinggi terjadi pada tahap semen segar
9

ke setelah pembekuan yaitu 24.52 sampai 26.83%. Penurunan terendah pada


persentase motilitas terjadi pada proses semen segar ke setelah ekuilibrasi yaitu 9
sampai 10%. Penambahan omega-3 kelihatannya tidak dapat melindungi
kerusakan akibat pembekuan. Penurunan motilitas spermatozoa total pada
penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Sukmawati et al.
(2014) sebesar 29.34% pada pengencer skim pada rumpun sapi yang sama dan
Baharun et al. (2007) yaitu antara 33.27%, namun peneliti tersebut menggunakan
semen sapi Pasundan.

Recovery Rate Spermatozoa


Keberhasilan kriopreservasi semen dapat dilihat dari kemampuan
spermatozoa yang berhasil pulih kembali setelah proses kriopreservasi yang
disebut Recovery Rate (Foeh et al. 2017). Hasil Recovery Rate (RR) semen beku
sapi Simmental setelah thawing disajikan dalam Tabel 4. RR spermatozoa dalam
pengencer TKT dan TKTO berkisar antara 64.48% sampai dengan 66.18%. Hal
ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan antar pengencer TKT dan TKTO
(p>0.05). Nilai RR dipengaruhi juga oleh jenis pengencer, menurut Sukmawati et
al. (2014) semen sapi Simmental yang dibekukan dalam pengencer skim
menunjukkan nilai RR hanya 58.46%.
Tabel 4 Recovery Rate Sapi Simmental dalam pengencer TKT dan TKTO
Pengencer
Motilitas Spermatozoa (%)
TKT TKTO
Semen segar 72±1.22
Setelah thawing 45.17±1.98 47.48±3.55
Recovery rate (%) 64.48±2.15 66.18±5.50
Keterangan = Tris Kuning Telur (TKT); Tris Kuning Telur Omega-3 (TKTO)
Kerusakan membran plasma dapat terjadi pada proses kriopreservasi yang
mengakibatkan terbentuknya kristal es. Persentase motilitas spermatozoa akan
menurun jika terjadi kerusakan membran, terutama pada bagian mid piece
sehingga mengganggu pembentukan ATP oleh mitokondria. Semakin banyak
spermatozoa yang rusak akibat proses pembekuan maka akan semakin sedikit
spermatozoa yang dapat pulih kembali setelah pembekuan (Nurcholis et al. 2016).
Hasil penelitian menunjukkan kemampuan untuk pulih kembali
spermatozoa antar pengencer tidak berbeda. Hasil tersebut membuktikan bahwa
omega-3 belum mampu mengembalikan spermatozoa yang mengalami kerusakan
pada proses pembekuan untuk pulih kembali. Hasil ini berbeda dengan Nurcholis
et al. (2016). Penelitian tersebut membuktikan semen domba yang diberi omega-3
dalam bahan pengencernya menghasilkan nilai RR 71.66% lebih tinggi
dibandingkan tanpa omega-3 hanya 55.33%. Tidak terbuktinya imbuhan omega-3
memperbaiki kualitas semen beku sapi Simmental dalam penelitian ini
kemungkinan karena kurangnya dosis omega-3 yang ditambahkan dalam
pengencer, sehingga perlu diteliti kembali dosis yang paling tepat.
Secara keseluruhan hasil pembekuan semen sapi Simmental pada
penelitian ini, menggunakan pengencer TKT ataupun TKTO keduanya
menunjukkan nilai motilitas spermatozoa setelah thawing yang baik dan layak
untuk diinseminasikan.
10

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwan pengencer tris


kuning telur yang diimbuhkan omega-3 tidak memiliki kemampuan untuk
meningkatkan kualitas semen beku sapi Simmental.

Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai imbuhan omega-3 pada


pengujian kualitas spermatozoa sapi Simmental dalam pengencer Tris kuning telur
pada berbagai level untuk menentukan dosis yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

[Ditjennak] Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2006. Petunjuk


Teknis Pengawasan Mutu Semen Sapi Beku Sapi Dan Kerbau.
Jakarta(ID): Departemen Pertanian.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2008. Semen beku sapi. SNI 4689.1:2008 (ID):
Indonesia.
Agung PP, Ridwan M, Handrie, Indriawati, Saputra F, Supraptono, Erinaldi. 2014.
Profil morfologi dan pendugaan jarak genetik sapi Simmental hasil
persilangan. JITV 19(2):112-122.
Andrabi SMH. 2009. Factors affecting the quality of cryopreserved buffalo
(Bubalus bubalis) bull spermatozoa. Reprod Dom Anim (44):552-569.
Anwar P, Ondho YS, Samsudewa D. 2015. Kualitas membran plasma outuh dan
tudung akrosom utuh spermatozoa sapi bali dipreservasi suhu 5 C dalam
pengencer ekstrak air tebu dengan penambahan kuning telur. Andromeda
33(1):53-63.
Argov-Argaman N, Mahgrefthe K, Zeron Y, Roth Z. 2013. Variation in lipid
profiles within semen compartments the bovine model of aging.
Theriogenology 80:712–721.
Arifin M. 2005. Kiat Jitu Menggemukkan Sapi Secara Maksimal. Jakarta(ID):PT
Agromedia Pustaka.
Ariantie OS, Yusuf TL, Sajuthi D, Arifiantini RI. 2013. Pengaruh krioprotektan
gliserol dan dimethilformamida dalam pembekuan semen kambing
peranakan etawah menggunakan pengencer Tris modifikasi. JITV
18(4):239-250.
Arifiantini RI, Yusuf TL. 2006. Keberhasilan penggunaan tiga pengencer dalam
dua jenis kemasan pada proses pembekuan semen sapi frisien holstein.
Maj Ilm Petern 9(3):89-93.
Arifiantini RI, Yusuf TL. 2010. Developing of Tris Soy Milk Diluent for Frisian
Holstein Bull Frozen Semen. HAYATI J Biosci 17(2):91-94.
11

Baharun A, Arifiantini RI, Yusuf TL. 2017. Freezing capability of pasundan bull
sperm using Tris-egg yolk, Tris-soy, and andromed diluents. J Ked Hewan
11(1):45-49.
Conquer JA, Martin JB, Tummon I, Watson L, Tekpetey F. 2000. Effect of DHA
supplementation on DHA status and sperm motility in asthenozoospermic
males. Lipids 35:149-154.
Dolatpanah M, Towhidi A, Farshad A, Rashidi A, Rezayazdi A. 2008. Effects of
dietary fish oil on semen quality of goats. Asian Aust J Anim Sci 21:29-34.
Estienne M, Harper A, Crawfors R. 2008. Dietary supplementation with a source
of omega-3 fatty acids increase sperm number and the duration of
ejaculation in boars. Theriogenology 70:70-76.
Foeh NDFK, Arifiantini RI, Yusuf TL. 2017. The quality of boar frozen semen
diluted in BTS and MII with different cryoprotectant supplemented with
sodium dodecyl sulphate. J Ked Hewan 11(1):6-10.
Gholami H, Chamani M, Towhidi A, Fazeli M. 2010. Effect of feeding a
docosahexaenoic acid-enriched nutraceutical on the quality of fresh and
frozen-thawed semen in Holstein bulls. Theriogenology 74:1548-1558.
Gillespie R, Flanders FB. 2009. Breeds Of Beef Cattle. In: Modern Livestock And
Poultry Production 8th Ed. Clifton Park(NY): Delmar Cengage Learning.
Handayani L, Dasrul, Akmal M, Thasmi CN, Hamdan, Adam M. 2015. Pengaruh
metode pencucian spermatozoa sapi aceh terhadap motilitas, persentase
hidup, dan integritas membran plasma utuh spermatozoa. J Med Vet
9(2):104-110.
Khairi F. 2016. Evaluasi produksi dan kualitas semen sapi Simmental terhadap
tingkat bobot badan berbeda. J Petern. 13(2):54.58.
Khatibjoo A, Kermanshahi H, Alimon R, Golian A, Zaghrai M. 2011. Effect of
omega6: omega3 fatty acid ratios on semen quality of Malaysian village
roosters. Glob Vet. 6:213-219.
Komariah, Arifiantini RI, Nugraha FW. 2013. Kaji banding kualitas spermatozoa
sapi Simmental, limousin, dan friesian holstein terhadap proses
pembekuan. Bul Petern. 37(3):143-147.
Kusumawati ED, Krisnaningsih ATN, Romadlon RR. 2016. Kualitas spermatozoa
semen beku sapi Simmental dengan suhu dan lama thawing yang berbeda.
J Ilm Petern 26(3):38-41.
Masoudi R, Sharafi M, Shahneh AZ, Towhidi A, Kohram H, Zhandi M, Esmaeli
V, Shahverdi A. 2016. Effect of dietary fish oil supplementation on ram
semen freeze ability and fertility using soybean lecithin –and egg yolk-
based extenders. Theriogenology 86:1583-1588
Mumu MI. 2009. Viabilitas semen sapi Simmental yang dibekukan menggunakan
krioprotektan gliserol. J Agro 16(2):172-179.
Nichols PD, Glencross B, Petrie JR, Singh SP. 2014. Readily available sources of
long-chain omega-3 oils: Is farmed australian seafood a better source of
the good oil than wildcaught seafood. Nutrients (6):1063-1079.
Nurcholis, Arifiantini RI, Yamin M. 2016. Kriopreservasi semen domba garut
menggunakan Tris kuning telur yang disuplementasi omega-3 minyak
ikan salmon. J Vet 17(2):309-315.
12

Nyuwita A, Susilawati T, Isnaini N. 2015. Kualitas semen segar dan produksi


semen beku sapi Simmental pada umur yang berbeda. J Tern Trop
16(1):61-68.
Pillet E, Duchamp G, Batellier F, Beaumal V, Anton M, Desherces S, Schmitt E,
Magistrini M. 2010. Egg yolk plasma can replace egg yolk in stallion
freezing ex-tenders. Theriogenology (75):105-114.
Polat ES, Citil OB, Garip M. 2013. Fatty acid composition of yolk of nine poultry
species kept in their natural environment. Theriogenology 31(4):363-
368.
Priyanto L, Arifiantini RI, Yusuf TL. 2015. Deteksi kerusakan DNA spermatozoa
semen segar dan semen beku sapi menggunakan pewarnaan toluidine blue.
J. Vet 16(1):48-55.
Rhoyan YH, Lestari TD, Setiawan R. 2014. Kualitas semen cair dingin domba
garut pada tiga jenis larutan pengencer. J Ilm Tern 1(12):62-68.
Sariozkan S, Tuncer PB, Bucak MN, Ulutas PA. 2009. Influence of various
antioxidants on microscopic-oxidative stress indicator and fertilizing
ability of frozen-thawed bull semen. Acta Vet 78:463-469.
Selvaraju S, Raju P, Rao SBN, Nandi S, Dineshkumar D, Thayakumar A,
Parthipan S, Ravindra JP. 2010. Evaluation of maize grain and
polyunsaturated fatty acid (PUFA) as energy sources for breeding rams
based on hormonal, sperm functional parameters and fertility. Reprod
Fertil Dev. 24:669-678.
Setiono N, Suharyati S, Santosa PE. 2015. Kualitas semen beku sapi brahman
dengan dosis krioprotektan gliserol yang berbeda dalam bahan
pengencer Tris sitrat kuning telur. J Ilm Petern Terpd 3(2):61-69.
Sugiarto N, Susilawati T, Wahyuningsih S. 2014. Kualitas semen cair sapi
Limousin selama pendinginan menggunakan pengencer cep-2 dengan
penembahan berbagai konsentrasi sari kedelai. J Tern Trop 15(1):51-57.
Sukmawati E, Arifiantini RI, Purwantara B. 2014. Daya tahan spermatozoa
terhadap proses pembekuan pada berbagai jenis sapi pejantan unggul. JITV
19(3):168-175.
Sumeidiana I, Wuwuh S, Mawarti E. 2007. Volume semen dan konsentrasi
sperma sapi simmental, limousin, dan brahman di balai inseminasi buatan
ungaran. J Indon Trop Anim Agric 32(2):131-137.
Wahyudi FE, Susilawati T, Isnaini N. 2016. Penggantian bovine serum albumin
pada cep-2 dengan serum darah sapi terhadap kualitas semen sapi
limousine pada suhu penyimpanan 3-5 oC. J Tern Trop 17(2):8-15.
Yusuf TL, Arifiantini RI, Mulyadi Y. 2006. Efektivitas waktu pemaparan gliserol
terhadap motilitas spermatozoa pada pembekuan semen domba lokal
menggunakan pengencer Tris kuning telur. Anim Prod 8(3):168-173.
Zachut M, Arieli A, Moallem U. 2011. Incorporation of dietary n-3 fatty acids
into ovarian compartments in dairy cows and the effects on hormonal and
behavioral patterns around estrus. Reprod 141(6):833–840.
13

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 12 Mei 1995 di Jakarta Selatan. Penulis


merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sukarman dan Ibu
Komariyah.
Penulis mengawali pendidikan kanak-kanak pada tahun 2000 di TK
Adhyaksa selama dua tahun. Pendidikan dilanjutkan ke tingkat dasar pada tahun
2001 di SD Negeri 02 Lebak Bulus dan diselesaikan pada tahun 2007. Pendidikan
sekolah menengah bawah penulis lanjutkan pada tahun 2007 hingga 2010 di SMP
Negeri 68 Jakarta Seltan dan pendidikan menengah atas dilanjutkan pada tahun
2010-2013 di SMA Negeri 24 Jakarta Pusat.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2013 melalui jalur
Undangan dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan. Selama menjadi
mahasiswa, penulis aktif sebagai anggota DKM An-Nahl Fakultas Kedokteran
Hewan pada tahun 2015 dan anggota Himpunan Profesi Satwa Liar Fakultas
Kedokteran Hewan di Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai